Vous êtes sur la page 1sur 11

RINGKASAN MATERI KULIAH SAP 8

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD


EKA334 A2 R. IA 1.1

OLEH:
KELOMPOK 5

1. NI KOMANG ITA MONIKA (1607531045) / 5


2. NI WAYAN PITRIYANI (1607531047) / 7
3. NI NENGAH WITRI ASTITI (1607531049) / 8
4. PUTU AYU PRAMESTI (1607531050) / 9

AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018

1
1. Pengertian dan Sumber Pemodalan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Lembaga Perkreditan Desa adalah lembaga ekonomi desa yang dipergunakan untuk
penitipan dan penukaran uang di pedesaan. Sehingga pada dasarnya LPD berfungsi sebagai
pengumpulan dana, pemberi kredit, dan menjadi perantara didalam lalu lintas pembayaran
pada umumnya dan merupakan sumber pembiayaan pembangunan di wilayah desa adat
yang ada di Bali. Ada beberapa pengertian mengenai Lembaga Perkreditan Desa, antara
lain:
1) Berdasarkan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 972 Tahun 1984,
disebutkan bahwa LPD adalah alat desa dan merupakan unit operasional serta berfungsi
sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya
2) Sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat I Bali No. 2 tahun 1988, dinyatakan bahwa:
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu nama bagi usaha simpan pinjam milik
masyarakat desa adat yang berada di Propinsi Daerah Tingkat I Bali dan merupakan
sarana perekonomian rakyat di pedesaan
3) selanjutnya Perda Tingkat I Bali,Nomor 8 Tahun 2002 menyatakan bahwa LPD
merupakan badan usaha keuangan milik desa Pakraman yang melaksanakan kegiatan
usaha dilingkungan desa untuk Krama desa
4) Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan
usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa. Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
dapat didirikan pada desa dalam wilayah Kabupaten/Kota, di mana dalam tiap-tiap desa
hanya dapat didirikan satu Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
5) Menurut Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003, LPD merupakan Lembaga
Perkreditan Desa di Desa Pekraman dalam wilayah Provinsi Bali.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas terkait LPD, maka dapat diartikan bahwa
Lembaga Perkreditan Desa adalah suatu lembaga perantara dalam proses peredaran uang,
maupun sebagai sumber pembiayaan pembangunan di wilayah desa adat yang ada di Bali
pada umumnya. Sumber permodalan bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ditentukan
berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 disebutkan
dalam pasal 8 adalah:
1) Modal pertama LPD berjumlah Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) yang bersumber dari
APBD Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kredit investasi dengan jangka waktu 5
sampai 10 tahun.

2
2) Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri pemupukan modal, pemanfaatan
tabungan, nasabah dan pinjaman. Lebih lanjut dijelaskan pada Perda Tingkat I Bali
Nomor 2 Tahun 1988 dalam pasal 6 bahwa modal terdiri dari: Swadaya masyarakat
sendiri dan atau irunan krama desa; Bantuan pemerintah; dan Modal LPD dalam
perkembangan lebih lanjut terdiri dari pemupukan modal, pemanfaatan tabungan
nasabah dan pinjaman.

2. Sejarah Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


Dinamika ekonomi berbasis komunitas khas Bali yakni Desa Adat (kini Desa
Pakraman), Banjar Adat (kini Banjar Pakraman) telah memberi inspirasi Gubernur Bali,
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Pada tahun 1983, pucuk pimpinan Pemerintah Daerah Provinsi
Bali ini merumuskan gagasan untuk membentuk sebuah lembaga keuangan berbasis adat
dengan mengadopsi dan mengembangkan konsep sekaa, banjar dan desa adat yang telah
tumbuh di tengah-tengah masyarakat Bali.
Pada Februari 1984, Departemen Dalam Negeri mengadakan seminar mengenai kredit
pedesaan di Semarang. Berdasarkan hasil seminar tersebut, Pemerintah Provinsi Bali
mengambil langkah cepat dan visioner dengan mendirikan lembaga keuangan pedesaan
yang disebut dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD yang pertama, sebagai proyek
percontohan didirikan tahun 1984. Pada awalnya, pendirian LPD dirintis dan diputuskan
oleh Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada tahun 1984, selanjutnya diperkuat oleh
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 1998. Perda tersebut selanjutnya diubah dengan
Perda No. 8/2002. Tahun 2007 diubah lagi menjadi Perda no. 3 tahun 2007.

3. Tujuan dan Bidang Usaha Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


Berdasarkan penjelasan peraturan Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai
LPD, tujuan pendiriannya adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi perdesaan
melalui peningkatan kebiasaan menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi
usaha skala kecil, untuk menghapuskan bentuk–bentuk eksploitasi dalam hubungan kredit,
dan untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi kegiatan usaha pada tingkat desa. LPD
sebagai salah satu wadah kekayaan desa, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha
kearah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam kegiatannya banyak menunjang
pembangunan desa. Usaha-usaha LPD dilakukan dengan tujuan:
1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun
tabungan dan deposito dari krama desa.
3
2) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatankerja bagi
krama desa.
3) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalulintas pembayaran dan peredaran uang di
desa.
Dalam setiap tahun keuntungan bersih LPD dialokasikan sebagai dana pembangungan
desa pekraman sebesar 20%. Selain itu, kegiatan nonfisik membantu kegiatan-kegiatan
sosial di desa dalam bentuk pembinaan kesenian, olahraga, dan kepemudaan rutin
dilakukan. Dalam pengelolaan dana desa tentu pernah terjadi kendala-kendala. Kendala
tersebut dapat berupa kredit bermasalah dan tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang.
Namun masalah tersebut tentu bisa diatasi dengan menanamkan pengertian kepada
masyarakat bahwa lembaga ini adalah lembaga kepercayaan.

4. Tata Kelola Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


1) Organisasi dan Perencanaan
Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh sebuah
komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti dapat dijelaskan
bahwa ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD, pembuatan
perjanjian kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa adat melalui
pemimpinnya (Dewan Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan anggaran, dan
memformulasikan kebijakan LPD. Petugas administrasi melakukan tugas-tugas
administrasi, baik administasi umum maupun tata buku, bertanggung jawab kepada ketua
LPD, menyusun laporan neraca dan laporan pendapatan, serta mengelola arsip. Sedangkan
kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu ketua melaksanakan tugasnya dan
terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana anggaran dalam keputusan pemberian
kredit.
Dalam mengelola LPD, tim manajemen juga memantau perubahan situasi makro-
ekonomi, melakukan rapat formal triwulanan untuk evaluasi internal yang melibatkan
semua staf. Staf pengumpul kredit diberi pengarahan harian mengenai tugas mereka oleh
ketua LPD sebelum mereka mulai bekerja Evaluasi internal LPD dilakukan oleh Dewan
pengawas. Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu
mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya.
Kemampuan manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan
bimbingan yang diberikan pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali.

2) Prosedur Rekruitmen
4
Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota
komunitas desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun
mereka dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja dengan baik (Government of Bali,
2002, Article 11). Komite manajemen biasanya dibantu oleh dua atau tiga staf yang
bertanggung jawab untuk mengumpulkan tabungan dan pinjaman.
Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah satu
tugas penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf baru atau
untuk memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf tambahan
dilakukan berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf baru oleh Dewan
Pengawas juga didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau karakter pelamar, dan
masing-masing dusun di desa adat harus terwakili oleh anggota staf. Kemudian para
pelamar mengikuti tes kemampuan (motivasi, kemauan untuk mengabdi di LPD, dan
pengetahuan umum) yang diadakan oleh PLPDK. Persyaratan umum untuk pelamar ialah
memiliki minimal ijazah tingkat SMU.
Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi
informal dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan
lingkungan sosio-kulturalnya. Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup
peraturan mengenai kecakupan modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal
lending limit), cadangan untuk kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem
pemeringkatan LPD. LPD harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle)
dari lembaga keuangan agar dapat menjadi lembaga keuangan yang sehat. Berdasarkan
kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran No. 30/UUPB, 30
April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur CAR, kualitas aset
produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.

3) Mekanisme Penyaluran Pinjaman


Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pada tahun 2002 tingkat bunga pinjaman
untk pinjaman beerkisar antara 27 hingga 33 persen, lebih tinggi dari pada rata – rata
tingkat bunga bank umum yang hanya 22 persen pertahun pada saat itu.peraturan desa
adat juga berlaku bagi staf LPD (Oka, 1999) yang melanggar peraturan dan salah dalam
mengelola operasional harian LPD, seperti kolusi, korupsi atau manipulasi.Sanksi sosial
dapat dikenakan pada mereka.selain itu, berdasarkan peraturan legal formal,pasal 24
peraturan Daerah No. 8 / 2002 yang menyatakan bahwa staf LPD yang melanggar
5
peratturan dan menyebabkan LPD menderita kerugian keuangan haruslah mengganti
kerugian tersebut.pasal 26 yang menerangkan pasal 24 peraturan tersebut menekankan
bahwa staf terpidana dapat memperoleh hukuman maksimum 6 bulan penjara atau
maksimum denda Rp 5 juta. Singkatnya, gambaran ini menunjukan bahwa institusi
informal (seperti norma – norma dan sanksi sosial ) dan institusi formal ( peraturan legal
formal ) digunakan bersama- sama dalam tata – kelola LPD.

4) Sistem Penggajian
Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi
kinerja yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan
mempromosikan dan melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua
memperoleh gaji paling tinggi, diikuti oleh petugas kasir dan tenaga administrasi. Prinsip
penentuan gaji pokok yang didasarkan biaya hidup di desa di mana LPD berada juga
tercermin pada kuatnya hubungan antara LPD dan lingkungan sosio-ekonominya.
Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan liberalisasi
pasar keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan dari pemerintah
pada semua tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat Bali yang tinggi dan
struktur sosial tradisional yang penting telah mendukung pertumbuhan LPD. Tidak ada
keraguan bahwa kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil dan lingkugan
sosio-kultural merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan LPD di
Bali.

5. Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa


1) Sinergi antara Sumber Daya Manusia (SDM) dengan dasar filosfis konsep Tri Hita
Karana.
Suatu LPD dalam hal menentukan SDM yang akan memanajemen lembaganya
ditentukan suatu kriteria yakni memiliki moral yang baik, mental yang kuat dan
mampu memotivasi diri. Ketiga komponen tersebut dinilai harus dimiliki oleh
seseorang agar dapat membawa suatu LPD menuju keberhasilan. SDM yang memiliki
moral yang baik, mental kuat dan mampu memotivasi diri sendiri tersebut akan lebih
tangguh apabila dibarengi dengan sinergi antara SDM tersebut dengan konsep Tri
Hita Karana yang merupakan dasar filosofis dari berdirinya LPD. Sinergi antara
SDM dengan konsep Tri Hita Karana tersebutlah yang menjadi pendorong dari LPD

6
dapat berhasil sebagai lembaga yang bertugas untuk mensejahterakan masyarakat
desa pakraman serta melestarikan kebudayaannya.
2) Faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor pendorong yang kedua dibalik keberhasilan LPD sebagai suatu lembaga yang
bertugas mensejahterakan masyarakat desa pakramannya adalah faktor pertumbuhan
ekonomi. Faktor pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah suatu LPD mampu
menciptakan market leader dan mampu mengatasi kompetitornya. Suatu LPD mampu
menciptakan dan mengeluarkan suatu produk-produk, dimana produk itu dapat
diterima oleh masyarakat desa pakramannya. Dengan dapat diterimannya produk-
produk tersebut oleh masyarakat desa pakraman maka akan menciptakan suatu
dominasi keuntungan karena telah berhasil menarik seluruh nasabah untuk
menggunakan produk mereka sendiri, dengan dominasi tersebut sudah jelas
kompetitor lain yang sama-sama melayani kredit serupa dapat diatasi.
3) Produk yang dikeluarkan oleh suatu LPD diterima oleh masyarakat desa pakraman
Faktor pendukung keberhasilan yang ketiga masih berhubungan dengan faktor kedua,
pada faktor yang ketiga pengurus LPD menilai bahwa pendukung atas berhasilnya
suatu LPD hingga sampai seperti saat ini bahwa produk-produk yang mereka miliki
dapat diterima dengan baik dan dimanfaatkan secara bijak oleh masyarakat desa
pakramannya. LPD dalam kiprahnya selama beberapa tahun belakangan dengan
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman telah mengeluarkan
produk-produk yang inovatif dan tentunya dinilai sangat membantu oleh masyarakat
4) Pembangunan Pariwisata
Faktor keempat yang mendorong keberhasilan suatu LPD adalah daerah pariwisata.
Melalui pembangunan pariwisata ini suatu LPD bersama masyaraktnya mencoba
untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata di yang ada di desanya. Sehingga
bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa tersebut.

6. Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


Landasan yuridis yang membedakan Lembaga Perkreditan Desa dengan Bank
Perkreditan Rakyat. Kedudukan hukum Lembaga Perkreditan Desa yang berbasis
masyarakat hukum adat di Bali dalam sistem Lembaga Keuangan Mikro menurut Undang-
undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah tidak dapat dipersamakan. Pasal 58
Undang-undang No.7 Tahun 1992 merumuskan bahwa LPD diberi status sebagai Bank
7
Perkreditan Rakyat (BPR), padahal dalam kenyataannya LPD dan BPR ini memiliki
perbedaan besar.
Dalam Pasal 13 huruf a Undang-undang No.7 tentang Perbankan, ditentukan bahwa
BPR dalam usahanya bertugas menghimpun dana masyarakat. Ketentuan masyarakat dalam
pasal tersebut dapat diartikan bahwa BPR melayani kepentingan dari masyarakat umum.
LPD dalam cakupannya hanya melayani masyarakat dari desa pakraman tempat dimana
LPD tersebut berada, dan tidak melayani masyarakat diluar desa pakraman. Sesuai dengan
Pasal 7 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa.
Perbedaan selanjutnya yang membedakan LPD dengan BPR adalah dilihat dari segi
keuntungannya. LPD sebagai lembaga keuangan yang melayani masyarakat desa pakraman
mengalokasikan keuntungan atau profit dari kegiatannya untuk kepentingan dari masyarakat
desa pakraman yang bersangkutan, dengan kata lain profit yang diperoleh oleh LPD akan
kembali dan dirasakan oleh seluruh masyarakat desa pakraman. Aturan mengenai
pembagian keuntungan ini dapat dilihat dalam Pasal 22 ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 3 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8
Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa. Sedangkan BPR adalah lembaga yang
dalam berkegiatannya memiliki cangkupan yakni masyarakat umum, dimana keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan keuangan yang telah diselenggarakan menganut unsur profit
dalam perbankan, yang dimaksud unsur profit dalam perbankan adalah unsur profit
capitalist sebagai faktor produksi, akumulasi modal dan untuk kepentingan pemilik modal.
LPD sebagai lembaga yang memiliki sifat khusus yakni hanya melayani masyarakat
desa pakraman maka dengan berdasarkan konstitusional pada Pasal 18A dan Pasal 18B
Undang-undang Dasar 1945, yang memuat ketentuan bahwa dalam Pasal 18A bahwa
pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, haruslah memperhatikan kekhususan dan
keragaman suatu daerah, yang kemudian dipertegas oleh Pasal 18B bahwa negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa,
serta mengakui dan menghormati satuan-satuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip negara kesatuan Indonesia.
Selain memiliki sifat khusus yang dapat membedakan LPD dengan lembaga keuangan
lainnya. LPD juga memiliki dasar hukum yang jauh berbeda dengan lembaga-lembaga
keuangan lainnya. LPD menggunakan dasar hukum Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 1 angka 12 dan Pasal 2 ayat 9. Sedangkan

8
BPR menggunakan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai dasar
hukumnya.

7. Perbedaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan Lembaga Keuangan


Lainnya
PERBEDAAN LPD, BPR, DAN KOPERASI
Karakteristik LPD BPR Koperasi
Landasan Hukum adat/awig- Undang-Undang Undang-Undang
pendirian awig Nomor 10 Tahun Nomor 25 Tahun
1998/Undang- 1992/Undang-
Undang Undang
Perbankan Perkoperasian
Inisiatif Krama/Warga desa Pribadi/Kelompok Pribadi/Kelompok
pembentukan adat
Cara memperoleh Sumbangan Melalui dana dari Modal koperasi
modal pemerintah dan para pemegang terdiri dari modal
sumbangan sukarela saham dan sektor- sendiri dan modal
dari warga desa adat sektor lain yang pinjaman.
sesuai keikhlasan sah 1.Modal sendiri,
terdiri dari :
simpanan pokok,
simpanan wajib,
dana cadangan,
hibah.
2.Modal
pinjaman, terdiri
dari : anggota,
koperasi lainnya,
bank atau lembaga
keuangan lainnya,
penerbitan
obligasi atau surat
hutang lainnya,
sumber-sumber
lain yang sah
9
Perangkat Perangkat Perangkat Perangkat
organisasi organisasi LPD : organisasi BPR : organisasi
1.Paruman Desa 1.Rapat Umum koperasi :
Pakraman Pemegang Saham 1.Rapat anggota
2.Prajuru atau 2.Komisaris 2.Pengurus
bendesa adat (ketua 3.Direksi 3.Pengawas
badan pengawas) 4.Staff-staff
3.Ketua LPD pendukung
4.Kasir
5.Tata Usaha
6.Staff
Lingkup wilayah Hanya sebatas di Seluruh wilayah Seluruh wilayah
operasional lingkungan desa Negara Republik Negara Republik
pakraman Indonesia Indonesia
Orientasi Usaha Lembaga non- Profit Bersifat profit
profit, yang bersifat untuk
sosio kultural mensejahterakan
anggota-
anggotanya
Pembagian 40% untuk Pembagian Berupa Sisa Hasil
Keuntungan pengelolaan modal, keuntungan Usaha (SHU)
60% untuk diantara para untuk masing-
pembangunan pemegang saham masing anggota.
kesejahteraan sesuai dengan
masyarakat desa presentase saham
adat yang dimiliki

DAFTAR PUSTAKA

10
Prasetya, Teguh. “Akuntansi Perbankan dan LPD SAP 8”.
https://www.scribd.com/document/363947736/Akuntansi-Perbankan-Dan-Lpd-Sap-8.
Diakses Pada 21 Oktober 2018
Suartana, I Wayan. 2010. Arsitektur Pengendalian Risiko pada Lembaga Perkreditan Desa.
Denpasar: Udayana University Pers

11

Vous aimerez peut-être aussi