Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Saphira Evani (030.12.247)
Wilson Saputra W. (030.13.206)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 27 AGUSTUS 2018 – 3 NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia atau lansia adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Batasan
usia 60 tahun keatas ini dikarenakan pada usia ini mulai terjadi penurunan fisik dan
fisiologis yang signifikan, sehingga terjadi perubahan penampilan, penurunan fungsi
panca indera, pertahanan tubuh, dan fungsi organ secara keseluruhan sehingga rentan
terhadap penyakit. Serta dengan bertambahnya populasi lansia di dunia, dimana di
Indonesia sendiri meningkat dari 8 juta jiwa (tahun 1980) menjadi 14,9 juta jiwa (tahun
2000), sehingga berdampak pada peningkatan masalah kesehatan di masa depan. Maka
untuk menunjang kesehatan bagi lansia, maka kedokteran geriatrik menjadi cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan masalah kesehatan pada usia lanjut
menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan tata laksana.1
Menurunnya derajat kesehatan dan keleluasaan untuk beraktivitas fisik dapat
mempengaruhi kehidupan sosial lansia. Lansia tersebut akan cenderung menarik diri
dari lingkungannya secara perlahan, dan mengurangi kontak sosial dalam berhubungan
dengan masyarakat sekitar bahkan dapat dengan keluarga sendiri, sehingga
menimbulkan beban psikis. Timbulnya masalah psikis, dan sosial akan menurunkan
kualitas hidup para lansia itu sendiri, sehingga dapat menurunkan Usia Harapan Hidup
(UHH). Di Indonesia, angka UHH meningkat dari 64,5 tahun (tahun 2000) menjadi
69,65 tahun (tahun 2011).1,2
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi generatif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. OA tersering mengenai vertebra, panggul, lutut dan
pergelangan kaki, dengan tertinggi pada OA lutut dimana mencapai 15,5% pada pria,
dan 12,7% pada wanita. Penyakit ini menyebabkan nyeri pada waktu aktivitas atau bila
ada pembebanan pada sendi yang sakit, hingga dapat mengganggu mobilitas pasien. Di
Indonesia, diperkirakan 1-2 juta orang lansia menderita cacat karena OA. Terapi untuk
OA umumnya simptomatik, misalnya mengendalikan faktor risiko, latihan, fisioterapi,
terapi farmakologi, dan pembedahan. Untuk membantu meringankan nyeri, pemakaian
obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) meningkat dan terjadi penggunaan jangka
lama, sehingga terjadi peningkatan pasien tukak lambung bahkan kematian akibat tukak
lambung.3
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
system kardiovaskular, yang diakibatkan oleh multifaktorial. Batasan normal berbeda-
beda tergantung dari pedoman yang digunakan, namun secara garis besar, tekanan
darah sistolik <140mmHg dan diastolik <90mmHg. Secara epidemiologi di Indonesia,
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka kejadian hipertensi di
Indonesia mencapai 25,6%, dengan perempuan memiliki prevalensi 28,8%, sementara
prevalensi laki-laki 22,8%. Karena penyebab hipertensi merupakan multifaktorial,
seperti gaya hidup (makanan, aktivitas), gangguan fungsi organ pada usia tua, obat-
obatan, dan lainnya, maka pencegahan menjadi tombak utama untuk mengurangi
prevalensi hipertensi hingga mencegah perburukan akibat hipertensi.4,5
Hemoroid atau disebut ambeien, menjadi masalah yang timbul pada usia tua.
Hemoroid sendiri adalah suatu pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Prevalensi hemoroid di Indonesia cukup
tinggi yaitu 9.117.318 penduduk, dan pada pemeriksaan kolonoskopi didapatkan
26,09% perdarahan saluran cerna bawah diakibatkan pecahnya hemoroid. Banyaknya
faktor risiko yang menyebabkan hemoroid seperti faktor mengedan, pola buang air
besar yang salah, adanya tumor, kehamilan, usia tua, konstipasi, diare, kurang makan
buah dan sayur, kurang olah raga dan lainnya, maka penatalaksanaan dapat bersifat
medis nonfarmakologis (bisa menjadi pencegahan), medis farmakologis, dan
pembedahan.6
Gangguan pancaindera akibat proses penuaan dimana mempengaruhi sistem
saraf. Fungsi penglihatan terjadi gangguan adaptasi gelap, pengeruhan lensa,
ketidakmampuan untuk fokus benda jarak dekat, dan lakrimasi. Sementara fungsi
pendengaran tampak hilangnya nada frekuensi tinggi secara bilateral, serta sulit
membedakan sumber bunyi. Gangguan ini dapat menyebabkan lansia terasa terisolasi
dan menyendiri, sehingga perlu penanganan dini untuk mencegah gangguan fungsi
sosial.1,2
Banyaknya penyakit pada lansia akibat degenerasi menyebabkan kualitas hidup
lansia mudah rendah. Tidak hanya itu, karena kondisi lansia berbeda dengan dewasa
maupun anak, sehingga perlu penanganan tertentu. Oleh karena itu, penanganan pada
lansia perlu secara komprehensif dimana dimulai dari pencegahan penyakit hingga
penatalaksanaan yang tepat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
BAB II
ASESMEN GERIATRI
d. Riwayat pembedahan
Pasien tidak pernah menjalani pembedahan sebelumnya.
g. Riwayat alergi
Tidak ada alergi makanan ataupun obat-obatan.
h. Riwayat kebiasan
Merokok
Apakah anda merokok? Tidak
Apakah orang terdekat atau di sekitar anda merokok? Ya.
Minum alkohol
Apakah anda minum minuman beralkohol? Tidak.
Olah raga
Apakah anda melakukan olah raga? Ya
Bila YA, apa jenis olah raga yang biasa anda lakukan? Senam lansia
Berapa kali dalam seminggu? Setiap pagi
Berapa lama intensitas waktu anda melakukan olahraga tersebut? 15-30
menit
Konsumsi kopi
Apakah anda minum kopi? Tidak.
l. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
m. Status fungsional
ADL dasar dan instrumental
Tabel 3. ADL dasar dan instrumental.
Perlu Tergantung
Bisa sendiri
bantuan orang lain
sepenuhnya
seseorang sepenuhnya
Mandi √
Ambulansi √
Tranfer √
Berpakaian √
Berdandan √
BAB / BAK √
Makan √
Sediakan makan √
Atur keuangan √
Atur minum obat-obatan √
Bertelepon √
Kesimpulan: Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun
memiliki keterbatasan yang membutuhkan bantuan orang lain terutama
bepergian jauh atau naik tangga.
Keterbatasan fungsional
Sudah berapa lamakah (apabila ada) kesehatan anda membatasi
kegiatan anda berikut ini?
Tak
>3 bulan <3 bulan
terbatasi
Berbagai pekerjaan berat (mis. angkat
√
barang, lari)
Berbagai pekerjaan sedang (mis.menggeser
meja / almari, angkat barang belanjaan)
Pekerjaan ringan di rumah yang biasa
√
dikerjakan
Mengerjakan pekerjaan (di kantor / sehari-
√
hari)
Naik bukit / naik tangga √
Membungkuk, berlutut, sujud √
Berjalan kl.100 meter √
Makan, mandi, berpakaian, ke WC √
b. Keadaan Kulit
Bercak kemerahan : Tidak ada
Lesi kulit lain : Tidak ada
Curiga keganasan : Tidak ada
Dekubitus : Tidak ada
c. Pendengaran
Tabel 6. Pemeriksaan Pendengaran.
Ya Tidak
Dengar suara normal √
Pakai alat bantu dengar √
Serumen impaksi √
d. Penglihatan
Tabel 7. Pemeriksaan Penglihatan.
Ya Tidak
Dapat membaca huruf surat kabar
- Tanpa kacamata √
- Dengan kacamata Tidak pakai kacamata
Terdapat katarak/tidak
- Kanan √
- Kiri √
e. Mulut
Tabel 9. Pemeriksan Mulut.
Buruk Baik
Higiene mulut √
Ada Tidak
Gigi palsu √
Terpasang √
Lecet di bawah gigi palsu √
Lesi yang lain (kalau ada jelaskan) √
f. Leher
Tabel 10. Pemeriksan Leher.
Normal Abnormal (jelaskan)
Derajat gerak √
Kel. Tiroid √
g. Dada
Massa teraba/tidak : Tidak teraba massa
Kelainan lain : Tidak ada
h. Paru-paru
Tabel 11. Pemeriksan Paru-paru
Kiri Kanan
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi :
- suara dasar Vesikuler Vesikuler
- suara tambahan Rhonki (-), wheezing (-) Rhonki (-), wheezing (-)
i. Kardiovaskuler
Tabel 16. Pemeriksan kardiovaskuler
a. Jantung
- Irama Regular Ireguler
√
- Bising Ya Tidak
√
- Gallop Ada Tidak
√
Lain-lain (jelaskan)
b. Bising Ada Tidak
- Karotis : Kiri √
Kanan √
- Femoralis : Kiri √
Kanan √
c. Denyut nadi perifer Ada Tidak
- A. dorsalis pedis
Kiri √ (regular)
Kanan √ (regular)
- A. tibialis posterior
Kiri √ (regular)
Kanan √ (regular)
d. Edema Tidak ada
- Pedal √
- Tibial √
- Sakral √
j. Abdomen
Hati membesar/ tidak : Tidak
Massa abdomen lain : Tidak ada
Bising/ bruit : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Cairan asites : Tidak ada
Limpa membesar/ tidak : Tidak
k. Rektum/ anus
Tabel 17. Pemeriksan rectum/anus
Ada Tidak
Tonus sphincter ani
Pembesaran prostat TIDAK DIPERIKSA
Jelaskan kalau ada
Massa di rectum Terdapat massa sebesar 1,5 cm di lubang
anus arah jam 6, nyeri (-), darah (-)
Impaksi fekal TIDAK DIPERIKSA
l. Genital/ pelvis :
Tabel 18. Pemeriksan genital
Ya Tidak
Atrofi vaginal
Massa
Vaginitis atroficans TIDAK DIPERIKSA
Nyeri tekan
Prolaps pelvis
Lain-lain : -
Tes pap: Tidak dikerjakan
m. Muskuloskeletal
Tabel 19. Pemeriksan muskuloskeletal
Tak Tl. Bahu Siku Tangan Pinggul Lutut Kaki
ada Blkg
Deformitas √ √ (digiti I √
dextra)
Gerak terbatas √ √ √
Nyeri √ √
Benjolan/ √ √
peradangan
Krepitasi √
n. Neurologik / Psikologik
a. Status Mentalis :
Tabel 20. Pemeriksan neurologis
Baik Terganggu
Orientasi
Orang √
Waktu √
Tempat √
Situasi √
Baik Terganggu
Daya ingat
Sangat lampau √
Baru terjadi √
Ingat obyek stlh 5 menit √
segera (mengulang)
c. Umum
Tabel 22. Pemeriksan umum
Normal Abnormal (jelaskan)
Syarat otak
Motorik : - Kekuatan √ (menurun)
- Tonus √ (menurun)
Sensorik : - Tajam √
- Raba √
- Getaran √
a. Tanda-tanda lain
Tabel 23. Tanda-tanda lain
Ya Tidak Bila Ya, jelaskan
Tremor saat istirahat √
Rigiditas cog-wheel √
Bradikinesia √
Tremor intense √
Gerakan tak sadar √
Refleks patologis √
Kesimpulan : status neurologis pasien baik.
o. Resiko Jatuh
No Identifikasi Jawaban
1 Apakah ada jatuh beberapa Ya
tahun kebelakang?
2 Kekhawatiran akan jatuh Ya
3 Permasalahan jantung/Vaskular Tidak
4 Gangguan kognitif Tidak
5 Inkontinensia Tidak
6 Depresi Tidak
7 Masalah Motorik dan Sensoris Ya
8 Permasalahan spesifik lainnya Tidak
9 Pengobatan psikoaktif Tidak
10 Pengobatan menggunakan Tidak
sedasi
11 Pengobatan yang menyebabkan Tidak
hipotensi
12 TUG test >12 detik Tidak
13 Visus <20/40 atau tidak >1 tahun tidak memeriksakan mata
pemeriksaan mata >1 tahun
14 Perubahan sistol lebih dari 20 Tidak
mmHg atau diastol lebih sama
dengan dari 10 mmHg, atau
pusing ketika berpindah dari
berbaring ke berdiri
2.4 DATA LABORATORIK
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah melakukan pemeriksaan
laboratorium namun sudah hilang. Menurut keluarga pasien hasil pemeriksaan
gula darah dalam batas normal (1 tahun lalu).
Biologis Terdapat benjolan pada anus 1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang - Pola BAB berubah, dan makan makanan
dari dalam anus, nyeri (-) hemoroid/ambeien, komplikasi, penatalaksanaannya tinggi serat
Diagnosis : Hemoroid interna 2. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk - Tidak terjadi penambahan ukuran
mencegah pembesaran hemoroid dengan memberi hemoroid, serta tidak ada keluhan nyeri
makanan tinggi serat, banyak minum air, banyak berjalan, dan berdarah pada hemoroid.
dan jangan mengejan berlebih.
3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga bila terjadi
peradangan dan nyeri, dapat dikompres es 10 menit. Bila
terjadi perdarahan terus menerus, segera dibawa ke dokter.
4. Rencana pengobatan : Hidrokortison 1% cream (dipakai
bila benjolan nyeri atau terasa panas)
18
Biologis Gangguan penglihatan jarak 1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai - Keluarga memeriksakan penglihatan
dekat kondisi pasien akibat penuaan, serta gangguan lainnya dan pendengaran pasien
Gangguan pendengaran yang dapat terjadi pada pasien lansia.
2. Menyarankan pasien untuk memeriksakan penglihatan
dan pendengaran.
19
Aspek Indikator Problem/ Perencanaan Pendekatan Komprehensif Indikator
Diagnostic
Psikologis Tes status mental/kognitif 1. Memotivasi pasien untuk terus melakukan gerakan- - Pasien tidak depresi
dengan MMSE (mini mental gerakan yang ringan agar tubuh tidak kaku dan agar dapat - Pasien tetap aktivitas melakukan
status examination) mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari kegiatan sehari-hari dengan baik,
Hasil tes penapisan depresi 2. Membangun kepercayaan diri pasien agar pasien yakin
baik di dalam rumah maupun di
pada geriatri tidak didapatkan lingkungan sekitar rumah
bahwa dirinya dapat tetap hidup produktif meskipun
tanda – tanda kemungkinan
depresi pada pasien dalam 1 pasien mengalami keterbatasan gerak dengan melakukan
bulan terakhir sosialisasi dengan lingkungan (tetangga) pasien.
3. Memantau tanda-tanda depresi pada pasien dan
memantau apakah terdapat penurunan fungsi kognitif
dengan tes MMSE secara berkala pada setiap kunjungan
4. Meminta pasien/keluarganya untuk menghubungi
apabila terjadi perubahan suasana hati dan penurunan
daya ingat serta perubahan tingkah laku yang signifikan
Sosial Tes ada/tidaknya hambatan dalam 1. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa - Pasien tidak mengalami
status fungsional pasien dengan : pasien perlu dipantau dan dibantu dalam melakukan keterbatasan dalam pekerjaan yang
Tes ketergantungan dalam aktivitasnya sehari-hari ringan pada pemeriksaan ADL
melakukan kegiatan sehari- secara berkala
2. Memberikan saran kepada keluarga pasien, yaitu agar
hari (ADL/Activity Daily - Lantai rumah tampak bersih,
selalu menjaga kebersihan lantai, agar lantai tidak licin penerangan cukup, barang di rumah
Living)
Tes keterbatasan fungsional dan didalam kamar mandi agar diberi karpet karet, diberi tertata dengan baik
Berdasarkan tes pasien pegangan, sumber penerangan (lampu) harus cukup, - Pasien tetap aktif berkegiatan di
memiliki keterbatasan dalam merapihkan rumah agar tidak ada barang yang dalam maupun luar rumah
melakukan aktivitas sehari- berserakan, jika perlu memberikan tongkat kepada pasien
hari (ADL) dan Keterbatasan agar mempermudah berjalan.
fungsional dalam melakukan 3. Edukasi kepada keluarga untuk mendukung pasien dalam
aktivitas sedang - berat
menjalani aktivitasnya baik di dalam maupun luar rumah
dengan tetangga
20
2.7 LAPORAN LANJUTAN
Tabel 22. Laporan lanjutan
Tanggal Problem diagnostik Kegiatan
1 Oktober 2018 - Osteoarthritis - Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
- Hipertensi menyeluruh dan edukasi kepada pasien
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya
- Edukasi sesuai dengan pendekatan
komprehensif, mencakup aktivitas fisik dan
lingkungan rumah yang nyaman bagi pasien
(dirinci ditabel diatas)
- Menganjurkan pasien untuk minum obat dengan
benar sesuai anjuran dokter, baik dosis maupun
waktu minum serta kepatuhan minum obat.
- Berkeliling melihat kondisi lingkungan di dalam
dan luar rumah pasien.
- Pengukuran tanda-tanda vital, TD = 160/100
mmHg
21
10 Oktober - Osteoarthritis - Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2018 - Hipertensi lanjutan
- Mengobservasi hasil dari latihan fisik sederhana
serta kegiatan sehari-hari pasien.
- Keluarga pasien sudah membantu pasien untuk
melakukan latihan fisik sederhana dan
membantu memberitahu gerakan-gerakan
tersebut kepada pasien.
- Pasien sudah makan obat hipertensi teratur
- Pengukuran tanda-tanda vital, TD = 140/90
mmHg
Informasi
- Menginformasikan tentang masalah yang dialami pasien kepada pasien dan
keluarganya
- Menjelaskan terapi yang diberikan saat ini dan terapi lanjutan yang dibuthkan
bagi pasien
- Menjelaskan ke keluarga pasien bahwa pasien butuh pertolongan keluarga
untuk menjalani aktivitas sehari-hari
Edukasi
- Mengedukasi pasien untuk meminum obat secara teratur
22
- Mengedukasi pasien untuk rutin memeriksa kesehatan dan mendapatkan
pengobatan ke puskesmas sebelum obat habis. Dan bila diperlukan ke bedah
orthopedik dan rencana terapi fisioterapi.
- Mengedukasi pasien untuk mengurangi makanan yang tinggi lemak, garam
dan gula yang berlebih. Perbanyak mengkonsumsi susu yang tinggi kalsium,
makanan yang rendah kalori, tinggi protein, serat dan vitamin seperti buah-
buahan dan sayuran.
- Selalu menjaga kebersihan diri serta lingkungannya, selain itu memakai alas
kaki tidak licin di dalam rumah, menggunakan alas kaki yang nyaman,
tertutup, dan tidak licin apabila berjalan kaki di luar rumah. Menggunakan
tongkat untuk memudahkan pasien berjalan
- Menyarankan pasien dan keluarga pasien untuk lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan sosial dan bersosialisasi dengan warga sekitar, untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan membiasakan otot-otot pasien untuk beraktivitas
sehingga dapat menjadi lebih produktif
- Memberikan saran kepada keluarga pasien, yaitu agar selalu menjaga
kebersihan lantai, agar lantai tidak licin dan didalam kamar mandi agar diberi
karpet karet, diberi pegangan, sumber penerangan (lampu) harus cukup, tidak
mengunci pintu saat berate di kamar mandi, merapihkan rumah agar tidak ada
barang yang berserakan, memberikan tongkat kepada pasien agar
mempermudah berjalan. Dan menempatkan kamar pasien di lantai dasar
dengan ranjang pendek.
Terapi Farmakologik
- Natrium diklofenat 25 mg 2x1
- Vitamin B complex 2x1 tab
- Kalsium Laktat 500 mg 1x1
- Antasida tab 2x1, sebelum makan Na diklofenat
- Amlodipin 1x10mg
23
Terapi Non-farmakologik
- Anjuran untuk melanjutkan pengobatan ke puskesmas agar dapat dilakukan
rujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan yang dapat menangani
penyakit pada pasien lebih lanjut
- Anjuran menggunakan tongkat untuk berjalan
- Mengubah gaya hidup dari segi makanan yang bergizi, olahraga ataupun
aktivitas fisik yang rutin.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pasien merupakan seorang perempuan berusia 85 tahun dengan
osteoarthritis, hipertensi, dan hemoroid. Dari asesmen geriatri yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki hendaya fisik berupa keterbatasan
fungsional dalam melakukan pekerjaan berat dan pekerjaan sedang, berjalan
masih dapat dilakukan walaupun kadang nyeri. Pasien juga mengalami
keterbatasan dalam melakukan gerakan seperti berlutut, berjongkok dan sujud.
Pada kunjungan pertama dilakukan komunikasi efektif, anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk mencari masalah yang ada pada
pasien. Selanjutnya pasien dan keluarga diberikan edukasi terhadap masalah
kesehatannya serta penanganannya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
permasalahan kesehatannya serta diberikan pula medikamentosa, berupa obat
penghilang rasa nyeri dan vitamin. Pasien disarankan kembali untuk rajin
memeriksakan kesehatan ke dokter mengingat adanya penyakit kronis
(osteoarthritis dan hipertensi), dan gangguan pancaindera.
Pada kunjungan kedua dan ketiga, dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik lanjutan, dan pemeriksaan tekanan darah. Kemudian didapatkan ternyata
masih terdapat beberapa masalah. Namun pasien dan keluarga sudah melakukan
beberapa hal yang telah diberitahukan kepada pasien dan keluarganya pada
kunjungan kedua. Selain itu diberikan edukasi ulang bila keluarga masih ada yang
belum dimengerti pada kunjungan pertama maupun kedua. Kepada keluarga
terdekat ditekankan pula untuk selalu memberi perhatian serta motivasi kepada
pasien agar tetap semangat dalam menjalankan kegiatan sehari dan agar tetap
menjadi produktif walaupun dengan keterbatasan yang ada.
3.2 SARAN
Diharapkan dalam pembuatan laporan asesmen geriatri selanjutnya,
peneliti dapat memberikan edukasi dan penyuluhan yang lebih menyeluruh dan
lebih detail mengenai masalah osteoarthritis, hipertensi, dan gangguan pancaindra
25
kepada pasien dan keluarganya agar dapat lebih udah dipahami sehingga
dilaksanakan dengan baik. Penjelasan nutrisi untuk pasien secara menyeluruh
diperlukan, mengingat risiko diare dan hemoroid meningkat pada lansia.
Diharapkan peneliti juga dapat menjelaskan pentingnya menjaga pola hidup
bersih dan memberikan motivasi pada para lansia oleh keluarga terdekat sangatlah
penting sehingga status kesehatan lansia tetap baik dan tetap produktif diusia
lanjutnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Lampiran 1
PENILIAIAN
<15 : Sangat mungkin demensia
15-36 : Normal
28
Lampiran 2
ADL (Activity Daily Living)
Item yang
No. Skor Nilai
dinilai
1. Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3. Perawatan 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
diri 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan 1
(Grooming) bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 2
2 = Mandiri
5. Buang air 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
kecil (Bowel) 1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2
(Bladder) 2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa
2
hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 3
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Kesimpulan : Jumlah skor ADL Ny.A = 19, dapat disimpulkan bahwa pasien
mempunyai ketergantungan ringan dalam aktivitas sehari-hari.
29
Lampiran 3
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)
Nama Responden : Ny.Amanih
Umur : 85 tahun
Pendidikan : SD
Tanggal : 2 Oktober 2018
Nilai
No Tes Nilai
Max
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2 Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung),
5 5
(ruang)
REGISTRASI
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang
1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta
mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. 3 3
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai 5 3
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 3
BAHASA
6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
2 2
(perlihatkan pensil dan jam tangan)
7 Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau
1 -
tetapi”
8 Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini
3 3
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:
1 1
“Pejamkanlah mata Anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 1
11 Responden diminta menyalin gambar 1 1
Skor Total 30 27
30
Interpretasi nilai MMSE :
26 – 30 : normal
21 – 25 : gangguan kognitif ringan
10 – 20 : gangguan kognitif sedang
0–9 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
Pada Ny A didapatkan hasil skor 30 pada pemeriksaan MMSE. Hal ini menandakan
bahwa pasien tidak terdapat gangguan kognitif.
31
Lampiran 4
FALL RISK CHECKLIST
Nama Responden : Ny.Amanih
Umur : 85 tahun
Pendidikan : SD
Tajam penglihatan <6/12 ATAU tidak terdapat >1 tahun tidak periksa mata
pemeriksaan mata selama >1 tahun
Hipotensi Postural
Penurunan tekanan darah sistolik ≥20 mm Hg atau YA/TIDAK
tekanan darah diastolik ≥10 mm Hg atau keleyengan
atau pusing saat bangun dari posisi berbaring ke posisi
berdiri?
Faktor risiko lain?(sebutkan)
Usia lanjut YA/TIDAK
Pencahayaan kurang YA/TIDAK
Lantai kamar mandi yang licin YA/TIDAK
Posisi kasur yang tinggi YA/TIDAK
Kesimpulan: Pada Ny. A didapatkan beberapa faktor risiko jatuh, sehingga perlu
dilakukan intervensi untuk mengurangi risiko tersebut.
32
Lampiran 5.
GERIATRIC GIANT
1. Imobilisasi
Pada pasien Ny. A ditemukan terdapat imobilisasi yaitu suatu keadaan tidak
bergerak/tirah baring. Pada pasien ini mengalami tirah baring selama 3 hari
dikarenakan nyeri pada kedua lutut pasien sakit hilang timbul, sehingga membuat
pasien tidak mau berjalan bila nyeri. Namun bila tidak nyeri, pasien biasanya jalan
keliling rumah.
2. Instability (Instabilitas Dan Jatuh)
Pada bulan Januari 2018 pasien pernah mengalami jatuh akibat terpeleset di
kamar mandi. Pasien pernah mengalami jatuh sebelumnya sekitar 5 tahun lalu. Faktor
yang menyebabkan pasien jatuh yang dapat dilihat dari faktor intrinsik (pada pasien)
adalah karena usia pasien 85 tahun (otot melemah dan penurunan fungsi sensoris) dan
pasien memiliki penyakit osteoarthritis sehingga kedua lutut pasien terasa nyeri, dan
faktor risiko ekstrinsik (terdapat di lingkungan) adalah lantai kamar mandi yang licin,
tidak terdapat karpet karet, alat bantu untuk berjalan seperti tongkat atau kursi roda
dan tidak adanya pegangan untuk pasien berjalan kekamar mandi.
3. Incontinence (Inkontinensia Urin Dan Alvi)
Pasien tidak memiliki inkontinensia urin dan alvi karena setiap pasien ingin
BAK atau BAB, pasien selalu menuju kekamar mandi sendiri, kecuali saat kaki nyeri
atau pusing maka diantar orang. Dan tidak pernah BAK dan BAB sembarangan.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia Dan Delirium)
Pasien tidak memiliki Intelectual Impairement atau gangguan Intelektual hal
ini dibuktikan dari pasien masih mengingat namanya, nama suaminya, nama anak dan
cucunya, serta pasien mengetahui dia berada dimana. Serta pasien masing dapat
mengingat hari ini hari apa, dan masih ingat makanan kemarin.
5. Infection (infeksi)
Saat dilakukan allonamanesis oleh anaknya pasien tidak memiliki riwayat
infeksi seperti penyakit TB Paru dan penyakit paru lainnya. Pasien memiliki riwayat
33
penyakit non infeksi berupa hipertensi. Keluhan nyeri saat BAK juga disangkal dan
gejala-gejala infeksi seperti demam, kebingunan, adanya penurunan nafsu makan
tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku juga disangkal.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan
dan penciuman)
Gangguan penciuman disangkal oleh pasien. Pasien didapatkan gangguan
pendengaran karena saat dilakukan wawancara pasien kadang sulit mendengar
dengan baik dan sering menanyakan kembali hal yang ditanyakan. Untuk gangguan
penglihatan, pasien tidak memakai kacamata, masih dapat melihat jarak jauh, namun
jarak dekat sudah mulai kurang jelas. Dan saat dilakukan anamnesis pasien
menyangkal adanya bayangan kabut putih serta bayangan kabur juga disangkal dan
pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan lensa yang keruh.
7. Isolation (Depression)
Pasien tidak memiliki tanda-tanda Isolation (terisolasi) dan depresi. Hal ini
dibuktikan dari saat wawancara mengenai penapisan depresi pasien selalu menjawab
bahwa dia senang dengan hidupnya sekarang. Dia juga tinggal bersama anak. Dan
anak dan cucunya juga sering mengajak pasien mengobrol, serta keluarga sering
berkunjung ke rumah pasien.
8. Inanition (malnutrisi)
Pada pasien ini tidak ditemukan malnutrisi hal ini dikarenakan pasien makan
makanan yang bergizi dan tidak memiliki gangguan makan seperti anoreksia. Dan
pasien tidak memiliki penurunan nafsu makan serta tidak memiliki gangguan
menelan.
9. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan), Pada pasien ini pasien tidak bekerja dan hanya
dirumah saja kegiatannya. Tetapi untuk kehidupan sehari-hari dan keperluan pasien
didapatkan dari biaya anaknya dan pasien tidak memiliki tunjangan dari pensiunnya,
karena pasien dulu hanya ibu rumah tangga. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari pasien masih merasa cukup dikarenakan masih mendapatkan biaya dan
uang tambahan dari anaknya.
34
10. Iatrogenic
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat
yang tidak sedikit jumlahnya. Pada pasien, tidak ada riwayat pengobatan OAINS
karena nyeri yang dirasakan hilang timbul. Dan untuk hipertensi pasien tidak
mengkonumsi obat karena belum sempat berobat kembali 2 minggu ini. Untuk
keluhan sakit kuning disangkal oleh pasien dan keluarganya. Dan keluhan BAK sakit
atau gangguan ginjal disangkal juga oleh pasien dan keluarganya.
11. Insomnia
Pasien dan keluarganya mengaku akhir-akhir ini pasien sering Insomnia,
dikarenakan kedua lututnya selalu sakit setiap malam sehingga membuat pasien sulit
tidur dikarenakan penyakitnya.
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Pasien tidak mengalami Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan
tubuh)
13. Impotence
Karena pasien wanita maka tidak ditemukan Impotensi
14. Irritable bowel
Pada pasien ditemukan Irritable bowel. Hal ini dibuktikan lalu saat dilakukan
anamnesis pada pasien dan keluarga, pasien memiliki gejala diare hingga pernah
dirawat karena diare pada 1 tahun. Gejala itu terkadang muncul secara tiba-tiba tanpa
ada faktor pencentus. Dan pasien memiliki ambeien, namun tidak mengganggu
kehidupan sehari-hari.
35
RENCANA PENANGGULANGAN PADA MASALAH
GERIATRIC GIANT NY A, 85 TAHUN
1. Imobilisasi
Mengajarkan latihan fisik sederhana kepada pasien seperti menggerakan kedua
tangan dan kakinya dengan posisi duduk atau diberi bola tangan agar pasien bisa
olahraga ringan meski dikasur serta mengajarkan kepada keluarga pasien untuk
memindahkan posisi pasien saat dikasur dan pasien diajarkan berjalan pelan-pelan
jika lututnya masih terasa kuat dengan bantuan tongkat.
2. Instability (Instabilitas Dan Jatuh)
Memberi saran kepada keluarga pasien agar mengantarkan pasien jika ingin ke
kamar mandi, namun jika pasien tidak ingin diantarkan meminta pasien tidak
mengkunci kamar mandi, membuat pegangan disekitar kamar mandi dan ruangan
dirumah, memasang karpet karet di kamar mandi, memakai alat bantu jalan seperti
tongkat, dan pasien memakai sandal yang tidak licin.
3. Impairement of hearing, vision and smell
Menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan pendengaran dan penglihatan
ke dokter, serta memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu dengar.
4. Insomnia
Perbanyak aktivitas saat pagi dan siangnya harinya agar saat malam hari pasien
merasa lelah dan mudah tidur serta untuk sakitnya sebaiknya sebelum tidur ketika
sakit pasien diberi obat anti nyeri .
5. Irritable bowel
Menyarankan kepada keluarga untuk memasak atau memberikan makan pada
pasien yang banyak mengandung serat seperti sayuran dan buah, serta tidak
memberikan makanan yang pedas ataupun yang terlalu asam. Dan diwajibkan
untuk banyak minum air (minimal 2 liter per hari).
36
Lampiran 6
37
Gambar 3. Kunjungan III tanggal 10 Oktober 2018
38