Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TRI SUSANTO
3172131007
HP : 082275436489
Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan/mini riset saya yang saya
kerjakan dalam pemenuhan tugas Meteorologi dan Klimatologi adalah benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain dan belum pernah
di ikutkan dalam segala bentuk perlombaan serta belum pernah dimuat di
manapun.
Apabila dikemudian hari ternyata tulisan/mini riset saya tidak sesuai
dengan pernyataan ini, maka secara otomatis tulisan/naskah saya dianggap gugur.
Demikian pernyataan ini dibiat dengan sebenarnya.
Yang Menyatakan,
(Tri Susanto)
NIM: 3172131007
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 3172131007
Judul Mini Riset : Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi
Potensial untuk Kab/Kota Medan dari Tahun 1992-2001
Mini Riset ini telah selesai dilaksanakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Meteorologi dan Klimatologi pada Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan kerunia-Nya saya masih dapat menyusun laporan
Mini Riset ini.
Dengan penyusunan laporan Mini Riset ini, saya berharap kepada semua
orang agar dapat menerapkannya bagi kehidupan sehari-hari baik dilingkungan
formal maupun lingkungan yang tinggali. Saya berharap antusiasnya bagi
kalangan pelajar untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide yang dimiliki,
agar dapat dikembangkan.
Saya menyadari bahwa baik dalam penyusunan, teknik, maupun hasil yang
di paparkan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kami mengharapkan kepada seluruh pembaca agar dapat memberikan kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang
telah membanntu dalam menyelesaikan makalah ini.
(Tri Susanto)
NIM. 3172131007
iv
Nama : Tri Susanto
Sumatera Utara
ABSTRAK
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Mini Riset
Adapun tujuan dari laporan mini riset ini adalah untuk memnuhi setiap tugas
mata kuliah yang ada pada kurikulum KKNI di Universitas Negeri Medan.
Adapun tujuan lainnya yaitu dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran
mahasiswa dalam menganalisis data dan mengamati setiap kegiatan penelitian
yang dilakukan, salah satunya yaitu dalam melakukan pengamatan dan
pengolahan data curah hujan di kota Medan berdasarkan tahun yang telah
ditetapkan oleh dosen. Tujuan yang tak kalah pentingnya yaitu untuk
mengembangkan semangat dari stiap mahasiswa dalam mengdapi masalah.
2
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
3
b. Metode Poligon Thiessen
Dalam metode poligon thiessen, curah hujan rata-rata didapatkan dengan
membbuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian setiap stasiun penakar hujan
akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup luas tertentu. Cara ini dipandang
lebih baik dari cara rerata aljabar (Arimatik), Yaitu dengan memmasukan faktor
luas areal yang diwakili oleh setiap stasiun hujan.
Jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poigon dengan besar curah hujan di
stasiun dalam poligon tersebut dibagi dengan luas daerah seluruh DAS akan
menghasilkan nnilai curah hujan rata-rata DAS. Prosedur hitungan dari metode ini
dilukiskan pada persamaan-persamaan berikut:
p=\frac{A_{1}.p_{1}+A_{2}.p_{2}+...+A_{n}.p_{n}}{A_{total}}
dengan:
p = curah hujan rata-rata,
p1,p2,...,pn = curah hujan pada setiap stasiun,
A1,A2,...,An = luas yang dibatasi tiap poligon atau luas daerah yan mewakili
stasiun 1,2,...,n.
Nilai perbandingan antara luas poligon yang mewakili setiap stasiun
terhadap luas total Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut disebut sebagai faktor
bobot Thiessen untuk stasiun tersebut. Dengan demikian cara ini dipandang lebbi
baik dari cara rerata aljabar karena telah memperhitungkan pengaruh letak
penyebaran stasiun penakar hujan. Metode ini cocok untuk menentukan hujan
rata-rata dimana lokasi hujan tidak banyak dan tidak merata.
4
c. Metode Isohyet
Metode ini menggunakan pembagian DAS dengan garis-garis yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama besar (isohyet).
Curah hujan rata-rata di daerah aliran sungai didapatkan dengan menjumlahkan
perkalian antara curah hujan rata-rata di antara garis-garis isohyet dengan luas
daerah yang dibatasi oleh garis batas DAS dan dua garis isohyet, kemudian dibagi
dengan luas seluruh DAS.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu apabila dikerjakan secara manual,
dimana setiap kali harus menggambarkan garis isohyet yang tentunya hasilnya
sangat tergantung pada masing-masin pembuat garis. Unsur subyektivitas ini
dapat dihindarkan dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang dapat
menghasilkan gambar garis isohyet berdasarkan sistem intrpolasi grid, sehingga
hasilnya akan sama untuk setiap input data di masing-masing stasiun hujan.
Ilustrasi hitungan hujan rerata DAD dengan menggunakan metode isohyet dapat
kita lihat pada Contoh Soal dan Penyelesaian. Persamaan dalam hitungan hujan
rata-rata dengan metode isohyet dapat kita rumuskan seperti berikut:
p=\left ( \frac{A_{1}}{A_{total}}\times \frac{\left (p_{1}+p_{2} \right )}{2}
\right )+\left ( \frac{A_{2}}{A_{total}}\times \frac{\left ( p_{2}+p_{3} \right
)}{2} \right )+...+\left ( \frac{A_{1}}{A_{total}}\times \frac{\left (
p_{n}+p_{n+1} \right )}{2} \right )
dengan:
p = curah hujan rata-rata,
p1,p2,...,pn = besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet,
At = luas total DAS (A1+A2+...+An)
Dalam praktek pemakaian hitungan hujan DAS tersebut, banyak digunakan cara
kedua atau metodePoligon thiessen karena dipandan lebih praktis dengan hasil
yang cukup baik.
Demikian sedikitnya pembahasan dari saya mengenai Cara menghitung hujan
Rata-rata Daerah Aliran Sungai. Semoga bermanfaat. Thanks.
5
Gambar 2.2 Contoh Metode Isohyet
6
BAB 3. METODE PENELITIAN
7
BAB 4. PEMBAHASAN
8
B. Dasar Teori
Klasifikasi iklim bermacam-macam dan salah satu model yang banyak
digunakan di Indonesia adalah Iklim Schmidt-Ferguson. Mereka menggolongkan
iklim dengan indikator utama bulan basah-bulan lembab-bulan kering. Klasifikasi
ini dikembangkan pada 1950 oleh kedua ahli meteorologi tersebut. Mereka
membuat klasifikasi khusus tentang iklim di Indonesia karena klasifikasi Koppen,
Thornwaite dan Oldemen dirasa tidak cocok digunakan di Indonesia.
Indikator yang digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan kering dan bulan
basah adalah sebagai berikut:
- Bulan Basah (BB) : curah hujan > 100 mm per bulan.
- Bulan Lembab (BL) : curah hujan 60-100 mm per bulan
- Bulan Kering (BK) : curah hujan < 60 mm per bulan
Schmidt-Ferguson melakukan penelitian untuk menentukan kategori bulan
di atas lalu dihitung rata-ratanya, hasilnya muncul angka di atas tadi. Rumus
untuk menghitung iklim ini menggunakan Model Q yaitu:
C. Alat/Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam mengolah data ini adalah kertas,
pulpen, kalkulator, pingsil warna, laptop. Bahan yang diolah adalah data yang
sudah di ambil dari masing-masing stasiun.
D. Pembahasan
Dari hasil perhitungan data curah hujan yang telah dilakukan selama 10
tahun yang dimana di mulai dari tahun 1992 hingga tahun 2001 maka di dapatlah
rata-rata data curah hujannya.
9
Tabel 4.1 Data Rata-rata Curah Hujan
10
Analisis Tipe Iklim Suatu Tempat Dengan
Klasifikasi Iklim MOHRN dan OLDEMAN
Pada data ini tidak memiliki data curah hujan bulan kering dan hanya
terdapat data curah hujan bulan basah dengan tingkat curah hujan diatas 83-100
mm, oleh karena itu tidak dapat diklasifikasikan iklim menurut metode Mohr dan
Oldeman
11
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penjelasan yang sudah di paparkan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam menganalisis data curah hujan dapat dilakukan tiga
metode yaitu metode Aljabar, metode Poligon Thiessen, dan metode Isohyet.
Pengumpulan data yang dilakukan selama 10 tahun di kota Medan yang dimulai
dari tahun 1992 hingga 2001 dengan menganalisisnya yang dimana tinggkat curah
hujan di kota Medan cukup tinggi dan termasuk golongan iklim A. Dlam
menganalisis curah hujan kota Medan meka peneliti mennggunakan atau
mengumpulkan data dari tiga stasiun yang berbeda.
5.2 Saran
Penulis berharap untuk kedepannya akan ada atau akan muncul karya-karya
yang lebih bagus dari hasil penelitian yang sebelum-sebelumnya. Penulis juga
berharap agar hasil laporan mini riset ini dapat digunakan sebagai panduan untuk
kalangan lainnya baik pendidikan maupun umum.
12
DAFTAR REFERENSI
Media elektronik
https://www.google.co.id/search?q=metode+perhitungan+curah+hujan&rlz=1C1F
NWS_enID733ID733&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiJ-
cD_zY7YAhXHL48KHeN4DxEQ_AUICygC&biw=1137&bih=735#imgrc=8drv
EfHRep2UhM:
https://successfarmer.blogspot.co.id/2015/09/laporan-resmi-klimatologi-acara-
iv.html
http://www.gurugeografi.id/2017/02/menghitung-iklim-schmidt-ferguson.html
13
Lampiran 1. Data Curah huajan Metode Aljabar
Lampiran 2. Perhitungan dengan Metode Poligon Thiessen
Lampiran 3. Perhitungan Dengan Metode Poligon Thiessen Pada Peta
Lampiran 4. Perhitungan Dengan Metode Isohyet
Lampiran 5. Perhitungan Dengan Metode Isohyet Pada Peta