Vous êtes sur la page 1sur 57

LAPORAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS

GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN DEMAM


BERDARAH DENGUE DI RT 05 RW 02 PASAR MINGGU KELURAHAN
SUKAMERINDU BULAN OKTOBER 2018

Disusun Oleh:
Bobby Aksanda, S. Ked
Salma Munifah, S. Ked
Krisdayanti Silaban, S. Ked
Fajri Aulia, S. Ked

Pembimbing:
dr. Erlina Panca Putri, M. H.
dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS


UPTD. PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Kedokteran Komunitas Disusun Oleh :
Bobby Aksanda, S. Ked
Salma Munifah, S. Ked
Krisdayanti Silaban, S. Ked
Fajri Aulia, S. Ked

Judul : LAPORAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI RT 05 RW 02 PASAR
MINGGU KELURAHAN SUKAMERINDU BULAN
OKTOBER 2018

Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Dokter Pembimbing dan Penguji


Laporan Diagnosis Komunitas pada Oktober 2018 di Bengkulu.

Oleh:

Pembimbing

dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan sehingga pembuatan laporan
diagnosis komunitas ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu
tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.
Penulis banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak
selama penyelesaian penulisan laporan, sehingga penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Wahyu Soedarsono, M.Ph dosen pembimbing dan penguji yang telah
memberikan kritikan dan saran yang bermanfaat dalam penulisan laporan
komunitas ini.
2. dr. Erlina Panca Putri, M. H. selaku dosen pembimbing lapangan yang telah
banyak memberikan bimbingan, perbaikan dan saran kepada penulis mulai
dari awal hingga penulisan laporan ini selesai.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian laporan
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan laporan
ini terdapat banyak kekurangan dan koreksi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih dan semoga laporan diagnosis komunitas ini dapat berguna dan
menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan.............................................................. 3
2.1.2 Tingkat Pengetahuan............................................................... 3
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..…………………. 4
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan …….……............................. 5
2.2 Perilaku…………………………….…..………………………… 6
2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)………………………………... 7
2.4 Peran dan Kegiatan Puskesmas….……………………………….. 17
2.5 Kerangka Konsep............................................................................ 18
2.6 Langkah-Langkah Diagnosis Komunitas….................................... 18
BAB III METODE
3.1 Metode Diagnosis Komunitas……………………………………. 20
3.2 Pengolahan Data………………………………………………....... 21
BAB IV PENYAJIAN DATA
4.1 Profil Komunitas Umum…………………………………………. 22
4.2 Data Kesehatan Masyarakat……………………………………… 30
4.3 Hasil Focus Group Discussion (FGD)…………………………… 31
BAB V ANALISIS
3.1 Prioritas Masalah…………………………………………………. 34
3.2 Prioritas Penyelesaian Masalah…………………………………... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...................................................................................... 36
6.2 Saran................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN
ABSTRAK
Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan
masyarakat yang utama di negara tropis dan subtropis. Pada daerah Bengkulu dari
Januari hingga Juni 2018 tercatat 176 kasus demam berdarah dengue. Hal ini
sangat meningkat jika dibanding tahun 2017. Begitu pula dengan angka kematian
akibat DBD, pada tahun 2017 hanya satu orang, sedangkan pada tahun 2018 bulan
Januari hingga Juni terdapat 4 kasus kematian. Pada wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukamerindu di bulan Oktober tahun 2018 terdapat dua orang pasien
yang terserang demam berdarah dengue dan satu diantaranya meninggal dunia.
Hal ini menjadi kekhawatiran bersama jika tidak diputuskan rantai penularannya
dan bisa terus menjadi masalah besar jika masyarakat kurang edukasi dan tidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan di sekitar RT 05
Kelurahan Sukamerindu berpengaruh besar terhadap kejadian. Sehingga
diperlukan perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitar sehingga
memungkinkan untuk perindukan nyamuk penyebab DBD.

Metode: Desain survei deskriptif. Sampel diambil di kawasan RT 05 RW 04


Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu yang dipilih secara acak dan sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data primer diambil dari kuesioner dan
checklist pengukuran rumah sehat dan pemantauan jentik nyamuk dan dilakukan
secara langsung ke rumah warga. Data sekunder diambil dari profil Puskesmas
Sukamerindu dan data register kependudukan warga RT 05 Kelurahan
Sukamerindu untuk menilai kepadatan penduduk. Data dioleh secara deskriptif
dan dipaparkan dalam bentuk tabel, kemudian diprioritaskan masalah dan
alternatif penyelesaian masalah.

Hasil: Di kawasan RT 05 Kelurahan Sukamerindu terdapat 20,5 % rumah yang


dikategorikan rumah sehat sedangkan rumah tidak sehat sebesar 79,5%. Rumah
yang dikategorikan bebas jentik sebesar 24% dan rumah/bangunan yang tidak
bebas jentik nyamuk sebesar 76%. Untuk kepadatan penduduk kawasan tersebut
dikategorikan sebagai wilayah sangat padat penduduk.
Pembahasan: Hasil servei menunjukkan meningkatnya kejadian DBD di RT 05
Kelurahan Sukamerindu kemungkinan besar disebabkan oleh angka rumah bebas
jentik yang rendah dan terdapat banyaknya genangan air yang bisa dijadikan
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, persentase
rumah sehat di kawasan tersebut juga rendah. Akibatnya vektor nyamuk DBD ini
terus berkembang biak karena lingkungan yang mendukung. Persentase rumah
sehat dan rumah bebas jentik yang rendah ditunjang oleh perilaku dan kesadaran
masyarakat yang minim untuk memelihara lingkungan agar terbebas dari jentik
nyamuk. Sehingga dibutuhkan penyelesaian yang mampu laksana untuk
menurunkan kejadian DBD di Kelurahan Sukamerindu.
Kesimpulan: alternatif penyelesaian terpilih berupa pembentukan Kader
“SIGAD” dan “JUMANTIK” serta melakukan abatisasi.
Kata kunci: DBD, rumah sehat, jentik nyamuk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika
Serikat dan Latin. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.1
Pada daerah Bengkulu dari Januari hingga Juni 2018 tercatat 176 kasus
demam berdarah dengue. Hal ini sangat meningkat jika dibanding tahun 2017.
Begitu pula dengan angka kematian akibat DBD, pada tahun 2017 hanya satu
orang, sedangkan pada tahun 2018 bulan Januari hingga Juni terdapat 4 kasus
kematian. Pada wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukamerindu di bulan Oktober
tahun 2018 terdapat dua orang pasien yang terserang demam berdarah dengue dan
satu diantaranya meninggal dunia. Hal ini menjadi kekhawatiran bersama jika
tidak diputuskan rantai penularannya dan bisa terus menjadi masalah besar jika
masyarakat kurang edukasi dan tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Lingkungan di sekitar RT 05 Kelurahan Sukamerindu berpengaruh besar
terhadap kejadian. Sehingga diperlukan perhatian masyarakat terhadap lingkungan
sekitar sehingga memungkinkan untuk perindukan nyamuk penyebab DBD.
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan di lingkungan RT/RW
23/02 Kelurahan Sukamerindu, didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap
masyarakat dalam pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar
dikategorikan baik (62,6% dan 54,6%), sedangkan perilaku masyarakat dalam
pencegahan dan pemutusan rantai DBD sebagian besar dikategorikan kurang
(71,7). Selain itu, banyaknya genangan air disekitar rumah dan rawa-rawa
menunjang untuk tempat perindukan nyamuk penyebab DBD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat masalah tentang
bagaimanakah gambaran lingkungan terkait kejadian DBD di RT 05 RW 02 Pasar
Minggu Kelurahan Sukamerindu Kota Bengkulu bulan Oktober tahun 2018.

1.3 Tujuan
 Mengetahui gambaran lingkungan terkait kejadian DBD di di RT 05
RW 02 Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu Kota Bengkulu bulan
Oktober tahun 2018.
 Memprioritaskan masalah dan alternatif penyelesaian masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Lingkungan Nyamuk Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Demam berdarah
dengue banyak ditemui di daerah perkotaan di Indonesia. Secara epidemiologi,
terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan demam berdarah
dengue, yaitu manusia sebagai hospes, virus dan vektor penular. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti, Ae. albopictus,
dan Ae. polynesiensis. Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya
(transovarial transmission) sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif) dalam tubuh manusia. Virus memerlukan waktu masa tunas 46
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.3
Keberadaan jentik Ae. aegypti di suatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi nyamuk Ae. aegypti di daerah tersebut. Perkembangan jentik
dipengaruhi oleh suhu air, kepadatan populasi dan tersedianya makanan. Jentik
akan menjadi pupa atau kepompong dalam waktu 4–8 hari pada temperature 20–
30°C, dan akan mati pada suhu 10°C dan suhu 36°C, serta dapat bertahan pada
tanah yang lembab selama 13 hari.3
Iklim Kota Bengkulu mempunyai iklim tropis basah. Tahun 2015 suhu
maksimum berkisar antara 29 – 30 ºC dan suhu minimum berkisar antara 23ºC,
sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun adalah 24-32 ºC, Kelembaban udara di
Kota Bengkulu rata-rata berkisar antara 81–91% dan kecepatan angin maksimum
14–19 knot. Jumlah hujan dengan hitungan hari selama sebulan di Kota Bengkulu
adalah 10-21 hari dan banyaknya curah hujan bulanan 200-600 mm dan dalam
setahun 3360 mm.4
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks,
karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Cara paling baik untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD). Beberapa penelitian menyatakan bahwa monitoring kepadatan populasi
nyamuk sangat penting untuk membantu dalam penentuan evaluasi adanya
ancaman penyakit di setiap wilayah dan untuk menentukan apakah suatu tindakan
pemberantasan nyamuk sebagai vektor penyebar penyakit perlu dilakukan.3
Beberapa survei yang dilakukan di beberapa Kota di Indonesia
menunjukkan tempat perindukan yang paling potensial adalah di kontainer yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak
WC, ember, dan sejenisnya. Kebijakan pemerintah dalam pengendalian vektor
DBD lebih menitikberatkan pada program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
walaupun cara ini sangat tergantung pada peran serta masyarakat.tindakan 3M
(menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-
barang bekas) merupakan cara paling tepat dalam pencegahan dan
penanggulangan terjadinya DBD.3
Upaya menentukan intervensi terhadap kejadian DBD di Kota Bengkulu
dilakukan melalui pemberantasan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Faktor lingkungan merupakan faktor determinan yang paling besar mempengaruhi
derajat kesehatan. Teori HL.Blum menyatakan bahwa kondisi lingkungan 40%
akan mempengaruhi derajat kesehatan suatu wilayah.3
Lingkungan bebas nyamuk penyebab DBD diukur melalui beberapa
indikator yakni kuantitas rumah sehat, jumlah rumah/bangunan bebas jentik, dan
kepadatan penduduk. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak
terbuat dari tanah. Jumlah rumah/bangunan bebas jentik yaitu rumah/bangunan
yang diperiksa akses saluran air tidak ditemukan jentik nyamuk, dimana angka
bebas jentik merupakan presentase jumlah rumah bebas jentik dibanding dengan
jumlah rumah yang diperiksa. Kepadatan penduduk diperiksa berdasarkan jumlah
penduduk per km2 luas wilayah. Semakin padat suatu wilayah semakin mudah
untuk penularan penyakit DBD.3

2.2.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.2.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok..5

2.2.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya insidensi DBD meningkat dari 0,05/100.000 di tahun
1968 menjadi 35-40/100.000 di tahun 2013 dengan epidemik superimposed
menunjukkan adanya tren kenaikan menyerupai kejadian epidemik tertinggi
yang terjadi pada tahun 2010 (85,70/100.000; p<0,01). Penurunan CFR dari
41% di tahun 1968 menjadi 0,73% di tahun 2013 (p<0,01). Rata-rata usia
pada penderita DBD meningkat selama periode observasi berlangsung.
Insidensi tertinggi DBD telah diamati diantara anak berusia 5 sampai 14
tahun hingga tahun 1998, namun menurun setelahnya (p<0,01). Sedangkan
pada usia 15 tahun keatas, insidensi DBD meningkat (p<0,01) dan
melampaui insidensi pada usia 5 sampai 14 tahun dari tahun 1999 dan
seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa angka kejadian DBD selama
45 tahun terakhir di Indonesia meningkat pesat dengan puncak kejadian
bergeser dari anak-anak menajdi kelompok usia yang lebih tua (15 tahun
keatas). Pergeseran pola usia tersebut berdampak pula terhadap target
pengawasan dan pencegahan.6
Gambar 2.1 Angka kesakitan dan kematian demam berdarah dengue di
Indonesia

2.2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus)
dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x102 .6
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang
paling sering ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat
penampungan air jernih atau tempat penampungan air sekitar rumah.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang
nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki
tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar
rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang bersih,
seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.6

Gambar 2.2 Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes


albopictus

2.2.4 Faktor Resiko


Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan
demam berdarah dengue antara lain: demografi dan perubahan sosial, suplai
air, manejemen sampah padat, infrastruktur pengontrol nyamuk,
consumerism, peningkatan aliran udara dan globalisasi, serta mikroevolusi
virus. Indonesia berada di wilayah endemis untuk demam dengue dan
demam berdarah dengue. Hal tersebut berdasarkan penelitian WHO yang
menyimpulkan demam dengue dan demam berdarah dengue di Indonesia
menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya angka kematian anak, endemis
yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan tersebar di seluruh area.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus
DBD sangat kompleks, yaitu:
-
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
-
Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
-
Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
-
Peningkatan sarana transportasi.1
Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain:5
1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD
dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-
hal yang diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor
penularan DBD antara lain:
- Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah
merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
- Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan
terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak
berjentik.
- Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga
merupakan faktor terbesar terjadinya DBD.

2.2.5 Diagnosis
Perubahan patofisiologis pada DBD adalah kelainan hemostasis dan
perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat diketahui dengan adanya
trombositopenia dan peningkatan hematokrit.5
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7
hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit
kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan.
Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan faring hiperemis
ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.
Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah
tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada
bayi.5
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple
Leede) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan
intravena atau pada bekas pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia
halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum
mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan
dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi
dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun
pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun
pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok.5
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini
terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan
sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan
gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara,
pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.5
Berdasarkan kriteria WHO 2011 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi:5
 Demam atau riwayat demam akut, antara 2 – 7 hari, biasanya bifasik
 Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
o Hematemesis atau melena
 Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
 Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
WHO membagi DBD menjadi empat derajat:
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan
spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti
mimisan, muntah darah dan berak darah.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar
mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

2.2.6 Tatalaksana
1. Pertolongan Pertama Penderita Demam Berdarah Dengue oleh Masyarakat
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh
karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan
tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut. Gejala
dan tanda awal 72 DBD dapat berupa panas tinggi tanpa sebab jelas yang
timbul mendadak, sepanjang hari, selama 2-7 hari, badan lemah/lesu, nyeri
ulu hati, tampak bintik-bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan nyamuk
disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk
membedakannya kulit diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan tanda
penyakit DBD.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas,
maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama demam
b. Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15 mg/kgBB/kali
untuk anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan dipergunakan karena dapat
menyebabkan nyeri ulu hati akibat gastritis atau perdarahan.
c. Kompres hangat
d. Minum banyak (1-2 liter/hari), semua cairan berkalori diperbolehkan
kecuali cairan yang berwarna coklat dan merah (susu coklat, sirup merah).
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian, tidak
memberikan apapun lewat mulut selama kejang)
Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai
timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti bekas
gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera
dibawa berobat/ periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan
untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan.
2. Langkah - Langkah Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue
Penderita yang menunjukan gejala/ tanda klinis DBD maka dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Anamnesis (wawancara) dengan penderita atau keluarga penderita tentang
keluhan yang dirasakan, sehubungan dengan gejala DBD.
b. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda perdarahan.
Observasi kulit meliputi wajah, lengan, tungkai, dada, perut dan paha.
c. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital (kesadaran, tekanan
darah, nadi, dan suhu).
d. Perabaan hati dan Penekanan pada hipokondrium kanan menimbulkan rasa
sakit/nyeri yang disebabkan karena adanya peregangan kapsul hati
e. Uji Tourniquet (Rumple Leed)
f. Pemeriksaan laboratorium darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit).

3. Tatalaksana Rujukan Penderita DBD


Demam Berdarah Dengue termasuk salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah sesuai dengan Undang-Undang No. 4 th 1984
tentang Wabah Penyakit Menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No.
560 tahun 1989, maka bila dijumpai kasus DBD wajib dilaporkan dalam
kurun waktu kurang dari 24 jam.
Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan kasus/tersangka
DBD diwajibkan melaporkan ke Puskesmas setempat sesuai dengan
domisili (tempat tinggal) pasien dan membuat surat pengantar untuk
disampaikan kepada kepala desa/kelurahan melalui keluarga pasien.
Formulir rujukan pasien DBD dari Puskesmas dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya menggunakan formulir Sø, atau surat tersendiri yang
memuat data, nama, jenis kelamin, umur, nama kepala keluarga, alamat,
tanggal mulai masuk dan keluar sarana pelayanan kesehatan ( Puskesmas
Perawatan, Rumah Sakit) dan pengobatan yang telah diberikan,
disampaikan kepada RS rujukan.
Persiapan rujukan Sebelum merujuk pasien DBD perlu
memperhatikan :
a. Tanda vital pasien harus stabil
b. Disertakan formulir dengan hasil parameter klinis dan laboratorium serta
terapi penting yang sudah diberikan.
Penderita dirujuk ke Rumah Sakit bila ditemukan tanda-tanda berikut :
a. Letargi
b. Penurunan kesadaran
c. Badan dingin dan lembab, terutama pada tangan dan kaki, Capillary refill
time > 2 detik
d. Muntah terus menerus
e. Kejang
f. Perdarahan berupa : mimisan, Hematemesis, Melena
g. Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma (asistes, efusi pleura)
h. Tidak buang air kecil dalam 4-6 jam terakhir
i. Nyeri abdomen
4. Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif,
yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien bermanifestasi
ringan dapat berobat jalan sedangkan pasien dengan tanda bahaya dirawat.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat
tanda bahaya, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan.
a. Tatalaksana Infeksi Dengue dengan manifestasi ringan
Pasien dengan manifestasi ringan dapat berobat jalan tetapi jika ada
perburukan harus dirawat. Pasien rawat jalan dianjurkan:
1) Tirah baring, selama masih demam.
2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3) Untuk menurunkan suhu menjadi <39ºC, dianjurkan pemberian parasetamol
4) Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirup, susu,
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
5) Monitor suhu, urin, dan tanda-tanda bahaya sampai melewati fase kritis
6) Monitor pemeriksaan laboratorium darah rutin secara berkala
Orangtua atau pasien dinasehati bila setelah demam turun didapatkan
nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta
mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berekeringat
dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan sehingga harus segera
dibawa ke rumah sakit.
b. Tatalaksana DBD dan SSD
1. Tatalaksana DBD
a) Fase demam
Pada fase ini penatalaksanaan sama dengan tatalaksana DD
b) Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya
hari ke 3-5 fase demam.
 Penggantian volume plasma(cairan rumatan ditambah 5-8%)
 Cairan intravena diperlukan apabila anak terus muntah, tidak mau minum,
demam tinggi sehingga tidak mungkin diberikan minum per oral
 Jenis cairan (kristaloid RL/ RA/ Dekstrosa 5%; koloid Dekstran 40, plasma,
albumin)
c) Fase penyembuhan/ konvalesen
2. Tatalaksana SSD
a. Penggantian volume plasma segera
b. Pemeriksaan heamtokrit untuk memantau penggantian volume plasma
c. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit
d. Pemberian oksigen
e. Transfusi darah
f. Monitoring
g. Ruang rawat khusus untuk DBD/SSD
h. Kriteria memulangkan pasien (perbaikan secara klinis, tidak demam selama
24 jam tanpa antipiretik, tidak dijumpai stres pernapasan, hematokrit stabil,
jumlah trombosit >50.000/µl, tiga hari setelah syok teratasi dan nafsu makan
membaik)

2.2.7 Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Kegiatan pemberantasan DBD terdiri atas kegiatan pokok dan
kegiatan penunjang. Kegiatan pokok meliputi pengamatan dan
penatalaksaan penderita, pemberantasan vektor, penyuluhan kepada
masyarakat dan evaluasi.6
2.1. Pengamatan dan penatalaksanaan penderita
Setiap penderita/tersangka DBD yang dirawat di rumah
sakit/puskesmas dilaporkan secepatnya ke Dinas Kesehatan Dati II.
Penatalaksanaan penderita dilakukan dengan cara rawat jalan dan rawat inap
sesuai dengan prosedur diagnosis, pengobatan dan sistem rujukan yang
berlaku.6
2.2. Pemberantasan vektor
Pemberantasan sebelum musim penularan meliputi perlindungan
perorangan, pemberantasan sarang nyamuk, dan pengasapan. Perlindungan
perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan
meniadakan sarang nyamuk di dalam rumah dan memakai kelambu pada
waktu tidur siang, memasang kasa di lubang ventilasi dan memakai penolak
nyamuk. Juga bisa dilakukan penyemperotan dengan obat yang dibeli di
toko seperti mortein, baygon, raid, hit dll.6
Pergerakan pemberantasan sarang nyamuk adalah kunjungan ke
rumah/tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya setiap 3 bulan untuk
melakukan penyuluhan dan pemeriksaan jentik. Kegiatan ini bertujuan
untuk menyuluh dan memotivasi keluarga dan pengelola tempat umum
untuk melakukan PSN secara terus menerus sehingga rumah dan tempat
umum bebas dari jentik nyamuk Ae. aegypti. Kegiatan PSN meliputi
menguras bak mandi/wc dan tempat penampungan air lainnya secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat TPA, membersihkan
halaman dari kaleng, botol, ban bekas, tempurung, dll sehingga tidak
menjadi sarang nyamuk, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum
burung, mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang, menutup
lubang pohon atau bambu dengan tanah, membubuhi garam dapur pada
perangkap semut, dan pendidikan kesehatan masyarakat.6
Pengasapan masal dilaksanakan 2 siklus di semua rumah terutama di
kelurahan endemis tinggi, dan tempat umum di seluruh wilayah kota.
Pengasapan dilakukan di dalam dan di sekitar rumah dengan menggunakan
larutan malathion 4% (atau fenitrotion) dalam solar dengan dosis 438
ml/Ha.6
2.3. Penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi
Penyuluhan perorangan dilakukan di rumah pada waktu pemeriksaan
jentik berkala oleh petugas kesehatan atau petugas pemeriksa jentik dan di
rumah sakit/puskesmas/praktik dokter oleh dokter/perawat. Media yang
digunakan adalah leaflet, flip chart, slides, dll.6
Penyuluhan kelompok dilakukan kepada warga di lokasi sekitar rumah
penderita, pengunjung rumah sakit/puskesmas/ posyandu, guru, pengelola
tempat umum, dan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.6
Evaluasi operasional dilaksanakan dengan membandingkan
pencapaian target masing-masing kegiatan dengan direncanakan
berdasarkan pelaporan untuk kegiatan pemberantasan sebelum musim
penularan. Peninjauan di lapangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran
pelaksanaan kegiatan program.6
2.3 Peran dan Kegiatan Puskesmas
Kebijakan pengendalian penyakit DBD di Indonesia bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena DBD. Strategi pengendalian
penyakit DBD yang dilaksanakan pemerintah adalah:
a. Memiliki standar operasional prosedur (pedoman) penegakkan diagnosis
dan tatalaksana DBD
b. Pemberantasan vektor
c. Pelaksanaan survei jentik
d. Angka bebas jentik
e. Pemberantasan sarang nyamuk
f. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
g. Pertolongan pada penderita
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) merupakan kewaspadaan terhadap
penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) beserta faktor-faktor yang
memengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilan epidemiologi dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan
tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat (Permenkes RI
No.949/MENKES/SK/VII/2004). Ada beberapa cara pengumpulan data DBD,
yaitu melalui:
a. Penyelidikan Epidemiologis (PE)
PE merupakan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya
dna pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita
dan rumah/ bangunan sekitarnya termasuk tempat-tempat umum dalam
radius sekurang-kurangnya 100 meter. Tujuannya adalah untuk
mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
pananggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat
penderita. PE juga dilakukan untuk mengetahui adnaya penderita dan
tersangka DBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular
DBD, dan menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan
dilakukan.
b. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
1. Sesuai dengan ketentuan/ sistem pelaporan yang berlaku, pelaporan
penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir:
- W1/ Laporan KLB (wabah)
- W2/ Laporan mingguan wabah
- SP2TP: LB 1/ Laporan bulanan data kesakitan
LB 2/ Laporan bulanan data kematian
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir
LB3/Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).
2. Penderita demam berdarah/ suspek demam berdarah perlu diambil
spesimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan
serologis. Spesimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Tingkat II setempat.8
2.4 Kerangka Konsep

Host
Status Ekonomi Pelayanan (manusia)
Kesehatan - Daya tahan
tubuh
- Umur

Pendidikan Tingkat
Pengetahuan

Suku Bangsa Sikap Kejadian DBD

Perilaku
Kesehatan

Environment
(Lingkungan)

Agent
penyebab
Nyamuk Aedes penyakit
aegypti Dengue
Virus

3. Langkah-langkah Diagnosis Komunitas


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
diagnosis komunitas adalah sebagai berikut:
1. Definisi Komunitas
Melalui data demografis, data kesehatan, data kualitatif ditentukan
komunitas yang spesifik.
2. Karakteristik Komunitas
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah
kesehatan dalam komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas Masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting dalam
komunitas.
4. Penilaian Masalah Kesehatan Terpilih
Masalah yang terpilih dianalisadengan mempertimbangkan factor-
faktor yang terkait dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana
intervensi.
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui intervensi
yang diberikan.
BAB III
METODE

3.3 Desain, Tempat dan Waktu Survei


Desain survei deskriptif. Survei dilakukan di kawasan RT 05 RW 02 Pasar
Minggu Kelurahan Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu.
Survei dilakukan pada bulan September hingga bulan Oktober 2018.

3.4 Jenis Data


Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diambil dari kuesioner dan checklist pengukuran rumah sehat dan pemantauan
jentik nyamuk dan dilakukan secara langsung ke rumah warga. Data sekunder
diambil dari profil Puskesmas Sukamerindu dan data register kependudukan
warga RT 05 RW 02 Pasar Minggu, Kelurahan Sukamerindu untuk menilai
kepadatan penduduk.

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Aspek Pengukuran


a) Pengamatan Rumah Sehat
Pengamatan rumah sehat meliputi komponen rumah, sarana sanitasi,
dan perilaku penghuni. Masing-masing komponen memiliki nilai bobot
yang berbeda-beda dan dilakukan skoring berdasarkan nilai pengamatan.
Angka yang didapat dijumlahkan dan dikategorikan sebagai berikut:9
- Rumah sehat: jumlah angka antara 1028-1200
- Rumah tidak sehat: jumlah angka <1028
b) Pengamatan Rumah Bebas Jentik Nyamuk10
Pengamatan rumah bebas jentik nyamuk dilakukan dengan cara
persiapan dan memeriksa jentik. Pada persiapan, dilakukan:
a. Pemetaan dan pengumpulan data penduduk, rumah/bangunan
dan lingkungan oleh pengamat
b. Pertemuan/pendekatan dengan Ketua RT dan warga
c. Menetukan rumah/bangunan yang akan diperiksa dengan cara
memilih 35 rumah/bangunan (dengan metode systematic
random sampling). Untuk menentukan 34 rumah/bangunan
mana yang akan dikunjungi/diperiksa di suatu RT, maka
mulailah dari rumah/bangunan pertama (rumah/bangunan ke-1),
selanjutnya ke-4, ke-7, dan seterusnya (selang 3
rumah/bangunan).

Memeriksa jentik nyamuk dilakukan dengan cara:


a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat
penampungan air lainnya.
b. Jika tidak tampak, tunggu + 0,5-1 menit, jika tidak ada jentik ia
akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
c. Di tempat yang gelap gunakan senter.
Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng,
plastik, ban bekas dan lain-lain. Tempat-tempat lain yang perlu
diperiksa antara lain talang/saluran air yang rusak/tidak lancar,
lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan tempat-tempat
lain yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah
kosong, pemakaman, dan lain-lain. Jentik-jentik yang ditemukan
di tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah
(bak mandi/WC, drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan
bahwa jentik tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti penular
demam berdarah dengue (DBD). Jentik-jentik yang terdapat di
got/comberan/selokan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Hasil pengamatan dilaporkan dengan cara sebagai berikut:
a. Tidak ditemukan jentik nyamuk di sekitar rumah dikategorikan
rumah bebas jentik nyamuk (negatif).
b. Ditemukan jentik nyamuk di sekitar rumah dikategorikan rumah
tidak bebas jentik nyamuk (positif).
c) Pengamatan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk diukur dengan menggunakan jumlah penduduk
dan luas wilayah berdasarkan data registrasi Pasar Minggu RT 05 Kelurahan
Sukamerindu dan profil Puskesmas Sukamerindu tahun 2018. Kepadatan
penduduk diukur dengan cara menghitung jumlah penduduk dalam 1 km2
luas wilayah. Hasil perhitungan dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tidak padat: apabila jumlah penduduk 1-50 jiwa/km2
b. Kurang padat: apabila jumlah penduduk 51-250 jiwa/km2
c. Cukup padat: apabila jumlah penduduk 251-400 jiwa/km2
d. Sangat padat: apabila jumlah penduduk >400 jiwa/km2.

3. 4. Populasi dan Sampel Survei


Populasi dalam survei ini adalah rumah warga Pasar Minggu RT 05 RW 02
Kelurahan Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Jumlah
populasi adalah 102 unit rumah.
Pemilihan sampel rumah sehat dalam survei ini didapatkan dengan cara
random sample dengan jumlah sampel didapatkan berdasarkan perhitungan besar
sampel pengamatan sebagai berikut.

N
Besar sampel :
N(0,1)2 +1
Sehingga didapatkan besar sampel survei sebesar:
102
= 50,49 sampel.
102(0,1)2 +1

Sehingga ditetapkan besar sampel survei rumah sehat adalah 51 sampel.


Sedangkan sampel pemeriksaan rumah bebas jentik nyamuk dengan
menggunakan metode systematic random sampling, dengan jumlah rumah 102,
diambil rumah dengan kelipatan 3 sehingga didapatkan sampel 35 rumah.
3. 5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi dalam survei ini adalah:
1. Lokasi rumah berada di wilayah RT 05 Pasar Minggu Kelurahan
Sukamerindu, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu.
2. Mendapat persetujuan dari pemilik rumah.
Kriteria ekslusi dalam survei ini adalah:
1. Rumah dalam tahap pembangunan.

3. 6. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil skala
Rumah Bangunan tempat tinggal Checklist Sehat Ordinal
sehat yang memenuhi syarat Tidak Sehat
kesehatan.
Rumah Rumah yang diperiksa Checklist Positif Ordinal
bebas akses saluran air tidak Negatif
jentik ditemukan jentik
nyamuk nyamuk.
Kepadatan Jumlah penduduk per Data Tidak padat Ordinal
penduduk km2 luas wilayah. register RT Kurang padat
Cukup padat
Sangat padat

3. 7. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan diolah untuk mendapatkan persentase rumah
sehat, persentase rumah bebas jentik nyamuk dan kepadatan penduduk. Hasil yang
didapatkan akan disajikan dalam tabel dan dideskripsikan.
BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1 Profil Komunitas Umum


4.1.1. Data Geografis
Puskesmas Sukamerindu berada di Pasar Minggu Kelurahan
Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu, terletak antara 8° LS
dan 110° BT dengan batas wilayah:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Rawa Makmur
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Belakang Pondok
c. Sebelah Barat : Kelurahan Kampung Bali
d. Sebelah Timur : Kelurahan Sawah Lebar
Kondisi daerah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara
250-300 ml pertahun, suhu udara rata-rata: 17°C – 21°C untuk musim hujan
sedangkan untuk musim panas 31°C – 33°C.
a. Sebagian berbukit-bukit sebagai tempat pemukiman.
b. Sebagian dataran rendah yang merupakan pemukiman penduduk.
c. Sebagian berupa rawa-rawa dan semak belukar.
d. Sebagian lainnya berupa dataran tinggi.
Luas wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu adalah 17,22 km² yang
terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Sukamerindu
b. Kelurahan Tanjung Agung
c. Kelurahan Tanjung Jaya
d. Kelurahan Semarang
e. Kelurahan Surabaya
f. Kelurahan Kampung Kelawi
g. Kelurahan Pasar Bengkulu
4.1.2. Data Demografi
1. Kependudukan, Sosial, dan Ekonomi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Sungai Serut pada tahun 2017
adalah 21.204 jiwa.
2. Mata Pencaharian
Tabel 8. Mata pencaharian penduduk
Jenis Pekerjaan
Jumlah
No Kelurahan TNI/ Lain
PNS Tani Pedagang Buruh Pengusaha Nelayan Pddk
POLRI nya
1 Sukamerindu 251 23 60 459 963 37 7 - 5885
2 Tj. Agung 40 1 6 39 92 73 0 778 1029
3 Tj. Jaya 74 8 249 120 162 0 0 648 1261
4 Semarang 141 15 94 81 93 10 9 74 1909
5 Suarabaya 705 225 90 249 427 285 4 55 7302
6 Kp. Kelawi 110 12 66 220 390 30 34 1738 2600
7 Ps. Bengkulu 70 6 103 103 271 0 299 990 1639

3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk


Tabel9. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin & kelompok umur
Jumlah Penduduk
NO Kelompok Umur Laki-Laki +
Laki-Laki Perempuan
Perempuan
1 0 - 4 Tahun 1200 1285 2485
2 5 - 9 Tahun 1030 1044 2074
3 10 - 14 Tahun 887 829 1716
4 15 – 19 Tahun 896 1029 1965
5 20 – 24 Tahun 1011 998 2009
6 25 – 29 Tahun 682 868 1550
7 30 – 34 Tahun 745 956 1701
8 35 – 39 Tahun 780 757 1537
9 40 – 44 Tahun 728 572 1300
10 45 – 49 Tahun 579 595 1174
11 50 – 54 Tahun 572 394 966
12 55 – 59 Tahun 408 405 813
13 60 – 64 Tahun 335 336 671
14 65 – 69 Tahun 287 334 621
15 70 – 75 Tahun 209 214 423
16 +75 Tahun 76 123 199
Jumlah 10425 10779 21204
4. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tabel 10.Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat Pendidikan
No Kelurahan Jumlah
SD SLTP SMA DI-DIII SI S2 S3 Total
Penduduk
1 Sukamerindu 1200 979 1055 133 265 31 2 3665 5885
2 Tj. Agung 301 158 321 17 42 4 0 843 1029
3 Tj. Jaya 331 237 480 14 49 5 0 1116 1261
4 Semarang 260 299 447 32 105 3 3 1149 1909
5 Surabaya 1141 717 1558 292 551 45 3 4307 7302
6 Kp. Kelawi 321 535 918 299 312 16 0 2401 2600
7 Ps Bengkulu 418 450 72 72 48 2 0 1022 1639

2. Cakupan Pelayanan Puskesmas


 Program Wajib
Sesuai dengan tuntutan di Era Desentralisasi, Puskesmas Sukamerindu
selama tahun 2014 telah melaksanakan Basic Six (enam program unggulan),
yaitu:
1) Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan mengembangkan berbagai program
perbaikan prilaku dibidang kesehatan sesuai dengan masalah pengetahuan
masyarakat setempat melalui kegiatan yang bernuansa pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan di dalam gedung
berupa penyuluhan langsung, penyebaran info sehat, dan majalah dinding.
Kegiatan di gedung berupa penyuluhan langsung ke masyarakat
tentang kesehatan melalui kegiatan Posyandu Balita, Posbindu, UKS dan
pemasangan spanduk bertema kesehatan. Selama tahun 2014 telah
dilaksanakan penyuluhan kelompok di Posyandu Usila.

2) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana (KIA/KB) termasuk


Imunisasi
Kegiatan program KIA/KB termasuk Imunisasi dilaksanakan di dalam
gedung berupa pelayanan pemeriksaan ibu hamil, pemantauan tumbuh
kembang anak, konseling imunisasi, pelayanan dan pemasangan alat
kontrasepsi. Sementara kegiatan luar gedung berupa pembinaan dan
pelayanan di Posyandu serta DDTK anak TK/PAUD.
3) Kesehatan Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat. Walaupun bagitu kesehatan lingkungan juga
berkaitan erat dengan prilaku masyarkat sehingga peningkatan prasarana
fisik perlu diimbangi dengan peningkatan pendidikan pada masyarakat
tentang hygiene dan sanitasi lingkungan.
Untuk menunjang tercapainya lingkungan sehat, program kesehatan
lingkungan juga mnerapkan PHBS (Pengetahuan Hidup Bersih dan Sehat)
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kesadaran
dan kemampuan masyarakat dalam upaya penyediaan, pemanfaat serta
pemeliharaan sarana air minum dan jamban keluarga yang memenuhi syarat
kesehatan.
Selama tahun 2014 telah dilakukan berbagai kegiatan, antara lain :
Persentase KK dengan akses rumah sehat = 70%, Persentase KK dengan
akses sarana air bersih = 93,3%, Persentase KK dengan jamban sehat =
70%, Persentase KK dengan fasilitas SPAL = 64%, Persentase TTU yang
memenuhi syarat = 85%.
4) Peningkatan Gizi
Untuk memperoleh gambaran tentang status gizi masyarakat dapat
menggunakan indikator antara lain yang terpenting adalah angka kurang
energi protein (KEP), kurang Iodium (GAKI) dan anemia gizi.
5) Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
a. Diare
Berdasarkan hasil laporan petugas P2 diare ditemukan penderita diare
sebnyak 440 kasus, yang terdiri dari bayi sebanyak 102 orang, balita
sebanyak 257 orang dan usia > 5 tahun sebanyak 81 orang. Jumlah ini sudah
termasuk penderita yang berasal dari luar wilayah.
b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Program ISPA bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan angka
kematian dan angka kesakitan Pneumonia. Selama tahun 2014 ditemukan
penderita Pneumonia sebanyak 5 orang bayi dan 21 balita. Untuk angka
penderita Infeksi 479 orang bayi dan 2.381 balita.
c. TB Paru
Selama tahun 2014 ditemukan penderita Tb Paru sebanyak 14 orang BTA
(+) 14 orang. TB Paru Anak 1 orang serta TB Kelenjar sebanyak 2 orang.
d. Demam Berdarah (DHF)
Pada tahun 2017 ditemukan positif DHF sebanyak 6 kasus di wilayah kerja
Puskesmas.
6) Pengobatan
Jumlah kunjungan pasien selama tahun 2014 sebanyak 15.656
kunjungan, terdiri dari 8.758 kunjungan pasien Askes, 4.835 kunjungan
pasien gratis (masyarakat umum), 873 kunjungan pasien Jamkesmas, 540
kunjungan pasien Gakin/ Jamkeskot dan 650 kunjungan Luar Gedung
(Posyandu/Posbindu).
 Program Pengembangan
Selain melaksanakan keenam program unggulan. Puskesmas
Sukamerindu juga melaksanakan program pelaksanaan pengembangan
yaitu:
1) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Pelayanan Perkesmas ditujukan untuk memberikan bantuan,
bimbingan penyuluhan, pengawasan dan perlindungan kepada individu,
keluarga, kelompok khusus serta masyarakat.
Selama tahun 2014 jumlah keluarga Rawan ada sebanyak 211 KK,
sedangkan yang dibina sebanyak 126 KK. Dengan kasus pembinaan
maternal resti sebnyak 113 orang, bayi resti sebanyak 3 orang, balita resti 11
orang, usila resti sebanyak 74 orang dan penyakit kronis sebanyak 117
orang dan DO Tb tidak ditemukan.
2) Kesehatan Usia Lanjut
Kegiatan kelompok Usila yang telah dilaksanakan berupa senam
bersama, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, penyuluhan kesehatan
setiap bulan, penyegaran rohani (pengajian) setiap bulan serta rekreasi
bersama setiap tiga bulan sekali. Jumlah Usila yang dilayani selama tahun
2014 sebanyak 645 orang.
3) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Klinik PKPR Puskesmas Sukamerindu melayani pasien usia remaja
(13-19 tahun) yang mempunyai keluahan/ masalah kesehatan termasuk
memberikan penyuluhan masalah kesehatan reproduksi bagi para remaja,
Penyakit Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS, Remaja dan
permasalahannya serta Dampak Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif).
 Program Penunjang
Sebagai program penunjang Puskesmas Sukamerindu dilengkapi
dengan Laboratorium sederhana dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan tahun 2014 adalah
pemeriksaan DDR (malaria) sebanyak 167 specimen, BTA sebanyak 122
orang sedangkan yang positif 14 orang, pemeriksaan urin sebanyak 102
specimen, Hb orang sebanyak 167 orang, golongan darah sebanyak 250
orang serta tes kehamilan sebanyak 60 orang.
a. Hasil Kegiatan di Luar Kegiatan Pokok
1. PPM Posyandu
Posyandu yang ada sebanyak 14 Posyandu, yaitu :
1. Posyandu Dempo : Kelurahan Pasar Bengkulu
2. Posyandu Melati :Kelurahan Pasar Bengkulu
3. Posyandu Seruni : Kelurahan Suka Merindu
4. Posyandu Tunas Musa: Kelurahan Suka Merindu
5. Posyandu Kinibalu : Kelurahan Suka Merindu
6. Posyandu Berkat : Kelurahan Suka Merindu
7. Posyandu Cendana : Kelurahan Suka Merindu
8. Posyandu Flamboyan : Kelurahan Bajak
9. Posayandu Bukit Barisan: Kelurahan Bajak
10. Posyandu Sepakat : Kelurahan Tanjung Agung
11. Posyandu Mawar : Kelurahan Tanjung Agung
12. Posyandu Jambu Tiga : Kelurahan Tanjung Agung
13. Posyandu Merapi : Kelurahan Semarang
14. Posyandu Meranti : Kelurahan Semarang
15. Posyandu Anggrek : Kelurahan Surabaya
16. Posyandu Tri Tunggal : Kelurahan Suranaya
Dalam rangka revitalisasi posyandu, telah dilaksanakan pembinaan
kader posyandu atau pelatihan kader posyandu setiap 3 bulan sekali dan
pertemuan rutin kader posyandu pada tanggal 4 setiap bulan. Jumlah kader
sebanyak 108 orang dan jumlah kader aktif sebanyak 86 orang.

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan yang Ada


Dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, Puskesmas
Sukamerindu di dukung oleh 48 (empat puluh delapan) tenaga yang terdiri
dari 1 orang dokter umum, 5 orang sarjana kesehatan masyarakat, 3 orang
apoteker, 13 orang perawat, 8 orang bidan, 2 orang perawat gigi, 10 orang
S.Kep, 3 orang analis kesehatan, 1 orang sanitarian dan 2 orang tenaga
lainnya.
4.1.4. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada
Untuk fasilitas kesehatan, belum terdapat rumah sakit yang berlokasi
di Kelurahan Sukamerindu. Posyandu berjumlah 16, Pustu berjumlah 3,
Puskesmas Induk sebanyak 1.
Jenis pembayaran yang diterima di Puskesmas Kelurahan
Sukamerindu adalah Umum (sesuai retribusi Pemda Bengkulu), Gratis
(untuk masyarakat umum), Askes,BPJS, Jamkesmas, dan Gakin/Jamkeskot.
4.2 Data Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan survey yang dilakukan di RT 05 RW 02 Pasar Minggu
Kelurahan Sukamerindu maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Survey Rumah Sehat


No. Kategori Rumah Jumlah Rumah Persentase (%)
(Unit)
1. Rumah Kategori Sehat 12 23,5 %
2. Rumah Kategori Tidak Sehat 39 76,5 %
Jumlah 51 100 %

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar warga RT 05 RW


02 Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu hidup dalam rumah yang tidak sehat.

Tabel 4.6 Hasil Survey Rumah Bebas Jentik


No. Kategori Rumah Jumlah Rumah Persentase (%)
(Unit)
1. Rumah Bebas Jentik 7 unit 20 %
2. Rumah Tidak Bebas Jentik 28 unit 80 %
Jumlah 35 Unit 100 %

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar rumah warga RT


05 RW 02 Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu tidak bebas jentik nyamuk.

4.3 Kepadatan Penduduk


Penduduk yang tinggal di RT 05 RW 02 Pasar Minggu Kelurahan
Sukamerindu sebanyak 519 jiwa, yang mendiami wilayah seluas 70 hektar.
Perhitungan kepadatan penduduk per km2 luas wilayah maka didapatkan hasil:
519 𝑗𝑖𝑤𝑎
= 742 jiwa/km2
0,7 𝑘𝑚2

Berdasarkan jumlah tersebut maka RT 05 RW 02 Pasar Minggu Kelurahan


Sukamerindu dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat kepadatan ”sangat
padat”.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil kuesioner dan survei yang telah dilakukan di
cakupan puskesmas Sukamerindu, didapatkan berbagai masalah serta prioritas
masalah berdasarkan rumus berikut.

Rumus Prioritas Masalah = I x R x T

Tabel 5.1 Prioritas masalah


No Masalah I R T Total
3. 1. Perilaku kurang mengenai 5 3 3 45
pencegahan DBD
2. Banyaknya rumah tidak bebas jentik 5 3 5 75
nyamuk
3. Pemukiman yang padat 3 1 1 3
4. Banyak Rumah Tidak Sehat 3 3 3 27

Keterangan :
I : Importancy
R: Resource Availbility
T: Technical Feasibility
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5
(paling berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara mengalikan I,
R, dan T. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah
sebagai berikut:
1. Importancy
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (5): perilaku masyarakat dalam
pemutusan rantai penularan DBD sangat mempengaruhi kejadian DBD.
Perilaku yang buruk akan meningkatkan risiko terjadinya DBD.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (5): jentik nyamuk adalah
indikator dari populasi nyamuk. Adanya jentik nyamuk di sekitar rumah
menandakan adanya populasi nyamuk di rumah tersebut.
- Permukiman yang padat (3): Kepadatan penduduk tidak mempengaruhi
secara langsung tingginya kejadian DBD namun mempermudah dalam
penularan DBD.
- Banyak rumah yang tidak sehat (3): Tingginya angka rumah tidak sehat di
suatu daerah menunjang untuk perindukan vektor nyamuk. Pengaruh rumah
sehat tidak secara nyata terhadap tingginya kejadian DBD, karena rumah
sehat tidak menggambarkan secara spesifik menganai penyakit DBD.
2. Resource Availibility
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (3): pelayanan kesehatan
seperti puskesmas memiliki program pencegahan DBD berupa penyuluhan,
namun tidak maksimal dalam pelaksanaannya.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (3): sumber daya yang
dimiliki puskesmas untuk membasmi jentik nyamuk masih kurang efektif.
Contoh program Jumantik telah terbentuk namun tidak berjalan dengan baik
sehingga masalah ini cukup besar pengaruhnya terhadap terjadinya suatu
masalah.
- Permukiman yang padat (1): sumber daya yang ada pada dasarnya telah
mencukupi, hanya saja pemukiman yang padat kurang berpengaruh terhadap
timbulnya masalah.
- Banyak rumah yang tidak sehat (3): pengamat rumah sehat di kawasan RT 3
Kelurahan Sukamerindu dilakukan oleh pihak Puskesmas Sukamerindu,
program telah terbentuk namun tidak berjalan dengan baik akibat kurangnya
sumber daya. Kurangnya sumber daya ini berpengaruh cukup besar terhadap
munculnya masalah.
3. Technical Feasibility
- Perilaku kurang mengenai pencegahan DBD (3) : penyampaian mengenai
pecegahan dan pemutusan rantai penularan kepada masyarakat masih
kurang efektif, karena secara teknis penyuluhan hanya menggunakan media
secukupnya sehingga penyampaian untuk meningkatkan perilaku sehat
kurang efektif.
- Banyaknya rumah tidak bebas jentik nyamuk (5): sebagian besar masyarakat
tidak mendapatkan abate ketika pembagian abate sehingga kejadian BDB
sangat mungkin terjadi. Secara teknis, pembagian abate sangat mudah untuk
dilakukan hanya saja tidak dikerjakan secara efisien sehingga banyak warga
yang tidak menerima abate. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap
timbulnya masalah.
- Permukiman yang padat (1): secara teknis lemahnya peraturan untuk
membatasi jumlah penduduk sehingga menyebabkan jumlah penduduk
meningkat secara pesat. Namun hal tersebut tidak secara langsung
menyebabkan kejadian DBD.
- Banyak rumah yang tidak sehat (3): secara teknis pengamatan dan
sosialisasi rumah sehat bisa dilakukan dengan baik. Namun, kurangnya
sosialisai lagsung kepada masyarakat mengenai rumah sehat,
memungkinkan menurunnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
kesehatan rumah. Secara tidak langsung berpengaruh terhadap kejadian
DBD.
Berdasarkan tabel prioritas masalah diatas, didapatkan prioritas masalah
kenaikan angka kejadian DBD di cakupan puskesmas Sukamerindu yaitu
banyaknya rumah yang tidak bebas jentik nyamuk.
Sehingga, diperoleh berbagai alternatif pemecahan masalah serta prioritas
penyelesaian masalah berdasarkan rumus berikut.
MxIxV
P=
𝐶
Ket:
P : prioritas penyelesaian masalah
M : besarnya masalah yang dapat diselesaikan
I : kelanggengan selesainya masalah
V : kecepatan menyelesaikan masalah
C : biaya yang dibutuhkan
Table 5.2 Prioritas Penyelesaian Masalah

No. Prioritas Penyelesaian Masalah M I V C 𝐌𝐱𝐈𝐱𝐕


𝑪
1. Pembantukan Kader “SIGAD 3M PLUS” 5 5 3 1 75
dan Abatisasi
2. Fogging (Pemberantasan Sarang 3 3 5 5 9
Nyamuk)
3. Memperbaiki Saluran Air Yang 3 5 5 5 15
Tersumbat
4. Edukasi 3 5 3 1 45

Ket : 3M PLUS meliputi: Mengganti air vas bunga, minuman burung, tutup
lubang-lubang di pekarangan rumah, mengalirkan genangan air, pelihara
ikan yang memakan jentik nyamuk pada genangan air yang menetap,
pemasangan kawat kasa ventilasi, pencahayaan memadai, jangan
menggantung pakaian, pemakaian kelambu (Pengawasan oleh Kader
SIGAD).
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5
(paling berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara mengalikan
M, I, dan V dibagi C. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel
tersebut ialah sebagai berikut:
1. Magnitude
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (5) :
adanya program ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku
dan kondisi lingkungan sehingga kejadian DBD dapat dicegah.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (3): fogging membunuh
nyamuk dengan cepat dan manfaat yang diberikan cukup besar,
namun jentik nyamuk tidak dapat dimusnahkan sehingga masih
memungkinkan untuk menyebabkan DBD.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (3) : saluran air yang
tersumbat apabila diperbaiki akan mengurangi jumlah genangan air
sehingga perindukan vektor nyamuk dapat dikurangi. Namun
perindukan biasanya terjadi digenangan air yang bersih, sehingga
program ini tidak tepat sasaran.
- Edukasi (3) : memberikan edukasi kepada masyarakat berpengaruh
terhadap keadaan lingkungannya. Masih banyak sikap masyarakat
yang cenderung acuh dan pengetahuannya kurang. Kemandirian
dalam pencegahan dan pemutusan rantai DBD juga masih kurang
karena kurangnya penggerak dalam program tersebut.
2. Importancy
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (5):
program ini akan dilakukan dengan baik akan memberikan dampak
jangka panjang dan mampu bertahan lama. Selain itu akan
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merawat lingkungan
sehat.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (3): fogging perlu
dilakukan untuk membunuh dan memberantas sarang-sarang
nyamuk dalam jumlah besar, dan harus didukung dengan
penerapan 3M.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (5): saluran air yang
tersumbat akan menghalang aliran air dan membuat terbentuknya
genangan air. Hal ini berpengaruh terhadap populasi nyamuk di
sekitar lingkungan rumah masyarakat.
- Edukasi (5): penyuluhan dan memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai DBD dan pencegahannya sangat penting
karena dapat memperbaiku perilaku masyarakat.
3. Vulnerability
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (3):
kegiatan ini cukup bermanfaat dalam menyelesaikan masalah,
karena kader akan turun langsung memusnahkan jentik nyamuk
dan sosialisasi lingkungan bebas jentik nyamuk.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (5): fogging sangat
cepat membunuh dan memberantas sarang nyamuk.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (5): apabila genangan air
dapat dialirkan menyebabkan wadah tempat perindukan nyamuk
penyebab DBD berkurang sehingga jumlah jentik nyamuk dapat
dikurangi secara cepat.
- Edukasi (3): menyelesaikan masalah banyaknya jentik nyamuk
dengan melakukan edukasi dan penyuluhan cenderung lama,
mengingat susahnya meningkatkan kesadaran masyarakat yang
peduli akan lingkungan bebas nyamuk.
4. Cost
- Pembentukan kader “SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi (1): biaya
yang dibutuhkan dalam melakukan program ini sangatlah murah.
Pembentukan kader dan pelatihan oleh pihak Puskesmas
SukaMerindu akan lebih bermanfaat bagi kader-kader program ini.
Abate didapatkan dari dinas kesehatan dan dibagikan secara gratis
kepada masyarakat sehingga biaya yang dikeluarkan dalam
program ini sangat murah.
- Fogging (Pemberantasan Sarang Nyamuk) (5): biaya untuk
operasional fogging sangatlah mahal sehingga perlu
dipertimbangkan manfaat dan kerugiannya.
- Memperbaiki Saluran Yang Tersumbat (5): biaya yang dibutuhkan
dalam memperbaiki saluran air yang tersumbat murah, cukup
mengerahkan warga sekitar untuk gotong royong
membersihkannya.
- Edukasi (1): biaya yang dibutuhkan dalam melakukan edukasi dan
penyuluhan sangat murah.
Berdasarkan tabel prioritas penyelesaian masalah diatas, didapatkan
prioritas penyelesaian masalah pada kasus ini adalah pembentukan kader SIGAD
3M PLUS serta Abatisasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei mengenai gambaran lingkungan terkait kejadian
demam berdarah dengue di RT 05 RW 02 Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu
bulan Oktober tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prioritas masalah terkait kejadian DBD di RT 05 RW 02 Pasar Minggu
Kelurahan Sukamerindu adalah banyaknya rumah tidak bebas jentik
nyamuk.
2. Banyaknya penampungan air hujan yang dibiarkan terbuka di RT 05 RW
02 Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu merupakan faktor pendukung
meningkatnya masalah.
3. Penyelesaian masalah yang mampu laksana meliputi pembentukan Kader
“SIGAD 3 M PLUS” dan Abatisasi.

6.2 Saran
Diharapkan seluruh warga dapat berpartisipasi secara aktif dalam program
pencegahan dan pemutusan rantai penularan deman berdarah dengue.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asniawati, & dkk. (2008). Peran Media Massa Terhadap Perilaku Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Pada Rumah Tangga Di Kota
Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat , 103-110.
2. Puskesmas SukaMerindu. 2017. Profil Puskesmas SukaMerindu. Bengkulu:
Puskesmas SukaMerindu.
3. Rosavika, Revi. 2015. Pengaruh Indikator Kesehatan Lingkungan terhadap
Jumlah Kasus DBD pada Balita Menurut Kecamatan di Kota Batam pada
Tahun 2009. Balai Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit, Balitbangkes, Kemenkes RI.
4. Geografi Kota Bengkulu. 2014
Diunduh dari: www.bengkulukota.go.id pada tanggal 18 Oktober 2018
5. Depkes, R.I (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjend PPdan PL.
6. DKK Semarang. (2011). Program Pencegahan Penyakit Menular DBD
Di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan Kota.
7. Wibowo, Agung. 2013. Investigasi Wabah dan Kejadian Luar Biasa. Jakarta
8. DKK. (2012). Laporan Hasil Kegiatan Seksi P2B2. Semarang: Dinas
Kesehatan Kota.
9. Puskesmas Sukamerindu. 2017. Pedoman Penilaian Rumah Sehat di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu. Bengkulu: Puskesmas
Sukamerindu.
10. Depkes RI. 2002. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSNDBD) oleh Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Jakarta:
Depkes RI.
LAMPIRAN 1

TABEL RENCANA KEGIATAN

Nama Waktu dan Tujuan Manfaat Sasaran Bentuk Anggaran Pemegang


Kegiatan Tempat Kegiatan Dana Pelaksana
Pelaksanaan
Pelatihan Waktu: Terbentuknya Tidak ada lagi Masyarakat di Kaderisasi - Pemegang
kader SIGAD Oktober 2018 kader yang angka kejadian lingkungan Program
dan akan DBD di Kelurahan sekitar Pemberantasan
JUMANTIK Tempat: meningkatkan SukaMerindu Kelurahan Penyakit
serta Puskesmas kemandirian Bengkulu. SukaMerindu Menular
Abatisasi Kelurahan warga dalam
Sukamerindu pencegahan dan
pemutusan
rantai penularan
DBD
LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Usia :
Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam
survei yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Universitas
Bengkulu dan Pihak Puskesmas SukaMerindu, yang bertujuan untuk menilai
rumah dan lingkungan terkait kejadian demam berdarah dengue di RT 05 RW 02
Pasar Minggu Kelurahan Sukamerindu bulan Oktober tahun 2018.
Surat persetujuan responden ini saya setujui dengan kesadaran saya sendiri
tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Bengkulu, Oktober 2018

(…………………………..)
Nama Lengkap Responden
LAMPIRAN 3

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :…………………………………..
Alamat :…………………………………..
Umur :…………………………………..
Status dalam keluarga :…………………………………..
Pekerjaan :…………………………………..
Pendidikan terakhir :…………………………………..

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam survei


mengenai “GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE DI RT 05 RW 02 PASAR MINGGU KELURAHAN
SUKAMERINDU BULAN OKTOBER 2018” yang dilakukan oleh pihak
Puskesmas Sukamerindu dan Dokter Muda FKIK Universitas Bengkulu.
Surat persetujuan responden ini saya setujui dengan kesadaran saya sendiri
tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Bengkulu, Oktober 2018

(…………………………..)
Nama Lengkap Responden

xlviii
KUESIONER SURVEI
“GAMBARAN LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE DI RT 05 RW 02 PASAR MINGGU
KELURAHAN SUKAMERINDU BULAN OKTOBER 2018”

Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah selama


kurun waktu:
1 Maret hingga 31 Maret 2018?
a. Ya, yaitu..........................................
b. Tidak
Jika ya, keadaan penderita tersebut saat ini :
a. Sehat
b. Masih menderita sakit akibat komplikasi penyakit demam berdarah
c. Meninggal dunia

I. PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah ?
a. Tahu
b. Tidak tahu
Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?
a. irus / bibit penyakit yang sangat kecil
b. Gigitan serangga (nyamuk, lalat, dan lain-lain)
c. Makanan / minuman yang tidak dimasak dengan baik / bersih
d. Terkena kutukan / guna-guna (
e. Tidak tahu (0)
2. Bagaimana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam berdarah?
(boleh lebih dari satu jawaban)
a. Demam mendadak (2)
b. Sakit kepala (2)
c. Nyeri sendi / tulang / otot (2
d. Nyeri ulu hati (2)

xlix
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi /
hidung, batuk darah, berak darah, dan lain-lain. (2)
f. Tidak tahu (0)
3. Apakah penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbahaya ?
a. Ya,
b. b. Tidak
Jika ya, demam berdarah berbahaya karena
a. Menyebabkan kematian (10)
b. Menularkan ke anggota keluarga yang lain (0)
4. Menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam berdarah ?
a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demam berdarah (10)
b. Melalui debu / angin (0)
c. Melalui batuk / dahak (0)
d. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah (0)
e. Melalui barang yang dipakai oleh penderita demam berdarah (0)
f. Tidak tahu (0)
5. Apakah anda mengetahui kegunaan dari bubuk abate ?
a. Tahu
b. Tidak tahu
Bila tahu, untuk apa bubuk abate ?
a. Menghilangkan warna pada air (0)
b. Membunuh jentik-jentik nyamuk (10)
c. Menghilangkan bau pada air (0)
d. Membuat air jadi tahan lama (0)
e. Tidak tahu (0)
6. Tempat-tempat apa saja yang berpotensi / dapat menjadi tempat
bersarang nyamuk demam berdarah ? (boleh lebih dari satu
jawaban)
a. Tempat penampungan air (tempayan) yang tidak tertutup (2)
b. Bak mandi (2)
c. Tempat minum burung (2)

l
d. Kaleng bekas yang terisi air (2)
e. Ban bekas yang terisi air (2)
f. Tidak tahu (0)
7. Apakah anda mengetahui istilah 3 M dalam penanggulangan / pencegahan
demam berdarah ?
a. Tahu, yaitu singkatan dari...........................................................(10)
b. Tidak tahu (0)
8. Bagaimana cara mencegah penyakit demam berdarah ? (boleh lebih
dari satu jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggu sekali (2)
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk (2)
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung air (2)
(kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan lain-lain)
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh : abate) pada
tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4 bulan sekali (2)
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentik nyamuk (contoh : ikan
adu/ikan cupang) (2)
f. Tidak tahu (0)
9. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk memberantas
demam berdarah?
a. Tahu
b. Tidak tahu
Jika tahu, apakah program puskesmastersebut? (boleh lebih dari satu)
a. 3M (2)
b. Juru pengawas jentik (2)
c. Foging (pengasapan) (2)
d. Penyebaran bubuk abate (2)
e. Pelaporan dan pengawasan warga yang terkena demam berdarah (2)
f. Tidak tahu
(0)

li
10. Pengetahuan yang anda dapat mengenai demam berdarah didapat dari :
a. Tetangga (10)
b. Pemerintah (10)
c. Dokter (10)
d. Mantri (10)
e. Puskesmas (10)

II. SIKAP
1. Menurut anda, apakah upaya pencegahan penyakit demam merupakan
kebutuhan masyarakat yang harus segera dilakukan ?
a. Ya, alasan……………………………………………. (10)
b. Tidak, alasan………………………………………… (0)
c. Tidak tahu (0)
2. Menurut anda, penanggulangan penyakit demam berdarah merupakan
tanggung jawab siapa?
a. Pemerintah (0)
b. Penderita demam berdarah dan keluarganya (0)
c. Masyarakat (0)
d. Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat/semua pihak
e. Lain-lain, yaitu........................................... (0)
3. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam
berdarah secara berkala/rutin di lingkungan tempat tinggal anda ?
a. Setuju, alasan...................................................................... (10)
b. Tidak setuju, alasan............................................................ (0)
c. Tidak tahu (0)
4. Bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah di lingkungan
tempat tinggal anda, apakah anda bersedia untuk ikut secara aktif
melaksanakannya ?
a. Bersedia (10)
b. Tidak bersedia (0)
c. Tidak tahu (0)
5. Apakah menurut anda perlu membersihkan / menguras bak mandi ?
a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
6. Apakah anda setuju dengan upaya 3M yang digalakkan oleh pemerintah?
a. Setuju (10)
b. Tidak setuju (0)
lii
7. Menurut anda apakah boleh menyimpan pakaian digantung?
a. Boleh (0)
b. Tidak boleh (10)
c. Tidak tahu (0)
8. Menurut anda apakah pengawasan terhadap jentik nyamuk perlu dilakukan?
a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
c. Tidak tahu (0)
9. Menurut anda apakah foging(pengasapan) efektif mencegah demam
berdarah?
a. Efektif (10)
b. Tidak efektif (0)
c. Tidak tahu (0)
10. Menurut anda bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencegah
demam berdarah?
a. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan 3M (10)
b. Memperhatikan kesehatan diri saja (0)
c. Cukup dengan melakukan 3M (0)
d. Tidak tahu (0)

III. PERILAKU
1. Apakah keluarga anda menguras dan membersihkan bak mandi/tempat
penampungan air yang berada di rumah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, seberapa sering hal tersebut dilakukan ?
a. Satu minggu sekali (10
b. Dua minggu sekali (0)
c. Tiga minggu sekali (0)
d. 1 bulan sekali (0)
2. Apakah keluarga anda menggunakan tempat
penyimpanan/penampungan air untuk keperluan sehari-hari di
rumah?

liii
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, bagaimana keadaan tempat penyimpanan / penampungan air
tersebut ?
a. Bertutup (10)
b. Tidak bertutup / terbuka (0)
3. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan/mengubur/membakar
barang bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk?
a. Secara teratur (10
b. Kadang-kadang (0)
c. Tidak pernah (0)
4. Apakah keluarga anda menggunakan abate pada tempat penampungan
air di rumah?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, seberapa sering abate tersebut digunakan / diganti kembali ?
a. Kurang dari satu bulan sekali (10)
b. bulan sekali (0)
c. Dua bulan sekali (0)
d. Tiga bulan sekali (0)
e. Lebih dari tiga bulan sekali (0)
5. Apakah keluarga anda menutup jendela / lubang angin / pintu dengan
kawat anti nyamuk?
a. Ya, alasan......................................................................... (10)
b. Tidak, alasan..................................................................... (0)
6. Apakah keluarga anda pernah melakukan pengawasan terhadap jentik
nyamukdi rumah ?
a. Ya (10)
b. Tidak (0) Jika ya, kapan dan bagaimana hasil pemeriksaan tersebut?
Tanggal.............................
bulan.................................

liv
tahun.................................
Hasilnya.....................................
7. Bagaimana kebiasaan keluarga anda dalam menyimpan pakaian yang telah
dipakai?
a. Digantungkan di kamar (0)
b. Di simpan di tempat baju kotor (10)
8. Apakah keluarga anda menggunakan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk pada saat beristirahat di pagi dan sore hari (contoh: memakai
lotion anti nyamuk/obat nyamuk semprot/bakar/elektrik, memakai
kelambu)?
a. Ya, alasan................................................................................ (10)
b. Tidak, alasan........................................................................... (0)
9. Pernahkah keluarga anda mengikuti kegiatan
pencegahan/penanggulangan demam berdarah yang dilakukan di
lingkungan tempat tinggal anda?
a. Pernah (10)
b. Tidak pernah, alasan..................................... (0)
10. Bagaimana cara pembuangan sampah yang selama ini dilakukan oleh
anda?
a. Diangkut / dikumpulkan secara rutin oleh petugas kebersihan (10)
b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah (10)
c. Dibuang ke sungai (0)

lv
LAMPIRAN 3

PENILAIAN RUMAH SEHAT

Kecamatan :
Kelurahan :
Kota :
Tanggal :
Nama Petugas :
Nama KK :
Jumlah Penghuni :
No Komponen Rumah Yang Kriteria Bobot Nilai
Dinilai Nilai
A. KOMPONEN RUMAH 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor 1
c. Ada, bersih 2
2 Dinding a. Bukan tembok 1
b. Semipermannen 2
c. Permanen 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan 1
c. Diplaster 2
4 Jendela Kamar Tidur a. Tidak ada 0
b. Ada 1
5 Jendela Keluarga a. Tidak ada 0
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, < 10% dari luas 1
lantai
c. Ada, > 10% dari luas 2
lantai
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada 1
c. Ada, asap keluar sempurna 2
8 Pencahayaan a. Tidak terang 0
b. Kurang terang 1
c. Terang 2

SARANA SANITASI 25
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri, 1
tidak bersih
c. Ada milik sendiri, tidak
bersih 2
d. Ada, bukan milik sendiri,
bersih
3
2 Jamban a. Tidak ada 0
b. Ada bukan leher angsa, 1
tidak ditutup koma,
disalurkan ke sungai
c. Ada, bukan leher angsa,
ada tutup dan disalurkan
ke sungai 2
d. Ada, bukan leher angsa,
ada tutup, septic tank

lvi
3

3 Sarana SPAL a. Tidak ada 0


b. Ada, diresapi, tetapi 1
mencemari sumber air,
jarak < 10 m
c. Ada, dialirkan ke selokan
d. Ada, tidak mencemari, 2
jarak >10 m
e. Ada, dialirkan ke selokan 3
tertutup untuk diolah

4 Saran pembuangan a. Tidak ada 0


sampah/tempat sampah b. Ada, tidak kedap air dan 1
tidak ada tutup
c. Ada, kedap air, tidak
tertutup 2
d. Ada, kedap air dan
tertutup 3

PERILAKU PENGHUNI 44
1 Membuka jendela kamar a. Tidak dibuka 0
tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
2 Membuka jendela ruang a. Tidak pernah dibuka 0
keluarga b. Kadang-kadang
c. Setiap hari dibuka 1
2
3 Membersihkan rumah dan a. Tidak pernah 0
halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2
4 Membuang tinja bayi dan a. Dibuang ke sungai atau 0
balita ke jamban kolam
b. Kadang-kadang ke jamban
c. Setiap hari dibuang ke 1
jamban
2
5 Membuang sampah pada a. Dibuang ke sungai atau 0
tempat sampah kolam sembarangan
b. Kadang-kadang dibuang
ke tempat sampah
c. Setiap hari dibuang ke 1
tempat sampah

lvii

Vous aimerez peut-être aussi