Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PADA IBU MENYUSUI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 – 12 BULAN

PURNAMA WATI SIREGAR


NIM: 120316403

STIKES MEDIKA CIKARANG


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tingginya kualitas sumber daya manusia (SDM), yang dapat dilihat menurut indeks pembangunan
manusia (IPM), menggambarkan tingginya umur harapan hidup yang dapat menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas SDM secara langsung dipengaruhi oleh adanya upaya dalam
peningkatan derajat kesehatan SDM tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, kualitas sumber daya manusia, taraf hidup, kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Peningkatan SDM perlu dilaksanakan sejak anak masih dalam
kandungan yang diarahkan pada pembinaan kualitas kesehatan ibu dan anak. Salah satu yang berperan
penting dalam peningkatan kesehatan anak adalah pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

ASI merupakan makanan yang paling sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur
gizi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal. Pemberian ASI
sebagai makanan utama bagi bayi, terutama bayi berusia kurang dari 6 bulan, mendapat perhatian
khusus dari pemerintah. Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
450/MENKES/SK/IV/2004, pemerintah mewajibkan pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi sejak lahir
sampai dengan berumur enam bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun
dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

Kenyataannya di lapangan, khususnya di Indonesia, pemberian ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 6 bulan masih belum sesuai target yang diharapkan. Data Riskesdas tahun 2013
menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat dua kali lebih tinggi dibandingkan
tahun 2010, yaitu dari 15.3% menjadi 38% (Kemenkes RI 2013). Tetapi data tersebut belum memenuhi
target pemberian ASI eksklusif, yaitu sebesar ≥67%. Secara nasional, hanya terdapat 73 kabupaten atau
kota dari 497 kabupaten atau kota di Indonesia, sekitar 14.7%, yang telah mencapai target pemberian
ASI eksklusif (Kemenkes RI 2012).

Rendahnya pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi
dan balita. Prevalensi gizi buruk berdasarkan BB/U pada balita di Indonesia mengalami peningkatan
antara tahun 2010 dan 2013. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi gizi buruk pada balita
berdasarkan BB/U sebesar 4.9% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 5.3% (Kemenkes
RI 2013). Gizi buruk pada balita dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya yaitu balita tidak
mendapatkan makanan yang cukup dan sesuai dengan usianya. Gizi buruk pada balita dapat juga
merupakan manifestasi jangka panjang yang dialami sejak bayi.

Banyak alasan yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Alasan paling umum untuk tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu ibu harus bekerja, ibu tidak memiliki cukup ASI atau berpikir tidak dapat
memberikan ASI yang cukup, serta dukungan keluarga yang minim. Selain itu, adanya pengaruh media
massa mengenai susu formula bagi bayi mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI (Juherman
2008). Menurut Abdullah (2002), pada kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif di Kota Bogor
sebanyak 73.4% mendapatkan informasi tentang susu formula dari media massa (TV), 13.3% dari
keluarga, 6.7% dari tenaga medis, dan sisanya dari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan
bahwa media massa memegang kedudukan terbesar dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif,
selain itu tenaga medis dan tempat pelayanan kesehatan turut andil dalam memberikan informasi terkait
susu formula.

Keberadaan bidan yang merupakan bagian dari tenaga medis sangat erat kaitannya dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Terlebih lagi sasaran bidan dalam kinerjanya yaitu para ibu rumah tangga.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di pulau Jawa yang mempunyai cakupan ASI eksklusif di bawah
angka cakupan nasional, yaitu 25.4%. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki cakupan ASI
eksklusif di bawah rata-rata cakupan ASI eksklusif Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar 2013). Wilayah
tersebut merupakan wilayah yang dekat dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga diduga mendapat
pengaruh pola hidup modern ibukota serta menerima arus informasi yang tinggi terkait susu formula
atau makanan pengganti ASI lainnya.

Permasalahan tersebut melatarbelakangi penelitian ini untuk menganalisis lebih lanjut faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, terutama pada ibu tidak bekerja yang
mendapatkan pertolongan persalinan dan pendampingan terkait ASI dari bidan, serta gambaran status
gizi bayi usia 6-12 bulan di Kota Bogor.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus
penelitian yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut:
1 Apakah terdapat perbedaan status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang mendapatkan ASI
eksklusif dengan yang ASI non-eksklusif?
2 Apakah terdapat hubungan antara karakteristik ibu (usia, tingkat pendidikan, jumlah persalinan,
jumlah balita, besar keluarga, pengalaman menyusui, dan jumlah ANC) dengan pemberian ASI
eksklusif?
3 Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian ASI
dengan pemberian ASI eksklusif?
4 Apakah terdapat hubungan antara kondisi kesehatan ibu dengan pemberian ASI eksklusif?
5 Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif?
6 Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial keluarga dan peran suami dengan
pemberian ASI eksklusif?
7 Apakah terdapat hubungan antara peranan perawat/bidan dalam memberikan ASI eksklusif?
8 Apa faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12
bulan?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 612 bulan.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
1 Mengidentifikasi karakteristik responden;
2 Menganalisis status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang mendapatkan ASI eksklusif dan ASI non-
eksklusif;
3 Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian ASI
dengan pemberian ASI eksklusif;
4 Menganalisis hubungan antara kondisi kesehatan ibu dengan pemberian ASI eksklusif;
5 Menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif;
6 Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial keluarga dan peran suami dengan pemberian
ASI eksklusif;
7 Menganalisis hubungan antara peranan perawat/bidan dengan pemberian ASI eksklusif;
8 Menganalisis faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
6-12 bulan.

Hipotesis

1 Terdapat perbedaan status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang mendapatkan ASI eksklusif
dengan yang ASI non-eksklusif;
2 Karakteristik ibu, kondisi kesehatan ibu, kondisi sosial ekonomi keluarga, peran suami, dan peran
bidan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada para ibu menyusui dan
keluarga sehingga dapat meningkatkan peran serta semua anggota keluarga untuk lebih terlibat dalam
pengambilan keputusan pemberian ASI. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dan pertimbangan bagi petugas kesehatan dan pembuat kebijakan, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota
Bogor, dalam upaya peningkatan keberhasilan dan keberlanjutan program ASI eksklusif. Besarnya
dukungan yang diberikan dari semua sektor dalam peningkatan cakupan ASI eksklusif sangat dibutuhkan
bagi ibu dan bayinya guna menciptakan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sehingga
akan terwujud sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang.

METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data yang dikumpulkan merupakan satu kesatuan
data dalam satu waktu tertentu. Lokasi dipilih dengan berbagai pertimbangan yaitu Kota Bogor
merupakan daerah di Jawa Barat yang dekat dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga diduga mendapat
pengaruh pola hidup modern ibukota serta menerima arus informasi yang tinggi terkait susu formula
atau makanan pelengkap ASI lainnya. Pertimbangan lain dari peneliti terletak pada sumber daya yang
dimiliki peneliti berupa dana, tenaga, dan waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015
hingga bulan April 2015.

Jumlah dan Cara Penarikan Responden

Responden penelitian adalah ibu menyusui di wilayah Kota Bogor. Penarikan sampel sebagai responden
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Ibu
melaksanakan persalinan di bidan praktik mandiri; 2) Ibu masih memberikan ASI dan tidak bekerja; 3)
Memiliki bayi usia 6-12 bulan yang lahirnya secara normal, tidak prematur (≥37 minggu) dan tidak BBLR
(≥2500 g); 4) Ibu dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik; serta 5) Ibu bersedia
menjadi responden dan diwawancarai dengan menyetujui informed consent yang diberikan. Pemilihan
ibu selaku responden dengan bayi berusia 6-12 bulan dilakukan dengan pertimbangan bahwa terdapat
lebih besar peluang bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan serta daya ingat ibu tentang proses
kehamilan, kelahiran, dan menyusui masih baik untuk menghindari bias informasi.

Bidan praktik mandiri digunakan sebagai kriteria dengan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Pelayanan
yang diberikan bidan praktik mandiri lebih dipertanggungjawabkan sendiri daripada yang lain; 2)
Persalinan yang dilakukan yaitu normal karena merupakan kompetensi bidan dan sebagai akibat dari
tidak adanya komplikasi atau penyakit pengganggu kelahiran yang dimiliki sang ibu; 3) Bidan
menghabiskan lebih banyak waktu bersama calon ibu dalam menjalani persalinan daripada dokter yang
hanya mengunjungi ibu bila sudah siap melahirkan; 4) Sasaran bidan praktik mandiri adalah masyarakat
dari semua golongan yang terutama membidik para ibu rumah tangga; 5) Lebih sering sebagai tempat
pemberdayaan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat yang salah satunya
sebagai ibu asuh; 6) Bidan praktik mandiri bisa mempromosikan susu formula daripada bidan yang
praktik di puskesmas, sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengumpulan data; serta
7) menurut Putri (2003), 52.5% ibu melahirkan di rumah bersalin, 32.5% di rumah sakit umum swasta,
dan 15% di rumah sakit umum negeri. Berdasarkan setiap lokasi melahirkan tersebut yang mendapatkan
rawat gabung antara ibu dan bayi sebesar 88.6% di rumah bersalin, 38.5% di rumah sakit umum swasta,
dan 50% di rumah sakit umum negeri. Terdapatnya ruang gabung tersebut dapat meningkatkan
intensitas kedekatan antara ibu dan bayi, sehingga pemberian ASI dapat segera dilakukan.

Jumlah minimal ibu yang menjadi responden diperoleh menggunakan rumus Lngawa, Lemeshow dan
WHO (1991). Penentuan jumlah ini diperoleh melalui perhitungan dengan derajat kepercayaan yang
diinginkan 95% dan presisi 10%. Cakupan ASI eksklusif di Kota Bogor sebesar 17.17% (Dinkes Jabar 2013),
sehingga jumlah minimal ibu yang dapat dijadikan responden sebanyak:
n ≥ 55 orang

Keterangan:
α = Derajat kepercayaan
p = Proporsi jumlah ASI eksklusif di Kota Bogor
d = Presisi
Apabila estimasi drop out sebesar 50%, jumlah acuan ibu yang dibutuhkan yaitu: 1.5 x 55 = 83 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder
diperoleh dari ikatan bidan Indonesia (IBI) di Kota Bogor mengenai nama dan alamat para bidan praktik
mandiri serta dari pihak bidan mengenai nama dan alamat para ibu yang melahirkan secara normal
melalui jasa mereka. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada ibu selaku responden
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang mencakup karakteristik responden (ibu), pengetahuan
ibu tentang ASI, sikap ibu terhadap ASI, praktik ibu dalam pemberian ASI, pengalaman menyusui,
kesehatan ibu, ANC (antenatal care), orang yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI, peran suami,
lingkungan sosial keluarga, akses informasi mengenai ASI dan MPASI, serta tindakan bidan. Sedangkan
untuk data status gizi bayi dikumpulkan melalui pengukuran langsung. Selengkapnya variabel dan data
yang dikumpulkan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Variabel dan jenis data yang dikumpulkan


Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan data
Karakteristik ibu  Usia Wawancara
 Pendidikan
 Pendapatan keluarga
 Jumlah persalinan
 Jumlah balita
 Besar keluarga
Pengetahuan Ibu tentang ASI  Pengetahuan tentang Wawancara
kolostrum
 Pengetahuan seputar ASI dan
menyusui
Sikap ibu terhadap ASI Kecenderungan ibu terkait Wawancara
pemberian ASI
Praktik ibu dalam pemberian ASI  Praktik ASI eksklusif dan Wawancara
Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan data
alasannya.
 Status peaksanaan IMD dan
alasannya.
 Waktu pemberian ASI
 Frekuensi pemberian ASI
sehari
 Cara memberikan ASI
Pengalaman menyusui Kondisi terkait pengalaman Wawancara
menyusui
Kesehatan Ibu Kondisi kesehatan ibu selama Wawancara
menyusui
ANC Frekuensi pemeriksaan Wawancara
kehamilan secara berkala
Orang yang paling berpengaruh Pihak yang paling mempengaruhi Wawancara
keputusan pemberian ASI
Peran Suami Peranan suami dalam Wawancara
peningkatan ASI eksklusif
Lingkungan sosial keluarga  Dukungan keluarga Wawancara
 Pihak yang berdiskusi
 Pihak pengambil keputusan
Akses informasi tentang ASI dan  Informan pertama Wawancara
MPASI  Informan yang paling di
percaya
 Informan yang paling banyak
menginformasikan
Tindakan bidan Peranan bidan pada peningkatan Wawancara
ASI eksklusif
Status gizi bayi  BB/U Antropometri
 PB/U
 BB/PB

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data kuesioner yang
telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan dan konsistensi informasi. Kemudian
dilakukan coding atau pemberian kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban pertanyaan
pada kuesioner untuk memudahkan pengumpulan dan pengelompokan data. Entry data dilakukan sesuai
dengan kode yang telah dibuat untuk setiap variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning
dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya kesalahan dalam pemasukan data. Pengolahan data
dilakukan menggunakan Microsoft Office Excel 2013 dan dianalisis dengan program Statistical Product
and Service Solutions version 16.0 (SPSS v.6) for Windows. Pengolahan data terkait status gizi bayi
dilakukan menggunakan aplikasi WHO Antro.

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis data tersebut. Derajat
kemaknaan yang digunakan untuk melihat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
menggunakan batas kemaknaan 95%. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik
inferensia. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan mengelompokkan atau membandingkan
dengan cut off point. Sebelum dilakukan uji statistik inferensia, data diuji kenormalannya dengan uji
Kolmogorov-Smirnov.

Analisis deskriptif dilakukan dengan beragam analisis seperti analisis univariat untuk
mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel lainnya, analisis bivariat untuk menguji
hipotesis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif melalui uji Spearman
(agar didapatkan informasi terkait hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas
dengan variabel terikat berupa keberhasilan pemberian ASI eksklusif), serta analisis multivariat
untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen dengan dependen
menggunakan Multiple Logistic Regression dengan metode Backwald Wald. Variabel bebas yang
terpilih untuk uji regresi logistik ganda adalah hasil dari analisis bivariat dengan nilai p<0.25 (Sabri
dan Hartono 2006). Uji beda Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi
antara yang diberikan ASI eksklusif dengan ASI non eksklusif.

Vous aimerez peut-être aussi