Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
TARAKAN
2012
0
.A Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dari masa ke masa.
Masyarakat, dimanapun berada, membutuhkan pendidikan. Masyarakat
yang semakin maju ditunjukkan dengan kemajuan pendidikan di
masyarakat tersebut. Sentra pendidikan, khususnya pendidikan formal
yang terdapat di tengah-tengah masyarakat terjadi dalam suatu wadah yang
dikenal dengan sekolah. Sedangkan di sekolah itu sendiri, proses inti dari
pendidikan itu, yaitu proses pembelajaran berlangsung dalam suatu wadah
yang disebut kelas. Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas berupa
proses penstransferan pengetahuan yang dimiliki seseorang ke orang lain.
Proses yang terus menerus ini membutuhkan suatu evaluasi dari satu
kegiatan pembelajaran ke kegiatan selanjutnya. Dengan evaluasi ini
diharapkan kegiatan berikutnya yang dilakukan oleh seorang guru akan
lebih baik dari sebelumnya, sehingga pada akhirnya tujuan yang
diharapkan dapat dicapai.
Salah satu bagian dari evaluasi pembelajaran yang tak asing adalah
asesmen. Instrumen yang sering digunakan dalam asesmen berujud tes.
Instrumen ini lah yang diharapkan dapat mengungkapkan seberapa besar
pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta tes yang telah diberikan oleh
guru dalam kurun waktu tertentu. Bentuk tes yang telah lama dikenal dan
digunakan oleh seorang guru yang dapat merangkum berbagai materi
pembelajaran adalah pilihan ganda.
Penyusuan tes dengan bentuk pilihan ganda bukan merupakan hal
yang mudah. Namun ia memiliki kemudahan dalam pengoreksian.
Analisisnyapun jauh lebih rumit jika hanya sekedar untuk mengetahui
penguasaan siswa. Analisis tidak hanya berakhir pada penentuan validitas
butirnya, tapi masih dapat dilanjutkan dengan analisis terhadap validitas
pilihan lainnya yang berfungsi sebagai pengecoh.
Pekerjaan menganalis hasil tes tidak hanya rumit, tetapi juga menyita
waktu. Hal ini dirasakan oleh penulis selama menjadi guru. Karena itu,
pekerjaan ini membutuhkan suatu sarana yang dapat membantu
1
mempermudah dan mempercepat penyelesaiannya. Dan sarana itu sudah
banyak dikenal bahkan banyak digunakan oleh guru-guru di kota Tarakan,
yaitu komputer.
2
5. Bagi guru yang mampu menganalisis dan juga mampu
mengoperasikan program aplikasi yang umum, yaitu Microsoft Excel,
masih belum sepenuhnya menguasai bagaimana mengembangkan
program tersebut dengan fasilitas perhitungan yang tersedia di
dalamnya. Karena hal ini menuntut ketekunan guru dalam
membuatnya.
Dari beberapa penyebab di atas, maka penulis mencoba membuat
sendiri sebuah program ANALISIS TES PILIHAN GANDA dengan
menggunakan program yang sudah dikenal secara luas, yaitu Ms. EXCEL.
Pembuatan program ini didasarkan pada pengalaman penulis selama
menjadi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi, khususnya materi Ms.
Excel dan bidang studi pendidikan yaitu evaluasi.
Program komputer yang dirancang dan dikembangkan dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel ini ditujukan untuk dapat
membantu memahami dengan mudah konsep-konsep perhitungan yang
digunakan dalam analisis hasil tes yang menggunakan bentuk pilihan
ganda, dan dengan cepat melakukan analisis hasil tes, sehingga hasilnya
dapat diinterpretasikan dengan baik.
.C Manfaat
Hasil pembuatan program komputer ini dapat dimanfaatkan oleh
guru
.1 untuk meningkatkan potensi akademiknya khususnya bidang evaluasi
pendidikan, sehingga menjadikan dirinya sebagai guru yang benar-
benar menerapkannya di dunia nyata pendidikan; dan
.2 guru agar mampu mengembangkan bank soal buatan sendiri yang
tervalidasi;
3
.D Kajian Pustaka
Salah satu bentuk tes yang sudah dikenal oleh kalangan pendidik
bahkan selalu digunakan dalam ujian skala nasional, yaitu multiple choice
(pilihan ganda). Setiap butir soal terdiri dari pokok soal (stem) berupa
pertanyaan atau pernyataan tak lengkap, dan beberapa pilihan jawaban
yang dikenal dengan opsi. Selanjutnya, salah satu opsi jawaban merupakan
jawaban yang paling benar (key), sedangkan yang lainnya sebagai
pengecoh (distractors).
Gronlund dan Linn (1985: 166) menyatakan bahwa tes bentuk
pilihan ganda memiliki keunggulan tidak hanya lebih efektif dari tes
berbentuk jawaban singkat, betul-salah, ataupun menjodohkan dalam
mengukur hasil belajar yang sederhana, tetapi juga tes bentuk ini dapat
digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang kompleks baik
dalam taraf pengetahuan, pemahaman, maupun aplikasi. Bahkan dapat
mengukur penguasaan siswa pada level yang lebih tinggi, yaitu analisis
(Woolfolk & Nicolich, 1984: 548).
Perhitungan yang digunakan dalam menganalisis hasil tes bentuk
pilihan ganda dapat digunakan guru untuk menentukan 2 (dua) aspek:
Mastery learning atau pembelajaran tuntas: menentukan tingkat
penguasaan siswa dengan menghitung persentase perolehan skor
jawaban yang benar;
Karakteristik tes: menentukan tingkat kesukaran; validitas butir
ataupun pengecohnya.
.1 Mastery Learning
Bloom (1968) dan Block (1971) mengemukakan bahwa mastery
learning (pembelajaran tuntas) merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berdasarkan asumsi bahwa setiap siswa mampu mencapai tujuan
pembelajaran dengan waktu dan cara yang berbeda (Woolfolk &
Nicolich,1984: 572). Selanjutnya dijelaskan, bahwa dengan pendekatan ini
siswa harus mencapai taraf penguasaan minimal yang ditentukan untuk
4
bisa melanjutkan ke unit lainnya. Sebaliknya, siswa harus mengulanginya.
Dengan kata lain data yang diperoleh dapat digunakan untuk
mempertimbangkan upaya perbaikan (Depdikbud, 1999).
Ketidaktuntasan belajar dapat diketahui dengan menghitung
persentase jumlah jawaban salah pada setiap butir soal. Dengan demikian
dapat diketahui ketidaktuntasan pada kompetensi dasar, materi, atau pun
indikator pencapaian hasil belajar baik secara individu ataupun klasikal.
Hal ini penting untuk pengembangan tes diagnostik. (Depdiknas, 2003)
.2 Karakteristik Butir Soal
.a Tingkat Kesukaran (Item Difficulty)
Tingkat kesukaran menunjukkan kualitas butir soal apakah
termasuk mudah, sedang, atau sukar. Tingkat kesukaran ini
diperoleh dengan menghitung persentase jumlah jawaban siswa
yang benar. Butir soal dikatakan mudah jika sebagian besar peserta
tes menjawab dengan benar dan sebaliknya, dikatakan sukar jika
sebagian besar tidak dapat menjawab dengan benar. Fernandes
(1984: 26) memberikan 2 (dua) alasan pentingnya menentukan
tingkat kesukaran, yaitu:
()1 Menentukan rerata skor yang sama dengan p x n, dimana p
adalah rerata kesukaran butir sedangkan n jumlah butir;
()2 Mempengaruhi bentuk dan sebaran skor tes
.b Validitas Butir
Validitas butir dapat dihitung menggunakan formula Product-
moment Correlation yang mengkorelasikan antara skor butir
dengan skor totalnya (Fernandes. 1984: 28). Validitas butir adalah
sama dengan validitas kunci. Dengan rumus yang sama dapat
ditemukan validitas pengecohnya. Hanya saja dalam
interpretasinya berbeda. Butir tidak valid dinyatakan dengan
koefisien negative, sedangkan untuk pengecoh adalah koefisien
positif.
.c Daya Pembeda
5
Daya pembeda merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar
daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara
peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah (Nurgiyantoro,
Burhan dkk., 2000: 317). Jumlah peserta tes pada kelompok tinggi
maupun rendah adalah sama. Sedangkan jumlah siswa dalam kelas
berkisar antara 30 hingga 40 orang. Nitko (1983) dan Hanna
(1993) memberikan penjelasan bahwa jika jumlah siswa berkisar
21 hingga 40 orang, maka jumlah kelompok atas dan kelompok
bawah masing-masing 33.3% dengan rumus D=PA-PB, di mana PA
= proporsi kelompok atas yang menjawab benar dan P B = proporsi
kelompok bawah yang menjawab benar (Nasoetion, Noehi &
Suryanto, Adi (2003: 5.15).
.E Desain Produk
Produk perangkat lunak yang dihasilkan ini berupa satu file Ms.
Excel yang dapat digunakan untuk penilaian berbasis kelas yang terdiri
dari jumlah siswa maksimum 43 orang, dan butir soal maksimum 60 butir.
File ini berisi beberapa sheet, yaitu masing-masing untuk: data umum,
input data, nilai, analisis butir, dan data nomor-nomor butir yang salah.
Penjelasan masing-masing sheet (lembar kerja) adalah:
.a Data umum berisi identitas file, seperti nama tes, tanggal tes, nama
penguji, Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM), jumlah
opsi, Indikator beserta nomor butir pendukungnya, dan kunci
jawaban.
6
7
Gambar 1. Sheet DATA
.b Input data berisi masukan data berupa nama siswa dan jawaban
siswa
8
Gambar 2: Sheet InputData
.c Nilai berisi skor perolehan secara otomatis (tidak perlu diisi).
9
Gambar 3.Sheet PrintNilai
10
.d Analisis butir 1 berisi koefisien tingkat kesukaran butir, validitas
butir dan pengecoh secara otomatis (tidak perlu diisi).
11
Gambar 4. Sheet AnSis1
12
.e Analisis butir 2 berisi persentase jawaban siswa untuk masing-
masing opsi secara otomatis (tidak perlu diisi)
13
Gambar 5. Sheet AnSis2
14
.f Nomor butir yang salah untuk setiap siswa secara otomatis dapat
dilihat di sheet NoSalah.
15
Gambar 6. Sheet NoSalah
16
.2 Materi
Materi yang digunakan adalah materi yang terkait dengan evaluasi
pembelajaran yang bersumber pada buku-buku yang berhubungan
dengan evaluasi pendidikan sebagai acuan teoritis ataupun pedoman-
pedoman evaluasi yang diterbitkan oleh Depdiknas sebagai acuan
pelaksanaan evaluasi pendidikan di sekolah, dan perintah-perintah
internal pada perangkat lunak Microsoft Excel.
.F Daftar Pustaka
Dirjen Dikdasmen (1999). Pengelolaan Pengujian Bagi Guru Mata
Pelajaran. Jakarta: Depdikbud
Nasution, Noehi & Suryanto, Adi (2003). Tes, Pengukuran dan Penilaian.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
17
LAMPIRAN: CONTOH HASIL ANALISIS TES DAYA SERAP (TDS)
18