Vous êtes sur la page 1sur 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA III

“PEMBUATAN ASAM SULFANIL DARI ANILIN ”

Disusun oleh :

Bari Wahyudi
NIM 2016430056

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2018
0|Page
PEMBUATAN ASAM SULFANIL DARI ANILIN

I. PRINSIP PERCOBAAN
SULFONASI adalah suatu reaksi organik di mana suatu
atom hidrogen pada hidrokarbon aromatik digantikan oleh suatu gugus fungsi asam
sulfonat (SO3H) dalam suatu substitusi elektrofilik aromatik. Asam aril sulfonat
digunakan sebagai deterjen, pewarna, dan obat-obatan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


 Untuk mengetahui cara pembuatan Asam Sulfanil dari Anilin
 Untuk mengetahui cara kristalisasi dan herkristalisasi
 Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari Asam Sulfanil

III. REAKSI PERCOBAAN

NH2 (1)
H2SO4 + C6H5NH2  C6H4 + H2 O
SO2H (4)

IV. TEORI PERCOBAAN


A. Anilin

Anilin merupakan senyawa organik dengan komposisi C6H7N yang termasuk


kedalam senyawa aromatik, dengan bantuan doping asam anilin dapat menjadi bahan
konduktor dengan nilai konduktivitas tertentu.[2] Panjang gelombang maksimal anilin
adalah 230 nm. Hal ini disebabkan pasangan elektron menyendiri pada NH2 yang
berinteraksi denagn elektron cincin untuk meningkatkan densitas elektron di
keseluruhan cincin, terutama pada posisi orto dan para dari cincin.[3] Anilin
merupakan bahan kimia yang dapat dibuat dari beberapa macam cara dan bahan, serta
dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk kimia. Di dalam era
industrialisasi saat ini anilin mempunyai peranan penting dan banyak digunakan
sebagai zat pewarna dan karet sintetis dalam dunia industri.
Anilin pertama kali diisolasi dari distilasi destruktif indigo pada tahun 1826
oleh Otto Unverdorben, yang menamainya kristal. Pada tahun 1834, Friedrich Runge
(Pogg. Ann;., 1834, 31, hal 65 32, hal 331) terisolasi dari tar batubara zat yang
menghasilkan warna biru yang indah pada pengobatan dengan klorida kapur, yang
bernama kyanol atau cyanol Pada tahun 1841, CJ Fritzsche menunjukkan bahwa,
dengan memperlakukan indigo dengan potas api, itu menghasilkan minyak, yang ia
beri nama anilina, dari nama spesifik dari salah satu-menghasilkan tanaman nila, dari
Portugis anil "yang semak indigo" dari bahasa Arab an- nihil "nila" asimilasi dari al-
nihil, dari nila Persia, dari nili "indigo" dengan Indigofera anil, anil yang berasal dari
Sanskerta (नीली) yakni biru tua, nila, dan pabrik nila. Tentang waktu yang sama NN

1|Page
Zinin menemukan bahwa, untuk mengurangi nitrobenzena, dasar terbentuk, yang ia
beri nama benzidam. Agustus Wilhelm von Hofmann menyelidiki zat tersebut-siap
dengan berbagai cara, dan terbukti mereka menjadi identik (1855), dan sejak itu
mereka mengambil tempat mereka sebagai satu tubuh, dengan nama atau Fenilamin
anilin.
Nilai komersial besar anilin adalah karena kesiapan dengan yang
menghasilkan, langsung atau tidak langsung, zat warna. Penemuan ungu muda tahun
1856 oleh William Henry Perkin adalah yang pertama dari serangkaian serangkaian
luas pengolahan bahan celup, seperti fuchsine, safranine dan induline. Its industri
skala digunakan pertama dalam pembuatan mauveine, sebuah ungu pewarna
ditemukan pada 1856 oleh Hofmann siswa William Henry Perkin. Pada saat itu
penemuan mauveine, anilin merupakan senyawa laboratorium mahal, tetapi segera
disiapkan "oleh ton" menggunakan proses yang sebelumnya ditemukan oleh Antoine
Béchamp. Industri pewarna sintetis tumbuh pesat sebagai pewarna anilin baru berbasis
ditemukan pada tahun 1850-an dan 1860-an.

 Proses Pembuatan Anilin


Proses pembuatan anilin dapat dilakukan melalui berbagai macam proses
antara lain :
1. Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak cair,
dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan menghasilkan
85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini adalah Tembaga
Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium khlorid dengan
Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke dalam mixer dan
pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan di dalam mixer
adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan amoniak
dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu reaksi 235 °C
dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang digunakan adalah
berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut : C6H5Cl + 2 NH3 ===> C6H5NH2+ NH4Cl Pada proses
aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin dengan yield
yang dihasilkan adalah 96 % ( Groggins, 1958 )
2. Reduksi Nitrobenzena
 Reduksi fasa cair Untuk fasa cair, nitrobenzen direduksi dengan hidrogen
dalam suasana asam ( HCl ) serta adanya iron boring, dengan suhu sekitar
135 - 170 °C dan tekanan antara 50 - 500 atm, dimana asam ini akan
mengikat oksigen sehingga akan terbentuk air, dengan bantuan katalis
Fe2O3 reaksinya sebagai berikut :
4 C6H5NO2 + 11 H2 ===> 4 C6H5NH2 + 8 H2O (Faith and Keyes, DB, 1957)

2|Page
Proses reduksi dalam fasa cair sudah tidak digunakan lagi karena tekanan
yang digunakan tinggi sehingga kurang effisien dari segi ekonomis. Yield
yang dihasilkan adalah 95 %( John Wiley and Sons. Inc, 1957 ).
 Reduksi fasa gas Proses pembuatan anilin dari reduksi nitrobenzen dalam
fasa gas, sebagai pereduksi adalah gas hidrogen dan untuk mempercepat
reaksi dibantu dengan katalisator Nikel Oksid, reaksinya sebagai berikut :
C6H5NO2 + 3 H2 ===> C6H5NH2 + 2H2O
Pada proses reduksi fasa gas dengan suhu di dalam reaktor sekitar 275 - 350 °C dan
tekanan 1,4 atm, reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis karena mengeluarkan
panas. Yield yang dihasilkan pada prosese ini adalah 98 % dan kemurnian dari hasil (
anilin ) yang tinggi ini ( 99 % ) mengakibatkan anilin dari segi komersial dapat
digunakan (Faith and Keyes, DB, 1957).

 Penggunaan Anilin

Reaksi Pembuatan Anilin dari Fenol


a. Bahan bakar roket.
b. Pembuatan zat warna diazo.
c. Obat-obatan
d. Bahan peledak.

 Sifat Kimia & Fisika Anilin

Pembuatan Anilin dari Nitrobenzol

3|Page
 Sifat Kimia Anilin
1. Larut pada pelarut organik dengan baik, larut pada air dengan tingkat kelarutan
3,5 % pada 25 C
2. Anilin adalah basa lemah (Kb = 3,8 x 10^ -10)
3. Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer
menghasilkan endapan 2,4,6 tribromanilin; sedangkan halogenasi dengan
klorin menghasilkan trikloroanilin
4. Anilin beraksi dengan gliserol membentuk quinoline dengan adanya
nitrobenzen dan asam sulfat
5. Anilin bereaksi dengan hidrogen peroksida dan arctonitril dalam larutan
metanol membentuk azoxybenzene
6. Hidrogenasi anilin dengan menggunakan brom menghasilkan 2,4,6
tribromoanilin

 Sifat Fisika Anilin


1. Berupa zat cair seperti minyak
2. Sukar larut dalam air
3. Beracun
4. Titik didih 184oC
5. Titik leleh -6oC
6. Berat molekul 93
7. Berat jenis 1.02 gr/ml
8. Indeks bias 1.58

B. Asam Sulfanil
Asam sulfanilat adalah senyawa golongan asam kuat yang sering digunakan
untuk bahan baku pembuatan obat-obatan. Asam Sulfanilat adalah bubuk abu-abu
terang atau kristal; sedikit larut dalam air, alkohol, dan eter, dan larut dalam air
panas. Asam sulfanil merupakan produk hasil proses sulfonasi yang merupakan asam
organic dari golongan Asam sulfonat atau sering juga dibuat asam p-amino benzene
sulfonat atau asam sulfanilat dan diperoleh dari aniline dan asam sulfat pekat. Asam
sulfanil dipandang sebagai ion Amfoter (zat yang mapu menunjukkan sifat asam
maupun basa).

Asam Sulfonat bereaksi terurai sebellum mencair pada suhu 300 . dan tidak
dapat larut dalam pelarut organic maka Asam Sulfanil dapat dipandang sebagai ion
amfoter.

 Sifat Fisik Asam Sulfanil


1. Pada suhu kamar berbentuk kristal padat yang berwarna putih.
2. Merupakan golongan asam yang sangat kuat.
3. Memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap air untuk masuk ke dalam
molekul-molekulnya.

4|Page
4. Berat molekul : 173,19
5. Titik cair : 288°C
6. Titik didih : 172-187°C
7. Mudah larut dalam air panas dan pelarut polar lainnya
8. Berbentuk Kristal berwarna putih (dalam keadaan murni)
9. Tidak dapat larut dalam pelarut organic, larut dalam pelarut anorganik
10. Larut dalam air dingin pada suhu -5
11. Terurai dalam (sebelum mencair pada suhu 300 , terbentuk pada 180-190 .

 Sifat Kimia Asam Sulfanil


1. Merupakan turunan benzene
2. Bersifat Amfoter
3. Cenderung merupakan Asam Sulfat
4. Dihasilkan dari Anilin dengan
5. Asam kuat berbasa I dapat mementuk garam.

 Kegunaan Asam Sulfanil


1. Digunakan sebagai katalis dalam industry.
2. Dapat digunakan sebagai detergent atau sebagai zat pengemulsi.
3. Sebagai zat pendamar ion.
4. Sebagai zat perantara untuk dyes (bahan celup),pestisida ( untuk membunuh
kuman).
5. Sebagai bahan dasar dalam industri farmasi
6. Bidang industry batik sebagai zat warna
7. Digunakan dalam Industry Farmasi :Obat Kloromin, Tiokol, Sakarin.

 Metode Proses

1. Kristalisasi:
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan,
melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi
juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan
larutan ke fase kristal padat.

a) Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan
menurunnya temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan
larutan panas yang jenuh.

5|Page
b) Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan
menurunnya suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan
sebagian pelarut.

c) Pemanasan dan Pendinginan


Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas. Larutan panas
yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian
pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga
larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.

d) Penambahan bahan (zat) lain.


U’ntuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan
suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan
sehinga terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan
selalu mudah bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan
memiliki energi yang cukup untuk mudah bergerak.
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah,
makin sulit bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif
terhadap atom lain, mulai membentuk inti kristal pada tempat yang
relative leih tinggi.
3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature
makin banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada
atau membentuk inti baru.

 Herkristalisasi atau Rekristalisasi


Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam
pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian
komponen larutan organic. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih
pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat,
mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan produknya
(hasil).

6|Page
 Kelebihan dan Kekurangan Metode Proses
a) Kelebihan :
1. Kristal yang didapat lebih murni (bentuknya seperti jarum)
2. Dalam metode pengkristalan. Larutannya harus superheated.
3. Dijaga temperature 180-190 agar kristal dapat terbentuk saat diherkristalisasi.
4. Setelah dipanaskan di karbon aktif, larutan di letakkan di saringan pemanas dan
diberi norit agar kristal masih terendap di bawah.
5. Setelah dimasukkan dengan Es, Kristal mudah terbentuk.
6. Saat Herkristalisasi, pemberian norit yang menghilangkan kotoran kotoran yang
ada sehingga memperoleh kristal yg putih mengkilap seperti jarum kecil.
b) Kekurangan :
1. Jika suhu tidak dijaga 180-190 maka tidak akan terbentuk metode kristalisasi.
2. Jika pengadukan norit tidak merata maka norit akan terbawa saat pengkristalan
warna putih mengkilap yang seharusnya berubah menjadi warna ungu keputih-
putihan.
3. Pemanasan yang terlalu lama akan mengakibatkan kertas saring terbakar sehingga
berat kertas saring berkurang dan hasil rendemen berkurang

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Statif dan klem
b. Beaker gelas
c. Erlenmeyer
d. Labu Destilasi
e. Bunsen
f. Thermometer
g. Kaki tiga
h. saringan
2. Bahan
a. Asam Sulfat
b. Aniline
c. Air
d. Es
e. Asam Sulfonil

7|Page
VI. RANGKAIAN ALAT

Pemanasan menggunakan Oil Bath dan penyaringan menggunan saringan


pemanas.

8|Page
VII. PROSEDUR
1. 50 gram asam sulfat dimasukan kedalam 11 gram aniline.
2. Pemberian asam sulfat sedikit demi sedikit dan selalu dikocok.
3. Campuran lalu dipanaskan dalam labu dasar bulat pada suhu 180-190°C dengan
menggunaka Oil Bath.
4. Pemanasan dilakukan selama ± 4 jam atau sampai bila diambil sedikit dari
campuran itu dan diencerkan dengan air dan dibuat alkalis dengan NaOH tidak
lagi memberikan bau aniline
5. Setelah pemanasan campuran dituangkan kedalam beaker gelas berisi 350 cc es.
6. Kristal yang didapat di herkristalisasi dengan menggunakan norit untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang ada.
7. Setelah herkristalisasi akan didapat Kristal berupa jarum bewarna putih
mengkilat dengan 2 mol air Kristal.
8. Hitung rendemen teoritis dari hasil yang didapat.

9|Page

Vous aimerez peut-être aussi