Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalsium merupakan salah satu mineral penting yang berguna untuk
pembentukan tulang serta berbagai proses fisiologis, seperti transportasi antar
membran sel, aktivasi dan inhibisi beberapa enzim, regulasi metabolik
intraseluler, sekresi dan aktivasi hormon, proses pembekuan darah,
kontraktilitas otot dan konduksi sistem syaraf. 90% kalsium tubuh berada di
dalam tulang, sedikit diantaranya terdapat di ruangan intra dan ekstra seluler.
Homeostasis kalsium merupakan proses kompleks yang membutuhkan
berbagai hal, antara lain suplai adekuat, proses absorbsi yang memadai di
usus, serta bantuan beberapa hormon seperti paratiroid, vitamin D dan
kalsitonin. Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total,
terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum
terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama
albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan
inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat.
Kadar kalsium harus tetap berada pada nilai 4,5 – 5,8 mEq/L untuk
mempertahankan iritabilitas neuromuskuler, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi. Bila kadar kalsium < 4,5 mEq/L disebut dengan
hipokalsemia, sedangkan bila kadarnya > 5,8 mEq/L disebut dengan
hiperkalsemia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
2. Apa saja etiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
3. Bagaimana patofisiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
1
4. Apa saja manifestasi klinis Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
5. Apa saja komplikasi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
2. Untuk mengetahui etiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
5. Untuk mengetahui komplikasi Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Hipokalsemia dan
Hiperkalsemia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPOKALSEMIA
1. Definisi
Hipokalsemia adalah konsentrasi serum kalsium kurang dari 8,5
mg/dl. Ketidakmampuan untuk mengakses simpanan kalsium tulang akibat
disfungsi, supresi, atau pengangkatan kelenjar paratiriod dapat
menimbulkan hipokalsemia. Selain itu hipokalsemia bisa disebabkan oleh
defisiensi vitamin D, sehingga menyebabkan penurunan absorpsi kalsium
dalam diet. Peningkatan ikatan protein kalsium serum akibat penurunan H+
dapat menimbulkan hipokalsemia, karena gagal ginjal dapat menyebabkan
kenaikkan kadar fospat. (Corwin, Elizabeth J, 2009)
Hipokalsemia didefinisikan sebagai kadar kalsium serum total yang
kurang dari 9 mg/dl (4,5 mEq/L) atau kalsium terionisasi yang kurang dari
4,5 mg/dl (Sylvia, 2006:351).
Hipokalsemia adalah bila kadar kalsium menurun, efek pemblokan
dari kalsium terhadap natrium juga menurun. Sebagai akibat, depolarisasi
sel yang dapat dirangsang terjadi lebih cepat bila natrium bergerak masuk.
Karenanya, bila kadar kalsium rendah, meningkatkan eksitabilitas sistem
saraf pusat dan terjadi spasme otot. Konvulsi dan tetani dapat terjadi.
(Price, 2012).
Jadi, Hipokalsemia adalah kada kalsium yang kurang dari dari 9
mg/dl (4,5 mEq/L) atau kalsium terionisasi yang kurang dari 4,5 mg/dl
atau dibatas normal.
2. Etiologi
- Penurunan kalsium terionisasi: sebagai contoh, yang terjadi pada
alkalosis, pemberian jumlah besar darah sitrat (sitrat di tambahkan ke
dalam darah untuk mencegah pembekuan dapat berikatan dengan
kalsium, menyebabkan hipokalsemia)., hemodilusi(misalnya karena
penggantian volume dengan salin normal setelah hemoragi).
3
- Peningkatan kehilangan kalsium dalam cairan tubuh: pada diuretik
tertentu.
- Penurunan absorpsi usus: sebagai contoh, pada peningkatan
masukan, kerusakan metabolisme vitamin D(misalnya gagal ginjal),
diare kronik, pasca-gastrektomi.
- Hipoparatiroidisme
3. Patofisiologi
Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah
bersitrat ( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat
dapat bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara
membuangnya dari sirkulasi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Inflamasi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada
dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang
dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses
ini, hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi
dugaan dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan
sekresi glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami
inflamasi, sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu
hormon yang menurunkan ion kalsium ).
Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal
karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat.
Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam
kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup
konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium,
karsinoma medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan
alkalosis. Medikasi yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia
termasuk antasid yang mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein,
sisplatin, kortikosteroid, mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam
waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total,
meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak
4
menyerang orang Amerika terutama wanita pasca – menopause.
Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang
menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan
terhadap fraktur.
4. Manifestasi Klinis
- Tetuni merupakan manifestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang diinduksi
oleh eksitabilitas neural yang meningkat. Gejala-gejala ini adalah
akibat lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada
saraf perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari-jari,
sekitar mulut, dan yang jarang yang terjadi adalah pada kaki. Dapat
terjadi spasme otot ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi
sebagai akibat dari spasme ini. Tanda Trousseau dapat ditimbulkan
dengan mengembangkan cuff tekanan darah pada lengan atas sampai
sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik, dalam 2 sampai 5 menit
spasme korpopedal akan terjadi karena iskemia pada saraf ulnar.
- Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada otot yang dipersarafi oleh
saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2 cm sebelah anterior
ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus. Kejang dapat
terjadi karena hipokalsemia meningkatkan irritabilitas sistem saraf
pusat juga saraf perifer. Perubahan lain yang berkaitan dengan
hipokalsemia termasuk perubahan-perubahan mental seperti depresi,
emosional, kerusakan memori, ketam pikir dan bahkan halusinasi.
Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena
elongasi segmen ST, bentuk takikardia ventrikular yang di sebut
Torsades de Pointes dapat terjadi.
- Gejala utama hipokalsemia adalah peningkatan iritabilitas
neuromuskuler yang dapat kesemutan pada ujung-ujung jari dan
sekitar mulut. Dalam keadaan lanjut akan didapatkan tanda Chvostek
dan Trousseau. Tanda Chvostek adalah twitching pada daerah sekitar
mulut bila dilakukan ketokan pada nervus fasialis di anterior telinga.
5
- Tanda Trousseau adalah spasme karpal yang terjadi bila dilakukan
bendungan lengan dengan menggunakan manset tensimeter pada
tekanan 20 mmHg diatas tekanan sistolik selama 3 menit. Spasme
karpal yang klasik akan berupa fleksi pergelangan tangan, ekstensi
interfalang dan aduksi jari-jari.
- Gejala hipokalsemia yang lain adalah kejang otot yang mengenai
pinggang, tungkai dan kaki. Pada keadaan yang berat dapat timbul
spasme karpopedal spontan (tetani), laringospasme atau
bronkospasme, sampai kejang-kejang umum.
- Hipokalsemia berat dapat memperpanjang interval QT pada EKG
yang reversibel setelah hipokalsemia dikoreksi. Tetani merupakan
manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia. Tetani mengacu
pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh eksatibilitas
neural yang meningkat. Gejala – gejala ini adalah akibat lepasan
secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf perifer.
Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari – jari, sekitar mulut,
dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot
ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme
ini.
- Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuff
tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas
tekanan sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan
terjadi karena terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek
terdiri atas kedutan pada otot yang di persarafi oleh saraf fasial
ketika saraf tersebut ditekan sekitar 2cm sebelah anterior ke arah
daun telinga, tepat di bawah arkus zigomatikus.
- Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas
sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk
dengan hipokalsemia termasuk perubahan – perubahan mental
seperti depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium,
dan bahkan halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada
6
gambar EKG karena elongasi segmen ST; bentuk takikardia
ventrikular yang di sebut Torsades de Pointes dapat terjadi.
- Kebas dengan kesemutan jari dan region sirkumonal, refleks
hiperaktif, kram otot, tetani, kejang. Letargi dan makan buruk
mungkin terjadi pada bayi baru lahir. Pada hipokalsemia kronis,
fraktur dapat terjadi karena porositas tulang.
5. Komplikasi
- Gagal Jantung
Ketika tingkat asupan kalsium sangat rendah dalam tubuh, maka
dinding jantung akan melemah. Hal ini menyebabkan sirkulasi darah
jati tak maksimal sehingga dapat menyebabkan gagal jantung yang
bisa muncul kapan saja, terutama bagi orang-orang dengan usia di
atas 50 tahun
6. Pemeriksaan Penunjang
- Kadar kalsium serum total: mungkin < 8,5 mg/dl. Kadar kalsium
serum harus di evaluasi dengan albumin serum. Untuk penurunan
kadar albumin serum 1,0 g/dl, terjadi penurunan 0,8 – 1,0 mg/dl
kadar kalsium total.
- Kalsium serum terionisasi: akan < 4,5 mg/dl.
- Hormon paratiroid : penurunan kadar terjadi pada
hipoparatiroidisme. Rentang normal 150 – 350 pg/ml (bervariasi
diantara laboratorium).
- Kadar magnesium dan fosfor : dapat diperiksa untuk
mengidentifikasi penyebab potensial hipokalsemia.
7. Penatalaksanaan
a. Medis
- Penanganan hipokalsemia ringan (Ca serum 7,5-8,5 mg/dl) yang
asimtomatik, cukup diterapi dengan kalsium oral 500-1000 mg tiap
6 jam disertai pengawasan yang ketat. Bila terdapat tetani atau
7
kadar kalsium serum < 7,5 mg/dl, diperlukan pemberian kalsium
intravena. Pemberian kalsium glukonat (90 mg kalsium
elemental/10ml ampul) lebih disukai daripada kalsium sitrat (272
mg kalsium elemental/10 ml ampul) karena tidak iritatif. Mula-
mula, dapat diberikan 1-2 ampul kalsium glukonat dalam 50-100
ml dekstrosa 5% dan diberikan per-infus 5-10 menit. Dosis ini
dapat diulang bila masih didapatkan gejala hipokalsemia.
- Hipokalsemia yang berat dan persisten dapat diberikan kalsium
per-drip dalam jangka waktu yang lebih lama, misalnya 15
mg/kgBB kalsium elemental diinfus selama 4-6 jam. Secara praktis
dapat dilakukan dengan melarutkan 10 ampul kalsium glukonat
dalam 1 liter dekstrosa 5% dan diinfus dengan kecepatan 50
ml/jam (45 mg kalsium elemental/jam). Larutan yang lebih pekat
dari 200 mg kalsium elemental/100 ml dekstrosa 5% harus
dihindari karena akan bersifat iritatif terhadap vena maupun
jaringan disekitarnya bila terjadi ekstravasasi.Pada hiperkalsemia
berat dan persisten, juga harus dipikirkan kemungkinan pemberian
kombinasi kalsium oral 1-2 gram/hari dan 1,25(OH)2D 0,5-
1,0gr/hari. Pada keadaan hipomagnesemia, maka terapi terhadap
hipomagnesemia juga harus dilakukan selain terapi terhadap
hipokalsemianya.
- Penggantian kalsium : hipokalsemia diatasi dengan kalsium PO
atau IV. Tetani pada orang dewasa diatasi dengan 10 – 20 ml dari
10% kalsium glukonat IV atau drip kontinu 100 ml dari 10%
kalsium glukonat dalam 1000 D5W, diinfuskan lebih dari 4 jam.
- Terapi vitamin D (mis, dihidrotakisterol, kalsiteriol): untuk
meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran GI.
- Antasida hidroksi aluminium : untuk mengurangi kadar fosfor
sebelum mengatasi hipokalsemia.
b. Keperawatan
- Peningkatan masukan diet kalsium : sedikitnya 1000 – 1500 mg/
hari pada orang dewasa.
8
- Berikan makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih, jeruk,
kacang almond, ikan sardin, sayuran hijau.
B. HIPERKALSEMIA
1. Definisi
Hiperkalsemia terjadi bila kadar kalsium serum total melebihi 10,5
mg/dl (5,5 mEq/L) (Sylvia, 2006:354).
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tingkat kalsium dalam darah
di atas normal. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang, dan
memainkan peran penting dalam kontraksi otot, memastikan bahwa saraf
dan fungsi otak tetap baik, dan melepaskan hormon. Namun, proses ini
dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium yang terlalu tinggi.
2. Etiologi
- Hiperkalsemia simtomatik dapat terjadi karena peningkatan dalam
kalsium serum total atau peningkatan pada presentase kalsium bebas
dan terionisasi.
- Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur
kalsium adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid
yang terlalu aktif biasanya menyebabkan wanita pasca menopause
mengalami hiperkalsemia. Penggunaan yang berlebihan suplemen
kalsium dan vitamin D, gangguan medis tertentu, kanker dan beberapa
obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.
3. Patofisiologi
Kadar kalsium yang berlebihan meningkatkan penghambatan efek
pada natrium dalam otot skelet. Hal ini menimbulkan penurunan
eksitabilitas baik pada otot dan saraf, yang akhirnya menimbulkan
flaksiditas. Hiperkalsemia dihubungakan dengan penurunan kadar fosfat.
Penyebab utama adalah hiperparatiroidisme, yang menimbulkan
peningkatan hormon paratiroid, yang meningkatkan ambilan kalsium
dari tulang ke dalam sirkulasi darah. Diuretik tiazid juga dapat
9
menyebabkan peningkatan kadar hormon paratiroid dan hiperkalsemia.
Beberapa keganasan tumor mensekresi substansi seperti hormon
paratiroid, yang berfungsi serupa dengan hormon paratiroid sejati.
Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot skelet, anoreksia,
mual dan muntah, konstipasi, penurunan berat badan, dan peningkatan
ekskresi kalsium dalam urine. Peningkatan kalsium sirkulasi dapat
disimpan di mana saja, etapi ginjal adalah yang paling rentan. Deposisi
kalsium dapat mengakibatkan batu ginjal.
4. Manifestasi Klinis
a. Letargi
b. Kelemahan
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Poliuria
f. Gatal
g. Nyeri tulang
h. Parastesiz
i. Depresi
j. Perubahan pribadi
k. Koma.
5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Komplikasi metabolik : Ketoasidosis diabetik, koma
hiperglikemik hiperismoler non ketotik, hipoglikemia, dan
asidosis lactate.
2) Infeksi Berat
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi vaskuler
a) Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
b) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
10
2) Komplikasi neuropati
Neuropati sensori motorik, neuropati otonomik gastroporesis,
diare diabetik, buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan
refleks kardiovaskuler.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar kalsium serum total : dapat > 10,5 mg/dl.
b. Kalsium terionisasi : akan > 5,5 mg/dl.
c. Hormon paratiroid: peningkatan kadar terjadi pada hipertiroidisme
primer atau sekunder.
d. Temuan sinar x : dapat menunjukkan adanya oesteoporosis rongga
tulang, atau batu ginjal
7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Fosfat IV: untuk penyebab penurunan resiprokal kalsium serum.
2) Penurunan resorpsi tulang : dilakukan melalui peningkatan
tingkat aktivitas, indometasin, atau mitramisin. Mitramisin,
antibiotik sitotoksik, bertindak secara langsung pada tulang untuk
mengurangi dekalsifikasi dan digunakan terutama untuk
mengatasi hiperkalsemia karena penyakit neoplastik.
3) Kalsitonin : untuk menurunkan resorpsi tulang, peningkatan
deposisi tulang terhadap kalsium dan fosfor, dan peningkatan
ekskresi kalsium dan fosfat urine.
4) Hemodialisis : digunakan bila hiperkalsemia dihubungkan
dengan gagal ginjal.
11
b. Keperawatan
Pemberian diet :
1) Diet rendah kalsium dan kortison : untuk menurunkan absorpsi
usus terhadap kalsium.
2) Hindari pemberian makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih,
jeruk, kacang almond, ikan sardin, sayuran hijau.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
13
2) Data obyektif yang muncul:
a) System neurologis
- Kelebihan emosi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Parasitesia pada bibir, lidah, jari, dan kaki katarak yang
disebabkan oleh kalsifikasi lensa tremor
- Hiperefleksia
- Tanda chavostek dan trousseau positif
- Tetanus
- Kejang
b) System muskoloskeletal
- Kekakuan
- Spasmekedutan
- Kelemahan
- Keletihan
- Abnormalitas gigi
c) System kardiovaskuler
- Gagal jantung akibat hipokalsemia
- Disritmia jantung
- Perubahan EKG : interveal Q-T memanjang, gelombang
T memuncak atau inversi, blok jantung
d) System pernapasan
- Suara parau
- Stridor laring
- Edema laring
- Spasme laring
e) System Gastrointestinal
- Mual muntah
- Diare
f) System integument
- Kulit dan kuku distropi, kering, dan bersisik
- Pigmentasi kutan
14
- Rambut menipis
- Alopesia
- Rigi horizontal pada kuku
- Kuku rapuh
g) Pemeriksaan diagnostik:
- Darah : penurunan kalsium serum, peningkatan fosfor
serum, penurunan bikarbonat serum, penurunan atau tidak
adanya hormone paratiroid serum.
- Urine : hipokalsiuria, hipofosfaturia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas
digitalis yang terjadi pada terapi penggantian kalsium.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai
oksigen sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada
hipokalsemia berat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun.
3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas
digitalis yang terjadi pada terapi penggantian kalsium
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam diharapkan
masalah curah jantung adekuat, dengan kriteria hasil:
- Curah jantung pasien adekuat dibuktikan oleh cvp< 6 mmHg (< 12
cmH20), FJ < 100
- TD dalam rentang normal: 120/80mmHg
- Tak ada tanda klinis gagal jantung atau ademapulmonel (mis,
crakles, sesaknafas).
- Pasien perawatan kritis menunjukan TAP 20 – 30 / 8 – 15 mmHg.
15
Intervensi Rasional
16
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai
oksigen sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada
hipokalsemia berat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria
hasil:
- Pasien menunjukkan kedalaman , pola, dan frekuensi pernafasan
(12 – 20 nafas/menit) dalam rentang normal
- Psimtomatik dari spasme laryngeal: stridor laryngeal, dispneu, atau
mengorok.
Intervensi Rasional
17
posisi telentang dan evaluasi desaturasi.
status oksigen.
Intervensi Rasional
18
mengingat makanan ini tinggi
akan fosfor.
5. Beri makanan dalam porsi kecil 5. Menghindari mual muntahagar
tetapi sering pemenuhan kebutuhan nutrisi
tetap terjaga
19
2) Data objektif pada pasien hiperkalsemia
a) System neurologis
- Apatis
- Penurunan fungsi kognitf
- Mengantuk
- Reflex
- Hiperaktif
b) System musculoskeletal
- Kelemahan otot (proksimal)
- Nyeri tulang saat menopang berat badan
- Atralgia
- Perawakan pendek, deformitas tulang
- Fraktur
- Nyeri sendi
- Penurunan fungsi pendengaran
- System kardiovasenkuler
- Hipertensi
- Perubahan EKG : gelombang T lebar, interval Q-T
memendek atau memanjang, bradikardia
c) System Gastrointestinal
- Ketidaknyaman abdomen
- Polydipsia
- Anoreksia
- Mual dan muntah
- Penurunan berat badan
- Konstipasi
d) System Renal
- Poliuria
- Dysuria : sulit berkemih
- Dehidrasi
- Uremia
- Batu ginjal
20
g. Pemeriksaan diagnostic
1) Darah
- Peningkatan PTH
- Peningkatan kalsium serum
- Postpast serum rendah
- Peningkatan klorida serum
- HCO3 serum rendah
- Anemia
2) Urine
- Peningkatan postpast urine dan kalsium urine
- CAMP(cyclic adenosine monophosphatase) mencerminkan
konsentrasi pth yang aktif secara biologis
3) Pencitraan
4) CT scan : leher
5) Pemeriksaan sinar-x : resopsi tulang subperiosteal
6) ultra sonoggrafi : pembesaran kelenjar paratiroid
7) tesendokrin : peningkatan radio immunnossay PTH
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan disuria,
frekuensi dan poliuria sekunder terhadap pemberian diuretik,
pembentukan batu kalsium, atau perubahan fungsi ginjal.
b. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan perubahan
neuromuskular, sensorium, atau jantiung sekunder
c. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia
pada saluran Gastrointestinal.
3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan disuria,
frekuensi dan poliuria sekunder terhadap pemberian diuretik,
pembentukan batu kalsium, atau perubahan fungsi ginjal.
21
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan masalah pola eliminasi urine teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien menunjukan pola berkemih dan karakteristik urine yang
normal.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
22
intervensi selanjutnya
2. Berikan lingkungan yang aman. 2. Mencegah resiko cedera
3. Anjurkan peningkatan mobilisasi 3. Peningkatan mobilisasi dapat
megurangi energi yang terpakai
Intervensi Rasional
23
4. Bantu pasien untuk cairan lebih sedikit.
mengkonsumsi setidaknya 20 g 4. Serat menambahkan curah ke
serat makanan (misalnya, buah tinja dan membuat buang air
mentah, sayuran segar, biji-bijian) besar lebih mudah karena
per hari. melewati usus dasarnya tidak
berubah
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Hiperkalsemia dan hipokalsemia menunjukkan kadar kalium serum yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai batas laboratorium yang normal.
kondisi yang menyebabkan hiperkalsemia atau hipokalsemia ringan
bahkan harus diobati untuk mencegah perkembangan ke hiperkalsemia dan
hipokalsemia yang lebih parah.
Hiperkalsemia dan hypokalemia dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi penyakit lainnya yang berbahaya dan mengancam
nyawa. Untuk itu penanganan yang tepat baik secara medis maupun
keperawatan sangatlah diperlukan
B. Saran
Melihat dari begitu bahayanya efek samping yang ditimbulkan dari
hipokalsemia dan hiperkalsemia, maka diharapkan perawatan yang sesuai
dapat diberikan sehingga angka kejadian hipokalsemia dan hiperkalsemia
terminimalisir.
25
Daftar Pustaka
Sudart and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, edisi 8.
Jakarta : EGC
26