Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalsium merupakan salah satu mineral penting yang berguna untuk
pembentukan tulang serta berbagai proses fisiologis, seperti transportasi antar
membran sel, aktivasi dan inhibisi beberapa enzim, regulasi metabolik
intraseluler, sekresi dan aktivasi hormon, proses pembekuan darah,
kontraktilitas otot dan konduksi sistem syaraf. 90% kalsium tubuh berada di
dalam tulang, sedikit diantaranya terdapat di ruangan intra dan ekstra seluler.
Homeostasis kalsium merupakan proses kompleks yang membutuhkan
berbagai hal, antara lain suplai adekuat, proses absorbsi yang memadai di
usus, serta bantuan beberapa hormon seperti paratiroid, vitamin D dan
kalsitonin. Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total,
terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum
terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama
albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan
inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat.

Kalsium menstabilisasi membran sel dan memblok transpor natrium ke


dalam sel. Karenanya, penurunan kadar kalsium meningkatkan eksitabilitas
sel, dan peningkatan kadar kalsium menurunkan eksitabilitas sel.

Kadar kalsium harus tetap berada pada nilai 4,5 – 5,8 mEq/L untuk
mempertahankan iritabilitas neuromuskuler, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi. Bila kadar kalsium < 4,5 mEq/L disebut dengan
hipokalsemia, sedangkan bila kadarnya > 5,8 mEq/L disebut dengan
hiperkalsemia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
2. Apa saja etiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
3. Bagaimana patofisiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?

1
4. Apa saja manifestasi klinis Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
5. Apa saja komplikasi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
2. Untuk mengetahui etiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
5. Untuk mengetahui komplikasi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Hipokalsemia dan
Hiperkalsemia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIPOKALSEMIA
1. Definisi
Hipokalsemia adalah konsentrasi serum kalsium kurang dari 8,5
mg/dl. Ketidakmampuan untuk mengakses simpanan kalsium tulang akibat
disfungsi, supresi, atau pengangkatan kelenjar paratiriod dapat
menimbulkan hipokalsemia. Selain itu hipokalsemia bisa disebabkan oleh
defisiensi vitamin D, sehingga menyebabkan penurunan absorpsi kalsium
dalam diet. Peningkatan ikatan protein kalsium serum akibat penurunan H+
dapat menimbulkan hipokalsemia, karena gagal ginjal dapat menyebabkan
kenaikkan kadar fospat. (Corwin, Elizabeth J, 2009)
Hipokalsemia didefinisikan sebagai kadar kalsium serum total yang
kurang dari 9 mg/dl (4,5 mEq/L) atau kalsium terionisasi yang kurang dari
4,5 mg/dl (Sylvia, 2006:351).
Hipokalsemia adalah bila kadar kalsium menurun, efek pemblokan
dari kalsium terhadap natrium juga menurun. Sebagai akibat, depolarisasi
sel yang dapat dirangsang terjadi lebih cepat bila natrium bergerak masuk.
Karenanya, bila kadar kalsium rendah, meningkatkan eksitabilitas sistem
saraf pusat dan terjadi spasme otot. Konvulsi dan tetani dapat terjadi.
(Price, 2012).
Jadi, Hipokalsemia adalah kada kalsium yang kurang dari dari 9
mg/dl (4,5 mEq/L) atau kalsium terionisasi yang kurang dari 4,5 mg/dl
atau dibatas normal.

2. Etiologi
- Penurunan kalsium terionisasi: sebagai contoh, yang terjadi pada
alkalosis, pemberian jumlah besar darah sitrat (sitrat di tambahkan ke
dalam darah untuk mencegah pembekuan dapat berikatan dengan
kalsium, menyebabkan hipokalsemia)., hemodilusi(misalnya karena
penggantian volume dengan salin normal setelah hemoragi).

3
- Peningkatan kehilangan kalsium dalam cairan tubuh: pada diuretik
tertentu.
- Penurunan absorpsi usus: sebagai contoh, pada peningkatan
masukan, kerusakan metabolisme vitamin D(misalnya gagal ginjal),
diare kronik, pasca-gastrektomi.
- Hipoparatiroidisme

3. Patofisiologi
Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah
bersitrat ( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat
dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara
membuangnya dari sirkulasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Inflamasi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada
dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang
dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses
ini, hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi
dugaan dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan
sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami
inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu
hormon yang menurunkan ion kalsium ).
Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal
karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat.
Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam
kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup
konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium,
karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan
alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia
termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein,
sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam
waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total,
meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak

4
menyerang orang Amerika terutama wanita pasca – menopause.
Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang
menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan
terhadap fraktur.

4. Manifestasi Klinis
- Tetuni merupakan manifestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi
oleh eksitabilitas neural yang meningkat. Gejala-gejala ini adalah
akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada
saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari-jari,
sekitar mulut, dan yang jarang yang terjadi adalah pada kaki. Dapat
terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi
sebagai akibat dari spasme ini. Tanda Trousseau dapat ditimbulkan
dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai
sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik, dalam 2 sampai 5 menit
spasme korpopedal akan terjadi karena iskemia pada saraf ulnar.
- Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang dipersarafi oleh
saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2 cm sebelah anterior
ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus. Kejang dapat
terjadi karena hipokalsemia meningkatkan irritabilitas sistem saraf
pusat juga saraf perifer. Perubahan lain yang berkaitan dengan
hipokalsemia termasuk perubahan-perubahan mental seperti depresi,
emosional, kerusakan memori, ketam pikir dan bahkan halusinasi.
Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena
elongasi segmen ST, bentuk takikardia ventrikular yang di sebut
Torsades de Pointes dapat terjadi.
- Gejala utama hipokalsemia adalah peningkatan iritabilitas
neuromuskuler yang dapat kesemutan pada ujung-ujung jari dan
sekitar mulut. Dalam keadaan lanjut akan didapatkan tanda Chvostek
dan Trousseau. Tanda Chvostek adalah twitching pada daerah sekitar
mulut bila dilakukan ketokan pada nervus fasialis di anterior telinga.

5
- Tanda Trousseau adalah spasme karpal yang terjadi bila dilakukan
bendungan lengan dengan menggunakan manset tensimeter pada
tekanan 20 mmHg diatas tekanan sistolik selama 3 menit. Spasme
karpal yang klasik akan berupa fleksi pergelangan tangan, ekstensi
interfalang dan aduksi jari-jari.
- Gejala hipokalsemia yang lain adalah kejang otot yang mengenai
pinggang, tungkai dan kaki. Pada keadaan yang berat dapat timbul
spasme karpopedal spontan (tetani), laringospasme atau
bronkospasme, sampai kejang-kejang umum.
- Hipokalsemia berat dapat memperpanjang interval QT pada EKG
yang reversibel setelah hipokalsemia dikoreksi. Tetani merupakan
manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu
pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas
neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan
secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer.
Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari – jari, sekitar mulut,
dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot
ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme
ini.
- Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff
tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas
tekanan sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan
terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek
terdiri atas kedutan pada otot yang di persarafi oleh saraf fasial
ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm sebelah anterior ke arah
daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
- Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas
sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk
dengan hipokalsemia termasuk perubahan – perubahan mental
seperti depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium,
dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada

6
gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia
ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.
- Kebas dengan kesemutan jari dan region sirkumonal, refleks
hiperaktif, kram otot, tetani, kejang. Letargi dan makan buruk
mungkin terjadi pada bayi baru lahir. Pada hipokalsemia kronis,
fraktur dapat terjadi karena porositas tulang.

5. Komplikasi
- Gagal Jantung
Ketika tingkat asupan kalsium sangat rendah dalam tubuh, maka
dinding jantung akan melemah. Hal ini menyebabkan sirkulasi darah
jati tak maksimal sehingga dapat menyebabkan gagal jantung yang
bisa muncul kapan saja, terutama bagi orang-orang dengan usia di
atas 50 tahun

6. Pemeriksaan Penunjang
- Kadar kalsium serum total: mungkin < 8,5 mg/dl. Kadar kalsium
serum harus di evaluasi dengan albumin serum. Untuk penurunan
kadar albumin serum 1,0 g/dl, terjadi penurunan 0,8 – 1,0 mg/dl
kadar kalsium total.
- Kalsium serum terionisasi: akan < 4,5 mg/dl.
- Hormon paratiroid : penurunan kadar terjadi pada
hipoparatiroidisme. Rentang normal 150 – 350 pg/ml (bervariasi
diantara laboratorium).
- Kadar magnesium dan fosfor : dapat diperiksa untuk
mengidentifikasi penyebab potensial hipokalsemia.

7. Penatalaksanaan
a. Medis
- Penanganan hipokalsemia ringan (Ca serum 7,5-8,5 mg/dl) yang
asimtomatik, cukup diterapi dengan kalsium oral 500-1000 mg tiap
6 jam disertai pengawasan yang ketat. Bila terdapat tetani atau

7
kadar kalsium serum < 7,5 mg/dl, diperlukan pemberian kalsium
intravena. Pemberian kalsium glukonat (90 mg kalsium
elemental/10ml ampul) lebih disukai daripada kalsium sitrat (272
mg kalsium elemental/10 ml ampul) karena tidak iritatif. Mula-
mula, dapat diberikan 1-2 ampul kalsium glukonat dalam 50-100
ml dekstrosa 5% dan diberikan per-infus 5-10 menit. Dosis ini
dapat diulang bila masih didapatkan gejala hipokalsemia.
- Hipokalsemia yang berat dan persisten dapat diberikan kalsium
per-drip dalam jangka waktu yang lebih lama, misalnya 15
mg/kgBB kalsium elemental diinfus selama 4-6 jam. Secara praktis
dapat dilakukan dengan melarutkan 10 ampul kalsium glukonat
dalam 1 liter dekstrosa 5% dan diinfus dengan kecepatan 50
ml/jam (45 mg kalsium elemental/jam). Larutan yang lebih pekat
dari 200 mg kalsium elemental/100 ml dekstrosa 5% harus
dihindari karena akan bersifat iritatif terhadap vena maupun
jaringan disekitarnya bila terjadi ekstravasasi.Pada hiperkalsemia
berat dan persisten, juga harus dipikirkan kemungkinan pemberian
kombinasi kalsium oral 1-2 gram/hari dan 1,25(OH)2D 0,5-
1,0gr/hari. Pada keadaan hipomagnesemia, maka terapi terhadap
hipomagnesemia juga harus dilakukan selain terapi terhadap
hipokalsemianya.
- Penggantian kalsium : hipokalsemia diatasi dengan kalsium PO
atau IV. Tetani pada orang dewasa diatasi dengan 10 – 20 ml dari
10% kalsium glukonat IV atau drip kontinu 100 ml dari 10%
kalsium glukonat dalam 1000 D5W, diinfuskan lebih dari 4 jam.
- Terapi vitamin D (mis, dihidrotakisterol, kalsiteriol): untuk
meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran GI.
- Antasida hidroksi aluminium : untuk mengurangi kadar fosfor
sebelum mengatasi hipokalsemia.
b. Keperawatan
- Peningkatan masukan diet kalsium : sedikitnya 1000 – 1500 mg/
hari pada orang dewasa.

8
- Berikan makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih, jeruk,
kacang almond, ikan sardin, sayuran hijau.

B. HIPERKALSEMIA
1. Definisi
Hiperkalsemia terjadi bila kadar kalsium serum total melebihi 10,5
mg/dl (5,5 mEq/L) (Sylvia, 2006:354).
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tingkat kalsium dalam darah
di atas normal. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang, dan
memainkan peran penting dalam kontraksi otot, memastikan bahwa saraf
dan fungsi otak tetap baik, dan melepaskan hormon. Namun, proses ini
dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium yang terlalu tinggi.

2. Etiologi
- Hiperkalsemia simtomatik dapat terjadi karena peningkatan dalam
kalsium serum total atau peningkatan pada presentase kalsium bebas
dan terionisasi.
- Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur
kalsium adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid
yang terlalu aktif biasanya menyebabkan wanita pasca menopause
mengalami hiperkalsemia. Penggunaan yang berlebihan suplemen
kalsium dan vitamin D, gangguan medis tertentu, kanker dan beberapa
obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.

3. Patofisiologi
Kadar kalsium yang berlebihan meningkatkan penghambatan efek
pada natrium dalam otot skelet. Hal ini menimbulkan penurunan
eksitabilitas baik pada otot dan saraf, yang akhirnya menimbulkan
flaksiditas. Hiperkalsemia dihubungakan dengan penurunan kadar fosfat.
Penyebab utama adalah hiperparatiroidisme, yang menimbulkan
peningkatan hormon paratiroid, yang meningkatkan ambilan kalsium
dari tulang ke dalam sirkulasi darah. Diuretik tiazid juga dapat

9
menyebabkan peningkatan kadar hormon paratiroid dan hiperkalsemia.
Beberapa keganasan tumor mensekresi substansi seperti hormon
paratiroid, yang berfungsi serupa dengan hormon paratiroid sejati.
Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot skelet, anoreksia,
mual dan muntah, konstipasi, penurunan berat badan, dan peningkatan
ekskresi kalsium dalam urine. Peningkatan kalsium sirkulasi dapat
disimpan di mana saja, etapi ginjal adalah yang paling rentan. Deposisi
kalsium dapat mengakibatkan batu ginjal.

4. Manifestasi Klinis
a. Letargi
b. Kelemahan
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Poliuria
f. Gatal
g. Nyeri tulang
h. Parastesiz
i. Depresi
j. Perubahan pribadi
k. Koma.

5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Komplikasi metabolik : Ketoasidosis diabetik, koma
hiperglikemik hiperismoler non ketotik, hipoglikemia, dan
asidosis lactate.
2) Infeksi Berat
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi vaskuler
a) Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
b) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

10
2) Komplikasi neuropati
Neuropati sensori motorik, neuropati otonomik gastroporesis,
diare diabetik, buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan
refleks kardiovaskuler.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar kalsium serum total : dapat > 10,5 mg/dl.
b. Kalsium terionisasi : akan > 5,5 mg/dl.
c. Hormon paratiroid: peningkatan kadar terjadi pada hipertiroidisme
primer atau sekunder.
d. Temuan sinar x : dapat menunjukkan adanya oesteoporosis rongga
tulang, atau batu ginjal

7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Fosfat IV: untuk penyebab penurunan resiprokal kalsium serum.
2) Penurunan resorpsi tulang : dilakukan melalui peningkatan
tingkat aktivitas, indometasin, atau mitramisin. Mitramisin,
antibiotik sitotoksik, bertindak secara langsung pada tulang untuk
mengurangi dekalsifikasi dan digunakan terutama untuk
mengatasi hiperkalsemia karena penyakit neoplastik.
3) Kalsitonin : untuk menurunkan resorpsi tulang, peningkatan
deposisi tulang terhadap kalsium dan fosfor, dan peningkatan
ekskresi kalsium dan fosfat urine.
4) Hemodialisis : digunakan bila hiperkalsemia dihubungkan
dengan gagal ginjal.

11
b. Keperawatan
Pemberian diet :
1) Diet rendah kalsium dan kortison : untuk menurunkan absorpsi
usus terhadap kalsium.
2) Hindari pemberian makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih,
jeruk, kacang almond, ikan sardin, sayuran hijau.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALSEMIA


1. Pengkajian
a. Biodata Pasien
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
register, dan dignosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : nama ayah dan ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
3) Identitas saudara kandung meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat pekerjaan
1) Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus secara
kronologis.
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat kebisaan
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1) Data subyektif yang muncul:
- Sakit Kepala
- Kesemutan
- Iritabilitas
- Ansieta
- Kram yang menyakitkan
- Kekakuan
- Keletihan
- Palpitasi
- Depresi
- Kebas dan kesemutan di sekitar mulut, ujung jari dan kaki

13
2) Data obyektif yang muncul:
a) System neurologis
- Kelebihan emosi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Parasitesia pada bibir, lidah, jari, dan kaki katarak yang
disebabkan oleh kalsifikasi lensa tremor
- Hiperefleksia
- Tanda chavostek dan trousseau positif
- Tetanus
- Kejang
b) System muskoloskeletal
- Kekakuan
- Spasmekedutan
- Kelemahan
- Keletihan
- Abnormalitas gigi
c) System kardiovaskuler
- Gagal jantung akibat hipokalsemia
- Disritmia jantung
- Perubahan EKG : interveal Q-T memanjang, gelombang
T memuncak atau inversi, blok jantung
d) System pernapasan
- Suara parau
- Stridor laring
- Edema laring
- Spasme laring
e) System Gastrointestinal
- Mual muntah
- Diare
f) System integument
- Kulit dan kuku distropi, kering, dan bersisik
- Pigmentasi kutan

14
- Rambut menipis
- Alopesia
- Rigi horizontal pada kuku
- Kuku rapuh
g) Pemeriksaan diagnostik:
- Darah : penurunan kalsium serum, peningkatan fosfor
serum, penurunan bikarbonat serum, penurunan atau tidak
adanya hormone paratiroid serum.
- Urine : hipokalsiuria, hipofosfaturia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas
digitalis yang terjadi pada terapi penggantian kalsium.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai
oksigen sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada
hipokalsemia berat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun.

3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas
digitalis yang terjadi pada terapi penggantian kalsium
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam diharapkan
masalah curah jantung adekuat, dengan kriteria hasil:
- Curah jantung pasien adekuat dibuktikan oleh cvp< 6 mmHg (< 12
cmH20), FJ < 100
- TD dalam rentang normal: 120/80mmHg
- Tak ada tanda klinis gagal jantung atau ademapulmonel (mis,
crakles, sesaknafas).
- Pasien perawatan kritis menunjukan TAP 20 – 30 / 8 – 15 mmHg.

15
Intervensi Rasional

1. Pantau EKG terhadap tanda 1. Mengetahui keadaan jantung


hipoklasemia yang memburuk klien
(interval QT memanjang) atau
toksisistas digitalis pada
pengantian kalsium: kontasksi
ventrikel premature multi vocal
atau begiminal (KVP), takikardi
atrium paroksismal dengan
berbagai blok atrium vetrikel
(AV), blok jantung wenckebach
(AV tipe 1). 2. Dangkal, respirasi cepat adalah
2. Pantau pasien terhadap gagal karakteristik penurunan curah
jantung atau edema pulmonal : jantung. Crackles menunjukkan
crakles, ataurales, ronkhi, sesak penumpukan cairan sekunder
nafas, penurunan TD, peningkatan akibat pengosongan ventrikel kiri
FJ, peningkatan TAP, atau yang terganggu
peningkatan CVP. 3. Mengurangi hasil curah jantung
3. Catat asupan dan keluaran. Jika mengurangi perfusi ginjal,
pasien sakit parah, hitunglah hasil dengan penurunan output urin
urin per jam dan perhatikan yang dihasilkan.
penurunan output. 4. Posisi tegak dianjurkan untuk
4. Posisikan pasien di semi-Fowler's mengurangi preload dan
ke Fowler pengisian ventrikel bila
kelebihan cairan penyebabnya.

16
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai
oksigen sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada
hipokalsemia berat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria
hasil:
- Pasien menunjukkan kedalaman , pola, dan frekuensi pernafasan
(12 – 20 nafas/menit) dalam rentang normal
- Psimtomatik dari spasme laryngeal: stridor laryngeal, dispneu, atau
mengorok.
Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi pernafasan pasien, 1. Pola pernafasan yang cepat dan


karakter, dan irama. Waspadai dangkal serta hipoventilasi
terhadap stidornlaryngeal, mempengaruhi pertukaran gas.
dispneu, dan mengorok yang
terjadi pada spasme laring,
komplikasi hipokalsemia yang
mengancam hidup.
2. Posisi pasien dengan kepala 2. Posisi tegak atau posisi semi-
tempat tidur ditinggikan, dalam Fowler memungkinkan
posisi semi-Fowler (kepala peningkatan kapasitas toraks,
tempat tidur pada 45 derajat saat penurunan penuh diafragma, dan
terlentang) seperti yang peningkatan ekspansi paru-paru
ditoleransi. yang mencegah isi perut dari
keramaian.
3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam. 3. Turning penting untuk mencegah
Pantau saturasi oksigen vena komplikasi imobilitas, namun pada
campuran erat setelah berbalik. pasien yang sakit kritis dengan
Jika turun di bawah 10% atau kadar hemoglobin rendah atau
gagal untuk kembali ke awal penurunan curah jantung, berpaling
segera, putar pasien kembali ke ke kedua sisi dapat menyebabkan

17
posisi telentang dan evaluasi desaturasi.
status oksigen.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
dengan kriteria hasil:
- BB pasien bertambah setiap minggu atau minimal tidak mengalami
penurunan BB signifikan
- Pasien menunjukkan kemauan mengonsumsi makanan bergizi
sesuai rekomendasi untuk memenuhi nutrisi tubuhnya.
- Pasien makan sendiri tanpa didorong.

Intervensi Rasional

1. Beri kesempatan pasien 1. Mengetahui tindakan yang akan


mendiskusikan alasan tidak nafsu dilakukan selanjutnya untuk
makan. membuat klien nafsu makannya
kembali
2. Observasi dan catat asupan klien 2. Mengetahui makanan yang cocok
(baik itu makanan cair atau padat) untuk klien konsumsi
yang dikonsumsi pasien
3. Tawarkan suplemen TKTP 3. Diet TKTP adalah pengaturan
(Tinggi kalori tinggi protein) jumlah proteoin dan kalori serta
jumlah protein dan kalori serta
jenis zat makanan yang dimakan
disetiap hari agar tubuh tetep
sehat.
4. Ajarkan klien diet tinggi kalsium 4. Klien dapat mengetahui makanan
namun rendah fosfor. Ingatkan yang bisa dikonsumsi dan tidak
pasien untuk tidak mengonsumsi bisa dikonsumsi
keju dan produk susu lainnya,

18
mengingat makanan ini tinggi
akan fosfor.
5. Beri makanan dalam porsi kecil 5. Menghindari mual muntahagar
tetapi sering pemenuhan kebutuhan nutrisi
tetap terjaga

B. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOKALSEMIA


1. Pengkajian
a. Biodata Pasien
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
register, dan dignosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : nama ayah dan ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
3) Identitas saudara kandung meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat pekerjaan
1) Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus secara
kronologis.
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat kebisaan
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1) Data subyektif pada pasien hiperkalsemia
- Keletihan
- Aktivitas mental lambat
- Perubahan mood
- Kehilangan ingatan
- Depresi
- Mudah letih
- Nyeri sendi
- Sulit berkemih

19
2) Data objektif pada pasien hiperkalsemia
a) System neurologis
- Apatis
- Penurunan fungsi kognitf
- Mengantuk
- Reflex
- Hiperaktif
b) System musculoskeletal
- Kelemahan otot (proksimal)
- Nyeri tulang saat menopang berat badan
- Atralgia
- Perawakan pendek, deformitas tulang
- Fraktur
- Nyeri sendi
- Penurunan fungsi pendengaran
- System kardiovasenkuler
- Hipertensi
- Perubahan EKG : gelombang T lebar, interval Q-T
memendek atau memanjang, bradikardia
c) System Gastrointestinal
- Ketidaknyaman abdomen
- Polydipsia
- Anoreksia
- Mual dan muntah
- Penurunan berat badan
- Konstipasi
d) System Renal
- Poliuria
- Dysuria : sulit berkemih
- Dehidrasi
- Uremia
- Batu ginjal

20
g. Pemeriksaan diagnostic
1) Darah
- Peningkatan PTH
- Peningkatan kalsium serum
- Postpast serum rendah
- Peningkatan klorida serum
- HCO3 serum rendah
- Anemia
2) Urine
- Peningkatan postpast urine dan kalsium urine
- CAMP(cyclic adenosine monophosphatase) mencerminkan
konsentrasi pth yang aktif secara biologis
3) Pencitraan
4) CT scan : leher
5) Pemeriksaan sinar-x : resopsi tulang subperiosteal
6) ultra sonoggrafi : pembesaran kelenjar paratiroid
7) tesendokrin : peningkatan radio immunnossay PTH

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan disuria,
frekuensi dan poliuria sekunder terhadap pemberian diuretik,
pembentukan batu kalsium, atau perubahan fungsi ginjal.
b. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan perubahan
neuromuskular, sensorium, atau jantiung sekunder
c. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia
pada saluran Gastrointestinal.

3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan disuria,
frekuensi dan poliuria sekunder terhadap pemberian diuretik,
pembentukan batu kalsium, atau perubahan fungsi ginjal.

21
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah pola eliminasi urine teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien menunjukan pola berkemih dan karakteristik urine yang
normal.

Intervensi Rasional

1. Pantau intake dan output. 1. Mengetahui seberapa banyak


cairan yang masuk dan keluar.
2. Pantau fungsi ginjal pasien 2. Mengetahui gangguan pada
dengan cermat. ginjal
3. Berikan pasien diet rendah 3. agar kalsium dalam batas normal
kalsium dan hindari penggunaan (( 9-11 mg/dl (di serum) ; <150
obat-obatan yang mengandung mg/24 jam (di urin & diet rendah
kalsium.(mis, antasida) Ca) ; 200 – 300 mg/24 jam (di
urin & diet tinggi kalsium))
4. Anjurkan untuk makan buah- 4. Buah-buahan yang mengandung
buahan. kalsium tinggi yaitu Kurma,
jeruk, kiwi, jeruk nipis,
blackberry dll.

b. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan perubahan


neuromuskular, sensorium, atau jantung sekunder .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah resiko cedera teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien tidak menunjukan bukti cidera.
- Pasien menyatakan orientasi terhadap orang, tempat,dan waktu.
- Kadar kalsium serum dalam batas normal (8,5-10,5 mg/dl)

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kesadaran. 1. Mengetahui tingkat kesadaran


klien dan sebagai acuan untuk

22
intervensi selanjutnya
2. Berikan lingkungan yang aman. 2. Mencegah resiko cedera
3. Anjurkan peningkatan mobilisasi 3. Peningkatan mobilisasi dapat
megurangi energi yang terpakai

c. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia


pada saluran Gastrointestinal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah konstipasi teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien dapat mempertahankan pola BAB normal, seperti yang
dibuktikan oleh BAB setiap hari atau sesuai dengan kebiasaan
pasien.

Intervensi Rasional

1. Periksa pola eliminasi yang biasa, 1. Frekuensi normal bagian tinja


termasuk frekuensi dan berkisar antara dua kali sehari
konsistensi feses. sampai hari ketiga atau
keempat. Feses kering dan keras
merupakan ciri umum
konstipasi.
2. Kaji kebiasaan makan, jadwal 2. Waktu makan yang tidak
makan, dan asupan cairan. teratur, jenis makanan, dan
gangguan jadwal yang biasa
dapat menyebabkan sembelit.
3. Dorong pasien untuk 3. Cairan yang cukup dibutuhkan
mengkonsumsi air putih 2000 untuk menjaga massa tinja tetap
sampai 3000 mL / hari, jika tidak lembut. Tapi perhatikan
dikontraindikasikan secara medis. beberapa pasien atau pasien
yang lebih tua memiliki
keterbatasan kardiovaskular
yang membutuhkan asupan

23
4. Bantu pasien untuk cairan lebih sedikit.
mengkonsumsi setidaknya 20 g 4. Serat menambahkan curah ke
serat makanan (misalnya, buah tinja dan membuat buang air
mentah, sayuran segar, biji-bijian) besar lebih mudah karena
per hari. melewati usus dasarnya tidak
berubah

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Hiperkalsemia dan hipokalsemia menunjukkan kadar kalium serum yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai batas laboratorium yang normal.
kondisi yang menyebabkan hiperkalsemia atau hipokalsemia ringan
bahkan harus diobati untuk mencegah perkembangan ke hiperkalsemia dan
hipokalsemia yang lebih parah.
Hiperkalsemia dan hypokalemia dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi penyakit lainnya yang berbahaya dan mengancam
nyawa. Untuk itu penanganan yang tepat baik secara medis maupun
keperawatan sangatlah diperlukan

B. Saran
Melihat dari begitu bahayanya efek samping yang ditimbulkan dari
hipokalsemia dan hiperkalsemia, maka diharapkan perawatan yang sesuai
dapat diberikan sehingga angka kejadian hipokalsemia dan hiperkalsemia
terminimalisir.

25
Daftar Pustaka

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges M.E, dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Manjoer A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1: Edisi 3. Jakarta :


Media Aesculapius

Nurarif A., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : MediAction
Publishing

Sudart and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, edisi 8.
Jakarta : EGC

Wilkinson M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

26

Vous aimerez peut-être aussi