Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengertian
B. Etiologi
Faktor –faktor yang meenyebabkan stroke:
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non reversible)
- Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibandimg wanita
- Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
- Keturunan: adanya riwayat keluarga yang terkens stroke
2. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolestrol tinggi
- Obesitas
- Diabetes melitus
- Polisetemia
- Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
- Merokok
- Peminum alkohol
- Obat- obatan terlarang
- Aktivitas yang tidak sehat: kurang olaraga, makanan berkolestrol.
C. Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik
a. Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yng
menyebabakan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
80% stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan
2. Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3. Hipoperfusion sistemik: berkurang aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringa
otak
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dari lapisan
jaringan yang menutupi otak).
D. Manifestasi Klinis
1. Tiba –tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara sedel atau pelo (Disartia)
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencung atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
E. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
a. Bekuan darah (Trombosis) Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh
menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga
dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk
dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik
maka akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna,
hal ini menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumoni.
d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang
gerak dan immobilisasi.
e. Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena
terjadi perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.
F. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering
ataucenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal
dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,
hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan
ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume
perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan
intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta
terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-
neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah
darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60
cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume
antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
G. Pathway
H. Prognosis
Jika seseorang mengalami stroke, mungkin ia dapat membuat kemajuan
besar dalam mendapatkan kembali kemandiriannya. Namun, ia masih dapat
menderita salah satu dari beberapa kondisi berikut :
- Kelumpuhan pada satu sisi tubuh
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Masalah dengan berpikir, kesadaran, perhatian, pembelajaran, penilaian,
dan memori
- Gangguan memahami sesuatu
- Kesulitan mengendalikan atau mengekspresi emosi
- Mati rasa atau sensasi yang aneh
- Nyeri di tangan dan kaki yang memburuk dengan perubahan gerak dan
suhu
- Depresi
Kuncinya adaalah berlatih dan terus berlatih agar semua dapat puluh
kembali walaupun tidak 100%.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a.Terapi medis
1)Neuroproteksi
2)Antikoagulasi
3)Trombolisis intravena
4)Trombolisis intra arteri
5)Terapi perfusi
6)Neuroproteksi
Pada stoke iskemik akut, dalam batas - batas waktu tertentu
sebagian besar cedera jariingan neuron dapat di pulihkan.
Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang disebut
sebagai strategi neuruprtektif. Hipotermi adalah terapi neuroprotektif yang
sudah lama di gunakan pada kasus trauma otak dan terus di teliti pada
stroke. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan
tentu saja kebutuhan oksigen sel-sel neuro. Dengan demikian neuron
terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau
eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya
timbul akibat sel neuron. Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan
adalah pemakaian obat neuroprotektif. Banyak riset stroke yang meneliti
obat yang adapat menurunkan metabolisme neuron mencegah pelepasan
zat-zat toksik dari neuron yang rusak, atau memperkecil respon
hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di penumbra
iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.
7)Antikoagulasi
Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0-4,0)
untuk pasien stroke yang memiliki katub prostetik mekanis.
8)Trombolisis intravena
Resiko terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah perdarahan
intraserebrum. Dengan demikian terapi harus digunakan hanya bagi
pasien yang telah di saring secara cerna dan yang tidak memenuhi
satupun dari kriteria eksklusi berikut :
a)Gambaran perdarahan intrakranium berupa masa yang besar pada CT.
b)Angiogram yang negativ untuk adanya bekuan
c)Peningkatan waktu protrombin/INR, yang mengisyaratkan kecendrungan
perdarahan
d)Adanya pembuluh dan luka yang belum sembuh dari trauma atau
pembedahan yang baru terjadi
e)Tekanan darah diastolik yang sangat tinggi, hilangnya auturegulasi
adalah suatu resiko besar
K. Pencegahan