Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang
sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang
menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya
muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat
diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali
hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif
(penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena
itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk merokok”(Somantri, 2012 :
112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri
dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat
berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang
mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat
dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-
sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
Di Indonesia, kanker paru termasuk dalam 3 besar kanker terbanyak bersama dengan
kanker payudara dan kanker serviks. Kanker paru merupakan kanker dengan prevalensi
terbanyak yang diderita oleh pria. Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais Jakarta,
prevalensi dari kanker paru dari tahun 2010 hingga 2013 selalu meningkat, dimana pada
tahun 2010 terdapat 117 kasus dengan 38 kematian, tahun 2011 terdapat 163 kasus dengan
39 kematian, tahun 2012 terdapat 165 kasus dengan 62 kematian, dan pada tahun 2013
terdapat 173 kasus dengan 65 jumlah kematian. (Instalasi Deteksi Dini dan Promosi
Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013). Berdasarkan data RISKESDAS pada tahun
2013, terdapat 347.792 orang yang menderita kanker dengan 8.729 orang merupakan
penduduk Bali dan kebanyakan penderita berumur diatas 75 tahun, akan tetapi masih belum
ada data spesifik mengenai kanker paru baik di Bali.(Pusdatin Kemenkes RI,2015)

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi kanker paru.


2. Mengetahui penyebab dari kanker paru.
3. Mengetahui tanda gejala kanker paru.
4. Mengetahui patofisiologi kanker paru.
5. Mengetahui penatalaksanaan kanker paru.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang kanker paru.
7. Mengetahui pathway kanker paru.
8. Membuat asuhan keperawatan dengan pasien kanker paru.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi kanker paru.
2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab dari kanker paru.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tanda gejala kanker paru.
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi kanker paru.
5. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan kanker paru.
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang kanker paru.
7. Mahasiswa mampu mengetahui pathway kanker paru.
8. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan dengan pasien kanker paru.
1.4 Manfaat
1. Bagi pemerintah dan instansi kesehatan
Mahasiswa dan pemerintah maupun instansi kesehatan, dapat bekerja sama dalam
memberikan pengetahuan mengenai penyakit kanker paru.
2. Bagi profesi keperawatan
Mahasiswa dan profesi keperawatan dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien mengenai kanker paru.
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kanker paru dan mampu
mengaplikasikannya di saat praktek klinik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok
(Suryo, 2010 : 27).
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker
di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
2.2 Klasifikasi
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small Cell
Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus
kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa
dan karsinoma sel besar.
a. Non-Small Cell Lung ( NSCLC)
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1.) Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum
terjadi.proses ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara.
NSCLC merupakan jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya
adalah rokok.
2.) Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel –
sel yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis
ini lebih umum terjadi.
3.) Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di
sebut undiferentiated carcinoma.
b. Small Cell Lung (SCLC)
1.) Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian
paruparu saja dan pada jaringan disekitarnya.

3
2.) Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar
paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh
yang jauh.
2.3 Derajat Kanker Paru
1.) Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
2.) Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
3.) Stadium II, merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar
getah bening di dekatnya.
4.) Stadium III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi
yang sama atau pun sisiberlawanan dari tumor tersebut.
5.) Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
2.4 Etiologi
1. Merokok: Sebanyak 90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari
penggunaan tembakau (Jusuf, 2005).
2. Paparan asbes: Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers)
yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan
pada asbes-asbes (Dodi, 2011). Kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari
pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan
pada asbes-asbes.
3. Radon gas: Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu
pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif) (Harryanto, 2005). Ia pecah atau
hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi.
4. Genetik: Pada faktor genetik terdapat mutasi/ perubahan beberapa gen yang berperan
dalam kanker paru, yakni:
- Proto onkogen adalah gen yang mengkode dan mengatur pembentukan protein untuk
pertumbuhan.
- Tumor supressor gene adalah gen yang mengurangi kemungkinan bahwa sebuah sel
dalam organisme multisel akan berubah menjadi sel tumor.
- Gene encoding enzyme adalah enzim yang mengkode gen yang mengalami mutasi.

4
5. Polusi Udara: Sebanyak 1 % kematian karena kanker paru disebabkan oleh pernapasan
udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada
udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari
merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru (Harryanto, 2005).
6. Konsumsi Zat Karsinogen: Zat kimia ini umumnya berasal dari pewarna, pengawet,
maupun bahan tambahan makanan atau minuman yang berbahaya bagi tubuh.
2.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Karakteristik dari kanker ini adalah sel-sel kanker mampu menginvasi jaringan yang
sehat disekitarnya serta dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain melalui sistem limfe
(limfogen),pembuluh darah (hematogen), dan lapisan serosa (transcoelomic spread) dan
tumbuh sebagai tumor metastasis. Liver, paru-paru, tulang, otak, dan kelenjar adrenal
merupakan organ tempat metastasis yang paling sering melalui jalur hematogen.
Transportasi metastasis dapat melalui saluran limfe, pembuluh darah, ruang di tubuh dan
transplantasi. Penyebaran melalui saluran limfe disebut limfogen. Daerah tujuan penyebaran
limfogen adalah kelenjar getah bening (KGB) regional. Misalnya daerah tujuan metastasis
payudara adalah KGB ketiak; melanoma di kaki, KGB lipat paha dlsb. Gejala metastasis
KGB adalah pembengkakan KGB Penyebaran melalui pembuluh darah disebut hematogen.
Daerah tujuan penyebaran hematogen adalah alat tubuh yang kaya dengan darah misalnya
otak, tulang, hati dan paru. Gejala metastasis otak adalah sakit kepala, kejang dan vertigo;
tulang, nyeri dan patah tulang; hati, pembengkakan hati dan kuning; dan paru, batuk – batuk
darah dan sesak napas.( Dr Bahar, 2010)

5
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Arifin (2008), manifestasi klinis dari klien dengan kanker paru ada beberapa
macam namun manifestasi klinis yang paling umum atau sering muncul pada klien antara
lain :
1.) Suatu batuk gigih yang baru atau memburuknya suatu batuk kronis yang telah ada
2.) Darah dalam dahak atau haemoptisis (Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi)
3.) Bronchitis yang gigih atau infeksi-infeksi pernapasan yang berulang-ulang
4.) Nyeri dada
5.) Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan/atau kelelahan
6.) Kesulitan-kesulitan benapas seperti sesak napas atau mengi (wheezing)

Manifestasi klinis lain yang dapat timbul namun tidak selalu ada antara lain :
1.) Mulai secara tersembunyi selama berpuluh-puluh tahun dan sering asimptomatik
sampai tahap terakhir
2.) Tanda- tanda dan gejala- gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor, derajat
obstruksi dan keberadaan metastasis
3.) Gejala yang paling sering yaitu batuk kering tak produktif, pada tahap akhir batuk
menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang menunjukkan perubahan dalam
karakter harus menimbulkan kecurigaan terhadap adanya kanker paru. Perubahan
suara (menjadi serak) atau suara kasar saat bernafas
4.) Mengi (Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma) terjadi jika
mengalami obstruksi secara parsial, pengeluaran sputum yang berwarna merah darah
adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari.
5.) Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien.
6.) Nyeri adalah gejala terakhir, seringkali berhubungan dengan metastasis tulang.
7.) Nyeri dada saat menarik nafas dalam-dalam, kekakuan, suara sesak, disfalgia, edema
pada leher dan kepala (Bengkak pada leher dan wajah), dan gejala efusi pleural atau
pericardial terlihat jika tumor menyebar pada struktur yang berdekatan dan pada
nodus limfe.
8.) Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral, dan
kelenjar adrenalin.
9.) Kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan dan anemia terjadi pada tahap akhir.

6
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru)

3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
b. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor

7
4. Pencitraan
a. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum
2.8 Penatalaksanaan
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)
5. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit
paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru Karsinoma bronkogenik bilaman
dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru) Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru,
infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d. Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji

8
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru
–paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
6. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
7. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.

9
2.9 Pathway

Etiologi : Tar Rokok, Paparan


asbes, Radon Gas, Genetik,
Polusi Udara, Zat Karsinogen

Perubahan epitel silia dan


mukosa/ulserasi bronchus

Endapan karsinogen

Deskuamasi Produksi mukus

Cell cadangan (reserve MK :Bersihan Jalan Nafas


sel) basal mukosa Tidak Efektif
bronchus

Hyperplasi Metaplasi

Cell Kanker

Manifestasi Klinis

Intrapulmoner Intratorasik Ekstratorasik Non Ekstratorasik


Ekstrapulmoner Metastatik Metastatik

Kanker lumen
bronchus Sirkulasi Arterial

Proksimal Distal
Hampir semua organ
termasuk otak , hati,
Sumbatan Bronkiektasis/ tulang
parsial/total Aktelektasis 10

MK : Ansietas
Sesak Nafas/ MK : Gangg.
Whezzing Pertukaran Gas

MK : Pola Nafas
Intratorasik
tidak Efektif
Ekstrapulmoner

Mediastinum

N. N. S. Simpatis VC. Trachea Oesopagus Jantung


Frenikus Recurrens Superior

Sindrom Sesak, Disfagia Gang. Disf


Paralises Paralises Horner Sindrom VC. Atelektasis efusi Pkd
Diafragma Ch. Vokalis Superior
MK :
Gangg. Gangg. Nutrisi Penurunan
MK : Nyeri Gangg. Fungsi Oedema Pertukaran kurang dr curah
Akut Komunikasi Penglihatan muka Gas Kebutuhan jantung
Verbal &lengan

Ekstratorasik Non
Metastatik

Neuromus Endokrin Jaringan ikat dan Vaskuler &


kuler Metabolik tulang Hematologi

Neuropana Primitif Hypertropi Migratory


Ca Neural chest Pulmonary rombo
flebitis

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ilustrasi Kasus

Pasien bernama Tn. J berusia 45tahun datang ke RS Amanda diantar oleh keluarganya. Tn. J
mengeluh sesak pada dadanya. Sesak akan bertambah jika pasien mencoba bangun dari tempat tidur.
Pasien juga mengatakan bahwa batuknya yang tak sembuh-sembuh sekarang bertambah parah,
dahaknya pun juga disertai darah. Pasien sebelumnya sudah mengetahui bahwa dia didiagnosa CA Paru
Stadium 4. Karena menurut pasien sakitnya tambah parah pasien menjadi sangat kawatir dengan
kondisinya yang sudah mendekati ajal. Pasien mengatakan nafsu makanyya menurun sehingga berat
badan pasien juga menurun sejak kondisinya menurun. BB sebelumnya 45 kg, sekarang hanya 39 kg.
Sebelumnya pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan ia merupakan perokok lebih dari 5
batang perhari serta suka mengonsumsi minuman beralkohol. Tn. J sebelumnya juga bekerja di pabrik
semen sebagai buruh angkut yang terus terpapar oleh polusi udara. Hasil pemeriksaan TTV
didapatkan : Nadi : 100x/mnt, TD : 150/100mmHg, RR:36x/menit, suhu: 380 C, CRT <2dtk.

3.1 Pengkajian
Tanggal masuk RS : 9 November 2018
I. Identitas
1. Pasien
Nama : Tn.J
Tempat, tanggal lahir : T.Agung, 29 Juli 1973
Agama : Islam
Alamat : Desa Tanjung, Kec. Kalidawir, Kab. T. Agung
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku/ Bangsa : Jawa /Indonesia
2. Keluarga
Nama : Ny.A
Tempat, tanggal lahir : Nganjuk, 18 Juli 1976
Agama : Islam
Alamat : Ds.Tanjung, Kec. Kalidawir, Kab. T. Agung
Hubungan : Istri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
12
II. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sesak pada dadanya. Sesak akan bertambah jika pasien mencoba bangun
dari tempat tidur. Pasien juga mengatakan bahwa batuknya yang tak sembuh-sembuh
sekarang bertambah parah, dahaknya pun juga disertai darah.
3. Riwayat Penyakit yang lalu
pasien mengatakan tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga menurun
5. Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat.

III. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi Terhadap Kesehatan
Bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat di warung atau apotik.
2. Pola aktivitas
Pasien tidak mampu melakukan aktivitas selama seminggu terakhir karena sesak
nafas
3. Pola tidur
Pasien mengatakan susah untuk beristirahat
4. Pola nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan menghilang dan mengalami mual muntah
Pasien mengatakan hanya makan 5 sendok sehari.
Pasien mengatakan hanya minum 1 gelas sehari
5. Pola eleminasi
 Pasien BAB 1x sehari
 Pasien BAK 2-3 x sehari
6. Pola kognitif perseptual
Pasien mengetahui tentang penyakitnya

13
7. Pola konsep diri
 Gambaran diri
Pasien menyukai rambut dan hidungnya.
 Identitas diri
Pasien merasa senang karena mampu menjadi kepa rumah tangga sekaligus
tulang punggung di keluarganya.
 Harga diri
Pasien merasa berharga berada di tengah – tengah keluarga yang menyayanginya
 Ideal diri
Pasien ingin selalu berkumpul dengan keluarganya
 Peran diri
Pasien merupakan seorang kepala rumah tangga sekaligus ayah dari anaknya
8. Pola koping
Bila ada masalah pasien slalu mendiskusikan dengan keluarganya
9. Pola peran hubungan
Pasien dengan tetangga dan lingkungannya baik
10. Pola nilai dan kepercayaan
Meskipun sakit pasien tetap menjalankan ibadahnya sesuai dengan kemampuannya.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaanumum
Kesadaran: Composmetis
TD: 150/100mmHg
Suhu: 38°C
Nadi: 100x/menit
RR: 36x/mnt
BB sebelum sakit: 45kg
BB sekarang 39kg
2. Head to toe
a) Kulit dan rambut
- Inspeksi
Warna kulit : kecoklatan, tidak ada lesi
Jumlah rambut : tidak rontok

14
Warna rambut : putih
Kebersihan : kulit bersih.
b) Kepala
- Inspeksi
Bentuk simetris antara kanan dan kiri , tidak terdapat lesi di kepala
- Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan di kepala
c) Mata
- Inspeksi
Bentuk bola mata lonjong, sklera ikterik, konjungtiva anemis
d) Telinga
- Inspeksi
Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen pada
lubang telinga tidak ada benjolan
e) Hidung
- Inspeksi
Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
- Palpasi
Tidak ada benjolan
f) Mulut
- Inspeksi
mukosa bibir kering,sianosis
g) Leher
- Inspeksi
Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher
- Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan
h) Paru-paru
- Inspeksi
Simetris antara kanan dan kiri
- Palpasi
irama pernapasan meningkat
- Auskultasi
nafas cuping hidung

15
- Perkusi
Resonan
i) Abdomen
- Inspeksi
Perut datar simetris antara kanan dan kiri
- Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi
Resonan

3.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Intrapulmoner Pola Nafas tidak
- Pasien mengatakan Efektif
sesak pada dadanya Kanker lumen bronchus
DO :
- Pasien tampak pucat dan Proksimal
lemas
- Suara nafas menghilang Sumbatan parsial/total
pada dada anterior.
- Pada perkusi dada Sesak Nafas/Whezzing
terdengar redup.
- Respirasi 36 x/mnt, cepat
dan dangkal.

2. DS : Intrapulmoner Gangguan pertukaran


- Pasien mengatakan gas
sesak di dada saat Kanker lumen bronchus
beraktivitas
Distal
DO :

Bronkektasis/Aktelektasis

16
- Dispnea saat
beraktivitas
- Terjadi sianosis
- Respirasi 36 x/mnt,
cepat dan dangkal.

3. DS : Perubahan epitel silia & Bersihan jalan nafas


- Pasien mengatakan mukosa/ulserasi bronchus tidak efektif
batuknya bertambah
parah Endapan karsinogenik
- Pasien mengatakan
dahak batuk disertai Produksi mukus
darah
DO :
- Pasien nampak batuk
terus – menerus
- Sputum disertai darah
- Terdapat bunyi mengi
saat px bernafas

4. DS : Cell Kanker Defisit Nutrisi


- Pasien mengatakan
nafsu makannya Oesopagus
menurun karena sulit
untuk menelan
Disfagia
DO :
- Pasien nampak lemas
Penurunan nafsu makan
dan pucat
- Pasien makan hanya 5
sendok per hari
- Pasien minum hanya 1
gelas per hari
- BB sebelumnya 45 kg

17
- BB sekarang 39 kg

5. DS : CA Paru Ansietas
- Pasien mengatakan
kawatir terhadap Kurang pengetahuan akan
kondisinya yang penyakit
semakin mendekati ajal
DO : Gelisah
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak bingung
dan terlihat kawatir

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d sumbatan parsial atau total
2. Gangguan pertukaran gas b.d bronkiektasis
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi mukus
4. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
5. Ansietas b.d ancaman kematian
3.4 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas, gunakan


tidak efektif Keperawatan selama 3x24 jam tekhnik chin lift atau jaw
diharapkan nyeri teratasi thrust bila perlu
Kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk
1. Mampu mengeluarkan memaksimalkan ventilasi
sputum 3. Pastikan kebutuhan
2. Mampu bernafas dengan oral/tracheal suctioning
mudah 4. Asukultasi suara nafas
3. Irama nafas normal sebelum dan sesudah
4. Tidak ada suara nafas suctioning
abnormal 5. Monitor status oksigen
pasien

18
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan
2. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Posisikan pasien untuk
pertukaran keperawatan 1×12 jam, memaksimalkan ventilasi
gas diharapkan kerusakan udara
pertukaran gas teratasi, dengan 2. Lakukan terapi fisik dada,
kriteria hasil: sesuai kebutuhan
3. Catat dan monitor pelan,
1. Klien mampu mengeluarkan
dalamnya pernapasan dan
secret
batuk
2. RR klien normal 16-20
4. Berikan treatment aerosol,
x/menit
sesuai kebutuhan
3. Irama pernapasan teratur
5. Berikan terapi oksigen,
4. Kedalaman inspirasi normal
sesuai keebutuhan
5. Oksigenasi pasien adekuat
6. Regulasi intake cairan untuk
mencapai keseimbangan
cairan
7. Monitor status respiratory
dan oksigenasi

3. Bersihan Setelah dilakukan asuhan 6. Berikan kebutuhan


jalan nafas keperawatan dalam 3x24 jam oral/trachearsuktionin
tidak efektif diharapkan bersihnya jalan 7. Auskultrasi suara napas
nafas kembali efektif. sebelum dan sesudah suktioni
Kriteria Hasil : 8. Monitor pola napas tambahan
1. Pasien menunjukkan jalan 9. Berikan posisi yang nyaman
nafas yang paten (klien tidak untuk mengurangi depnea
merasa tercekik) 10. Atur intake untuk cairan
2. Irama napas, frekuensi napas mengoptimalkan
dalam rentang normal keseimbangan monitor
respirasi dan status O2

19
3. Tidak ada suara napas yang 11. Posisikan pasien untuk
abnormal memaksimalkan ventilasi
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan
Nutrisi keperawatan dalam waktu 3x24 2. Berikan informasi tentang
jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi dapat di atasi, 3. Kaji kemampuan pasien untuk
dengan kriteria hasil : mendapatkan nutrisi yang di
1. Adanya peningakatan berat butuhkan
badan sebanyak 5 kg 4. Anjurka pasien untuk
2. Mampu mengidetifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
3. Tidak ada tanda-tanda 5. Monitor adanya penurunan
malnutrisi berat badan
4. Menunjukan fungsi dari 6. Monitor mual dan muntah
pengecapan dan menelan 7. Monitor kalori dan intake
5. Tidak terjadi penurunan nutrisi
berat badan yang berarti kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien
5. Ansietas Setelah diberikan asuhan 1. Dengarkan penyebab
keperawatan selama 1x 24 jam kecemasan klien dengan
diharapkan klien tidak penuh perhatian
mengalami kecemasan, dengan 2. Observasi tanda verbal dan
kriteria hasil : non verbal dari kecemasan
klien
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
NOC: anxiety level
mendampingi klien
Kecemasan pada klien
4. Kurangi atau hilangkan
berkurang dari skala 3 menjadi
rangsangan yang
skala 4
menyebabkan kecemasan pada
klien

20
5. Tingkatkan pengetahuan klien
mengenai glaucoma.
6. Instruksikan klien untuk
menggunakan tekhnik
relaksasi

3.5 Implementasi

NO DIAGNOSA IMPLEMETASI
1. Pola Napas Tidak 1. Mengkaji frekuensi kedalaman pernapasan.
Efektif b.d 2. Mengauskultasi bunyi napas.
3. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
4. Berkolaborasi dalam pemberian oksigen.
5. Melakukan fisioterapi dada jika perlu.
6. Memonitor respirasi dan status O2.
2. Gangguan 1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pertukaran gas udara
2. Melakukan terapi fisik dada, sesuai kebutuhan
3. Mencatat dan monitor pelan, dalamnya pernapasan dan
batuk
4. Memberikan treatment aerosol, sesuai kebutuhan
5. Memberikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan
6. Meregulasi intake cairan untuk mencapai
keseimbangan cairan
7. Memonitor status respiratory dan oksigenasi

3. Bersihan jalan nafas 1. Memberikan kebutuhan oral/trachearsuktionin


tidak efektif 2. Mengauskultasi suara napas sebelum dan sesudah
suktioni
3. Memonitor pola napas tambahan

21
4. Memberikan posisi yang nyaman untuk mengurangi
depnea
5. Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan monitor respirasi dan status O
6. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
7. Defisit Nutrisi b.d 1. Mengkaji adanya alergi makanan
ketiakmampuan 2. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
mencerna makanan 3. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang di butuhkan
4. Menganjurka pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Memonitor adanya penurunan berat badan
6. Memonitor mual dan muntah
7. Memonitor kalori dan intake nutrisi
8. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien

8. Ansietas b.d 1. Dengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh


ancaman terhadap perhatian
kematian 2. Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan
klien
3. Anjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien
4. Kurangi atau hilangkan rangsangan yang menyebabkan
kecemasan pada klien
5. Tingkatkan pengetahuan klien mengenai glaucoma.
6. Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik
relaksasi

22
3.6 Evaluasi

NO DIAGNOSA TANGGAL EVALUASI


1. Pola nafas tidak 12 November 2018 S:
- Pasien mengatakan sesak
efektif
pada dadanya sedikit
berkurang
O:
- Pasien masih tampak pucat
dan lemas
- Pada perkusi dada terdengar
redup.
- Respirasi 30 x/mnt, cepat dan
dangkal.

A: Maasalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi 1,3,5 dan 6
2. Gangguan 12 November 2018 S:
- Pasien mengatakan sesak
pertukaran gas
nya sudah berkurang
O:
-Pola napas pasien masih
abnormal
- bunyi napas pasien normal
- Pasien tampak sianosis
- RR : 30x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 6
3. Bersihan jalan nafas 12 ovember S :
tidak efektif - Pasien mengatakan
batuknya sedikit berkurang
- Pasien mengatakan dahak
batuk disertai darah nya
sedikit berkurang
O:
- Pasien masih nampak batuk
- Sputum disertai sedikit
darah

23
- Terdapat bunyi mengi saat
px bernafas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

4. Defisit Nutrisi 12 November 2018 S:


- Pasien mengatakan nafsu
makannya mulai bertambah
- Pasien mengatakan hanya
makan ½ porsi sehari.
- Pasien mengatakan hanya
minum 3 gelas sehari
- Pasien mengatakan rasa
sakit saat menelan
berkurang
O:
- Pasien tampak lemas
- Berat badan pasien naik 0,5
kg
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2,3,4,6,7,an
8
5. Ansietas b.d 12 November 2018 S:
- Pasien mengatakan
ancaman terhadap
cemasnya berkurang.
kematian - Pasien masih belum bisa
menghadapi realita.
- Pasien mengatakan dia
sudah tidak bingung

O:
- Pasien tampak sudah tidak
gelisah.
- Pasien sudah tidak tampak
tegang.
- Mata pasien tampak tidak
cowong.
- Muka pasien tidak pucat.
- Pasien tidak tremor.

A:
Masalah teratasi sebagian.

P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Kanker paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru yang dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru. Ada banyak gejala yang
dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah
Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin
banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan
sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab
yang jelas. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat
dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru
4.2 Saran
Diharapkan untuk dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Ca
Paru. Agar dapat mengurangi angka kejadian Ca Paru di dalam masyarakat. Untuk
penulis selanjutnya, diharapkan dapat mencari reverensi lebih agar makalah dapat
lebih lengkap dalam mengulas permasalahan kanker paru, sehingga pembaca dapat
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya. Sehingga pencegahan, pengobatan, dan
asuhan keperawatan pada pasien kanker paru dapat dilaksanakan dan
tersosialisasikan dengan baik.

25

Vous aimerez peut-être aussi