Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HIDROCEPHALUS
I. Pengertian.
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang
dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi
CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular.
II. Penyebab.
Penyebab dari hidrosefalus adalah :
Kelaianan bawahan( Konginetal )
Infeksi
Neoplasma
Perdarahan.
III. Macam-macam hidrosefalus
Hidrosefalus Non Komunikan ( Tipe tak berhubungan ):
Terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebro spinal.
Hidrosefalus Komunikan( Tipe berhubungan ) :
Kegagalan absobsi cairan serebro spinal.
IV. Patofisiologi.
Penyumbatan aliran CCS dalam sisstem ventrikel dan tempat absobsi
dalam rongga subaracnoid dilatasi ruangan CSS diatasnya ( Foramen Monroi, foramen
luschka dan magendie, sisterna magna dan sisterna basalis) pembentukan CSS yang
berlebihan dan kecepatan absorsi yang normal Hidrosefalus.
I. Pengkajian.
A. Anamnesa.
1. Insiden : kelaliran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi dai 10.000 kelahiran
hidup
Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari 1000 kelahiran
hidup
Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.
2. Riwayat kesehatan masa lalu:
Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di sebral
3. Riwayat kahamilan dan persalinan :
Kelahiran yang prematur
Neonatal meningitis
Perdarahan subaracnoid
Infeksi intra uterin
Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan.
B. Pemeriksaan Fisik
Biasanya adanya myelomeningocele, penguran lingkar kepala (Occipitifrontal)
Pada hidrosefalus didapatkan :
Tanda – tanda awal :
o Mata juling
o Sakit kepala
o Lekas marah
o Lesu
o Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
o Mual dan muntah yang proyektil
o Melihat kembar
o Ataksia
o Perkembangan yang berlangsung lambat
o Pupil oedema
o Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
o Biasanya diikuti : perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik
pada ekstremitas bawah
o Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
o Gangguan cardio pulmoner
Tanda-tanda selanjutnya :
o Nyeri kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah
o Pupil oedema
o Strabismus
o Peningkatan tekanan darah
o Heart lambat
o Gangguan respirasi
o Kejang
o Letargi
o Muntah
o Tanda-tanda ekstrapiramidal/ ataksia
o Lekas marah
o Lesu
o Apatis
o Kebingungan
o Sering kali inkoheren
o Kebutaaan
C. Pemeriksaan Penunjang.
Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel
dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya(
Neoplasma, kista,malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial )
Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra kranial
menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala
MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur
otak tanpa kena radiasi
C. Penatalaksanaan Medis.
Pasang parau untuk mengeluarkjan kelebihan CSS dari ventrikel lateral kebagian
ekstrakranial ( biasanya peritonium untuk bayi dan anak-anak atau atrium pada
remaja ) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi
Diagnosa keperawatan, Intervensi dan rasional.
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan /kriteria hasil
1. Potensial Tidak terjadi Kaji kulit Untuk memantau
2. terhadap gangguan kepala setiap 2 keadaan
3. perubahan integritas kulit jam dan integumen kulit
integritas kulit dengan monitor secara dini.
kepala b/d kriteria : terhadap area
ketidakmampuan Kulit utuh, yang tertekan Untuk
bayi dalam bersih dan Ubah posisi meningkatkan
mengerakan kering. tiap 2 jam sirkulasi kulit.
kepala akibata Keluarga dapat
peningkatan menerima dipertimbangk Linen dapat
ukuran dan berat keadaan an untuk menyerap
kepala anaknya, mengubaha keringat sehingga
Perubahan fungsi mampu kepala tiap kulit tetap kering
keluargab/d menjelaskan jam. Untuk
situasi krisis ( keadaan Hindari tidak mengurangi
anak dalam catat penderita adanya linen tekanan yang
fisik ) dengan pada temap[t menyebabkan
Resiko tinggi kriteria : tidur stess mekanik.
terjadi cidera b/d – Keluarga Baringkan
peningkatan berpartisip kepala pada Jaringan akan
tekanan intra asi dalam bantal karet mudah nekrosis
kranial merawat busa atau bila kalori dan
anaknya menggunakan protein kurang.
dan secra tempat tidur
verbal air jika Pengetahuan
keluarga mungkin. dapat
dapat Berikan nutrisi mempersiapkan
mengerti sesuai keluarga dalam
tentang kebutuhan. merawat
penyakit penderita.
anaknya. Jelaskan secara
Tidak terjadi rinci tentang Keluarga dapat
peningkatan kondisi menerima seluruh
TIK dengan penderita, informasi agar
kriteria : prosedur, tidak
– Tanda vital terapi dan menimbulkan
norma, pola prognosanya. salah persepsi
nafas efektif, Ulangi
reflek cahaya penjelasan Untuk
positif,tidak tersebut bila menghindari
tejadi perlu dengan salah persepsi
gangguan contoh bila
kesadaran, keluarga Keluarga dapat
tidak muntah belum mengemukakan
dan tidak mengerti perasaannya.
kejang. Klarifikasi
kesalahan Untuk
asumsi dan mengetahui
misskonsepsi secara dini
Berikan peningkatan TIK
kesempatan
keluarga untuk Penurunan
bertanya. keasadaran
Observasi menandakakan
ketat tanda- adanya
tanda peningkatan TIK
peningkatan Mencegah terjadi
TIK infeksi sistemik
Tentukan skala
coma Karena tingkat
kesadaran
Hindari merupakan
pemasangan indikator
infus dikepala peningkatan TIK
Hindari sedasi Dapat
mengakibatan
Jangan sekali- sumbatan
kali memijat sehingga terjdi
atau memopa nyeri kepala
shunt untuk karena
memeriksa peningkatan CSS
fungsinya atau obtruksi
pada ujung
Ajari keluarga kateter
mengenai diperitonial
tanda-tanda Keluarga dapat
peningkatan berpatisipasi
TIK dalam perawatan
anak dengan
hidrosefalus.
Daftar Pustaka
Whaley and Wong ( 1995 ), Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year
Book
Doenges M.E, ( 1999), Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Lynda Juall Carpenito, ( 2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta
Soetomenggolo,T.S . Imael .S , ( 1999 ), Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Halminto,MP, ( 1995 ), Dasar- dasar keperawatan maternitas, Ed. VI, EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS
I. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial. 3 (Tiga)
bentuk umum hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi
pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di
dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak
dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda –
tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya
tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi
CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP)
c. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral,
dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
III. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan
Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa
otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien
Ajarkan tekhnik relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
Persapiapan operasi
2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi
otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar
dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
Monitor Intake dan out put
Berikan therapi cairan secara intavena.
Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
Monitor tanda – tanda vital.
2.2 Post – Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan
shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan
dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin,
berkeringat)
Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya
2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk
menelan.
Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
Monitor therapi secara intravena.
Timbang berta badan bila mungkin.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
Berikan makanan ringan diantara waktu makan
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.
4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
A. Defenisi
Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau
gagal terbentuk secara utuh. Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa
embrio.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi diduga akibat :
Genetik
Kekurangan asam folat dalam masa kehamilan
Ibu dengan epilepsi yang menderita panas tinggi dalam kehamilannya dan mengkonsumsi obat
asam valproic
C. Patofisiologi
Multifaktor (Idiopatik, genetik, dll)
Vertebra gagal menutup/gagal terbentuk secara utuh
Penonjolan dari korda spinalis dan akar saraf
Penurunan/gangguan fungsi pada bagian tubuh
yang dipersarafi
Orang tua menjadi Kelumpuhan/kelemahan Ketidakmampuan mengontrol
cemas pada ekstremitas bawah keinginan berkemih
Kurang terpajan immobilisasi Inkontinensia Urin
informasi
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Kurang pengetahuan
D. Manifestasi Klinik
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
Spina bifida okulta (tersembunyi) : bila kelainan hanya sedikit, hanya ditandai oleh bintik,
tanda lahir merah anggur, atau ditumbuhi rambut dan bila medula spinalis dan meningens
normal.
Meningokel : bila kelainan tersebut besar, meningen mungkin keluar melalui medula spinalis,
membentuk kantung yang dipenuhi dengan CSF. Anak tidak mengalami paralise dan mampu
untuk mengembangkan kontrol kandung kemih dan usus. Terdapat kemungkinan terjadinya
infeksi bila kantung tersebut robek dan kelainan ini adalah masalah kosmetik sehingga harus
dioperasi.
Mielomeningokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana sebagian dari medula spinalis
turun ke dalam meningokel.Gejalanya berupa:
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
2. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
3. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
4. Penurunan sensasi
5. Inkontinensia urin maupun inkontinensia tinja
6. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada trimester pertama,
wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes
penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita
yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang
tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya
dapat menemukan adanya spina bifida.Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan
ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
- Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
- USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
- CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
F. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati
hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih
dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik..
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari
ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan
jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
Kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan
berkurangnya mielomeningokel secara spontan .
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Orang tua klien mengungkapkan cemas
Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan
Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit anaknya
Orang tua tampak gelisah
Klien tidak dapat mengerakkan kakinya
Tampak penonjolan seperti kantung di punggung tengah klien
Orang tua klien mengeluh anaknya terus berkemih dalam jumlah besar
Enuresis
Diurnal
Nokturnal
2. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
Orang tua klien mengungkapkan cemas Enuresis
Orang tua klien mengeluh anaknya terus Diurnal
berkemih dalam jumlah besar Nokturnal
Orang tua klien meminta informasi tentang
tindakan yang dilakukan
Orang tua klien sering bertanya tentang
penyakit anaknya
Orang tua tampak gelisah
Klien tidak dapat mengerakkan kakinya
Tampak penonjolan seperti kantung di
punggung tengah klien
3. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Penonjolan dari korda Inkontinensia Urin
Orang tua klien mengeluh spinalis dan akar saraf
anaknya terus berkemih Penurunan/gangguan fungsi
dalam jumlah besar pada bagian tubuh yang
DO : dipersarafi
Enuresis Ketidakmampuan mengontrol
Diurnal pola berkemih
Nokturnal Inkontinensia Urin
2 DS : Penurunan/gangguan fungsi Kurang
Klien mengungkapkan cemas pada bagian tubuh yang Pengetahuan
DO : dipersarafi
Orang tua klien meminta Orangtua
informasi tentang tindakan cemas
yang dilakukan Kurang
Orang tua klien sering terpajan
bertanya tentang penyakit informasi
anaknya Kurang Pengetahuan
Orang tua tampak gelisah
3 DS : - Penurunan/gangguan fungsi Resiko Kerusakan
DO : - pada bagian tubuh yang Integritas Kulit
dipersarafi
Kelumpuhan/k
elemahan pada ekstremitas
bawah
Immobilisasi
Resiko Kerusakan
Integritas Kulit
B. Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol
keinginan berkemih, yang ditandai dengan :
DS :
Orang tua klien mengeluh anaknya terus berkemih dalam jumlah besar
DO :
Enuresis
Diurnal
Nokturnal
2. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan
penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi, yang ditandai
dengan :
DS :
Klien mengungkapkan cemas
DO :
Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan
Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit anaknya
Orang tua tampak gelisah
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol keinginan berkemih
Tujuan:
Inkontinensia urin dapat berkurang/teratasi dengan kriteria:
Enuresis, diurnal dan nokturnal berkurang/tidak ada
Klien berkemih dalam jumlah dan frekuensi yang normal
Intervensi:
1. Kaji pola berkemih dan tingkat inkontinensia klien
Rasional :
Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Berikan perawatan pada kulit klien yang basah karena urin (dilap dengan air hangat kemudian
dilap kering dan diberi bedak)
Rasional :
Perawatan yang baik dapat mencegah iritasi pada kulit klien
3. Anjurkan ibu klien untuk sering memeriksa popok klien, jika basah segera diganti
Rasional :
Popok yang selalu basah dapat menimbulkan iritasi dan lecet pada kulit
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat (misalnya: Antikolinergik)
Rasional :
Obat antikolinergik diperlukan untuk menghilangkan kontraksi kandung kemih tak terhambat
2. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan penyakit anaknya
berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Tujuan:
Orang tua klien dapat memahami proses penyakit dan prosedur penanganan penyakit
anaknya,dengan kriteria:
Orang tua klien tampak tenang
Orang tua klien dapat menjelaskan proses penyakit dan prosedur penanganan penyakit anaknya
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit dan penanganan penyakit
anaknya
Rasional :
Sebagai data dasar dalam emnentukan intervensi selanjutnya
2. Berikan kesempatan kepada orang tua klien untuk bertanya
Rasional :
Memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaannya dan mengetahui pemahaman orang
tua klien tentang penyakit anaknya
3. Jelaskan dengan baik kepada orang tua tentang proses penyakit dan prosedur penanganannya
Rasional :
Menigkatkan pemahaman orang tua klien tentang penyakitnya anaknya
4. Berikan dukungan positif kepada orang tua klien
Rasional :
Dukungan yang positif dapat memberikan semangat kepada orang tua untuk menerima
penyakit anaknya dan membantu proses perawatan.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
Tujuan:
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria:
Kulit tampak halus dan lembut
Tidak ada iritasi/lecet, dekubitus
Intervensi:
1. Kaji tingkat keterbatasan gerak (immobilisasi) klien
Rasional :
Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Rubah posisi klien setiap dua jam
Rasional :
Penekanan yang lama pada salah satu bagian tubuh dapat menyebabkan terjadinya dekubitus
3. Jaga pakaian dan linen tetap kering
Rasional :
Pakaian dan linen yang basah dapat mengiritasi kulit
4. Ajarkan pada orang tua klien untuk memassage daerah yang tertekan, gunakan lotion
Rasional :
Memperlancar peredaran darah, meningkatkan relaksasi dan mencegah iritasi
SPINA BIFIDA
Kasus
Bayi Ny. V lahir dengan kelainan tulang belakang, dokter mengatakan bayi menderita spina
bifida.
Definisi
Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra),
yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh. (http://www.medicastore.com/)
Spina bifida adalah gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus.
Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.
Gangguan fusi tuba neural terjadi sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan
penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Beberapa hipotesis terjadinya spina bifida antara lain adalah :
1. Terhentinya proses pembentukan tuba neural karena penyebab tertentu
2. Adanya tekanan yang berlebih dikanalis sentralis yang baru terbentuk
sehingga menyebabkan ruptur permukaan tuba neural
3. Adanya kerusakan pada dinding tuba neural yang baru terbentuk karena suatu
penyebab.
( Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak, A.H. Markum:2002)
Penyebab
Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam
folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Kelainan bawaan lainnya yang juga
ditemukan pada penderita spina bifida (diagnosa banding) :
- Hidrocephalus
- Siringomielia
- Dislokasi pinggul
Beberapa jenis spina bifida :
1. Okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol.
Gejalanya :
- Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
- Lekukan pada daerah sakrum
1. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba
sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit.
- menonjolnya meninges
- sumsum tulang belakang
- cairan serebrospinal
1. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis
menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar da merah.
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan saraf
yang terkena. Gejalanya berupa:
- Penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
- Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
- Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
- Penurunan sensasi
- Inkontinensia urine, maupun inkontinensia tinja
- Korda spinalis yang terkena, rentan terhadap infeksi (meningitis).
http://images.google.co.id/images
Komplikasi
Terjadi pada salahsatu syaraf yang terkena dengan menimbulkan suatu kerusakan pada syaraf
spinal cord, dengan itu dapat menimbulkan suatu komplikasi tergantung pada syaraf yang
rusak.
Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trisemester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya
mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan
maksilaris) pecah kembali. (Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2.
2000. Jakarta: MA.)
Hidrosefalus seringsepalus empuan 3 kali lebih dominan. pusatsi i foramen Luschkahasilkan
peningkatan tekanan dan dilatasi dari aliran proksikali dihubungkan dengan
Mielomeningokel yang seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang
masih tersisa terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis, sitomegalovirus),
perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan meningoensepalitis neonatal (bakteri atau
virus).
Pengobatan
Tujuan dari pengobatan awal adalah:
- Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
- Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati
hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat
fungsi otot.
Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi
lainnya, diberikan antibiotik.
Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut
diatas kandung kemih.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki
fungsi saluran pencernaan.
Pencegahan
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut
hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.
Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Pemeriksaan Diagnostik
- USG : Untuk mengetahui apakah ada kelainan spina bifida pada bayi yang dikandung
adalah melalui pemeriksaan USG. Hal itu dapat diketahui ketika usia bayi 20 minggu.
- Pemeriksaan darah pada ibu
Dengan teknik AFP : hanya membutuhkan sedikit sampel darah dari lengan ibu dan tidak
beresiko terhadap janin. Bila hasil skrining positif biasanya diperlukan test lanjutan untuk
memastikan adanya kelainan genetik pada janin yang lahir kelak menderita cacat.
- Pemeriksaan air ketuban ibu
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Faktor genetik
Faktor genetik merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik adalah sebagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa,. Potensi genetik yang bermutu jika
berinteraksi dengan lingkungan secara positif akan dicapai hasil akhir yang optimal
Faktor herediter, sebagai faktor yang sudah dipastikan.
75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
ü Mutasi gen.
ü Kelainan kromosom
Faktor lingkungan
1. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan yang baik memungkinkan potensi bawaan tercapai,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan “ bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai
dari konsepsi sampai akhir hayat, antara lain :
ü Faktor usia ibu
ü Obat-obatan.
Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid,
Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan
celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
ü Nutrisi
ü Penyakit : infeksi Sifilis, virus rubella
ü Radiasi
ü Stres emosional
ü Trauma (trimester pertama)
Faktor psikososial : Respon orang tua terhadap bayi/anak :
ü Rasa bersalah
ü Kemampuan membuat keputusan tentang pengobatan/ tindakan segera
ü Kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain
Pertumbuhan dan Perkembangan selama masa bayi :
Fisik Motorik kasar Motorik halus
- Penambahan berat - Memilih posisi fleksi - Tangan tertutup secara
badan 150 sampai 210 gr dengan felvis tinggi tetapi lutut umum.
setiap minggu selama 6 bulan tidak dibawah abdomen bila - Refleks menggenggam
pertama. telengkup. kuat.
- Penambahan tinggi - Dapat memutar kepala - Tangan mengatup pada
badan 2,5 cm setiap bulan dari satu sisi ke sisi lain bila kontak dengan mainan.
selama 6 bulan pertama. telengkup.
- Peningkatan lingkar - Mengalami head lag
kepala sebesar 1,5 cm setiap yang nyata, khususnya bila
bulan selama 6 bulan menarik kepala dari posisi
pertama. berbaring ke posisi duduk.
- Ada refleks primitif - Menahan kepala
dan kuat sebentar secara faralel dan
- Refleks mata boneka dlam garis tengah dan tertahan
dan refleks dansa dlam posisi telengkup.
menghilang. - Menunjukan refleks
- Pernafasan hidung leher tonik asimetris bila
harus terjadi. telentang
- Bila menahan dalam
posisi berdiri, tubuh lemas
pada lutut dan panggul
Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan
- Riwayat prenatal
- Riwayat keluarga dengan defek spinal cord
- Pemeriksaan fisik :
ü Adanya myelomeningocele sejak lahir
ü Peningkatan lingkar kepala
ü Hipoplasi ekstremitas bagian bawah
ü Kontraktur/ dislokasi sendi
ü Adanya inkontinensia urin dan feses
ü Respon terhadap stimulasi
ü Kebocoran cairan cerebrospinal
Diagosa keperawatan :
1. Risiko tinggi infeksi b.d spinal malformation, luka operasi dan shunt
Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan :
1. Anak bebas dari infeksi
2. Anak menunjukan respon neurologik yang normal
Kriteria hasil :
- Suhu dan TTV normal
- Luka operasi, insisi bersih
Intervensi Rasional
- Monitor tanda-tanda vital. Observasi Untuk melihat tanda-tanda terjadinya
tanda infeksi : perubahan suhu, warna kulit, resiko infeksi
malas minum , irritability, perubahan warna Untuk melihat dan mencegah terjadinya
pada myelomeingocele. TIK dan hidrosepalus
- Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu Untuk mencegah terjadinya luka infeksi
sekali, observasi fontanel dari cembung dan pada kepala (dekubitus)
palpasi sutura kranial Menghindari terjadinya luka infeksi dan
- Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk trauma terhadap pemasangan shunt
mencegah dekubitus
- Observasi tanda-tanda infeksi dan
obstruksi jika terpasang shunt, lakukan
perawatan luka pada shunt dan upayakan agar
shunt tidak tertekan
1. Berduka b.d kelahiran anak dengan spinal malformation
Tujuan :
Orangtua dapat menerima anaknya sebagai bagian dari keluarga
Kriteria hasil :
- Orangtua mendemonstrasikan menerima anaknya dengan menggendong, memberi
minum, dan ada kontak mata dengan anaknya
- Orangtua membuat keputusan tentang pengobatan
- Orangtua dapat beradaptasi dengan perawatan dan pengobatan anaknya
Intervensi Rasional
- Dorong orangtua mengekspresikan Untuk meminimalkan rasa bersalah dan
perasaannya dan perhatiannya terhadap saling menyalahkan
bayinya, diskusikan perasaan yang Memberikan stimulasi terhadap orangtua
berhubungan dengan pengobatan anaknya untuk mendapatkan keadaan bayinya yang
- Bantu orangtua mengidentifikasi aspek lebih baik
normal dari bayinya terhadap pengobatan Memberikan arahan/suport terhadap
- Berikan support orangtua untuk orangtua untuk lebih mengetahui keadaan
membuat keputusan tentang pengobatan pada selanjutnya yang lebih baik terhadap bayi
anaknya
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kebutuhan positioning, defisit
stimulasi dan perpisahan
Tujuan :
Anak mendapat stimulasi perkembangan
Kriteria hasil :
- Bayi / anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan
- Bayi / anak tidak menangis berlebihan
- Orangtua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk bayi / anaknya
Intervensi Rasional
- Ajarkan orangtua cara merawat Agar orangtua dapat mandiri dan menerima
bayinya segala sesuatu yang sudah terjadi
dengan memberikan terapi pemijatan bayi Untuk mencegah terjadinya luka infeksi dan
- Posisikan bayi prone atau miring tekanan terhadap luka
kesalahasatu sisi Untuk mencegah terjadinya luka memar dan
- Lakukan stimulasi taktil/pemijatan infeksi yang melebar disekitar luka
saat melakukan perawatan kulit
1. Risiko tinggi trauma b.d lesi spinal
Tujuan :
Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal
Kriteria Hasil:
- Kantung meningeal tetap utuh
- Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma
Intervensi Rasional
Rawat bayi dengan cermat Untuk mencegah kerusakan pada kantung
Tempatkan bayi pada posisi telungkup meningeal atau sisi pembedahan
atau miring Untuk meminimalkan tegangan pada
Gunakan alat pelindung di sekitar kantong meningeal atau sisi pembedahan
kantung ( mis : slimut plastik bedah) Untuk memberi lapisan pelindung agar
Modifikasi aktifitas keperawatan rutin tidak terjadi iritasi serta infeksi
(mis : memberi makan, member Mencegah terjadinya trauma
kenyamanan)
1. Resiko tinggi cedera b.d peningkatan intra kranial (TIK)
Tujuan : pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial
Kriteria Hasil : anak tidak menunjukan bukti-bukti peningkatan TIK
Intervensi Rasional
Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda Untuk mencegah keterlambatan tindakan
peningkatan TIK Sebagai pedoman untuk pengkajian
Lakukan pengkajian Neurologis dasar pada pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
praoperasi Karena tingat kesadaran adalah pirau penting
Hindari sedasi dari peningkatan TIK
Ajari keluarga tentang tanda-tanda Praktisi kesehatan untuk mencegah
peningkatan TIK dan kapan harus keterlambatan tindakan
memberitahu
1. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin b.d paralisis,
penetesan urin yang kontinu dan feses
Tujuan :
pasien tidak mengalami iritasi kulit dan gangguan eleminasi urin
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi Rasional
Jaga agar area perineal tetap bersih dan kering Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan
dan tempatkan anak pada permukaan pergelangan kaki selama posisi telengkup
pengurang tekanan. Untuk meningkatkan sirkulasi.
Masase kulit dengan perlahan selama Untuk memberikan kelancaran eleminasi
pembersihan dan pemberian lotion.
Berikan terapi stimulant pada bayi
Daftar Pustaka
Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC, 2002.
Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: MA, 2000.
Whaley’s and Wong. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edis 4. Jakarta : EGC, 2003.
(http://www.medicastore.com/
Faktor risiko NTD antara lain genetik, lingkungan, riwayat keluarga, tingkat sosial
ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga terjadi kekurangan gizi, paparan panas,
wanita diabetes yang tergantung insulin, wanita yang minum obat antiepilepsi (valporic
acid, carbamazapine), juga wanita yang minum obat yang bersifat antagonis asam folat
(amniopterin, methotrexate).
Asam folat juga berfungsi sebagai koenzim untuk produksi DNA dan RNA, meningkatkan
replikasi sel, menurunkan kadar homosistin darah sehingga mencegah gangguan
jantung, mencegah kanker, sebagai antidepresi dan meningkatkan suasana hati.
Defisiensi asam folat berakibat rambut beruban dini, anemia, letih, kurang semangat,
sulit tidur (insomnia), mudah lupa, serta depresi. Kadar asam folat rendah ditemukan
pada sepertiga pasien psikiatri serta kasus depresi pada usia lanjut. Kadang-kadang,
gangguan mental disebabkan oleh asupan gizi kurang. Respons pasien terhadap obat
psikotropik (antidepresi) membaik setelah kadar folat ditingkatkan. (T-1)