Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
RINGKASAN ..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.4 Luaran...................................................................................................................2
1.5 Manfat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persilangan Monohibrid.........................................................................................3
2.2 Drosophila melanogaster.......................................................................................3
2.3 Jenis Mutan pada Drosophila melanogaster..........................................................5
2.4 Perbedaan Lalat jantan dan Betina........................................................................8
2.5 Pembuatan Media Pisang .....................................................................................8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum.............................................................................10
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................................10
3.3 Langkah Kerja......................................................................................................10
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan.................................................................................................12
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Persilangan Monohibrid.......................................................................................13
5.2 Ciri-ciri Mutan Mata Putih Drosophilla Melanogaster........................................14
5.3 Perhitungan..........................................................................................................14
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
LAMPIRAN.............................................................................................................................18
iii
RINGKASAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Persilangan monohibrid pada hewan dapat diterapkan pada persilangan Drosophila
melanogaster.
Drosophila yaitu sejenis serangga yang umumnya tidak berbahaya dan
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang
mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan,
dan generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua minggu. Karateristik ini
menjadikan lalat buah merupakan organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian
genetik.
Keuntungan lain dari lalat buah adalah lalat ini hanya mempunyai empat pasang
kromosom, yang dapat dengan mudah dibedakan melalui mikroskop cahaya. Terdapat tiga
pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks. Lalat buah betina
mempunyai sepasang kromosom X yang homolog, sedangkan yang jantan mempunyai
satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Selain itu, keuntungan lainnya adalah terdapatnya sejumlah mutan yang mudah
diamati fenotipnya secara morfologis baik dalam hal mata, sayap, warna tubuh, dan
rambut-rambut tubuh. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Morgan,
dimana Morgan menemukan seekor lalat jantan dengan mata putih yang berbeda dengan
mata normal, yaitu merah. Fenotipe normal untuk suatu karakter (fenotipe yang paling
umum ditemui di populasi alami), seperti mata merah pada Drosophila, disebuat tipe liar
(wild type). Karakter-karakter alternatif dari tipe liar, seperti mata putih pada Drosophila,
disebut fenotipe mutan (mutan phenotype), karena sebenarnya berasal dari alel tipe liar
yang mengalami perubahan atau mutasi. T.H Morgan dan beberapa orang rekannya
berhasil menemukan 85 bentuk mutan yang menyimpang dari tipe normal (wild type),
seperti bentuk sayap, warna tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-
1
mutan tersebut disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang. Serangga ini
bereproduksi sangat cepat, sehingga mutasi akan muncul dengan cepat pula. Pengamatan
jenis mutan dapat diamati dengan cara persilangan monohibrid sesama lalat Drosophila
melanogaster dengan satu sifat beda yang akan dilakukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
keturunan, generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua minggu, murah
biayanya,dan mudah perawatannya (Stine, 2001 dalam Chumaisah, 2002).
4
dari thorax hingga melebihi abdomen lalat dengan warna transparan (Dimit,
2006).
5
“Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli-ahli genetika lain telah
menempatkan beberapa generasi lalat buah pada kondisi ekstrem seperti panas,
dingin, terang, gelap, dan perlakuan dengan zat kimia dan radiasi. Segala macam
jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti maupun yang positif merugikan, telah
dihasilkan. Inikah evolusi buatan manusia? tidak juga. Hanya, sebagian kecil
monster buatan ahli-ahli genetika tersebut yang mungkin mampu bertahan hidup di
luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya, mutan-mutan
tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.” (Suryo, 2011)
6
Gambar 2.3.3 Drosophila warna tubuh (Ebony) (Ghostrecon,
2008).
Perbedaan warna tubuh juga merupakan salah satu akibat dari mutasi
pada lalat buah. Warna tubuh lalat normal adalah cokelat muda. Warna tubuh
tipe ebony (e) muncul karena adanya kelainan pada gen eboni, gen yang secara
memberikan pigmen warna cokelat pada lalat Drosophila melanogaster wild
type mengakibatkan lalat memiliki warna tubuh warna tubuhnya hitam
mengkilat.Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya suatu
mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi
gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada
lalat buah normal. Namun karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam
menumpuk di seluruh tubuh. (Borror et al, 2008).
7
Mutasi tipe curled (cu) terjadi karena adanya mutasi gen atau
kecacatan pada kromosom nomer 3, lokus 50,0. Pada tipe ini gen “curled”
merupakan gen dominan yang memunculkan bentuk sayap melengkung ke
atas. Sayap pada lalat berbentuk keriting. Sayap-sayap ini menjadi keriting
karena adanya suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen
diubah dan menghasilkan adanya kelainan tersebut. (Borror et al, 2008).
Ada beberapa tanda yang dapat digunakan dalam membedakan antara lalat
jantan dan lalat betina, yaitu bentuk abdomen pada lalat betina kecil dan runcing,
sedangkan pada lalat jantan membulat. Tanda hitam pada ujung abdomen juga
digunakan sebagai ciri yang dapat membedakan antara jantan dan betina. Ujung
abdomen lalat jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina tidak. Jumlah segmen
pada lalat jantan hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb,
berjumlah 10, terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan
pendek. Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, sedangkan
pada lalat jantan hanya 3 garis hitam. Lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin)
pada kaki depannya, sehingga dapat digunakan sebagai alat identifikasi, sedangkan lalat
betina tidak memiliki sisir kelamin. Lalat betina mempunyai tanda berwarna gelap atau
hitam pada abdomen bagian dorsal sedangkan pada lalat jantan tidak ada (Herskowitz,
2007).
8
lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan
modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi
Indonesia (Hartati, 2009).
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
10
cawan petri Lalat dipindahkan kedalam gelas arloji menggunakan kuas gambar,
kemudian dipilih 3 pasang lalat jantan dan 3 pasang lalat betina dari biakkan yang
berbeda. Lalat dipindahkan kedalam kertas kipas yang dimasukkan kedalam botol
bermedium pisang yang baru.
3. Perkawinan
Perkawinan lalat dilakukan dengan cara masing-masing diambil 3 induk
jantan dan 3 induk betina yang sudah dibius. Lalat yang sudah dibius dimasukkan
kedalam gelas arloji. Lalat dimasukkan ke dalam botol yang berisi medium pisang
dengan cara Lalat diletakkan pada kertas kipas steril sehingga tidak langsung
menyentuh makanannya. Botol ditutup dengan busa dan diberi label (nama
kelompok, tanggal perkawinan, jumlah masing-masing induk, dan macam
perkawinan (fenotip induk). Botol diletakkan pada suhu ruang 250 C. Lalat diamati
pada hari ke 4
11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Teramati
28 138 166
(O)
Diharapkan
25 42 167
(e)
d2 75 219 294
12
BAB V
PEMBAHASAN
5.3 Perhitungan
Tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil percobaan dimasukkan ke dalam kolom
O sesuai dengan kelas fenotipenya masing-masing, untuk memperoleh nilai E (hasil
yang diharapkan), dilakukan perhitungan menurut proporsi tiap kelas fenotipe.
Selanjutnya nilai d (deviasi) adalah selisih antara O dan E. Kolom paling kanan nilai d
dikuadratkan dan dibagi dengan nilai E masing-masing, untuk kemudian dijumlahkan
hingga menghasilkan nilai X2h atau X2 hitung . Nilai X2h inilah yang nantinya akan
dibandingkan dengan nilai X2 yang terdapat dalam tabel X2 (disebut nilai X2tabel ) yang
disingkat menjadi X2t. Apabila X2h lebih kecil daripada X2t dengan peluang tertentu
(biasanya digunakan nilai 0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji
masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar daripada X2t,
maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05) (Borror, 2008).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetic, kita memerlukan suatu uji yang
dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas dari
ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Selain dari pada itu, uji ini harus
pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Sebagai uji
X2 (Chi Square Test). Menurut Stickberger, (2005) Uji chi-kuadrat atau chi-square
digunakan untuk menguji homogenitas varians beberapa populasi atau merupakan uji
yang dapat mengubah deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari
ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang dan harus memperhatikan besarnya
sampel dan besarnya peubah (derajat bebas) .
14
Perhitungan juga harus diperhatikan derajat kebebasan, yang nilainya sama
dengan jumlah kelas fenotip dikurangi 1. Jadi jika pada persilangan monohibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3 : 1 berarti ada dua kelas fenotip,
sehingga derajat kebebasan = 2-1= 1. Menurut para ahli statistika, khusus untuk kelas 2
fenotip perlu diterapkan koreksi Yates pada nilai deviasi yaitu mengurangi nilai deviasi
dengan 0,5. Apabila nilai yang diperoleh dari perhitungan terletak di bawah kolom
kemungkinan 0,05 atau kurang (0,01 atau 0,001), berarti faktor kebetulan hanya
berpengaruh sebesar 5% atau kurang. Dan berarti ada faktor lain yang berperan dan lebih
berpengaruh pada kejadian tersebut, sehingga data percobaan tersebut dinyatakan buruk
(Suryo 2011).
Lalat yang disilangkan dari mata normal adalah 4 jantan dan dari mata putih 4
betina. Lalat dipindahkan setelah terlebih dulu dibius menggunakan eter pada cawan
petri ke botol pengamatan. Pengamatan dilakukan setelah 10 hari dengan catatan apabila
ada lalat yang mati maka keseluruhan lalat diganti yang baru,dan memang pada hari ke-3
ditemukan lalat yang mati kemudian diganti. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah F1
keseluruhan ada 166 ekor. Lalat dengan normal mata merah ada 28 ekor, sedangkan
mutan mata putih ada 138 ekor. Hasil teramati kemudian ditentukan deviasinya dengan
rumus d2 ditemukan hasil 294. Hasil yang didapatkan tidak ada pada tabel chi
square hal ini karena data yang digunakan tidak valid. Ketidakvalidan dapat terjadiai
akibat banyak faktor antara lain terjadinya mutasi pada induk yang disilangkan.
Ketidaksesuaian hasil tersebut dikarenakan betina hasil isolasi diduga sudah tidak virgin
lagi atau sudah dibuahi oleh Drosophila melanogaster jantan, sehingga data yang
dihasilkan menjadi bias, selain itu, data hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara hasil perhitungan penyilangan dengan hasil yang diharapkan
(rasio hukum Mendel). Hal tersebut dibuktikan dengan nilai chi-square hitung lebih besar
dari nilai chi-square tabel, sehingga ho ditolak. Menurut Jones (2008) seharusnya pada
persilangan monohibrid lalat buah (Drosophila melanogaster) yang berfenotipe normal
disilangkan dengan lalat yang berfenotipe mata putih akan menghasilkan keturunan F1
yang kesemuanya normal. Akan tetapi jika F1 normal di silangkan lagi dengan
sesamanya maka akan menghasilkan lalat dengan sifat beda yaitu normal dan mata putih
dengan perbandingan 3:1.
15
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1 Persilangan monohibrid dilakukan dengan cara meletakkan masing-masing
4 induk lalat jantan normal dan 4 induk betina lalat bermutan warna putih
yang sebelumnya telah dibius dengan menggunakan eter kemudian
dipindahkan dalam botol medium. Pertumbuhan lalat diamati setelah 10
hari.
6.1.2 Pengamatan pewarisan sifat pada lalat dilakukan dengan metode Uji Chi
Square. Perbandingan hasil persilangan lalat yang terjadi adalah 28:138 dan
itu tidak sesuai dari refrensi yang seharusnya rasio persilangan monohibrid
adalah 3:1. Fenotip resesif mendominasi dari pewarisan sifat pada
Drosophilla Melanogaster yaitu mutan mata putih. Hasil yang diperoleh
tidak valid.
16
DAFTAR PUSTAKA
= = 75
= 219
18