Vous êtes sur la page 1sur 12

Pemilihan Susu Formula Bayi Alergi

Prof DR Dr Ariyanto Harsono SpA(K)


Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya

Pendahuluan
Susu sapi seringkali merupakan alergen pertama sebagai penyebab sensitisasi pada bayi. Paparan
sudah mulai sejak dalam kandungan karena makanan dan minuman ibu juga permeabel terhadap
sawar darah plasenta. Ketika Asi belum siap segera setelah lahir, susu sapi juga yang pertama kali
diberikan. Maka bisa dimaklumi bahwa susu sapi adalah alergen pertama yang didapat oleh bayi.
Setelah terjadi sensitisasi alergi susu sapi, proses kaskade inflamasi alergi tidak berhenti, tetapi
berlanjut dengan sensitisasi makanan yang lain, dan alergen hirupan.
Diagnosis alergi ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan eliminasi-profokasi. Seringkali
infeksi virus menyerupai gejala penyakit alergi misalnya bronkiolitis. Memastikan alergi susu sapi
tidak mudah karena dalam keadaan tertentu tes alergi seperti tes kulit atau tes darah tidak bisa
memastikannya. Secara laboratoris seringkali sulit untuk memastikan bayi menderita alergi susu sapi.
Karena dalam keadaan tertentu tes alergi khususnya tes kulit dan tes darah masih belum bisa
memastikan adanya alergi susu sapi atau tidak . Sebab partikel makanan yang menuju organ sasaran
bukan seperti ekstrak tes alergi, tetapi hasil pencernaan enzimatis usus. Uji kulit positif belum tentu
alergi, sebaliknya uji kulit negative belum tentu tidak alergi. Tidak mudah untuk menentukan
pemilihan susu yang terbaik untuk bayi alergi. Seringkali sulit memastikan apakah seseorang alergi
susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan tertentu dari kandungan yang ada di
dalam formula. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan gangguan. Bila timbul
gejala pada salah satu formula tersebut kita harus pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya.

Bagaimana Formula Pengganti Susu Sapi seharusnya


Banyak keraguan terhadap kualitas gizi susu pengganti susu sapi. Keraguan tersebut seperti “soya
tidak menggemukkan”, “susu hipo alergenik tidak membuat anak pintar karena tidak mengadung
DHA” dan sebagainya. Secara umum semua susu formula yang beredar secara resmi kandungan
gizinya sama. Karena mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowance) dalam jumlah
kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang
yang optimal. Keraguan bahwa susu formula tertentu tidak menggemukkan tidak beralasan karena
kandungan kalori, vitamin dan mineral tidak berbeda. Penggunaan apapun merek susu formula yang
sesuai kondisi dan usia anak selama tidak menimbulkan gangguan pertumbuhan adalah susu yang
terbaik untuk anak tersebut. Bila ketidakcocokan susu sapi terus dipaksakan pemberiannya, akan
mengganggu fungsi tubuh terutama saluran cerna sehingga membuat gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
US Nutrition Guidelines memperbolehkan AA, DHA, Probiotik, Vitamin A, Vitamin C dan Vitamin E
didalam susu formula pengganti susu sapi. British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society
for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan FAO (Food
Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu
formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk
bayi prematur, karena belum bisa mensintesa AA dan DHA secara baik. Penambahan AA dan DHA
secara langsung tidak terlalu penting karena sebenarnya tubuh bayi cukup bulan sudah bisa
mensitesa atau memproduksi sendiri AA dan DHA dari asam lemak esessial lain.
REAKSI SIMPANG FORMULA SUSU SAPI
Reaksi simpang susu formula bisa disebabkan karena reaksi alergi atau reaksi nonalergi. Alergi susu
sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan
oleh alergi terhadap susu sapi, reaksi hipersensitifitas tipe 1 terhadap protein susu sapi dengan
keterlibatan mekanisme sistem imun dari antibogi klas IgE da sel Mast. Alergi terhadap susu formula
yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem
reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem
kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala
reaksi alergi pun akan muncul. Reaksi non alergi atau reaksi simpang makanan yang tidak
melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi. Intoleransi ini bisa terjadi
ketidakcocokan terhadap laktosa, gluten atau jenis lemak tertentu.
Reaksi simpang susu formula terjadi karena ketidakcocokan beberapa kandungan didalam susu
formula. Bisa terjadi karena ketidakcocokan terhadap kandungan protein susu sapi (kasein), protein
whey, laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu ), komposisi lemak,
kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit.

GEJALA REAKSI ALERGI SUSU SAPI ATAU REAKSI SIMPANG SUSU FORMULA
Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau timbulnya gejala
kurang dari 8 jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul setelah lebih dari 8 jam. Tanda dan
gejala ketidakcocokan susu formula atau alergi susu hampir sama dengan alergi makanan.
Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran
napas dan organ lainnya.
Manifestasi klinis yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu
formula
Saluran cerna : Pada bayi : sering muntah/gumoh, kembung,”cegukan”, sering buang angin, sering
rewel, gelisah atau kolik terutama malam hari). Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB
tiap hari. Kotoran berbau asam, warna hijau atau berak darah. Lidah/mulut sering timbul putih. Pada
anak lebih besar : mulut berbau, sulit buang air besar, BAB tidak tiap hari, kotoran bulat-bulat seperti
kotoran kambing, berbau asam, warna hijau tua atau hitam, nyeri perut.
Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang
tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga
berlebihan. Kulit Kepala Berkerak. Sering berkeringat (berlebihan), kepala, telapak tangan atau
telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
Saluran napas : Pada bayi : Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan, terutama malam dan pagi
hari. Sering bersin, pilek, beringus encer jernih, bila tidur kepala sering miring ke salah satu sisi
karena hidung buntu sebelah. Minum ASI sering tersedak atau minum dominan hanya satu sisi
bagian payudara. Mata berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
Pada anak besar : sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (terutama malam dan pagi hari siang
hari hilang) sinusitis, bersin, sesak, asma dan suara serak.

Beberapa pilihan untuk pengganti susu sapi beragam menurut kondisi setiap bayi. Susu pengganti
tersebut meliputi ASI, susu soya, susu kambing, susu hidrolisa total, susu hidrolisat parsial, dan
sintesi asam amino.

PEMILIHAN SUSU FORMULA


Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu formula khusus alergi
yang terbaik bagi bayi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah anak
mempunyai alergi atau intoleransi susu sapi. Resiko alergi terjadi bila ada salah satu atau kedua
orangtua pernah mengalami alergi, asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi. Langkah ke dua,
harus cermat dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala
yang harus diamati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan gangguan organ
tubuh lainnya sejak bayi lahir.
Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam melakukan
pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter spesialis alergi anak,
gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak, Cermati gangguan organ tubuh yang
terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar >
2 kali perhari), sulit buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini
berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.
Sebaiknya jangan terlalu cepat mendiagnosis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul
bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu juga dapat
mengakibatkan gangguan alergi.
Penggantian susu formula tidak harus selalu dengan susu soya atau susu hipoalergenik. Bila
gangguannya ringan dengan penggantian susu sapi formula yang sejenis gangguan tersebut dapat
berkurang. Misalnya, penggantian susu yang tidak mengandung DHA gangguan kulit bisa
menghilang. Buang air besar yang sulit dengan pengantian susu sapi tertentu yang tidak
mengandung kelapa sawit gangguannya membaik.
Secara umum semua susu formula yang beredar di Indonesia dan di dunia kandungan gizinya sama.
Penggunaan apapun merek susu sapi formula yang sesuai kondisi dan usia anak selama tidak
menimbulkan gangguan fungsi tubuh adalah susu yang terbaik untuk anak tersebut.
Air Susu ibu
ASI adalah Susu yang paling “Human Compatible”, pilihan terbaik bagi bayi yang mengalami alergi
susu sapi. Pemberian ASI secara klinis sudah terbukti dapat mencegah kejadian alergi di kemudian
hari. Meskpiun dapat mencegah alergi, tetapi diet yang dikonsumsi ibu ternyata juga bisa
menimbulkan alergi pada bayinya. Pada beberapa penelitian makanan ibu sudah bisa ditemukan 30
menit setelah ibu makan, pada ASI. Sehingga sebaiknya ibu juga melakukan eliminasi diet tertentu
yang dapat mengganggu bayi. Ibu harus menghindari berbagai jenis susu sapi atau bahan makanan
yang mengandung susu sapi.

Formula hidrolisa Parsial


Susu formula hidrolisa parsial masih mengandung peptida cukup besar sehingga masih berpotensi
untuk menyebabkan reaksi alergi susu sapi. Susu ini dianjurkan untuk pencegahan primer yaitu pada
bayi dengan status resiko alergi, tetapi belum tampak gejala alergi, manakala ASI tidak bisa
diberikan. Tidak direkomendasikan untuk pengobatan atau pengganti susu untuk bayi yang sdah
menunjukkan gejala alergi susu sapi.
Susu hipoalergenik atau rendah alergi ini contohnya NAN HA, Nutribaby HA, Morinaga php, dan
Enfamil HA.

Susu ini direkomendasikan untuk penderita yang beresiko tinggi alergi sebelum menunjukkan adanya
gejala alergi. Penelitian menunjukkan pemberian Formula hidrolisa Parsial dapat menimbulkan
toleransi imun, mencegah onset gejala alergi yang dapat ditimbulkan.

Susu Soya
Susu formula soya adalah susu formula bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi
terhadap protein susu sapi, bukan sebagai pencegahan primer. Nutrilon Soya adalah susu formula
bebas laktosa yang aman dipakai oleh bayi/anak yang sedang menderita diare atau memerlukan diet
bebas laktosa. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar. Isolat protein kedelai
tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi.
Seperti halnya pada ASI, kalsium dan fosfor pada susu formula soya memiliki perbandingan 2:1 untuk
menunjang pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Susu formula ini juga ada yang mengandung
asam lemak esensial, yaitu Omega 6 dan Omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar
pembentukan AA & DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal.
Karbohidrat pada formula soya adalah maltodextrin, yaitu sejenis karbohidrat yang dapat ditoleransi
oleh sistem pencernaan bayi yang mengalami kerusakan saat mengalami diare ataupun oleh sistem
pencernaan bayi yang memang alergi terhadap susu sapi. Susu formula soya (kedelai) kurang sama
manfaat nutrisinya dibandingkan formula hidrolisat ekstensif. Hal ini terbukti dari meta-analisis
perbandingan gisi antara formula soy dibanding formula pHF (HA) dan eHF ternyata tidak berbeda
dalam tumbuh kembang bayi.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 170 bayi alergi susu sapi didapatkan susu soya bisa
diterima oleh sebagian besar bayi dengan alergi susu sapi baik IgE dan Non IgE . Pembentukan IgE
berkaitan dengan susu soya termasuk jarang. Susu soya direkomendasikan untuk alternatif pilihan
pertama pada penderita alergi susu sapi pada usia di atas 6 bulan.
Penderita alergi dengan gangguan saluran cerna terutama sulit buang air besar, konstipasi,
perdarahan, CMPSE, sering kali tidak membaik dengan pemberian soya. Tetapi bayi dengan keluhan
muntah (GER), rinitis, napas bunyi grok-grok atau hipersensitifitas bronkus) responnya sangat
bagus.

Susu Kambing

Di beberapa daerah ada kebiasaan minum susu kambing, dan digunakan untuk pengganti susu sapi
manakala terdapat reaksi simpang susu sapi. Susu kambing bukan merupakan susu dengan nutrisi
yang lengkap untuk bayi. Kandungan vitamin seperti asam folat, vitamin B6, B12, C, and D, sangat
kurang untuk kebutuhan pertumbuhan tetapi kaya mineral.
Susu kambing dan susu sapi memiliki kesamaan struktur kimia sebagai bahan alergen. Sehingga
susu kambing biasanya tidak bisa ditoleransi juga oleh penderita alergi susu sapi.

Susu Formula Hidrolisa total


Pengganti susu pada bayi alergi susu sapi adalah susu formula yang mengandung protein susu sapi
hidrolisa (melalui proses enzimatik) ekstensif, digunakan pada bayi yang sudah menunjukkan gejala
alergi. Disebut didalam literatur sebagai pencegahan sekunder. Susu formula ini rasanya memang
tidak begitu enak. Protein Whey sering lebih mudah di denaturasi (dirusak) oleh panas dibandingkan
protein kasein yang lebih tahan terhadap panas. Sehingga proses denaturasi whey dapat diterima
oleh penderita alergi susu sapi, seperti susu sapi evaporasi.
European Society of Paediatric Allergy dan Clinical Immunology (ESPACI) mendefinisikan
formula hidrolisa total adalah formula dengan bahan dasar protein hidrolisa dengan fragmen yang
cukup kecil untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Formula hidrolisa total akan memenuhi
criteria klinis bila secara klinis dapat diterima 90% oleh penderita proven IgE-mediated alergi susu
sapi seperti yang direkomendasikan American Academy of Paediatrics Nutritional Committee. Sejauh
ini sekitar 10% penderita alergi susu sapi dapat menimbulkan reaksi terhadap susu formula ekstensif
hidrolisa. Secara pasti penderita yang alergi terhadap formula ekstensif hidrolisa belum diketahui,
diperkirakan lebih dari 19%. Pengalaman penggunaan hidrolisa kasein telah dilakukan hampir 50
tahun lebih, Beberapa penelitian menunjukkan sangat efektif untuk penderita alergi susu sapi. Susu
Hidrolisa kasein yang terdapat dipasaran adalah Nutramigen (Mead Johnson) dan Pregestimil (Mead
Johnson).
Sedangkan hidrolisa whey dalam waktu terakhir ini mulai dijadikan alternatif, dan tampaknya toleransi
secara klinik hampir sama dengan hidrolisa kasein. Beberapa contoh susu hidrolisa whey adalah
Alfa-Re (Nestle) dan Pepti- Junior (Nutricia). Protein Whey lebih mudah didenaturasi dengan suhu
panas tetapi kasein sangat tahan panas.
Formula sintetis asam amino
Neocate adalah sintetis asam amino 100% yang merupakan bahan dasar susu formula
hipoalergenik.

Rasa susu formula ini relatif lebih enak dan lebih bisa rasanya lebih bisa diterima oleh bayi pada
umumnya.
Neocate digunakan untuk mengatasi gejala alergi makanan persisten dan berat. Seperti Multiple
Food Protein Intolerance, alergy terhadap extensively hydrolysed formulae, alergi makanan dengan
gangguan kenaikkan berat badan, alergi colitis, Gastrointestinal allergy, GER yang tidak berespon
dengan terapi standar.

Formula untuk Keperluan Medis Khusus


Bayi kadang mengalami mutah, kolik, dan sembelit. Walaupun tidak berbahaya, ibu-2 umumnya
sangat kuatir dengan keadaan ini.Susu formula Nutribaby Royal Comfort sangat membantu untuk
bayi yang mengalami keluhan seperti ini.

Bayi-2 yang mengalami diare berkepanjangan diberi susu formula rendah laktosa (low Lactose) atau tanpa
laktosa (Lactose Free, Non Lactose).

Kesimpulan:
1. Pertimbangan yang tepat memilih susu formula untuk bayi alergi adalah susu yang sesuai dengan
status alergi bayi dan tidak mengganggu pertumbuhan. Bayi bisa dalam status resiko alergi atau
sensitisai alergi atau sudah menderita alergi, atau alergi berat.
2. Bayi dalam status resiko alergi dan sensitisasi alergi baik diberi susu formula hidrolisat parsial.
3. Bayi dalam status menderita alergi baik diberi susu formula hidrolisat total, atau susu formula
kedelai kalau berusia diatas 6 bulan, atau tidak menderita alergi gastrointestinal, misalnya kolik,
gastrointestinal haemorrhage, protein loosing enteropathy atau CMPSE.
4. Untuk bayi dengan status alergi berat atau dengan gastrointestinal alergi, sebaiknya diberi susu
formula asam amino

Anthropometric Definitions of
Malnutrition
Stunted: Stunted growth refers to
low height-for-age, when a child is
short for his/her age but not
necessarily thin. Also known as
chronic malnutrition, this carries
long-term developmental risks.
Under-weight: Under-weight
refers to low weight-for-age, when
a child can be either thin or short for
his/her age. This reflects a
combination of chronic and acute
malnutrition.
Stunted and Under-weight
children are most likely to suffer
from impaired development and are
more vulnerable to disease and
illness.
Mothers should monitor their
babies' growth from birth by taking
them monthly to the local clinic
where they will be weighed and
have their growth plotted on a chart.
This should ensure that correct
information and advice are
provided to mothers support the
appropriate growth of their babies.
Wasted: Wasted refers to low
weight-for-height where a child is
thin for his/her height but not
necessarily short. Also known as
acute malnutrition, this carries an
immediate increased risk of
morbidity and mortality. Wasted
children have a 5-20 times higher
risk of dying from common
diseases like diarrhoea or
pneumonia than normally
nourished children.
Based on anthropometric criteria,
acute malnutrition can be divided
into severe or moderate. Children
with acute malnutrition need
immediate medical attention. A
child suffering from severe
malnutrition is at risk of dying if not
treated immediately.
Marasmus: When children do not
get enough energy-giving food their
bodies become thin and they feel
weak. Children with marasmus look
old and wrinkled. Their skin is dry
and their faces are thin, with
sunken cheeks and large eyes.
Their abdomen looks swollen. They
present sagging skin on legs and
buttocks. Children with marasmus
cry a lot, are very irritable and have
increased greedy appetite. They
are liable to all kind of disease.
Kwashiorkor: When children do
not get enough variety of the right
kind of food, for example when they
eat only cereal-based porridge,
their bodies (especially their
stomachs and legs) swell so they
may look fat. Micronutrient
deficiency, particularly anti-oxidant
nutrients, might be a probable
cause. Sores develop on their skin
and at the corner of their mouths.
Their skin becomes pale and starts
to peel off. Kwashiorkor children
are most likely to lose their appetite
and an interest in their
surroundings.
Kwashiorkor children present with
what is called pitting oedema in
both feet and lower limbs. Oedema
can also expand to the whole body.
Marasmus and kwashiorkor
symptoms can be combined. A
child suffering from these
conditions is at risk of dying. See
Malnutrition Management
Children with height-for-age Z-score below minus two standard deviations (−2 SD) from the median
of the WHO reference population are considered to be stunted or chronically malnourished while
children who are below minus three standard deviations (−3 SD) from the reference median are
considered severely stunted.

Vous aimerez peut-être aussi