Vous êtes sur la page 1sur 22

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Persilangan Monohibrid


Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Biologi Dasar FSM UNDIP

Mengetahui Semarang, 13 November 2014


Asisten Praktikan

Choirul Rizka Ryan Hilda Wandita


NIM 24020112130063 NIM 24020113120007

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
RINGKASAN ..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.4 Luaran...................................................................................................................2
1.5 Manfat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persilangan Monohibrid.........................................................................................3
2.2 Drosophila melanogaster.......................................................................................3
2.3 Jenis Mutan pada Drosophila melanogaster..........................................................5
2.4 Perbedaan Lalat jantan dan Betina........................................................................8
2.5 Pembuatan Media Pisang .....................................................................................8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum.............................................................................10
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................................10
3.3 Langkah Kerja......................................................................................................10
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan.................................................................................................12
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Persilangan Monohibrid.......................................................................................13
5.2 Ciri-ciri Mutan Mata Putih Drosophilla Melanogaster........................................14
5.3 Perhitungan..........................................................................................................14
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
LAMPIRAN.............................................................................................................................18

iii
RINGKASAN

Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama


dengan satu sifat bedaPersilangan monohibrid pada hewan dapat diterapkan pada
persilangan Drosophila melanogaster. Drosophila yaitu sejenis serangga yang
umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type), seperti bentuk sayap, warna
tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-mutan tersebut
disebabkan oleh mutasi spontan tunggal. Persilanagan dilakukan dengan
menyilangkan Drosophila melanogaster wild type normal dengan Drosophila
melanogaster mutan mata putih. Hasil yag didapatkan menyimpang dengan hukum
Mendel 1 yang seharusnya gen dominan dan resesif memiliki perbandingan 3:1. Hasil
yang didapatkan sebaliknya yaitu gen resesif mendominasi daripada gen normal
sehingga antara gen normal dan mutan terdaoat perbandingan 1:3. Ketidaksesuaian ini
dikarenakan kesalahan dalam meletakkan induk yang tidak lagi virgin atau terjadinya
mutasi pada lalat.

Kata kunci : Drosophila melanogaster, persilangan monohibrid, mutan.

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Persilangan monohibrid pada hewan dapat diterapkan pada persilangan Drosophila
melanogaster.
Drosophila yaitu sejenis serangga yang umumnya tidak berbahaya dan
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang
mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan,
dan generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua minggu. Karateristik ini
menjadikan lalat buah merupakan organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian
genetik.
Keuntungan lain dari lalat buah adalah lalat ini hanya mempunyai empat pasang
kromosom, yang dapat dengan mudah dibedakan melalui mikroskop cahaya. Terdapat tiga
pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks. Lalat buah betina
mempunyai sepasang kromosom X yang homolog, sedangkan yang jantan mempunyai
satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Selain itu, keuntungan lainnya adalah terdapatnya sejumlah mutan yang mudah
diamati fenotipnya secara morfologis baik dalam hal mata, sayap, warna tubuh, dan
rambut-rambut tubuh. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Morgan,
dimana Morgan menemukan seekor lalat jantan dengan mata putih yang berbeda dengan
mata normal, yaitu merah. Fenotipe normal untuk suatu karakter (fenotipe yang paling
umum ditemui di populasi alami), seperti mata merah pada Drosophila, disebuat tipe liar
(wild type). Karakter-karakter alternatif dari tipe liar, seperti mata putih pada Drosophila,
disebut fenotipe mutan (mutan phenotype), karena sebenarnya berasal dari alel tipe liar
yang mengalami perubahan atau mutasi. T.H Morgan dan beberapa orang rekannya
berhasil menemukan 85 bentuk mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type),
seperti bentuk sayap, warna tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-
1
mutan tersebut disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang. Serangga ini
bereproduksi sangat cepat, sehingga mutasi akan muncul dengan cepat pula. Pengamatan
jenis mutan dapat diamati dengan cara persilangan monohibrid sesama lalat Drosophila
melanogaster dengan satu sifat beda yang akan dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagamana cara melakukakn persilangan monohibrid pada Drosophila
melanogaster ?
1.2.2 Bagaimana cara menganalisis pewarisan sifat hasil perkawinan Drosophila
melanogaster ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat melakukakn persilangan monohibrid pada Drosophila melanogaster
1.3.2 Mampu menganalisis pewarisan sifat hasil perkawinan Drosophila melanogaster
1.4 Luaran
Luaran yang diharapkan berupa artikel yang berjudul “Persilangan Monohibrid”
1.5 Manfaat
Berdasarkan hasil praktikum persilangan monohibrid diharapkan praktikan
mampu mengetahui dasar dan teknik dalam persilangan monohibrid pada Drosophila,
praktikan dapat membedakan jenis lalat janjatn dan betina, praktikan dapat melakukan
persilangan monohibrid dengan jenis fenotip yang berbeda pada lalat buah, dan praktikan
mnegetahui jenis-jenis mutan pada lalat buah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persilangan Monohibrid

Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama


dengan satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan dengan hukum
Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada
pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam
dua anakan”. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini
di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Hukum Mendel I
berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang
terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen
sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yatim, 2006).

Beberapa hal penting tentang perkawinan monohibrid:

1. Semua indifidu F1 adalah seragam.


2. Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu F1 memiliki fenotip seperti
induknya yang dominant.

3. Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk gamet-gamet, terjadilah


pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja.

4. Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid


menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1 ( Russel, 2004).

2.2 Drosophila melanogaster


Drosophila melanogaster pertama kali diperkenalkan oleh Morgan dan Castel
pada tahun 1900 dan diketahui bahwa Drosophila melanogaster dapat digunakan
sebagai sumber pembelajaran genetika pada organisme diploid. Hewan ini dianggap
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan genetika selanjutnya.
Alasan penggunaan hewan ini sebagai objek penelitian genetika di laboratorium
adalah ukurannya kecil, mempunyai siklus hidup pendek, dapat memproduksi banyak

3
keturunan, generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua minggu, murah
biayanya,dan mudah perawatannya (Stine, 2001 dalam Chumaisah, 2002).

2.2.1 Klasifikasi Drosophila melanogaster


Klasifikasi Drosophila melanogaster menurut Baisuni, (2008) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Drosophilidae
Genus :Drosophila
Spesies :Drosophila melanogaster Meigen.

Gambar 2.2 Drosophila melanogaster (Ghostrecon, 2008)

2.2.1 Ciri Morfologi Drosophila melanogaster


Drosophila melanogaster normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm, imago betina umumnya lebih besar
dibandingkan dengan yang jantan, tubuh berwarna coklat kekuningan dengan
faset mata berwarna merah berbentuk elips. Terdapat pula mata oceli yang
mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari mata majemuk, berada pada bagian
atas kepala, di antara dua mata majemuk, berbentuk bulat. Selain itu,
Drosophila melanogaster normal memiliki antena yang berbentuk tidak
runcing dan bercabang-cabang dan kepala berbentuk elips. Thorax berwarna
krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen
lima, segmen terlihat dari garis-garis hitam yang terletak pada abdomen.
Sayap Drosophila normal memiliki ukuran yang panjang dan lurus, bermula

4
dari thorax hingga melebihi abdomen lalat dengan warna transparan (Dimit,
2006).

2.3 Jenis Mutasi Drosophila melanogaster


Mutasi adalah adanya perubahan pada materi genetik suatu makhluk hidup yang
terjadi secara tiba-tiba, acak dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup
yang bersifat terwariskan (heritable). Selain itu mutasi juga dapat diartikan sebagai
perubahan struktural pada rangkaian DMA dalam suatu kromosom yang dapat terjadi
karena factor luar (mutagen). Peristiwa terjadinya mutasi disebut sebagai mutagenesis,
organisme yang mengalami mutasi disebut sebagai mutan, dan faktor yang
mengakibatkan adanya mutasi yaitu mutagen ( Russel, 2004).
Menurut kejadiannya mutasi dapat terjadi secara spontan dan juga dapat terjadi
secara induksi. Mutasi spontan adalah mutasi yang terjadi akibat adanya sesuatu
pengaruh yang tidak jelas, baik dari lingkungan luar maupun dari iternal organisme itu
sendiri. Sedangkan mutasi terinduksi adalah mutasi yang terjadi akibat adanya paparan
dari sesuatu yang jelas, misalnya paparan sinar UV ( Russel, 2004).

T.H Morgan dan beberapa orang rekannya berhasil menemukan 85 bentuk


mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type), seperti bentuk sayap, warna
tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-mutan tersebut disebabkan
oleh mutasi spontan tunggal yang jarang ( Russel, 2004).

Setiap upaya untuk “menghasilkan mutasi yang menguntungkan” berakhir


dengan kegagalan. Selama puluhan tahun, evolusionis melakukan berbagai percobaan
untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, karena serangga ini bereproduksi sangat
cepat, sehingga mutasi akan muncul dengan cepat pula. Dari generasi ke generasi,
lalat ini telah dimutasikan, tetapi mutasi yang menguntungkan tidak pernah
dihasilkan. Seorang ahli genetika evolusionis, Gordon Taylor, menulis,

“Pada ribuan percobaan pengembangbiakan lalat yang dilakukan di seluruh


dunia selama lebih dari 50 tahun, tidak ada spesies baru yang muncul… bahkan satu
enzim baru pun tidak.”

Seorang penelitei lain, Michael Pitman, berkomentar tentang kegagalan


percobaan-percobaan yang dilakukan terhadap lalat buah:

5
“Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli-ahli genetika lain telah
menempatkan beberapa generasi lalat buah pada kondisi ekstrem seperti panas,
dingin, terang, gelap, dan perlakuan dengan zat kimia dan radiasi. Segala macam
jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti maupun yang positif merugikan, telah
dihasilkan. Inikah evolusi buatan manusia? tidak juga. Hanya, sebagian kecil
monster buatan ahli-ahli genetika tersebut yang mungkin mampu bertahan hidup di
luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya, mutan-mutan
tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.” (Suryo, 2011)

2.3.1 Warna Mata (white (w))

Gambar 2.3.3 Drosophila mutan warna mata (White) (Ghostrecon,


2008)

Mutan tipe white (w) mengalami mutasi pada kromosom nomor 1,


lokus 1,5. Pigmen merah yang seharusnya dihasilkan sebagai warna pada faset
mata lalat tidak dihasilkan. Sehingga yang terjadi adalah penyimpangan gen
white yang memberikan warna putih pada faset matanya. Matanya berwarna
putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang terletak pada
kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan pigmen
merah sama sekali ( Russel, 2004)

2.3.2 Warna Tubuh (ebony (e))

6
Gambar 2.3.3 Drosophila warna tubuh (Ebony) (Ghostrecon,
2008).

Perbedaan warna tubuh juga merupakan salah satu akibat dari mutasi
pada lalat buah. Warna tubuh lalat normal adalah cokelat muda. Warna tubuh
tipe ebony (e) muncul karena adanya kelainan pada gen eboni, gen yang secara
memberikan pigmen warna cokelat pada lalat Drosophila melanogaster wild
type mengakibatkan lalat memiliki warna tubuh warna tubuhnya hitam
mengkilat.Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya suatu
mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi
gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada
lalat buah normal. Namun karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam
menumpuk di seluruh tubuh. (Borror et al, 2008).

2.3.3 Bentuk Sayap (Curled (cu))

Gambar 2.3.3 Drosophila mutan bentuk sayap (Curled)


(Ghostrecon, 2008)

7
Mutasi tipe curled (cu) terjadi karena adanya mutasi gen atau
kecacatan pada kromosom nomer 3, lokus 50,0. Pada tipe ini gen “curled”
merupakan gen dominan yang memunculkan bentuk sayap melengkung ke
atas. Sayap pada lalat berbentuk keriting. Sayap-sayap ini menjadi keriting
karena adanya suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen
diubah dan menghasilkan adanya kelainan tersebut. (Borror et al, 2008).

2.4. Perbedaan Lalat Jantan dan Lalat Betina

Ada beberapa tanda yang dapat digunakan dalam membedakan antara lalat
jantan dan lalat betina, yaitu bentuk abdomen pada lalat betina kecil dan runcing,
sedangkan pada lalat jantan membulat. Tanda hitam pada ujung abdomen juga
digunakan sebagai ciri yang dapat membedakan antara jantan dan betina. Ujung
abdomen lalat jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina tidak. Jumlah segmen
pada lalat jantan hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb,
berjumlah 10, terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan
pendek. Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, sedangkan
pada lalat jantan hanya 3 garis hitam. Lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin)
pada kaki depannya, sehingga dapat digunakan sebagai alat identifikasi, sedangkan lalat
betina tidak memiliki sisir kelamin. Lalat betina mempunyai tanda berwarna gelap atau
hitam pada abdomen bagian dorsal sedangkan pada lalat jantan tidak ada (Herskowitz,
2007).

2.5 Cara Pembuatan Media Pisang

2.5.1 Media Pertumbuhan Drosophila melanogaster

Pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai


macam-macam medium. Medium yang mula-mula dipergunakan adalah
campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 :
1. Medium tersebut dipakai selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai
digunakan beberapa medium yang dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan
jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa tahun terakhir ini telah digunakan
resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas tape dan pisang ambon
yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk memperoleh medium yang

8
lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan
modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi
Indonesia (Hartati, 2009).

Biasanya Lalat buah (Drosophila melanogaster) dikembangbiakan


dalam botol medium, mediumnya dapat terdiri dari: Molase, agar Molase, agar
Pisang atau campuran antara Pisang dengan tape singkong dengan perbandingan
6:1. Jenis medium yang paling banyak digunakan adalah medium yang terdiri
dari campuran antara pisang dengan tape singkong. Jenis medium ini juga
biasanya digunakan untuk pemeliharaan (Silvia, 2003).

Bahan yang digunakan untuk membuat medium kultur Drosophila


melanogaster adalah pisang raja masak sebagai bahan makanan yang disukai
oleh Drosophila melanogaster, antifungal untuk mengontrol pertumbuhan
jamur, fermipan untuk mengubah gula kompleks menjadi gula sederhana dan
untuk menumbuhkan jamur sebagai makanan Drosophila melanogaster, gula
aren sebagai sumber gula atau karbohidrat, agar untuk memadatkan medium,
asam sorbat/benzoate untuk mencegah kontaminan dari luar dan aquadest
sebagai pelarut (Strickberger, 2001).

2.5.2 Pembuatan Medium

Komposisi bahan yang digunakan untuk pembuatan medium adalah


pisang 550 gr, gula merah 150 gr, agar-agar satu bungkus (7 gr), sorbic acid 5 cc,
methyl paraben5 cc,yeast20 gr, dan air secukupnya. Cara pembuatan medium
adalah sebagai berikut: pisang ditambah dengan air, diblender sampai bahan-
bahan tersebut tercampur rata dan halus. Agar-agar dan gula merah dicampur
dengan air kemudian dididihkan. Pisang yang sudah diblender dimasukkan ke
dalam agar-agar dan gula merah yang sudah mendidih, diaduk sampai rata
kemudian didiamkan kurang lebih selama 10 menit (sampai pisang matang) dan
didinginkan kurang lebih selama 20 menit kemudian diberi ragi yang sudah
dilarutkan dalam air dan dicampur dengan sorbic acid (zat pencegah jamur).
Adonan dituang kedalam botol dan diberi kertas pupasi, selanjutnya botol ditutup
dengan busa (Wahyuni, 2013).

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Genetika yang berjudul Persilangan Monohibrid dilaksanakan di
Laboratorium UPJ ( Biologi Dasar ) Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Biologi
Universitas Diponegoro. Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 27 Oktober 2014 ,
pukul 13.00 sampai 15.30.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan Praktikum Genetika Persilangan
Monohibrid terdiri dari botol selai, alat tulis, kuas, gelas arloji, cawan petri, kapas,
loupe, botol pembius, plastik, kertas hitam,dan pipet tetes sedangkan baahan yang
digunakan adalah biakan Drosophila melanogaster normal dan biakan Drosophila
melanogaster mutan mata putih, larutan alkohol eter, dan medium pisang.

3.3 Langkah kerja


1. Pembuatan Medium Pisang
Bahan-bahan yang akan dipakai ditimbang yaitu terdiri dari 300 gram
pisang, 3.5 gram agar-agar swallow, 75 gram gula merah, dihaluskan dalam
blender kemudian dipanaskan.Bahan campuran didinginkan, kemudian setelah
dingin ditambahkan10 gram ragi roti atau vermipan dan 6 ml larutan asam benzoat
(0,25 gram asam benzoat dalam 0,6 ml alkohol eter) kemudian dicampur.Bahan
dimasukkan dalam botol seli untuk perkembangbiakkan lalat.
2. Pembiusan
Pembiusan dilakukan dengan cara setengah badan botol biakkan
dimasukkan kedalam plastik yang digenggam rapat. Busa penutup dibuka sampai
lalat keluar dari botol dan terperangkap ke dalam plastik. Setelah biakan lalat
keluar dari botol secukupnya, busa kembali ditutup dan plastik dilepas dengan
tetap tertutup sehngga tidak ada lalat yang keluar. Cawan petri yang diisi kapas
ditetesi 2-3 tetes alkohol eter untuk membius Lalat. Cawan petri dimasukkan
kedalam plastik secara perlahan jangan sampai lalat keluar. Bagian bawah cawan
petri ditutupi kertas hitam supaya lalat naik ke permukaan dan jatuh kedalam

10
cawan petri Lalat dipindahkan kedalam gelas arloji menggunakan kuas gambar,
kemudian dipilih 3 pasang lalat jantan dan 3 pasang lalat betina dari biakkan yang
berbeda. Lalat dipindahkan kedalam kertas kipas yang dimasukkan kedalam botol
bermedium pisang yang baru.
3. Perkawinan
Perkawinan lalat dilakukan dengan cara masing-masing diambil 3 induk
jantan dan 3 induk betina yang sudah dibius. Lalat yang sudah dibius dimasukkan
kedalam gelas arloji. Lalat dimasukkan ke dalam botol yang berisi medium pisang
dengan cara Lalat diletakkan pada kertas kipas steril sehingga tidak langsung
menyentuh makanannya. Botol ditutup dengan busa dan diberi label (nama
kelompok, tanggal perkawinan, jumlah masing-masing induk, dan macam
perkawinan (fenotip induk). Botol diletakkan pada suhu ruang 250 C. Lalat diamati
pada hari ke 4

11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel hasil pengamatan

Mata Normal (++) Mata Putih (w) Σ

Teramati
28 138 166
(O)

Diharapkan
25 42 167
(e)

Deviasi (d) -97 96 -1

d2 75 219 294

e normal = × Σ yang dihasilkan

e mutan = × Σ yang dihasilkan

12
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum genetika dengan judul “Persilangan Monohibrid pada Drosophilla


melanogaster” dilaksanakan pada tanggal 13 November 2014 di laboratorium Biologi Dasar
Undip dengan tujuan mampu melakukan persilangan monohybrid pada Drospohila
melanogaster dan mampu menganalisis pewarisan sifat hasil perkawinan monohybrid
Drosophilla. melanogaster . Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan Praktikum
Genetika Persilangan Monohibrid terdiri dari botol selai, alat tulis, kuas, gelas arloji, cawan
petri, kapas, loupe, botol pembius, plastik, kertas hitam,dan pipet tetes sedangkan baahan
yang digunakan adalah biakan Drosophila melanogaster normal dan biakan Drosophila
melanogaster mutan mata putih, larutan alkohol eter, dan medium pisang.
Perkawinan lalat dilakukan dengan cara masing-masing diambil 3 induk jantan dan 3
induk betina yang sudah dibius. Lalat yang sudah dibius dimasukkan kedalam gelas arloji.
Lalat dimasukkan ke dalam botol yang berisi medium pisang dengan cara Lalat diletakkan
pada kertas kipas steril sehingga tidak langsung menyentuh makanannya. Botol ditutup
dengan busa dan diberi label (nama kelompok, tanggal perkawinan, jumlah masing-masing
induk, dan macam perkawinan (fenotip induk). Botol diletakkan pada suhu ruang 250 C. Lalat
diamati pada hari ke 4.
5.1 Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda, keturunan
akan diperoleh perbandingan 3:1, fenotipnya dapat sama tapi memiliki genotipe yang
berbeda yang kemudian juga disebut dengan heterozigot contohnya normal
dilambangkan dengan ++ (homozigot) atau +cu (heterozigot) dan lain sebagainya.
Menurut Suryo, (2011) Hukum Mendel Pewarisan sifat pada persilangan dua individu
dapat diterangkan dengan hukum Mendel I dan II.a) Hukum Mendel I ( Hukum
Segregasi )Hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid. Persilangan
monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat
beda.Hukum mendel I disebut dengan hukum segregasi. Selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses
pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji
dari persilangan monohibrid.
13
5.2 Ciri-ciri Mutan Mata Putih pada Drosophilla Melanogaster.
Mutan tipe white (w) mengalami mutasi pada kromosom nomor 1, lokus 1,5.
Pigmen merah yang seharusnya dihasilkan sebagai warna pada faset mata lalat tidak
dihasilkan. Sehingga yang terjadi adalah penyimpangan gen white yang memberikan
warna putih pada faset matanya. Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya
kerusakan pada gen white yang terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-
benar tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali ( Russel, 2004).

5.3 Perhitungan
Tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil percobaan dimasukkan ke dalam kolom
O sesuai dengan kelas fenotipenya masing-masing, untuk memperoleh nilai E (hasil
yang diharapkan), dilakukan perhitungan menurut proporsi tiap kelas fenotipe.
Selanjutnya nilai d (deviasi) adalah selisih antara O dan E. Kolom paling kanan nilai d
dikuadratkan dan dibagi dengan nilai E masing-masing, untuk kemudian dijumlahkan
hingga menghasilkan nilai X2h atau X2 hitung . Nilai X2h inilah yang nantinya akan
dibandingkan dengan nilai X2 yang terdapat dalam tabel X2 (disebut nilai X2tabel ) yang
disingkat menjadi X2t. Apabila X2h lebih kecil daripada X2t dengan peluang tertentu
(biasanya digunakan nilai 0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji
masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar daripada X2t,
maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05) (Borror, 2008).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetic, kita memerlukan suatu uji yang
dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas dari
ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Selain dari pada itu, uji ini harus
pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Sebagai uji
X2 (Chi Square Test). Menurut Stickberger, (2005) Uji chi-kuadrat atau chi-square
digunakan untuk menguji homogenitas varians beberapa populasi atau merupakan uji
yang dapat mengubah deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari
ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang dan harus memperhatikan besarnya
sampel dan besarnya peubah (derajat bebas) .

14
Perhitungan juga harus diperhatikan derajat kebebasan, yang nilainya sama
dengan jumlah kelas fenotip dikurangi 1. Jadi jika pada persilangan monohibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3 : 1 berarti ada dua kelas fenotip,
sehingga derajat kebebasan = 2-1= 1. Menurut para ahli statistika, khusus untuk kelas 2
fenotip perlu diterapkan koreksi Yates pada nilai deviasi yaitu mengurangi nilai deviasi
dengan 0,5. Apabila nilai yang diperoleh dari perhitungan terletak di bawah kolom
kemungkinan 0,05 atau kurang (0,01 atau 0,001), berarti faktor kebetulan hanya
berpengaruh sebesar 5% atau kurang. Dan berarti ada faktor lain yang berperan dan lebih
berpengaruh pada kejadian tersebut, sehingga data percobaan tersebut dinyatakan buruk
(Suryo 2011).
Lalat yang disilangkan dari mata normal adalah 4 jantan dan dari mata putih 4
betina. Lalat dipindahkan setelah terlebih dulu dibius menggunakan eter pada cawan
petri ke botol pengamatan. Pengamatan dilakukan setelah 10 hari dengan catatan apabila
ada lalat yang mati maka keseluruhan lalat diganti yang baru,dan memang pada hari ke-3
ditemukan lalat yang mati kemudian diganti. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah F1
keseluruhan ada 166 ekor. Lalat dengan normal mata merah ada 28 ekor, sedangkan
mutan mata putih ada 138 ekor. Hasil teramati kemudian ditentukan deviasinya dengan

rumus d2 ditemukan hasil 294. Hasil yang didapatkan tidak ada pada tabel chi

square hal ini karena data yang digunakan tidak valid. Ketidakvalidan dapat terjadiai
akibat banyak faktor antara lain terjadinya mutasi pada induk yang disilangkan.
Ketidaksesuaian hasil tersebut dikarenakan betina hasil isolasi diduga sudah tidak virgin
lagi atau sudah dibuahi oleh Drosophila melanogaster jantan, sehingga data yang
dihasilkan menjadi bias, selain itu, data hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara hasil perhitungan penyilangan dengan hasil yang diharapkan
(rasio hukum Mendel). Hal tersebut dibuktikan dengan nilai chi-square hitung lebih besar
dari nilai chi-square tabel, sehingga ho ditolak. Menurut Jones (2008) seharusnya pada
persilangan monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster) yang berfenotipe normal
disilangkan dengan lalat yang berfenotipe mata putih akan menghasilkan keturunan F1
yang kesemuanya normal. Akan tetapi jika F1 normal di silangkan lagi dengan
sesamanya maka akan menghasilkan lalat dengan sifat beda yaitu normal dan mata putih
dengan perbandingan 3:1.

15
BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
6.1.1 Persilangan monohibrid dilakukan dengan cara meletakkan masing-masing
4 induk lalat jantan normal dan 4 induk betina lalat bermutan warna putih
yang sebelumnya telah dibius dengan menggunakan eter kemudian
dipindahkan dalam botol medium. Pertumbuhan lalat diamati setelah 10
hari.
6.1.2 Pengamatan pewarisan sifat pada lalat dilakukan dengan metode Uji Chi
Square. Perbandingan hasil persilangan lalat yang terjadi adalah 28:138 dan
itu tidak sesuai dari refrensi yang seharusnya rasio persilangan monohibrid
adalah 3:1. Fenotip resesif mendominasi dari pewarisan sifat pada
Drosophilla Melanogaster yaitu mutan mata putih. Hasil yang diperoleh
tidak valid.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baisuni, A. 2008. Pengaruh Umur Lalat Buah (Drosophila melanogaster


Meigen) Jantan Terhadap Nisbah Kelamin. Skripsi. Jember: FMIPA UNEJ
Jurusan Biologi
Borror et al. 2008. Pengenalan Pelajaran Serangga. 8th Ed. Terjemahan dari an
Introduction to Study of Insect oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Campbell dkk .2004 . BIOLOGI Jhttp://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-
makalah/biologi-umum/drosophila-melanogaster. Diakses tanggal 13
September 2008.ILID I Edisi kelima.. Penerbit Erlangga: Jakarta
Chumaisiah, N. 2002. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip
Lalat Buah (Drosophila melanogaster M.) Tipe Liar dan Mutan Sepia.
Skripsi. Jember: FKIP UNEJ Jurusan Biologi
Ghostrecon, 2008. Drosophila melanogaster.
Herskowitz, I. H. 2007. Principles of Genetics. New York: Mac Millan Publishing
Company

Jones, Elizabeth; Hartl, Daniel L. 2008. Genetics: principles and analysis.


Boston: Jones and Bartlett Publishers

Russell, P. J. 2004. Fundamental of Genetics. USA: Harper Collins College

Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida


Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan
BiologiUniversitas Padjdjaran.
Stine, G. J. 1991. Laboratorium Exercise in Genetics. New York: Mac Millan
Publishing Company
Stricberger. 2005. Genetics. New York: Macmillan Publishing Company.
Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with
Drosophila.London: John Wiley and Sons, inc.
Yatim, Wildan. 2006. Genetika. Edisi IV. Bandung: Penerbit Tarsito
Suryo, 2011. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta.
17
Lampiran

Perhitungan deviasi mata normal

= = 75

Perhitungan deviasi mata putih

= 219

18

Vous aimerez peut-être aussi