Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK 5
AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
1
1. Pengertian dan Sumber Pemodalan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Lembaga Perkreditan Desa adalah lembaga ekonomi desa yang dipergunakan untuk
penitipan dan penukaran uang di pedesaan. Sehingga pada dasarnya LPD berfungsi sebagai
pengumpulan dana, pemberi kredit, dan menjadi perantara didalam lalu lintas pembayaran
pada umumnya dan merupakan sumber pembiayaan pembangunan di wilayah desa adat
yang ada di Bali. Ada beberapa pengertian mengenai Lembaga Perkreditan Desa, antara
lain:
1) Berdasarkan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 972 Tahun 1984,
disebutkan bahwa LPD adalah alat desa dan merupakan unit operasional serta berfungsi
sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya
2) Sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat I Bali No. 2 tahun 1988, dinyatakan bahwa:
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu nama bagi usaha simpan pinjam milik
masyarakat desa adat yang berada di Propinsi Daerah Tingkat I Bali dan merupakan
sarana perekonomian rakyat di pedesaan
3) selanjutnya Perda Tingkat I Bali,Nomor 8 Tahun 2002 menyatakan bahwa LPD
merupakan badan usaha keuangan milik desa Pakraman yang melaksanakan kegiatan
usaha dilingkungan desa untuk Krama desa
4) Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan
usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa. Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
dapat didirikan pada desa dalam wilayah Kabupaten/Kota, di mana dalam tiap-tiap desa
hanya dapat didirikan satu Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
5) Menurut Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003, LPD merupakan Lembaga
Perkreditan Desa di Desa Pekraman dalam wilayah Provinsi Bali.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas terkait LPD, maka dapat diartikan bahwa
Lembaga Perkreditan Desa adalah suatu lembaga perantara dalam proses peredaran uang,
maupun sebagai sumber pembiayaan pembangunan di wilayah desa adat yang ada di Bali
pada umumnya. Sumber permodalan bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ditentukan
berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 disebutkan
dalam pasal 8 adalah:
1) Modal pertama LPD berjumlah Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) yang bersumber dari
APBD Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kredit investasi dengan jangka waktu 5
sampai 10 tahun.
2
2) Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri pemupukan modal, pemanfaatan
tabungan, nasabah dan pinjaman. Lebih lanjut dijelaskan pada Perda Tingkat I Bali
Nomor 2 Tahun 1988 dalam pasal 6 bahwa modal terdiri dari: Swadaya masyarakat
sendiri dan atau irunan krama desa; Bantuan pemerintah; dan Modal LPD dalam
perkembangan lebih lanjut terdiri dari pemupukan modal, pemanfaatan tabungan
nasabah dan pinjaman.
2) Prosedur Rekruitmen
4
Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota
komunitas desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun
mereka dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja dengan baik (Government of Bali,
2002, Article 11). Komite manajemen biasanya dibantu oleh dua atau tiga staf yang
bertanggung jawab untuk mengumpulkan tabungan dan pinjaman.
Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah satu
tugas penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf baru atau
untuk memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf tambahan
dilakukan berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf baru oleh Dewan
Pengawas juga didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau karakter pelamar, dan
masing-masing dusun di desa adat harus terwakili oleh anggota staf. Kemudian para
pelamar mengikuti tes kemampuan (motivasi, kemauan untuk mengabdi di LPD, dan
pengetahuan umum) yang diadakan oleh PLPDK. Persyaratan umum untuk pelamar ialah
memiliki minimal ijazah tingkat SMU.
Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi
informal dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan
lingkungan sosio-kulturalnya. Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup
peraturan mengenai kecakupan modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal
lending limit), cadangan untuk kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem
pemeringkatan LPD. LPD harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle)
dari lembaga keuangan agar dapat menjadi lembaga keuangan yang sehat. Berdasarkan
kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran No. 30/UUPB, 30
April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur CAR, kualitas aset
produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.
4) Sistem Penggajian
Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi
kinerja yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan
mempromosikan dan melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua
memperoleh gaji paling tinggi, diikuti oleh petugas kasir dan tenaga administrasi. Prinsip
penentuan gaji pokok yang didasarkan biaya hidup di desa di mana LPD berada juga
tercermin pada kuatnya hubungan antara LPD dan lingkungan sosio-ekonominya.
Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan liberalisasi
pasar keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan dari pemerintah
pada semua tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat Bali yang tinggi dan
struktur sosial tradisional yang penting telah mendukung pertumbuhan LPD. Tidak ada
keraguan bahwa kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil dan lingkugan
sosio-kultural merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan LPD di
Bali.
6
dapat berhasil sebagai lembaga yang bertugas untuk mensejahterakan masyarakat
desa pakraman serta melestarikan kebudayaannya.
2) Faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor pendorong yang kedua dibalik keberhasilan LPD sebagai suatu lembaga yang
bertugas mensejahterakan masyarakat desa pakramannya adalah faktor pertumbuhan
ekonomi. Faktor pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah suatu LPD mampu
menciptakan market leader dan mampu mengatasi kompetitornya. Suatu LPD mampu
menciptakan dan mengeluarkan suatu produk-produk, dimana produk itu dapat
diterima oleh masyarakat desa pakramannya. Dengan dapat diterimannya produk-
produk tersebut oleh masyarakat desa pakraman maka akan menciptakan suatu
dominasi keuntungan karena telah berhasil menarik seluruh nasabah untuk
menggunakan produk mereka sendiri, dengan dominasi tersebut sudah jelas
kompetitor lain yang sama-sama melayani kredit serupa dapat diatasi.
3) Produk yang dikeluarkan oleh suatu LPD diterima oleh masyarakat desa pakraman
Faktor pendukung keberhasilan yang ketiga masih berhubungan dengan faktor kedua,
pada faktor yang ketiga pengurus LPD menilai bahwa pendukung atas berhasilnya
suatu LPD hingga sampai seperti saat ini bahwa produk-produk yang mereka miliki
dapat diterima dengan baik dan dimanfaatkan secara bijak oleh masyarakat desa
pakramannya. LPD dalam kiprahnya selama beberapa tahun belakangan dengan
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman telah mengeluarkan
produk-produk yang inovatif dan tentunya dinilai sangat membantu oleh masyarakat
4) Pembangunan Pariwisata
Faktor keempat yang mendorong keberhasilan suatu LPD adalah daerah pariwisata.
Melalui pembangunan pariwisata ini suatu LPD bersama masyaraktnya mencoba
untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata di yang ada di desanya. Sehingga
bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa tersebut.
8
BPR menggunakan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai dasar
hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
10
Prasetya, Teguh. “Akuntansi Perbankan dan LPD SAP 8”.
https://www.scribd.com/document/363947736/Akuntansi-Perbankan-Dan-Lpd-Sap-8.
Diakses Pada 21 Oktober 2018
Suartana, I Wayan. 2010. Arsitektur Pengendalian Risiko pada Lembaga Perkreditan Desa.
Denpasar: Udayana University Pers
11