Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC


FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian.
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya tanda – tanda dan gejala demam serta perdarahan (Depkes RI, 2000).
Dengue Hemorhagic Fever adalah merupakan manifestasi klinis yang berat dari
penyakit arbovis. Arbrovis adalah singkatan dari arthropod-borne viruses, artinya
virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, sengkerit atau lalat (Soedarmo,
2005.hal. 4).
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyepti (betina) (Effendy,
Christiantie: 1995)

2. Anatomi Fisiologi (Syaiffudin, 1997: Hal. 4).


Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah).
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000 sel/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah).
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran
darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 –
300.000/mm³ darah.
1) Struktur Sel
a) Membran sel (selaput sel).
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-
10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus
gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat
37
yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur
hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.
b) Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam
mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis
(karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam
nukleat).
3. Etiologi.
Sebagai penyebab dari penyakit DHF adalah virus Dengue sejenis arbovirus
(Suridadi dan Yuliani, 2001).
Virus Dengue adalah anggota genus flavivirus dan anggota famili flaviviridae.
Virus berukuran kecil ( 50 mm), dengan berat molekul 4x106 ini memiliki single
standard RNA (Ribonucleic Acid) yaitu asam nukleat yang ditemukan dalam
nucleus, sitoplasma dan ribosom. Virus Dengue membentuk suatu kompleks yang
nyata di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan
biologinya (Depkes RI, 2000).
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari.
Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia dan bertelur. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan sedangkan nyamuk jantan 14 hari.

4. Patofisiologi.

38
5. Manifestasi Klinis
a. Demam akut suhu 39-42o C dan terjadi pada malam hari.
b. Menggigil.
c. Perdarahan pada kulit : ptekie, ekimosis, hematom.
d. Perdarahan lain : epistaksis, hematemasis, hematuri, melena.
e. Renjatan, nadi cepat dan lemah.
f. Tekanan darah menurun (< 20 mmHg).
g. Kulit dingin dan gelisah.
h. Gejala nonklinis.
i. Pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan.
j. Pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
k. Nyeri/ sakit kepala.
l. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan photo pobia.
m. Siklus demam menyerupai pelana kuda.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2) Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan
bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
3) Pembesaran hati.
4) Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut. ( Nursalam, 2005).

6. Klasifikasi Derajat DHF menurut WHO, 1999:


a. Derajat I :Demam dan uji tourniquet positif
b. Derajat II :Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat III :Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala – gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi

39
yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20 mmHg) atau hipotensi
disertai ekstremitas dingin dan anak gelisah.
d. Derajat IV :Demam , perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur).

7. Komplikasi.
Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok
maupun tanpa shok
b. Kejang : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang
ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal
ditemukan normal.
c. Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses
penggantian cairan.
d. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah
baring yang lama.
e. Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena
terkontaminasi.
f. Dengue Syok Sindrom (DSS)

8. Pemeriksaan Diagnostik.
Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
a. Laboratorium
Darah lengkap
a) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih).
Normal : pria à 40-48 %.
b) Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
c) Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
d) Asidosis
e) Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia
b. Uji tourniquet positif

40
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik
selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie
per 2,5 cm². Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat
dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau
hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila
dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
c. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi
karena adanya rembesen plasma.
d. Urine : albuminuria ringan
e. Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke
5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
f. Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara
haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen
(complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
g. USG : hematomegali-splenomegali

9. Penatalaksanaan.
a. Medik.
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the
manis dan gula, sirup, dan susu
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit
kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (
anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
( 20 – 30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
41
b. Keperawatan.
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam.
a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam.
b) Observasi intake output.
c) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum
1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
d) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan
Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
o2 pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,
obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan.
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena.
b) Catat banyak, warna dari perdarahan.
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal.
3) Peningkatan suhu tubuh.
a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic.
b) Beri minum banyak.
c) Berikan kompres.

10. Pencegahan Demam Berdarah Dengue.


Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai berikut :
a. Pengelolaan Lingkungan
1) Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut
upaya pencegahan atau mengurangi perkembengan vector dengan cara :
2) Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air / kebocoran
di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak keran, dll akan
menampung air dan menjadi tempat perindukan larva Aedes Aegypti bila
tidak dirawat.

42
3) Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga antara lain
: jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, bak mandi,
genthong, bak wc.
4) Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu sekali.
5) Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya yang tersebar
disekitar rumah harus dikubur di dalam tanah. Ban mobil bekas juga harus
selalu ditutup untuk mencegah tertampungnya air hujan. Lubang pada
pagar yang terbuat dari bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan
pagar beton harus dipenuhi pasir untuk mengurangi perindukan aedes
Aegypti.
b. Perlindungan diri.
1) Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan permetrhirn
efektif melindungi gigitan nyamuk.
2) Obat nyamuk semprot atau baker.
3) Obat oles anti nyamuk (repellent).
4) Tirai atau kelambu nyamuk.

11. Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti.


a. Sifat nyamuk aedes aegypti
1) Berwarna hitam dan belang-belang putih pada sekujur tubuhnya
2) Berkembang biak ditempat penempungan air dan barang-barang yang
memungkinkan air tergenang missal : bak mandi, tempayan, vas bunga,
kaleng, ban bekas, botol
3) Nyamuk aedes aegypti tidak dapat berkembang biak diselokan atau got
atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah.
4) Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi hari pukul 08.00-12.00
sampai sore hari pukul 15.00-17.00
5) Mampu terbang sampai ketinggian 100-200 m
b. Sifat jentik nyamuk aedes aegypty
1) Selalu bergerak aktiv dalam air
2) Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke ataspermukaan air untuk
bernapas, kemudian turun kembali ke bawah
3) Pada waktu istirahat, posisinya hamper tegak lurus dengan permukaan air
c. Sifat- sifat telur nyamuk aedes aegypti
43
1) Ukurannya sangat kecil
2) Warna hitam
3) Tahan sampai 8 bulan ditempat kering

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat
terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang
dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium,
rontgen), observasi, konsultasi.
a. Pengumpulan Data
1) Biodata.
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan
diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis
kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas
saudara kandung meliputi nama dan usia.
2) Keluhan utama.
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti
demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai
perdarahan.
3) Riwayat kesehatan.
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan
muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada
riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
44
d) Riwayat imunisasi.
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
e) Riwayat tumbuh kembang meliputi :
(1) Pertumbuhan fisik terdiri dari:
(a) Berat badan
BBL : 2500 gr – 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9 : 2
1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
(b) Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
9 tahun : 2,1 x TB lahir
(c) Perkembangan tiap tahap usia
Berguling : 3-6 bulan
Duduk : 6-9 bulan
Merangkak : 9-10 bulan
Berdiri : 9-12 bulan
Jalan : 12-18 bulan
Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
Bicara : 2-3 tahun
Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
f) Riwayat nutrisi meliputi :
(1)Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu
dan cara pemberian.
(2)Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah
pemberian.
(3)Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali
diberikan jenis dan cara pemberian.
(4)Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0
– 6 bulan, 6 – 12 bulan dan saat ini.
45
g) Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan
tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
h) Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti
kegiatan keagamaan.
i) Reaksi hospitalisasi
(1) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
(a) Stress
(b) Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang
prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya
terhadap masa depan anak.
(c) Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari
prosedur medis.
(2) Reaksi anak terhadap hospitalisasi
(d) Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.
(e) Kehilangan kontrol : Kelemahan fisik
(f) Takut mati
(g) Reaksi perlukaan dan rasa sakit :
Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.
Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan
menggenggan).
j) Aktivitas sehari-hari.
(1) Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan
yang dikonsumsi, porsi makan, makanan yang disukai, nafsu
makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara makan klien
sebelum sakit dan saat sakit.
(2) Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang,
apakah mudah terbangun, kesulitan tidur, bagaimana pola
tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat sakit.
(3) Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan
kuku, genetalia, dan penampilan umum klien sebelum sakit
dan saat sakit.
k) Pemeriksaan fisik Head To to.
46
(1) Keadaan umum : klien baik atau tidak.
(2) Tanda-tanda vital.
(a) Tekanan darah menurun > 80 mmHg
(b) Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
(c) Suhu meningkat sampai 38°C
(d) Pernafasan meningkat > 40x/menit
(3) Antropometri :
(a) LLA : 14cm
(b) LK : 40 cm
(c) LD : 54 cm
(d) LP : 52 cm
(4) Sistem pernafasan
Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada
normal (Normal Chest), tidak ada retraksi, dan tidak ada suara
nafas tambahan.
(5) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri
karotis tidak teraba, vena jugularis tidak tampak, tidak ada
pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan murni.
(6) Sistem pencernaan
Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri
tekan pada daerah epigastrium.
(7) Sistem indera
Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.
Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat
perdarahan pada hidung.
Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.
(8) Sistem neurosensorik
Berdasarkan tingkat grade :
Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II : kesadaran kompos
mentis.
Dengue Haemorragic Fever (DHF) III : kesedaran apatis,
samnolen.
Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV : kesadaran koma.
47
(9) Sistem moskuloskeletal
Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.
(10) Sistem integument
(a) Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
(b) Kuku sianosis/tidak
(c) Kepala dan leher
(d) Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemia, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di
dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan
mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan
telinga.
(11) Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
(12) Sistem perkemihan
Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak ada.
(13) Sistem reproduksi
Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau
serta pertumbuhan dada belum ada dan perubahan suara.
(14) Sistem immune
Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.
(15) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :
(a) Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.
(b) Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memiliki koordinasi
yang cermat.
(c) Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
48
(d) Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
Hemorhagic Fever :
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
2) Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input
dan output cairan.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4) Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
hebat, penurunan tekanan osmotik.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6) Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
7) Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,
dan kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )

3. Rencana Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
(1) Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
(2) Pasien bebas dari demam

Tabel 4.1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam

49
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi.
3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
4. Beri banyak minum ( ± 1-1,5
memperlancar sirkulasi.
liter/hari) sedikit tapi sering 4. Mengurangi panas secara konveksi
(panas terbuang bersama urine dan
5. Ganti pakaian klien dengan bahan keringat sekaligus mengganti cairan
tipis menyerap keringat. tubuh karena penguapan).
5. Pakaian yang tipis menyerap
keringat dan membantu mengurangi
6. Beri penjelasan pada keluarga penguapan tubuh akibat dari
klien tentang penyebab peningkatan suhu dan dapat terjadi
meningkatnya suhu tubuh. konduksi.
6. Penjelasan yang diberikan pada
7. Kolaborasi pemberian obat anti
keluarga klien bisa mengerti dan
piretik.
kooperatif dalam memberikan
tindakan keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam

2) Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume


cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
(1) Turgor kulit baik
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tabel 4.2
Devisit volume cairan dan elektrolit

Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum klien dan 1. Mengetahui dengan cepat
tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan

50
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3. Observasi adanya tanda-tanda 3. Agar dapat segera dilakukan tindakan
syok. jika terjadi syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak 4. Asupan cairan sangat diperlukan
minum. untuk menambah volume cairan
tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Pemberian cairan I.V sangat penting
pemberian cairan I.V. bagi klien yang mengalami defisit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.

3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia.
Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
(1) Porsi makan yang disajikan dihabiskan.

Tabel 4.3
Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh

Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya.
2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien. 2. Merangsang nafsu makan
klien sehingga klien mau
makan.
3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi 3. Makanan dalam porsi kecil
makanan sedikit tapi sering. tapi sering memudahkan
organ pencernaan dalam
metabolisme.
4. Anjurkan orang tua klien memberi makanan d) Makanan dengan komposisi
TKTP dalam bentuk lunak TKTP berfungsi membantu

51
mempercepat proses
penyembuhan.
5. Timbang berat badan klien tiap hari. e) Berat badan merupakan salah
satu indikator pemenuhan
nutrisi berhasil.
6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. f) Menambah nafsu makan

4) Resiko tinggi terjadinya syock hipovolemik berhubungan dengan


perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :
(1) Keadaan umum membaik
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tabel 4.4
Resiko tinggi terjadinya syock hipovolemik

Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama
masa perawatan terutama saat
terjadi perdarahan sehingga
tanda pra syok, syok dapat
2. Observasi tanda-tanda vital
ditangani.
2. Tanda vital dalam batas normal
3. Monitor tanda-tanda perdarahan
menandakan keadaan umum
klien baik
3. Perdarahan yang cepat diketahui
dapat teratasi sehingga klien
tidak sampai pada tahap syok
4. Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk
hipovolemik akibat perdarahan
segera melapor jika ada tanda-tanda
yang hebat.
perdarahan. 4. Keterlibatan keluarga untuk
segera melaporkan jika terjadi
perdarahan terhadap pasien
5. Cek hemoglobin, hematokrit, trombosit
sangat membantu tim perawatan

52
untuk segera melakukan
tindakan yang tepat.
5. Utk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yg
dialami klien & untuk acuan
melakukan tindak lanjut terhadap
perdarahan.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan :
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
(1) Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
(2) Klien mampu mandiri setelah bebas demam

Tabel 4.5
Intoleransi aktivitas

Intervensi Rasional
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan 1. Mengetahui tingkat ketergantungan
klien. klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan 2. Bantuan sangat diperlukan klien
aktivitasnya sesuai dengan tingkat pada saat kondisinya lemah dalam
keterbatasan klien. pemenuhan kebutuhan sehari-hari
tanpa mengalami ketergantungan
pada orang lain.
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang 3. Dengan penjelasan, pasien
dapat membantu dan meningkatkan termotivasi untuk kooperatif
kekuatan fisik klien. selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan fisiknya.
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan 4. Keluarga merupakan orang
ADL klien terdekat dengan klien
5. Jelaskan pada keluarga dan klien tentang 5. Untuk mencegah terjadinya

53
pentingnya bedrest ditempat tidur. keadaan yang lebih parah

6) Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :
(1) Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
(2) Jumlah trombosit meningkat

Tabel 4.6
Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda penurunan 1. Penurunan jumlah trombosit
trombosit yang disertai tanda-tanda merupakan tanda-tanda adanya
klinis. kebocoran pembuluh darah yang
dapat menimbulkan tanda klinis
berupa perdarahan nyata, seperti
epistaksis, petechiae.
2. Beri penjelasan tentang pengaruh 2. Agar pasien/ keluarga mengetahui
trombositopenia (pada keluarga. hal-hal yang mungkin terjadi pada
pasien dan dapat membantu
mengantisipasi terjadinya
perdarahan karena trombositopenia
3. Monitor jumlah trombosit setiap hari. 3. Dengan jumlah trombosit yang
dipantau setiap hari dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan yang
dialami oleh klien
4. Anjurkan klien untuk banyak 4. Aktivitas klien yang tidak
istirahat. terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
5. Beri penjelasan pada pasien/ keluarga 5. Keterlibatan keluarga dengan
untuk segera melapor jika ada tanda- segera melaporkan terjadinya

54
tanda perdarahan lebih lanjut seperti: perdarahan (nyata) akan membantu
hematemesis, melena, epistaksis. pasien mendapatkan penanganan
sedini mungkin.

7) Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan


kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :
(1) Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
(2) Ekspresi wajah ceria

Tabel 4.7
Kecemasan keluarga

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua 1. Mengetahui kecemasan orang tua
klien dan memudahkan
menentukan intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan prosedur pengobatan
2. 2. Untuk menambah pengetahuan dan
perawatan anaknya. informasi kepada klien yang dapat
mengurangi kecemasan orang tua.
3. Beri kesempatan pada orang tua untuk
3. 3. Untuk memperoleh informasi yang
bertanya tentang kondisi anaknya. lebih banyak dan meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi
stress.
4. Beri penjelasan tiap prosedur/
4. Memberikan penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan
proses penyakit, menjelaskan
terhadap pasien dan manfaatnya bagi
tentang kemungkinan pemberian
pasien
perawatan intensif jika memang
diperlukan oleh pasien untuk
mendapatkan perawatan yang lebih
5. Beri dorongan spiritual. optimal
5. Memberi ketenangan kepada klien
dengan berserah diri kepada Tuhan

55
Yang Maha Esa.

4. Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana
keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan intervensi keperawatan
yang sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi
tetapi melibatkan pasien dan keluarga serta anggota tim keparawatan dan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai kebutuhan.

5. Evaluasi
1) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
a) Suhu tubuh normal (36 - 37◦ C).
b) Pasien bebas dari demam.
1) Nyeri teratsi dengan kriteria :
a) Rasa nyaman terpenuhi.
b) Nyeri berkurang atau hilang.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan
porsi makan yang diberikan / dibutuhkan.
3) Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :
a) Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
b) Jumlah trombosit meningkat.
4) Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga
mengetahui tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.
5) Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan
kriteria : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.
6) Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :
a) Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.
b) Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.

56
DAFTAR PUSTAKA

a. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.html.
b. Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC
NOC, Jakarta, EGC.
c. Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
d. Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta.
e. Pasaribu, Syahril. 1992. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.
57
f. Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI.
g. Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta,
EGC.
h. Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Ed. 4, EGC, Jakarta.

58

Vous aimerez peut-être aussi