Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sendi lutut adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan pada paha dan
anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang paha (femur), tulang kering
(tibia) dan tulang tempurung lutut (patella). Fungsi tempurung lutut adalah untuk mengurangi atau
menyerap daya tekanan pada otot-otot tersebut.

Sendi lutut yang normal memiliki permukaan ujung tulang-tulang


dilapisi tulang rawan yang licin dan kenyal. Tulang rawan ini
berfungsi untuk menghalangi pertemuan langsung antara ujung
tulang-tulang yang bersendi dan mengurangi gesekan yang terjadi
saat bergerak. Apabila tulang rawan rusak, ujung tulang-tulang
tersebut akan bertemu satu sama lain, yang akan menyebabkan
gesekan, rasa nyeri dan akhirnya kerusakan tulang rawan yang
lebih lanjut lagi. Kerusakan pada tulang rawan biasanya di
sebabkan oleh berbagai jenis arthritis (radang sendi), yang paling
umum yaitu osteoarthritis. Tidak ada obat ataupun perawatan yang
dapat memulihkan kembali tulang rawan yang sudah rusak, selain
dengan operasi penggantian tulang sendi (arthroplasty). Salah
satu tindakan arthroplasty adalah total knee replacement
Total Knee Replacement (TKR) atau Total Knee Arthroplasty adalah prosedur bedah yang
dilakukan pada sendi lutut untuk mengganti bantalan tulang rawan dengan bantalan buatan yang
terbuat dari komponen metal dan polietilen prostetik. Pada TKR, ujung dari tulang femur akan
dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan
diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan. Tergantung dari kondisi
tempurung lutut pasien biasanya di belakang tempurung lutut juga ditambahkan plastik.

B. Indikasi TKR

Indikasi utama untuk total knee arthroplasty adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang
berhubungan dengan arthritits di lutut pada pasien yang gagal dengan terapi non operatif. Sebagai
contoh, terapi non operatif untuk pasien dengan osteoarthritis meliputi: modifikasi aktivitas,
mengurangi berat badan, menggunakan tongkat, analgesik dan/atau obat-obatan nonsteroid
antiinflamasi.
Intervensi nonoperatif perlu dipertimbangkan sebelum arthroplasty pada pasien dengan
inflammatory arthritis seperti rheumatoid arthritis dan spondyloarthropathies. Total knee arthroplasty
diperlukan pada beberapa pasien dengan osteonecrosis. Hasil pemeriksaan radiologi juga harus
disesuaikan dengan keluhan nyeri, jika tidak sesuai maka penyebab lain rasa sakit tersebut harus
dicari sebelum memutuskan untuk arthoplasty.
Sendi palsu memiliki keterbatasan seumur hidup dan daya tahan dari alat tersebut tergantung
dari faktor yang berhubungan dengan pasien dan arthroplasty. Pertimbangan tersebut antara lain:
1. Umur –angka daya tahan 10 tahun prosthesis dari 11.606 total knee arthroplasty primer yang
dilakukan antara tahun 1978 dan 2000 untuk pasien yang berumur kurang dari 55 tahun dengan
pasien yang berumur lebih dari 70 tahun sangat signifikan (83% banding 90%, masing-masing).
2. Penyakit penyebab – ketahanan prosthesis menjadi lebih pendek pada pasien dengan osteoarthritis
daripada pada pasien dengan rheumatoid arthritis (angka daya tahan 10 tahun prosthesis 90%
banding 95%, masing-masing)
3. Faktor prosthesis dan bedah – tipe prosthesis, teknik fixasi (semen banding bukan semen) dan faktor
lain seperti sparing dari cruciate ligament posterior juga mempengaruhi daya tahan prosthesis.
Dengan demikian, dari sudut pandang ketahanan prosthesis kandidat yang ideal dari total
knee arthroplasty adalah pasien dengan umur lebih dari 70 tahun dengan rheumatoid arthritis.
Namun, dari pertimbangan ketahanan prosthesis harus seimbang dengan menghilangkan nyeri dan
perbaikkan fungsional yang dapat diharapkan dari prosedur pada orang muda.

C. Kontraindikasi TKR

Total knee replacement sebaiknya tidak digunakan pada keadaan klinis seperti dibawah ini:
1. Infeksi yang aktif pada lutut atau diseluruh tubuh
2. Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
3. Quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan lutut karena
kelemahan.
4. Cacat mental yang berat.
5. Mekanisme ekstensor yang tidak berfungsi
6. Sirkulasi atau vaskularisasi ekstremitas yang jelek
7. Penyakit neurologis yang berpengaruh pada ekstremitas

D. Patofisiologi
Tindakan TKR paling sering dilakukan pada pasien dengan penyakit osteoarthritis tingkat
lanjut. Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang disebabkan oleh kerusakan progresif tulang
rawan yang mengakibatkan hilangnya pelapis permukaan tulang sehingga menimbulkan rasa nyeri
jika terjadi setuhan antara tulang dengan tulang.
Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum untuk total knee replacement. Hal ini
terutama berkaitan dengan penuaan. Gejala osteoarthritis biasanya muncul pada usia tua. Kartilago
yang terkena menjadi kasar dan rata. Akan menjadi parah saat kartilago menghilang ketika terjadi
gesekan tulang. Spur pada tulang biasanya tumbuh di sekitar sendi.
Osteoarthrtitis diklasifikasikan menjadi Primer dan Sekunder. Osteoarthitis primer terjadi tanpa
cedera yang dapat diidentifikasi. Osteoarthritis sekunder terjadi karena penyakit lain. Penyebab paling
umum dari osteoarthritis sekunder yaitu kondisi metabolisme, cedera atau pun karena gangguan
peradangan seperti arthritis septik. Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren
dan Lawrence.
Derajat 0 : Tidak ada gambaran osteoartritis.
Derajat 1 : Osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit
minimal.
Derajat 2 : Osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis
dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
Derajat 3 : Osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan
celah sendi sempit
Derajat 4 : Osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi
hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral.
Operasi dilakukan dengan anastesi umum. Dokter ortopedi akan membuat insisi di sendi lutut
yang terkena. Patellanya dipindah (diambil dari tempatnya) kemudian ujung femur dan tibia dipotong
agar sesuai dengan protesa. Demikian pula permukaan bawah patella dipotong untuk memungkinkan
penempatan protesa tersebut.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut (arthroplasty), bagian ujung-ujung tulang
diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene). Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga
bagian tulang pada sendi lutut akan di buang. Kemudian permukaan tulang tersebut baru akan
dilapisi dengan implant.
Permukaan tulang atas akan diganti dengan suatu bagian logam bulat yang hampir
menyerupai lekuk tulang asli. Permukaan tulang bawah diganti dengan logam yang datar dan dialasi
pula dengan plastik (polyethylene) yang berperan sebagai tulang rawan. Bagian bawah tempurung
lutut juga bisa diganti dengan plastik (polyethylene).

E. Pathway (Terlampir)

F. Tanda dan Gejala

Gambaran klinis pasien yang memerlukan tindakan TKR adalah:


1. Rasa nyeri pada sendi

2
Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis maupun kerusakan sendi lutut dengan penyebab
yang lain, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan
fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa
nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada
waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan
sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateral, dan tungkai
atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi

G. Risiko dan keuntungannya


Pasien harus mengerti benar mengenai risiko dan hasil yang berhubungan dengan operasi.
Kesimpulan dari informasi ini diberikan secara tertulis untuk pasien.
1. Risiko
a) Tromboemboli
Deep venous thrombosis (DVT) dan venous thromboembolism adalah komplikasi yang poten dan
kadang-kadang mematikan. Risiko trombosis vena proksimal akibat operasi lutut dapat dikurangi
dengan penggunaan antikoagulan, tetapi dapat juga timbul pada penggunaan dosis profilaxis
warfarin, berat molekul rendah atau unfractioned heparin. Adanya clot pada vena proksimal didapati
pada 7 – 10% pasien operasi lutut yang menggunakan obat-obatan profilaxis.
b) Infeksi
Komplikasi infeksi jarang tetapi serius. Infeksi sendi prostetik dapat disebabkan karena tinggal di
rumah sakit yang lama, sehingga dibutuhkan pemindahan infeksi tersebut, pemberian antibiotik yang
lebih lama dan diikuti dengan reimplantasi.
c) Kelainan paletofemoral
Berbagai kelainan pada sendi sekitar patelofemoral dan mekanisme ekstensor dapat terjadi,
termasuk: subluksasi patella dan dislokasi, adanya komponen yang renggang, fractur, ‘clunk
phenomenon’ dan ruptur dari mekanisme ekstensor (quadriceps atau ruptur tendon patella).
d) Kerusakan saraf
Kerusakan intraoperatif atau pascaoperatif pada saraf peroneal dapat terjadi dan mengakibatkan
kelemahan muskulus tibialis anterios (drop foot) dan kehilangan sensorik.
e) Kerusakan arterial
Kerusakan pada a. Poplitea atau yang lain dapat menimbulkan peningkatan perdarahan dan
membutuhkan perbaikan arteri. Arterial thrombosis dan / atau embolisasi perifer dapat timbul.
f) Fraktur sekitar prostetik
Fraktur proksimal sampai pada komponen femoral (fracture suprakondilar) atau distal sampai implant
tibial dapat terjadi.
g) Masalah pada proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan yang meningkat dapat meningkatkan risiko infeksi sendi sekitar dan
membutuhkan bedah plastik untuk mencapai penyembuhan yang adekuat dari insisi dan fungsi dari
pergerakan lutut tersebut.
h) Pemakaian prostetik dan kegagalannya
Pemakaian polyethylene dapat memprovokasi respon inflamasi dan kadang dapat menimbulkan
kerenggangan prostetik. Apabila hal ini menyebabkan kegagalan lutut prostetik, revisi arthroplasty
mungkin dibutuhkan.
2. Keuntungan

3
Keuntungan dari TKR ini adalah rasa sakit yang berkurang, pengembalian fungsi dan mobilitas,
perbaikan dari varus dan valgus dapat tercapai. Pada flexion contracture lebih sulit mengalami
perbaikan.
a) Rasa sakit yang berkurang
Rasa sakit yang berkurang yang mengikuti penyembuhan dari total knee arthroplasty ini sangat
bagus. Sebagai contohnya, dalam salah satu studi retrospektif dari 233 pasien dengan osteoarthritis
posterior cruciate ligament, 91 % dari pasien tersebut dilaporkan hasil klinis yang baik. Keuntungan
maksimal membutuhkan waktu untuk didapat. Hal ini diilustrasikan pada studi pasien yang
mengalami total hip atau knee replacement. Kebanyakan pasien dengan total hip atau knee
artheroplasty yang dikarenakan menderita osteoarhtristis yang parah mengalami perbaikan dalam
nyeri dimana diperlukan satu tahun atau lebih untuk mencapai efek maksimal. Perbaikan dapat
dicapai rata-rata berkisar sekitar tiga tahun.
b) Perbaikan fungsional
Ketika menjalankan aktivitas sehari-hari secara umum menjadi lebih mudah yang dikarenakan
berkurangnya rasa sakit pada lutut setelah total knee arthroplasty, pemeriksaan fungsi lutut secara
objektif (contohnya range of motion) sedikit mengalami perbaikan. Pada studi yang sudah disebutkan
di atas, hanya 23 % lutut yang didapati memiliki fungsi lutut yang bagus ketika di follow up sekitar 17
tahun setelah operasi pertama. Hasil dari pascaoperasi yang diharapkan sangat tergantung dengan
preoperatif.

c) Koreksi deformitas
Teknik bedah dapat membuat normal atau mendekati normal lutut posisi valgus.Knee flexion
contractures dapat dikurangi pada sebagian besar kasus dengan seleksi komponen yang paling pas
dan pelepasan jaringan lunak. Sebagai contohnya, pada satu studi retrospektif 542 arthroplasty lutut
pada lutut yang mengalami flexion contractures, 95 % mengalami residual flexion deformities derajat
3 atau kurang, deformitas yang parah dapat kurang responsif dengan total knee arthroplasty.

H. Persiapan Operasi TKR


1. Riwayat penyakit
Keluhan nyeri pasien perlu dikaji lebih dalam karena timbulnya nyeri pada punggung dan panggul
mungkin menandakan bahwa nyeri lutut akibat dari sakit di daerah tersebut, sedangkan keluhan
neurologis mungkin timbul dari kelainan saraf tepi, root atau sistem saraf pusat. Pemeriksaan
meliputi:
a. Onset – Jika pasien memiliki nyeri lutut, penting untuk didokumentasikan tanggal onsetnya. Perlu
dicatat apakah rasa sakit pada saat onset itu bertahap atau jika timbul pada waktu terjadi traumatic
yang spesifik.
b. Lokasi – Lokasi nyeri sebaiknya dijelaskan (contoh: medial, lateral, atau patellofemoral). Seringkali
pasien akan menggambarkan lokasi-lokasi tersebut seperti didalam lutut, diluar lutut, atau dibalik
tempurung lutut. Perlu diperhatikan jika sakitnya unilateral atau bilateral, dan jika bilateral sisi mana
yang lebih sakit.
c. Keparahan dan efek fungsional. Tingkat keparahan rasa sakit dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi aktivitas pasien sehari-hari dan kualitas hidup harus didokumentasikan. Aktivitas yang
memberikan rasa sakit sebaiknya diketahui ( seperti naik turun tangga, terutama turun tangga sering
mengakibatkan rasa sakit di daerah patellofemoral).
d. Terapi sebelumnya. Catat semua terapi yang pernah pasien lakukan sebelumnya untuk nyeri lutut
dan pengobatannya (NSAIDS, injeksi steroid, terapi fisik, terapi alternative, tindakan bedah).
e. Obat-obatan pasien saat ini, termasuk semua dosis harus dicatat. Pada pasien yang menjalani total
knee arthroplasty, perhatian khusus harus diberikan untuk obat-obatan berikutnya. Aspirin dan non-
steroid anti-inflamasi drugs (NSAIDS) – memberikan pengaruh pada perdarahan perioperatif.
Disarankan untuk menghentikan obat-obatan ini sedikitnya satu minggu menjelang operasi.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien yang direncanakan menjalani total knee replacement perlu dilakukan pemeriksaan
muskuloskeletal. Pemeriksaan yang tepat mengenai lutut ini meliputi observasi, palpasi dan penilaian
dengan menggunakan test manual tertentu.
Observasi, mengobservasi gaya berjalan pasien dan bagaimana kulit pasien merupakan bagian
yang penting dari pemeriksaan fisik.
a. Gaya berjalan
1) Antalgic gait

4
Pasien dengan artritis lutut sering berjalan dengan gaya ini, dimana pasien menjadi pincang karena
menghindari nyeri karena menahan beban. Di tandai dengan fase berdiri yang sangat singkat.
2) Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika berjalan dapat mengindikasikan
ketidakstabilan dari ligamentum.
3) Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang menderita sehingga mengurangi beban
pada pinggul dan mengurangi nyeri. Hal ini dapat menunjukkan adanya kelainan pada sendi pinggul
dan/atau kelemanahan pada m. Gluteus medius.
b. Kulit
Kulit pada kedua extremitas bawah diperhatikan apakah adanya abrasi, ulserasi, bengkak, merah,
perubahan vaskular atau infeksi. Adanya infeki yang aktif merupakan kontraindikasi dilakukan bedah
implant. Adanya luka lama atau sikatrik pada lutut perlu diperhatikan. Adanya deformitas yang
kelihatan (contohnya : varus, valgus, rekurvatum, kontraktur fleksi) perlu diperhatikan. Adanya
deformitas ini perlu dilakukan penilaian secara radiografi.
Palpasi, apabila terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi. Krepitus patellofemoral dapat
dideteksi dengan menaruh tangan pada lutut dan secara pasif menggerakkan kaki. Adanya nyeri
pada sendi bagian medial and lateral sering didapati pada artritis tetapi juga dapat mengindikasi
adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal, termasuk a. Dorsalis pedis dan a. Posterior tibialis, harus
dinilai.
c. Range of motion
Menilai fleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif maupun pasif.
d. Pemeriksaan otot Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas bawah secara menyeluruh dengan
perhatian khusus pada mekanisme ekstensor / quadriceps.
e. Pemeriksaan saraf
Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan refleks deep tendon (patella dan ankle)
f. Pemeriksaan ligament
Lateral collateral ligament (LCL) dan Medial collateral ligament (MCL) merupakan struktur yang
sangat penting pada total knee replacement. Penting untuk melakukan penilaian preoperatif
mengenai stabilitas atau derajat kontraktur dari ligamen-ligamen ini.
g. Collateral ligaments
Pemeriksaan LCL dan MCL dilakukan dengan memfleksikan lutut 30 o pada posisi varus dan valgus
masing-masing. Pada posisi varus, LCL menjadi lemah sedangkan MCL kontraksi. Pada posisi
valgus, LCL kontraksi dan MCl yang lemah. Adanya MCL yang inkompeten menandakan bahwa
diperlukannya koreksi yang lebih.
h. Anterior cruciate ligament (ACL) dikorbankan pada kebanyakan total knee replacement sehingga
penilaiannya tidak krusial. Posterior cruciate ligament (PCL) dapat juga dikorbankan pada saat
operasi. Penilaiannya dapat dilakukan dengan test posterior drawer dengan memfleksikan lutut 90 o
dan penekanan pada tibia posterior.
i. Pemeriksaan meniscus
Apabila pasien mempunyai gejala mekanik yang jelas seperti locking atau catching pada lutut
dimungkinkan adanya robekan meniskus.Penggunaan arthroscopy yang sedikit invasif dapat menjadi
suatu keuntungan pada pasien ini. Pemeriksaan meniskus dapat dilakukan dengan tes Mcmurray dan
the Apley Compression test.
j. Pemeriksaan panggul dan tulang belakang
Penting untuk mengeksklusi nyeri menjalar dengan nyeri lutut yang berasal dari panggul dan tulang
belakang.Perangsangan nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai yang diluruskan atau dengan
menggerakkan panggul (terutama rotasi internal), dapat meningkatkan kecurigaan adanya
kerterlibatan tulang belakang lumbar, panggul atau keduanya, sehingga memerlukan pemeriksaan
imaging lebih lanjut.

3. Pemeriksaan Radiologi
Berbagai model imaging dapat digunakan untuk membantu penatalaksanaan lutut yang sakit, yaitu:
a. Rontgen polos
Rontgen polos ini merupakan kunci diagnosa, perencanaan preoperatif dan penialaian postoperatif
dari artritis dan total knee arthropalsty. Pemeriksaan minimum 3 posisi (foto anteroposterior, foto
lateral dan patella sudut tangensial) lebih baik dilakukan.
b. Foto posisi Anteroposterior
Pasien berdiri dengan posisi yang paling nyaman agar tidak terbeban di sendi. Dilakukan penilaian
pada ruang sendi medial dan lateral, apakah ada penyempitan atau tidak.

5
c. Posisi Lateral
Posisi ini dilakukan untuk menilai sendi paletofemoral dan posisi dari patella (contohnya patella baja,
patellaalta)
d. Posisi patella sudut tangensial
Ruang sendi paletofemoral dapat dinilai pada posisi ini (‘sunrise’, ‘skyline’, atau merchant view)
Posisi lainnya juga kadang berguna. Posisi posteroanterior sudut 45 o dilakukan agar pemeriksaan
menjadi lebih akurat untuk melihat adanya penyempitan pada ruang sendi baik pada sisi lateral
maupun medial. Film yang memotong 3 sendi dilakukan untuk dapat melihat kesinambungan dari
tungkai secara struktur dan anatomis (contohnya varus, valgus) dan hal ini dapat membantu dalam
perencanaan preoperatif.
e. MRI
Pada penilaian arthritis pemeriksaan MRI kurang begitu peka. Walau lebih sensitif dibandingkan
dengan rontgen polos dalam menilai cartilago, seringkali hal itu disalahartikan dengan adanya
kerusakan. MRI ini membantu dalam mengevaluasi meniskus dan kelainan ligamen yang
dikarenakan proses degeneratif lanjut yang tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
f. Modal yang lain
CT dan bone scan dapat membantu dalam mengevaluasi postoperatif implant tetapi tidak
menunjukan peran dalam evaluasi preoperatif arthritis.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan pasien dan keperluannya,
tetapi biasanya meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia dasar dan koagulasi tes (protombine time,
INR dan partial thromboplastine time). Pemeriksaan EKG dan rontgen toraks dilakukan tergantung
pada umur pasien dan kebijakan anestesi. Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.
5. Pain Management
Banyak pasien yang khawatir dengan nyeri setelah operasi. Maka pasien dikonsulkan kepada Pain
management. Pain control saat ini menggunakan cara yang canggih. Beberapa pasien dapat IV PCA
(Intavenous Patient Contolled Analgesia). Terapi ini diberikan karena aman dan efektif untuk
mengurangi nyeri melalui intra vena dengan memencet tombol. Sama halnya dengan PCA, terdapat
epidural kateter yang secara automotis pain killer akan diberikan secara kontinyu selama 24 jam
untuk mengurangi nyeri.
6. Fisioterapi sebelum operasi.
Penting untuk menjaga kebugaran kondisi tubuh sebelum operasi. Melatih kekuatan tubuh bagian
atas akan berguna untuk memakai walker atau kruk setelah dilakukannya operasi. Latihan untuk
kekuatan kaki berguna untuk mempercepat waktu pemulihan.
7. Perhatikan Berat Badan.
Jika pasien overweight, menurunkan berat badan akan membantu untuk mengurangi stres pada
sendi yang baru. Dan untuk berat badan normal penting untuk menjaga berat badan stabil.
8. Melakukan pemeriksaan gigi (dental examination).
Walaupun infeksi di sendi yang telah diganti jarang terjadi, tapi bisa saja terjadi jika bakteri masuk ke
dalam aliran darah dari suatu tempat bagian tubuh, salah satunya gigi. Sebaiknya sebelum dilakukan
operasi, gigi pasien diperiksa jikalau ada yang bolong sebaiknya ditambal atau dibersihkan karang
giginya.
9. Berhenti merokok.
Sebelum dilakukan operasi besar, berhenti merokok membantu untuk mengurangi resiko dari
masalah paru-paru saat post operasi dan mempercepat penyembuhan.

I. Management postoperative
Management postoperatif ini meliputi profilaxis melawan infeksi, vena tromboemboli dan
terapi fisik yang paling cocok agar mendapatkan pergerakan lutut yang paling baik dan rehabilitasi
yang aman yang dapat dipraktekkan. Sekurangnya 24 jam setelah post opertative diberikan antibiotik
profilaxis.
1. Profilaxis primer untuk trombosis vena dimulai. Penggunaan antikoagulasi sistemik heparin berat
molekur rendah atau warfarin dengan dosis yang disesuaikan dapat digunakan kecuali pada keadaan
kontraindikasi. Penulis menganjurkan dosis warfarin disesuaikan dengan target INR 1,8 – 2,2.
Penanganan secara farmakologis dapat diikuti dengan compression stockings, alat / benda yang
gunanya mengkompresi secra mekanik, dan mobilisasi awal.
2. Penanganan nyeri postoperatif yang pertama adalah dengan mendapatkan indwelling epidural
catheter atau pasien mendapatkan analgesik yang terkontrol. Analgesik opioid oral dapat digunakan.
3. Tindakan pasien yang kooperatif saat mengikuti program rehabilitasi postoperative juga berperan
dalam outcome yang sukses setelah total knee arthroplasty. Intervensi yang diusahakan dalam

6
menjaga pergerakan dari lutut dengan menggunakan immobilizer lutut dan bantal di bawah kaki yang
mengalami operasi dapat menghindarkan dari flexion contracture. Latihan range of motion yang
disupervisi oleh terapi fisik harus dimulai sesegera mungkin. Pada studi meta analisis 2007 mengenai
lima trial secara random menyimpulkan pasien yang keluar dari rumah sakit dengan mengikuti
program pelatihan fungsional yang disupervisi oleh terapis fisik mengalami kemajuan fungsi lutut dan
pergerakan dalam jangka waktu yang pendek dibandingkan dengan routin care.
Penggunaan alat Continuous Passive Motion (CPM) cukup sering di berbagai institusi. CPM ini
dipercaya dapat membantu penyembuhan lutut setelah operasi dengan cepat. Program dari terapis
fisik yang terstruktur dengan baik termasuk range of motion, training gaya berjalan, membuat kuat m.
Quadriceps dan training aktifitas sehari-hari merupakan komponen yang penting dalam proses
rehabilitasi. Pada tahun 2004 studi meta analisis meliputi 14 studi yang membandingkan CPM
ditambahkan terapis fisik dengan program terapis fisik saja, menyimpulkan bahwa pada kombinasi
CPM dengan terapis memberikan hasil yang bagus dimana lutut aktif, mengurangi penggunaan
analgesik, pengurangan lama tinggal di rumah sakit dan mengurangi kebutuhan untuk manipulasi
lutut.
4. Pemulihan di Rumah
Keberhasilan operasi akan sangat tergantung pada seberapa patuh pasien pada instruksi dokter
bedah saat di rumah selama beberapa minggu pertama setelah operasi.
a. Perawatan Luka
Jahitan atau staples akan dicabut beberapa minggu setelah operasi. Hindari merendam luka dalam
air sampai luka telah benar-benar tertutup dan kering. Pasien dianjurkan untuk rajin membersihkan
luka dan menutupnya dengan verban atau lainnya supaya tidak terjadi iritasi.
b. Diet
Beberapa pasien kehilangan nafsu makan selama beberapa minggu setelah operasi. Diet seimbang,
dan sering mengkonsumsi suplemen zat besi penting untuk membantu menyembuhkan luka dan
mengembalikan kekuatan otot.
c. Aktivitas
Latihan adalah komponen penting dari perawatan di rumah, terutama selama beberapa minggu
pertama setelah operasi. Pasien harus dapat melanjutkan kegiatan normal sehari-hari dalam 3
sampai 6 minggu setelah operasi. Rasa sakit saat aktivitas dan di malam hari sangat umum dirasakan
untuk beberapa minggu setelah operasi. Program latihan harus mencakup:
1) Program berjalan bertahap, perlahan-lahan meningkatkan mobilitasnya dari hanya di dalam rumah
dan kemudian ke luar rumah.
2) Latihan kegiatan sehari-hari seperti duduk, berdiri, dan naik tangga
3) Latihan khusus beberapa kali sehari untuk mengembalikan gerakan dan memperkuat lutut. Dalam
beberapa minggu pertama setelah operasi, fisioterapi harus sering dilakukan sampai nantinya akan
dievaluasi kembali. Pasien bisa mengemudi saat lututnya sudah cukup maksimal untuk ditekuk, dan
bisa duduk dengan nyaman dalam mobil, serta mengetahui seberapa kuat otot kaki untuk menginjak
rem atau gas mobil. Kebanyakan orang melanjutkan aktivitas mengemudinya sekitar 4 sampai 6
minggu setelah operasi.
4) Gunakan walker atau kruk yang direkomendasikan oleh dokter. Sering berjalan-jalan walaupun dalam
waktu yang singkat. Pakailah sepatu yang cocok dengan baik dan memiliki sol yang tidak licin.
Jangan memakai sepatu hak tinggi.
5) Lakukan latihan sesuai dengan diajarkan oleh terapis. Dokter dan ahli terapi fisik akan membantu
memutuskan kapan pasien tidak lagi perlu kruk, tongkat, atau walker.
6) Cobalah untuk tidak duduk lebih dari 45 menit pada satu waktu. Bangun dan bergerak di sekitar
setelah 45 menit jika pasien akan lanjut duduk lagi.
7) Hal yang harus diperhatikan :
a) Jangan memutar poros tubuh ketika menggunakan walker
b) Jangan memanjat tangga
c) Jangan berlutut untuk mengambil sesuatu
d) Ketika berbaring di tempat tidur, menjaga bantal di bawah tumit atau pergelangan kaki, bukan lutut.
Hal ini penting untuk menjaga lutut agar lurus. Cobalah untuk tetap dalam posisi yang tidak menekuk
lutut.
d. Pengaturan di rumah
1) Tempat tidur harus dibuat rendah sampai kaki sampai ke lantai ketika duduk di pinggir kasur. Simpan
kursi yang kokoh di dapur, kamar tidur, kamar mandi, dan ruangan lainnya yang sering digunakan,
jadi pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari sambil duduk.

7
2) Jauhkan bahaya tersandung di rumah. Hindarkan kabel atau tali yang longgar dari area yang pasien
sering lalui untuk berjalan. Perbaiki juga jika ada karpet yang longgar. Jangan memelihara hewan
peliharaan kecil di rumah. Memperbaiki lantai yang tidak rata dan gunakan pencahayaan yang baik
3) Pasang pegangan tangan di bak mandi atau shower dan di samping toilet. Tempatkan keset di dalam
bak mandi atau shower
4) Jangan membawa apa-apa ketika berjalan. Pasien mungkin perlu kedua tangan untuk membantu
menyeimbangkan tubuhnya.
5) Menyimpan beda-benda di tempat yang terjangkau
e. Hindari Masalah Setelah Operasi
1) Mencegah Gumpalan Darah
Ikuti instruksi dokter bedah secara hati-hati untuk mengurangi resiko penggumpalan darah selama
beberapa minggu pertama masa pemulihan. Dokter akan menyarankan pasien untuk tetap dapat
terapi pengencer darah yang telah dimulai sejak dari rumah sakit. Beritahu dokter sesegera mungkin
jika merasa ada tanda-tanda seperti:
a) Nyeri yang bertambah pada betis
b) Kekakuan atau kemerahan diatas atau dibawah lutut
c) Bengkak yang semakin bertambah pada betis dan kaki
2) Mencegah Infeksi
Penyebab umum dari infeksi dari operasi TKR adalah dari bakteri yang masuk dalam pembuluh darah
dari infeksi gigi, saluran kemih, atau kulit. Bakteri bisa berkumpul di sekitar penggantian sendi lutut
dan menyebabkan infeksi. Setelah operasi, antibiotik adalah hal utama yang harus diberikan. Tanda-
tanda terjadi infeksi adalah sebagai berikut:
a) Demam yang terus-menerus
b) Menggigil
c) Kemerahan, kekakukan, dan bengkak semakin meningkat pada luka operasi.
d) Ada keluaran dari luka operasi.
e) Nyeri yang mengingkat ketika melakukan aktivitas ataupun isirahat.
f. Hindari jatuh
Jatuh di minggu pertama setelah operasi bisa merusak lutut baru dan bisa saja menyebabkan harus
dioperasi kembali. Tangga adalah sesuatu yang berbahaya jika lutut belum cukup kuat dan lentur.
Pasien dinajurkan untuk memakai tongkat, kruk, walker, atau seseorang yang dapat membanntu
berjalan sampai pasien dapat meningkatkan keseimbangan, kelanturan, dan kekuatan tubuhnya

Car: You should not drive for at least 6 weeks after surgery.
Stairs: When ascending or descending stairs, use the handrail or banister for stability. Lead off with
your good knee to go up stairs, and lead with your operative leg to go down stairs. Go up or down stairs
one at a time.
Bathroom: You will not be able to take a bath for 6 weeks. Plan to use a shower or sponge bath at
home. A shower seat may also be useful if applicable to your bathroom. You may sponge bathe at a
sink.

Your hospital stay will typically last from 1 to 4 days, depending on the speed of your recovery. Before you are
discharged from the hospital, you will need to accomplish several goals, such as:

 Getting in and out of bed by yourself.


 Having acceptable pain control.
 Being able to eat, drink, and use the bathroom.
 Walking with an assistive device (a cane, walker, or crutches) on a level surface and being able to climb
up and down two or three stairs.
 Being able to perform the prescribed home exercises.
 Understanding any knee precautions you may have been given to prevent injury and ensure proper
healing.

8
Warning Signs of Infection

 Persistent fever (higher than 100 degrees)


 Shaking chills
 Increasing redness, tenderness or swelling of your wound
 Drainage of your wound
 Increasing pain with both activity and rest

Warning Signs of a Blood Clot

 Pain in your leg or calf unrelated to your incision


 Tenderness or redness above or below your knee
 Increasing swelling of your calf, ankle or foot

In very rare cases, a blood clot may travel to your lungs and become life-threatening. Signs that a blood clot has
traveled to your lungs include:

 Shortness of breath
 Sudden onset of chest pain
 Localized chest pain with coughing

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons. 1995-2015. http:/orthoinfo.aaos.org/PDFs/A00389.pdf.


Diakses tanggal 11 Agustus 2016 jam 20:15

Cluett, Jonathan. 2010. “Considering Knee Replacement Surgery?”. About.com Guide Orthopedics

Djunaidi, dkk. Asuhan keperawatan pada Pasien Pre dan Post Operasi TKR. www.academia.edu. Diakses
tanggal 10 Agustus 2016.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC.
Jakarta

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran, Jakarta,
1987.

https://www.ucdmc.ucdavis.edu/orthopaedics/pdfs/newknee_brochure.pdf. Diakses tanggal 11 Agustus


2016 jam 20:00

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Lucas, Brian. www.smnccd.edu. Nursing management issues in hip and knee replacement surgery. Diakses
tanggal 10 Agustus 2016.

Mine, T, Tanaka, H, Taguchi, T, et al. Patellar tendon rupture and marked joint instability after total knee
arthroplasty. Arch Orthop Trauma Surg 2004; 124:267.

Palmer, Simon H. 2010. “Total Knee Arthroplasty”. Medscape. Crows Nest, Australia.

Palmer, Simon H. 2010. “Total Knee Arthroplasty”. Medscape. Crows Nest, Australia.

Whipple Terry L. 2010. “The Basics of Total Knee Replacement Surgery,”. UK. FARM orthopedics

Wilson, MG, Kelley, K, Thornhill, TS. Infection as a complication of total knee-replacement arthroplasty. Risk
factors and treatment in sixty-seven cases. J Bone Joint Surg Am 1990; 72:878

9
Pathway

10

Vous aimerez peut-être aussi