Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
JEMBATAN
PEKERJAAN
(SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE
CONSTRUCTION)
MODUL
SEBC – 04 :PENGAWASAN PEKERJAAN
JEMBATAN
2007
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan
KATA PENGANTAR
Modul ini disusun berdasarkan dokumen kontrak yang selama ini dipakai oleh proyek-
proyek pemerintah terutama proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : SEBC – 04
TUJUAN PELATIHAN :
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum ............................................................................................... I-1
1.2 Lingkup Kegiatan Pengawasan ........................................................ I-2
1.3 Lingkup Pengawasan Pekerjaan Jembatan....................................... I-3
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
7 SEBC – 07 Pelaporan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu = 15 menit
3. Ceramah Bab III Pengawasan Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT
Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan memperhatikan hal-hal penting yang
Bawah Jembatan perlu di catat
Umum Mengajukan pertanyaan apabila
Kelengkapan Alat, Bahan dan kurang jelas atau sangat berbeda
Tenaga Kerja dengan fakta dilapangan dan atau
Kesiapan Lapangan pengalaman
Posisi Elemen-Elemen
Bangunan Bawah
Kesesuaian Dimensi Dengan
Gambar
Waktu = 90 menit
Waktu = 90 menit
Waktu = 75 menit
Waktu = 45 menit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Manajemen proyek pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok kegiatan
yakni:
1. Kegiatan Perencanaan:
Penetapan tujuan (goal setting)
Perencanaan (planning)
Pengorganisasian (organizing)
2. Kegiatan Pelaksanaan:
Pengisian staff (staffing)
Pengarahan (directing)
3. Kegiatan Perngendalian
Pengawasan (supervising)
Pengendalian (controlling)
Koordinasi (coordinating)
Kegiatan pengawasan tersebut juga sesuai dengan tuntutan ketentuan kontrak, yakni
bahwa setiap kegiatan pelaksanaan pekerjaan jembatan harus di bawah pengawasan dari
direksi pekerjaan/direksi teknis.
1. Pengawasan Mutu.
Secara umum yang dimaksud dengan mutu adalah sifat dan karakteristik produk yang
dihasilkan yang memenuhi kebutuhan pemberi tugas sesuai standar acuan yang telah
diberikan dalam kriteria dan spesifikasi.
Dengan demikian, kegiatan atau hasil kegiatan yang dilaksanakan yang terdiri dari
komponen peralatan, bahan yang digunakan, metode pelaksanaan dan sumber daya
pelaksananya harus memenuhi kriteria dan spesifikasi yang ditetapkan agar dapat
berfungsi secara memuaskan atau siap pakai. Untuk mencapai tujuan tersebut secara
efektif dan efisien harus diperlukan pengawasan, termasuk memonitor pelaksanaan
berupa pemeriksaan prosedur dan hasil pengujian, laporan pengawasan, laporan
pencapaian kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan secara terprogram guna
menghindari pelaporan yang kurang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Metode yang dipakai dalam pengawasan mutu sebagai begian dari kegiatan
pengendalian mutu tergantung pada jenis objek dan ketepatan yang diinginkan, ada
beberapa metode yang sering digunakan dalam pengendalian mutu yaitu:
BAB II
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
JEMBATAN
2.1 UMUM
Pondasi jembatan merupakan bangunan yang akan menahan seluruh beban di atasnya
seperti: bangunan bawah jembatan, bangunan atas jembatan, termasuk beban lalu lintas
yang lewat di atas jembatan serta beban hidup lainnya. Kegagalan pondasi dalam
mendukung beban yang harus dipikulnya, akan menyebabkan secara keseluruhan
jembatan menjadi tidak berfungsi. Banyak kejadian yang menunjukkan kerusakan seluruh
jembatan sebagai akibat kerusakan pondasinya seperti terjadinya penurunan pondasi
jembatan yang mengakibatkan seluruh jembatan menjadi tidak berfungsi.
Selain hal-hal tersebut di atas, tidak seperti bangunan di atasnya, kerusakan pondasi
tidak mudah untuk diperbaiki, atau malah sering harus dibongkar dan diganti sama sekali.
Apalagi jika kerusakan bangunan pondasi tersebut terjadi pada saat seluruh bangnan
jembatan telah selesai dan sedang dalam pengoperasian untuk lalau lintas, hal tersebut
menjadi semakin rumit.
Permasalahan pondasi tersebut timbul disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain:
Kesalahan perencanaan:
o Kesalahan mengambil asumsi beban rencana;
o Kesalahan dalam mengambil asumsi kondisi tanah;
o Kesalahan dalam penyelidikan geoteknik;
o Kesalahan dalam pemilhan jenis pondasi;
o Kesalahan dalam perhitungan kekuatan pondasi.
Beton;
Beton pratekan;
Baja.
o Tiang bor
2.2.1 ALAT
Kerangka tiang terdiri atas menara dengan satu set pemandu (leader) dan katrol.
Biasanya memerlukan biaya (modal) kecil tetapi pemasangan agak kaku, demikian
pula pemindahan dan pengoperasiannya sehingga tingkat kemajuan lambat.
Pemandu harus cukup tinggi untuk memegang tiang, penumbuk dan ruang bebas
untuk tinggi jatuh.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-3
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab II : Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi Jembatan
Kerangka dapat terbuat dari kayu atau baja dan seringkali dibuat atas pesanan untuk
pekerjaan tertentu. Pemandu harus tetap untuk pemancangan vertikal atau dengan
sudut kemiringan atau dapat diatur untuk memungkinkan keduanya. Tali digunakan
untuk memasang dan menstabilkan menara di atas posisi tiang dan memegang
pemandu (leader) di tempat pada waktu pemancangan.
Sistem ini biasanya terdiri atas crane dengan roda rantai dan satu set pemandu tiang
pancang baja atau pengarah yang digantung pada tiang (boom). Dasar dari pemandu
(guides) diikat pada crane dengan lengan (stay) yang dapat disetel. Crane harus
dapat menempatkan penumbuk tiang dalam pemandu dan mengangkat serta
menempatkan tiang di bawah penumbuk. Ini biasanya memerlukan crane besar
karena pemandu, tiang dan penumbuk semuanya harus diangkat dalam posisinya.
Gambar 2.1. menunjukkan gambar dari peralatan pemancang yang bergerak (mobile
pile-driver) yang umum dipakai.
berat penumbuk) pada waktu penumbuk mencapai titik tengah pemandu, jika tidak,
mekanisme tidak bekerja.
Tanpa memandang jenis tiang pancang, harus digunakan penumbuk yang cukup
besar untuk mengatasi inersia dari tiang pancang. Untuk pemancangan yang efisien
dan ekonomis harus tersedia tenaga kinetis yang cukup untuk memancang tiang ke
dalam tanah setelah dikurangi kehilangan akibat pukulan (impact) dan sebab lain.
Penumbuk jatuh bebas dan diesel adalah jenis yan paling sering dipakai.
Penumbuk jatuh bebas memerlukan biaya modal yang rendah dan hampir tanpa
pemeliharaan. Masukan tenaga dihitung sebagai hasil perkalian berat penumbuk,
tinggi jatuh dan faktor efisiensi, yang tergantung pada cara pengoperasian
penumbuk. Operasi penarikan pelatuk yang kira – kira menyerupai suatu yang
jatuh bebas dari penumbuk lebih daripada jatuh bebas katrol.
Penumbuk terbuat dalam berbagai bentuk dan dibuat dari blok besar besi cor atau
baja, yang memungkinkan penyesuaian berat penumbuk dengan mengurangi atau
menambah pelat.
Penumbuk jatuh bebas tersedia dalam bermacam ukuran dari 0,5 sampai 8 ton.
Pilihan akhir tergantung pada berat dan ukuran tiang yang akan dipancang.
Penumbuk digantung dengan tali yang dipasang di atas, diangkat pada ketinggian
yang ditentukan pada kepala tiang.
Tiap penumbuk harus diberi tanda yang menunjukkan beratnya.
Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang
yang disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:
Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan
tiang minimum dua pertiga.
Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu
perdua.
Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian
jarak jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak
boleh melebihi 5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga
maksimum dapat ditentukan oleh pengawas lapangan/direksi teknis.
Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus
mendekati berat tiang pancang.
Gambar 2.3. Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak
b. Dolly
Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk
memungkinkannya dipasang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang
pada topi dipuncak tiang dan dibuat dari kayu keras (hardwood) bulat atau dari
baja, sedapat mungkin penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya
kehilangan tenaga pada dolly dengan sambungan tiang dan sendi “bergerak”
dapat menyebabkan kehilangan pengendalian arah.
Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan
pendek di bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk
bergerak ke bawah melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya
bila dianggap bahwa tiang dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan
sebelum menembus tanah terlalu dalam untuk dapat disambung.
Pipa baja ditekan masuk disamping tiang, pada saat dipancang, serta dihubungkan
dengan sumber air. Pipa biasanya berdiameter 30 hingga 50 mm dengan nozzle 10
hingga 15 mm pada ujung bawahnya.
Penyemprotan (jet) di tempatkan pada ujung tiang untuk meggemburkan tanah di
bawah tiang sehingga memungkinkan tiang menembus tanah dengan berat sendiri
atau dengan pemancangan.
Pipa dapat dipasang sentries ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan air
kepada empat (4) jet satu pada tiap sisi ujung yang mengecil (tapered point). Pipa
diberi bengkokan 900 kira – kira satu meter di bawah kepala tiang untuk penyediaan
air bertekanan kepada jet.
Penyemprotan harus dihentikan kira – kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan
saat tiang dipancang pada posisi akhir.
Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7,5 liter per detik per
nozzle pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.
Tiang selubung baja, yang dirancang untuk diisi beton, lebih efektif bila dipancang
dengan penumbuk yang beroperasi dari atas dari pada oleh penumbuk jatuh bebas
internal yang bekerja pada beton penyumbat didasar. Selain itu tiang pancang yang
dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka yang dapat
mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu pemancangan.
meyangga alat penggali pada dasar lubang), sehingga biasanya diambil nilai
kedalaman maksimum 50 m.
Kedalaman dan diameter lubang yang dapat dibor tergantung pada sistem
pengeboran yang dipakai dan tenaga peralatan bornya. Penggali berputar (rotary)
dengan memakai mata bor dan ember bor (drilling bucket) adalah cara yang paling
cepat dan ekonomis bila keadaan tanahnya memungkinkan. Cara ini cocok untuk
memasang tiang yang dibor dalam tanah lempung dan dapat dipakai untuk penggalian
terbuka (open) atau dilapisi (lined), atau untuk penggunaan bentonite pada batuan
lunak dan pada bahan selain batuan.
Berbagai jenis bucket tersedia untuk pemakaian dengan bor berputar (rotary) jenis
standar mempunyai bukaan pisau sekop (scoop blade) dengan gigi yang keluar
(projecting). Bucket batuan yang mempunyai bukaan besar yang direncanakan
untuk mengambil batuan yang pecah akibat tumbukan alat pemotong (chopping bit)
pada kelly bar.
Dasar yang diperlebar dapat dipotong dengan memutar belling bucket di dalam lubang
berpiggiran lurus yang telah dibor sebelumnya.
Peralatan pengeboran dengan putaran khusus diperlukan untuk pengeboran pada
batuan. Suatu pilihan lain adalah peralatan kabel (cable tool), yang menggunakan
pahat batu, ember penciduk (bailing) untuk membuang bahan – bahan cair (slurry)
dan penciduk bercengkeram (clam shell grabs/alat menggali dan menciduk). Terdapat
beberapa jenis peralatan tersedia yang dapat disesuaikan dengan
penggunaannya,dan peralatan demikian keuntungan yaitu dapat beroperasi pada
penggalian yang dalam.
2.2.2 BAHAN
Bahan untuk pekerjaan pondasi meliputi: beton (agregat, semen, baja tulangan), tiang
kayu, tiang baja struktur, tiang pipa baja, tiang beton bertulang pracetak, tiang beton
prategang pracetak dan tiang bor beton cor langsung di tempat.
2.2.2.1. Beton
1. Agregat.
Pemilihan agregat yang sesuai sangat penting pada produksi beton yang baik.
Agregat beton harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras dan tahan serta
cukup kuat untuk menahan beban yang diterima oleh beton. Pada umumnya, agregat
tersebut terdiri dari pasir atau kerikil alam, atau batu pecah.
Agregat beton harus :
a. Cukup kuat dan keras untuk dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan
yang memenuhi syarat, dan tahan abrasi.
b. Cukup tahan terhadap cuaca serta siklus basah dan kering.
c. Pasif secara kimia sehingga tidak bereaksi dengan semen yang bisa
menyebabkan kerusakan beton.
d. Bersih atau bebas dari kotoran seperti zat-zat organik, karena dapat menghambat
pembekuan dan pengerasan beton. Partikel-partikel yang lemah dan lunak dapat
mengurangi kekuatan beton dan dapat hancur bila terbuka terhadap cuaca.
Lempung atau bahan lemah lainnya yang menutupi permukaan agregat dapat
mengurangi ikatan antara agregat dan pasta semen.
Agregat biasanya diklasifikasikan sebagai agregat halus dan agregat kasar. Agregat
halus melewati saringan 9,5 mm sedangkan agregat kasar tertahan pada saringan
9,5 mm. Gradasi suatu agregat ditentukan dengan cara melewatkan contoh agregat
itu melalui serangkaian saringan dan menimbang jumlah yang tertahan pada masing-
masing saringan. Jumlah tersebut dinyatakan dalam persentase dari berat total
contoh/benda uji.
Adalah biasa untuk membedakan agregat kasar dan halus yang mengandung
berbagai ukuran partikel. Dengan kata lain agregat harus bergradasi. Agregat yang
bergradasi baik akan menghasilkan beton yang mudah dikerjakan, sedangkan agregat
yang tidak memenuhi gradasi yang disyaratkan cenderung untuk terjadi pemisahan
(segregasi) dan airnya akan merembes keluar (bleeding).
Agregat bergradasi senjang (gap) adalah agregat atau kombinasi agregat dimana
suatu kisaran (range) pada ukuran partikel antara (intermediate) ditiadakan. Beton
yang dibuat dari agregat bergradasi senjang biasanya lebih sukar dikendalikan,
karena kemampuan pengerjaannya (workability) sangat sensitif terhadap perubahan
pada kadar air, dan akan terjadi bahaya pemisahan (segregation) pada campuran
yang terlalu basah dan mortar yang terdapat di antara partikel agregat kasar akan
buruk hasilnya kecuali bila campuran cukup kering.
Pada umumnya pasir yang bergradasi kasar paling dikehendaki. Di sisi lain, semua
pasir harus mengandung kuantitas partikel halus cukup untuk membantu
mendapatkan kemampuan pengerjaan yang baik. Suatu gradasi pasir di mana satu
atau dua ukuran partikel sangat dominan harus dihindari. Pasir demikian mempunyai
kadar udara yang besar, oleh karena itu memerlukan pasta semen dalam jumlah
besar untuk dapat menghasilkan campuran yang dapat dikerjakan dengan baik.
2. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994, kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Apabila menggunakan bahan tambah yang dapat menghasilkan gelembung udara,
maka gelembung yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5% dan harus mendapat
persetujuan dari pengawas/direksi teknis.
Dalam satu campuran hanya produk dari pabrik untuk satu jenis merk semen
portland yang boleh digunakan, kecuali disetujui oleh pengawas/direksi teknis.
Apabila digunakan lebih dari satu merk semen, maka penyedia jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang
digunakan.
3. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton, perawatan tidak boleh mengandung garam
dalam jumlah besar, larutan zat organik, minyak, asam, basa atau bahan lain yang
akan mengganggu hidrasi semen.
Air yang dapat diminum biasanya memuaskan. Jika ada keraguan, suatu batch
percobaan beton harus dibuat dan diuji untuk membandingkan tingkat pengerasan dan
kekuatan ultimatenya dengan beton serupa yang dibuat dengan air murni/segar. Air
yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air murni untuk
periode perawatan yang sama.
Air laut tidak boleh digunakan pada beton bertulang, karena menyebabkan korosi
pada tulangan.
Pemeriksaan kualitas air meliputi:
pH air
Bahan tersuspensi dalam air
Bahan organik dalam air
Minyak dalam air
contoh air sebanyak 25 cm3 ke dalam cawan penguap dan diuapkan dengan
pemanas air.
Lanjutkan penyaringan dalam oven dengan suhu ± 110°C selama satu jam. Dengan
mendinginkan residu bersama cawan penguap dalam desikator. Kemudian
timbanglah dan tentukan berat residu. Bahan padat yang diizinkan dalam air = 2000
mg/1 (ppm).
Sedangkan pemeriksaan bahan organik dalam air dimaksudkan untuk menentukan
kadar bahan organik dalam air dengan cara memanaskan benda uji air sebanyak 50
cm3 kedalam cawan penguap platina. Kemudian uapkan di atas pemanas air,
lanjutkan pengeringan dalam oven dengan suhu ± 110°C selama 1 (satu) jam.
Dinginkan residu dalam desikator dan timbang. Pijarkan residu kemudian dinginkan
dalam desikator. Dengan selisih residu pertama dengan kedua dan mengalikan
dengan volume benda uji didapat bahan organik dalam air dalam mg/1 (ppm). Bahan
organik yang diizinkan dalam air 2000 mg/1 (ppm).
4. Baja Tulangan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/ memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan berikut ini.
a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
gambar dan memenuhi Tabel 2.2. berikut ini :
b. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi SNI 07-0663-1995 dapat digunakan.
c. Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu > fc’ 20MPa atau K-250 seperti yang disyaratkan.
Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak
diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap
panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit
kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu,
bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai dengan
AASHTO M133 - 86.
Cerucuk kayu harus terbuat dari jenis, diameter dan mutu yang ditunjukkan dalam Gambar.
Baja harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan AASHTO M183 - 90.
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau dilas harus
sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel. Baja lainnya harus
mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 dan tegangan tarik minimum
sebesar 4000 kg/cm2. Baja struktur untuk gelagar komposit harus mempunyai tegangan
leleh minimum sebesar 3500 kg/cm2 dan tegangan tarik minimum sebesar 4950 kg/cm2.
Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit yang
menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
Pipa baja yang akan diisi dengan beton harus memenuhi ketentuan dari ASTM A252 Grade
2. Pelat penutup untuk menutup ujung tiang pancang harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M183 - 90 (ASTM A36).
Pipa baja harus mempunyai garis tengah sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, tebal dinding tidak boleh kurang dari 4,8 mm. Pipa
baja termasuk penutup ujung, harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk dipan-cang
dengan metode yang ditentukan tanpa distorsi.
Pelat penutup dan las penyambung tidak boleh menonjol ke luar dari keliling ujung tiang
pancang.
Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat
pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut
yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang
tiang pancang yang luar biasa diperlukan.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat pengang-
katan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang terjadi akibat
pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak boleh kurang dari 40
mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya,
selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm.
1. Beton
Beton harus dibuat memenuhi ketentuan dalam Spesifiksi sesuai dengan mutu yang
digunakan. Mutu beton untuk tiap jenis unit harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar.
2. Acuan
Acuan untuk unit pracetak harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dan dengan
ketentuan tambahan dalam Spesifikasi.
Acuan harus terbuat dari logam atau kayu yang dilapisi logam, atau kayu lapis yang
kedap air, dan harus cukup kuat sehingga tidak akan melendut melebihi batas-batas
toleransi selama pengecoran.
Penutup (seal) harus dipasang pada sambungan acuan untuk mencegah kehilangan
pasta semen.
Penumpulan acuan harus dilakukan pada semua sudut dan harus lurus dan sesuai
dengan bentuk dan garis yang tepat.
Pembentuk rongga harus dipasang dengan kencang dan harus dibungkus dengan pita
penutup berperekat sebagaimana yang diperlukan untuk mencegah masuknya adukan.
3. Grouting
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, berdasarkan percobaan penyuntikan
(grouting), maka bahan penyuntikan harus terdiri dari semen portland biasa dan air.
Rasio air - semen haruslah serendah mungkin sesuai dengan sifat kelecakan
(workability) yang diperlukan tetapi tidak akan pernah melebihi 0,45.
Bahan tambah (aditif) dapat digunakan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan
plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan (grouting) harus digunakan
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Bahan ini tidak boleh mengandung chlorida,
nitrat, sulfat atau sulfida.
4. Baja Tulangan
Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan Spesifikasi.
5. Baja Pra-tegang
a. Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik
tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa
sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan kekuatan
batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
b. Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan
panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan AASHTO
M204 - 89.
c. Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemu-dian
diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm2.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetro-meter
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor
sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus
selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.
Lubang-lubang harus dibor sampai ke dalaman seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
ditentukan berdasarkan pengujian hasil pengeboran. Semua lubang harus diperiksa,
bilamana diameter dasar lubang kurang dari setengah diameter yang ditentukan, pekerjaan
tersebut akan ditolak.
Sebelum pengecoran beton, semua lubang tersebut harus ditutup sedemikian rupa hingga
keutuhan lubang dapat terjamin. Dasar selubung (casing) harus dipertahankan tidak lebih
dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm di bawah permukaan beton selama penarikan dan
operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat
yang tetap.
Perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.
Titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan dengan
melakukan pengukuran baik vertikal maupun horizontal dan dari titik kontrol tersebut
posisi akhir dari elemen dapat ditetapkan. Apabila terdapat ketidakjelasan informasi pada
Gambar Rencana yang menimbulkan keraguan interpretasi, maka pengawas lapangan
harus menghubungi perencananya untuk mendapatkan kejelasan. Penyedia jasa
bertanggung jawab dalam penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang
pengawas lapangan harus memastikan bahwa penyedia jasa mendapat informasi yang
tepat serta telah menyiapkan titik – titik kontrol yang dipasang.
2.3.1 PENGUKURAN
1. Pengukuran Horisontal
Pengukuran horisontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun sistem
koordinat, namun bila dibutuhkan dapat diterapkan kombinasi dari kedua sistem di
atas.
b. Sistem Koordinat
Dalam sistem ini, titik – titik utama harus ditentukan koordinatnya. Untuk
menentukan posisi koordinat – koordinat tersebut dilapangan, dilakukan
pengukuran jarak dari titik kontrol hasil survai yang dihitung berdasarkan pada
ordinat arah utara – timur.
2. Pengukuran Vertikal
Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Bench Mark
pengendali bangunan dapat di tempatkan pada lokal atau pada gabungan datum.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-19
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab II : Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi Jembatan
Geometri vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan, data ini memerinci rangkaian
titik – titik vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir. Pengukuran lengkung
vertikal sering diabaikan jika lengkungan vertikal normal dan dikurangi dengan
ketinggian yang diukur pada interval – interval pendek sepanjang garis – garis
rencana.
Suatu jaringan titik kontrol survai ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek dan
di tempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan. Jarak antar titik-titik
kontrol dianjurkan kira-kira 50 m.
1. Tiang Pancang
Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan pekerjaan yang paling kritis.
Beberapa unsur penting seperti jarak antara beton kopel (pile cap) harus selalu
diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas, sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai, terutama bila bangunan atas horizontal.
2. Telapak Pondasi Dan Beton Kopel Tiang (Footing And Pile Cap) Serta Kolom
Posisi garis – garis referensi harus tetap terletak pada telapak pondasi atau pada
garis poros beton kopel dan garis – garis poros kolom. Setelah pemancangan tiang
dilakukan, titik referensi yang telah ditentukan sebelumnya harus diperiksa kembali
untuk memastikan bahwa titik – titik tersebut tidak mengalami gangguan.
Acuan untuk pangkal atau ujung dari kolom harus ditentukan secara tepat dan akurat.
Bila pangkal kolom terletak pada posisi yang tepat dan akurat, maka ketegakan kolom
dapat dikontrol langsung dari pangkal.
Ketegakan dapat dikontrol dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, seperti yang
telah diterangkan di atas atau dengan unting – unting atau bila mungkin dapat
dilakukan dengan theodolit dari 2 arah.
‘Sprit level’ sebaiknya tidak digunakan untuk memeriksa ketegaklurusan. Unting –
unting yang digantungkan sepanjang tinggi kolom adalah cara yang terbaik untuk
mendapatkan hasil kontrol dan bahkan dapat digunakan untuk konstruksi kolom
mengecil ujungnya.
Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara pengukuran
beda tinggi (leveling).
1. Pondasi sumuran
a.. Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara
kepala jembatan - 0 dan + 10 mm
b. Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm
2. Pondasi tiang
a. Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gam-bar.
Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh
melampaui 75 mm dalam segala arah.
c. Kelengkungan (Bow)
1). Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh
melampaui 0,01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah.
2). Kelengkungan lateral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0,0007 dari
panjang total tiang pancang.
tiang telah dipancang dalam kopel tiang, bawah tiang cukup panjang untuk masuk dari
sisi bawah kopel pada level pemotongan rencana.
Bila ada usulan penyesuaian terhadap ukuran balok kopel tiang, panjang sambungan
tambahan tiang dan sebagainya, harus disetujui oleh pengawas lapangan/direksi
teknis dan dibiayai oleh penyedia jasa.
Tiang yang telah dipacang diluar batas toleransi yang diperlukan dapat diterima
dengan syarat balok kopel tiang diperbesar dan/atau sambungan dibuat pada tiang
yang telah dipancang agar terdapat cukup selubung di dalam kopel tiang beton.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan atas biaya penyedia jasa.
BAB III
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
3.1 UMUM
Bangunan bawah jembatan, adalah bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi
mendukung bangunan atas dan meneruskan beban-beban ke pondasi untuk selanjutnya
diteruskan ke tanah keras yang memenuhi daya dukung yang disyaratkan.
Bagian bangunan bawah ini terdiri atas:
1. Kepala Jembatan (Abutment)
Kepala jembatan ini berfungsi meneruskan beban dari bangunan atas ke pondasi dan
sebagai tembok penahan tanah.
2. Pilar (Pier)
Kegunaan pilar terutama untuk meneruskan beban dari bangunan atas ke pondasi.
Kepala jembatan dan pilar dapat berupa konmstruksi beton, baja atau kayu.
3.2.1 ALAT
1. Konstruksi Beton
Pekerjaan konstruksi beton dilaksanakan dengan tahapan: pembuatan acuan,
pemasangan tulangan, pengadukan/pencampuran beton, dan pengangkutan beton.
Kesiapan peralatan (jenis, kapasitas, dan jumlah) yang harus disediakan kontraktor
harus diperiksa untuk masing-masing tahapan pekerjaan konstruksi beton tersebut
meliputi:
a. Pembuatan acuan (kayu atau baja)
Alat angkat (keran);
Alat angkut (truk).
b. Pemasangan tulangan
Alat angkat (crane);
Alat angkut (truk).
c. Pengadukan/pencampuran beton
Pencampur beton (untuk pencampuran di lokasi pekerjaan);
Pencampur beton ini biasanya berukuran kecil, yaitu sekitar 0,25 meter
kubik. Ukuran ini sebetulnya terlalu kecil untuk pekerjaan beton jembatan,
walaupun campuran yang dipakai bilamana akan dilakukan pengecoran
besar, umumnya pada lantai beton.
Batch plant;
Ready mix plant (central mixing plant, stage mixed plant, atau truck
mixer).
o Central mixing plant yang mengaduk beton secara menyeluruh yang
kemudian diangkut ke lokasi dalam truk agitator atau truk pengaduk.
o Stage mixed plant mengaduk beton secara sebagian (1,5 hingga 30
menit) dan pengadukan kemudian diselesaikan dalam truk pengaduk.
Cara ini memperkecil persoalan yang berkaitan dengan gumpatan
tambahan dari bahan yang terpisah.
o Truck mixer (truk pengaduk) mengaduk beton secara keseluruhan dalam
truk, material yang terpisah biasanya dibatch kering pada central
batching plant. Air dapat ditambahkan pada plant, dari truk atau pada
site.
Bilamana plant demikian tersedia, beberapa hal harus diperhatikan:
o Untuk pengadukan beton secara menyeluruh yang truck mixer atau
stage mixed plant, jumlah perputaran drum yang dapat diterima pada
kecepatan pengadukan yang ditentukan pabrik adalah antara 55 dan
100.
o Penuangan harus selesai dalam batas waktu 45 menit sejak dimulainya
pengadukan. Waktu ini mungkin harus dikurangi untuk memperhitung-
kan pengaruh cuaca panas.
o Volume beton yang diaduk didalam truk pengaduk tidak boleh melebihi
63 persen dari volume internal bruto drum.
d. Pengangkutan beton
Talang/saluran;
Sistem ini yang paling sering digunakan pada proyek jembatan. Talang
terbuat dari kayu terdapat pada tempat pengadukan hingga tempat
pengecoran. Masalah utama pada talang adalah bahwa beton dapat keluar
langsung dari ujung talang kedalam acuan (dengan demikian terjadi
pemisahan) dan bukannya secara vertikal melalui baffle dan susunan
bukaan, seperti terlihat pada Gambar 7.19. Kemiringan talang harus cukup
curam untuk memungkinkan aliran beton akibat gaya berat pada slump
terendah. Sudut kemiringan 25 hingga 30 derajat biasanya sudah memadai.
Talang/saluran panjang lebih baik tertutup untuk melindungi beton dari
matahari.
Kereta dorong (barrow) dan handcarts;
Kereta tersebut umum di Indonesia karena tidak memerlukan peralatan
yang khusus. Penting bahwa jembatan kerja yang digunakan didukung
dengan baik dan bahwa jalur pergi dan pulang disediakan untuk mencegah
kemacetan, terutama dekat pengaduk.
Dump buggies;
Ini adalah suatu bentuk kereta dorong bermesin yang dipakai untuk
transport horizontal dan mempunyai ukuran sampai kira-kira 1 meter kubik.
Keran dan ember;
Sistem ini adalah suatu bentuk transport yang dipakai bila beton harus
ditransport melalui jarak vertikal yang besar. Dianggap bahwa terdapat
suatu keran di lokasi yang berarti bahwa sistem hanya layak digunakan
pada proyek besar. Penampang ember berbentuk bulat atau persegi dan
harus mampu menuang sebagian isinya pada suatu saat, menggunakan
susunan bukaan yang mengayun pada alas ember.
Kereta rel;
Sistem ini kadang-kadang dipakai untuk lantai atau dinding panjang dan
merupakan variasi dari sistem kereta dorong.
Pompa.
Peralatan pompa khusus akan memungkinkan beton dalam kuantitas besar
untuk ditransport pada jarak horisontal dan vertikal lebih cepat daripada
cara-cara digariskan di atas. Oleh karena pompa beton mahal, hanya
kontraktor besar yang mempunyai fasilitas ini, dan pemakaiannya lebih
lazim pada lokasi bangunan daripada lokasi jembatan.
e. Pengecoran
Corong
Tremie
Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper
dipuncak dan katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya
bercampur dengan beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak
pada pondasi pada waktu pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper
harus sepenuhnya terisi oleh beton sebelum katup dasar dibuka untuk
pengecoran pertama beton. Ujung bawah tremie harus selalu berada di
bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat. Tremie harus
mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah lateral dan
vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk
mengurangi tingkat pengecoran beton.
f. Pemadatan
Vibrator Dalam (Immersion)
Jenis vibrator ini dapat digerakkan secara mekanis, listrik atau dengan
tekanan udara (pneumatic). Vibrator pneumatic mempunyai gerakan yang
aman dan fleksibel, tetapi bila motor udara kompresi relatif tidak efisien dan
mahal pemeliharaannya, mungkin tidak ekonomis kecuali bila kompresor
sedang dipakai ditempat lain juga. Motor listrik beroperasi dengan
kecepatan konstan dan mudah dibawa, tetapi memerlukan penyediaan
listrik yang memadai dan dapat diandalkan.
Vibrator dalam (kadang-kadang disebut sebagai vibrator internal atau poker)
mungkin merupakan jenis vibrator yang paling efisien karena menggetar
beton secara langsung. Vibrator ini tersedia dengan diameter kepala
berukuran antara 25 mm hingga 150 mm, kepala berdiameter 25 mm paling
sesuai untuk bagian-bagian dengan penulangan, sedang kepala berukuran
60 - 70 mm merupakan jenis yang paling umum yang dapat dipakai untuk
segala keperluan.
Vibrator Acuan
Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar
acuan menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang
pada acuan. Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit dan
bagian dengan banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan vibrator
dalam. Seringkali vibrator ini dipakai bersamaan dengan vibrator poker untuk
suatu derajat ketelitian pemadatan dan penyelesaian permukaan yang baik
dan padat.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) III-4
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab III: Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Bawah Jembatan
g. Penghalusan
Penghalus tangan
Penghalus tangan\biasanya terbuat dari kayu. Penghalus kayu
menghasilkan suatu tekstur kasar yang sering dapat untuk penyelesaian
akhir. Untuk memperbaiki ketahanan terhadap gelincir, karung goni atau
sapu kawat dapat ditarik secara ringan pada permukaan.
Trowelling baja
Trowelling baja dipergunakan untuk memperoleh permukaan yang halus, padat
dan keras. Jenis permukaan ini tahan dan mudah dibersihkan tetapi menjadi
licin pada waktu basah.
h. Perawatan
Penyemprot air
Peralatan perawatan uap
2. Konstruksi Baja
Peralatan konstruksi baja mencakup:
Keran;
Mesin las;
Mesin pemotong;
Dongkrak hidraulis;
Katrol;
Grinda;
Alat bor;
Kit peralatan.
3.2.2 BAHAN
1. Konstruksi Beton
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan
oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland
yang dapat digunakan di dalam proyek.
Semen harus disimpan memakai penutup tahan cuaca. Semen yang telah
terkena air atau mengandung gumpalan keras yang berarti, harus ditolak karena
tidak sesuai untuk dipakai. Semen yang berumur lebih dari yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Teknik (biasanya antara 10 dan 16 minggu) harus dipakai
hanya setelah pemeriksaan yang teliti.
Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Agregat, terutama agregat halus, harus diuji kadar kelembabannya secara tetap
karena kadar kelembaban agregat mempengaruhi secara langsung jumlah air
campuran yang perlu ditambahkan pada material yang ada di batch. Agregat
kasar harus ditumpuk (stockpile) pada dasar yang dapat menyalurkan air secara
bebas sehingga air tidak akan tertahan pada tumpukan.
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organik. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa
pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan
pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum.
Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan
penyelesaian beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan
sebagainya. Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala
jembatan, beton pinggir jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus
dilapis plywood. Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-
macam kualitasnya dan sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan
lendutan. Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan
(untuk menahan gaya horisontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada
penopang luar.
Kayu lapis (plywood) tahan air untuk pemakaian luar (exterior) adalah bahan
acuan kayu yang terbaik. Biasanya permukaan bahan ini mempunyai plastik
sehingga menghasilkan permukaan yang halus dan mempunyai ketahanan.
Dengan cara penggunaan yang hati-hati bahan ini dapat dipakai kembali hingga
20 kali. Plywood harus diluruskan dengan alur pada papan luar tegak lurus
terhadap stud atau sambungan untuk kekuatan dan kekakuan yang maksimum.
Papan kayu juga dipakai sebagai permukaan acuan tetapi tidak menghasilkan
permukaan yang baik pada beton setelah dilepas. Papan yang digunakan di
Indonesia sering mempunyai lebar tidak seragam dan sulit untuk ditutup (seal).
Acuan kayu tepi yang non-struktural dapat digunakan pada acuan kayu bangunan
(struktural). Tipe demikian termasuk hard board kayu ( 6 mm ) dan lapis tahan air
yang dipakukan pada papan penahan dengan paku kepala datar. Ini merupakan
alternatif yang praktis untuk (a) diatas bilamana papan kayu dipakai untuk acuan
pelat lantai.
Papan Partikel Tahan Air (200 mm).
Bahan ini lebih murah daripada acuan lapis tetapi jumlah pemakaian kembali
sangat terbatas. Seharusnya tidak dipakai untuk acuan permukaan yang
tampak, dimana diperlukan penyelesaian permukaan yang halus.
Acuan Baja.
Sering kali dibuat dengan sasaran tertentu (purpose built) di mana diharapkan
pemakaian kembali dalam frekwensi yang besar, sampai 200 kali atau lebih,
dan biayanya dapat seimbang. Bila penyelesaian permukaannya diutamakan,
baja tersebut harus disemprot (blast) dengan ringan dan dirawat untuk
mencegah berkaratnya baja.
Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat
lepas atau tebal, atau bahan melekat lainnya.Meskipun batang ulir lebih baik
daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan proyek di Indonesia
menggunakan batang polos untuk semua penulangan.
Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter
berukuran 10 mm dapat diterima.
Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal berikut:
o Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar.
o Kerusakan pada batang pada waktu penanganan dan pengangkutan.
o Kebersihan dan kondisi karat.
2. Konstruksi Baja
Baja Struktur
Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-
unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
Baut, Mur dan Ring
o Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dan
mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal).
o Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi.
o Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon
yang dikerjakan secara panas.
o Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi. Ukuran baut harus sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar.
Paku Penghubung Geser Yang Dilas
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169 - 83 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade
1015, 1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
Bahan Untuk Keperluan Pengelasan
Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari
kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183 - 90, harus memenuhi
ketentuan dari ASTM A233.
Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta
oleh Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar
dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatanya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik
bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau
bagian-bagian yang dirol, baut, bahan dan pembuatan landasan (bearing) jembatan
dan galva-nisasi.
Lokasi pengecoran beton harus dipastikan bebas dari resiko terkena air pasang atau
muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
2. Acuan
Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh direksi pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam
Acuan harus dibulatkan.
Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton
dengan memberikan minyak pelumas.
Pengukuran vertikal
o Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik bench mark.
o Geometri vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data ini merinci
rangkaian titik tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.
Titik kontrol survei
o Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah
proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan
konstruksi.
o Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
o Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan
tetapi bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk
pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus
selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi
pada dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau
proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya
variasi kadar kelembaban.
3. Perletakan
a. Penempatan Perletakan
Perletakan, baut pengunci dan dowel pelengkap harus diletakkan sedemikian hingga
sumbunya berada dalam rentang + 3 mm dari posisi yang seharusnya. Elevasi
permukaan perletakan tunggal atau permukaan rata-rata dari perletakan yang lebih
dari satu pada setiap penyangga harus berada dalam rentang toleransi + 0,0001 kali
jumlah bentang-bentang yang bersebelahan dari suatu gelagar menerus tetapi tidak
melebihi + 5 mm.
b. Permukaan Beton
Permukaan beton untuk penempatan langsung dari perletakan tidak boleh
melampaui lebih dari 1/200 dari sebuah bidang datar rencana untuk perletakan dan
ketidakrataan setempat tersebut tidak boleh melampaui 1 mm tingginya.
c. Landasan Perletakan
Perletakan harus dilandasi pada seluruh bidang dasarnya sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar atau disetujui oleh direksi pekerjaan. Setelah pema-
sangan, tidak boleh terdapat rongga atau bintik-bintik yang nyata pada landasan.
Bahan landasan harus mampu meneruskan beban yang diberikan struktur tanpa
kerusakan. Permukaan yang akan diberi adukan semen untuk landasan harus
disiapkan sebagaimana mestinya sampai suatu keadaan yang sesuai (compatible)
dengan adukan semen yang dipilih. Permukaan atas dari setiap bidang landasan di
luar perletakan harus mempunyai kelandaian yang menurun dari perletakan.
1. Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara
kepala jembatan - 0 dan + 10 mm
2. Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm
BAB IV
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
BANGUNAN ATAS JEMBATAN
4.1 UMUM
Jenis konstruksi bangunan atas jembatan berupa konstruksi beton, beton prategang, baja,
dan kayu.
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton bertulang dan kayu untuk
bangunan atas tidak berbeda dengan untuk bangunan bawah. Dengan demikian pada
bab ini uraian mengenai pengawasan pelaksanaan pekerjaan bangunan atas terbatas
pada pelaksanaan konstruksi beton prategang dan rangka baja.
Oleh karena pelaksanaan pekerjaan beton sudah dibahas dalam sebelunya, maka
pembahasan pekerjaan beton pratekan dalam bab ini dibatasi pada pekerjaan-pekerjaan
terkait dengan penegangan, penjangkaran, grouting dan pemasangan unit-unit pracetak.
Sedangkan untuk pekerjaan konstruksi baja, pembahasan pengawasan pelaksanaan
dilakukan terhadap pelaksanaan pemasangan rangka baja
Untuk setiap jenis elemen pra-tegang Kontraktor harus menyerahkan 2 set semua detil
gambar kerja, disiapkan secara khusus, kepada Direksi Pekerjaan untuk peninjauan
ulang. Setelah peninjauan ulang, 3 set harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan,
untuk digunakan selama pelaksanaan. Kontraktor tidak boleh menge-cor setiap elemen
yang akan dipra-tegangkan sebelum peninjauan ulang detil gambar kerja terinci selesai.
Pekerjaan yang tercakup dalam pelaksanaan pemasangan rangak baja terdiri dari
pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti
jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey atau sistem rancangan
lainnya yang dibeli sebelumnya oleh Pemilik.
Sebelum pelaksanaan pemasangan rangka baja, kontraktor harus menyerahkan
rincian jadwal pekerjaan dan perlengkapan pengendalian lalu-lintas untuk semua
jembatan rangka baja yang akan dipasang dan harus mendapat persetujuan dari
direksi pekerjan sebelum memulai operasi pemasangan.
Setelah penerbitan detil pelaksanaan untuk tiap jembatan rangka baja yang
termasuk dalam cakupan Kontrak, Kontraktor harus menjadwalkan program
pekerjaannya sedini mungkin dalam periode pelaksanaan. Urutan dan waktu yang
sangat terinci dari operasi pemasangan untuk setiap jembatan harus digabungkan
dalam jadwal pelaksanaan Kontraktor, revisinya harus diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
Pekerjaan ini harus terdiri dari fabrikasi struktur beton pratekan pracetak, bagian beton
pratekan pracetak dari struktur komposit dan tiang pancang pracetak yang dibuat sesuai
dengan spesifikasi mendekati garis, elevasi, dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-2
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab IV: Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, tiang
pancang, pelat dan elemen struktur dari beton pracetak, yang dibuat dengan cara pre-
tension (penegangan sebelum pengecoran) maupun post-tension (penegangan setelah
pengecoran). Pekerjaan ini juga termasuk pemasangan semua elemen pratekan pracetak.
4.2.1.1. Alat
Peralatan pada pekerjan beton pratekan mencakup peralatan untuk kegiatan-kegiatan:
1. Acuan.
Berbagai jenis acuan yang sering digunakan dalam pekerjaan beton pratekan adalah
acuan kayu dan acuan baja. Untuk keperluan kegiatan pembuatan, pemasangan dan
penyetelan acuan diperlukan alat angkat seperti keran dan alat angkut seperti truk.
Yang perlu diperhatikan dalam penyiapan peralatan untuk pekerjaan ini adalah
kapasitas atau kemampuan peralatan yang sesuai dengan dimensi dan berat
elemen-elemen acuan yang dipasang.
2. Pengecoran beton
Peralatan pengecoran sesuia dengan yang diuraikan dalam peralatan pengecoran
beton pada bab di depan.
3. Penegangan
Penegangan tendon baja tarik mutu tinggi adalah operasi yang sangat penting
yang kadang-kadang rumit. Ini dapat juga membahayakan. Oleh karena itu
penting bagi pengawas dan operator untuk memiliki pengalaman dan mempunyai
peralatan yang dapat diandalkan dan yang dipelihara dengan baik. Langkah-
langkah pengamanan yang ketat harus diambil pada waktu operasi penegangan.
Dongkrak (jack) harus sesuai untuk sistem angker yang digunakan, dipasang
secara sentris (centrally) di atas garis penarikan (tensioning) dan ditempatkan
tepat pada pengangkeran, serta beroperasi dalam batas kapasitas yang
ditentukan.
Sebelum penegangan, peralatan harus diperiksa apakah memiliki sertifikat
kalibrasi yang berlaku dari laboratorium yang dapat diterima. Ujung kawat, kabel
atau batang harus dibersihkan dari bahan yang dapat mempengaruhi
cengkraman (grip) pada alat pengangkeran, di mana alat tersebut harus bersih.
Dynamometer dan alat ukur lainnya harus mempunyai toleransi sampai 2 %. Alat
pengukur tekanan harus disesuaikan dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Alat
pengukur tekanan ini juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan rusak
bila terjadi penurunan tegangan secara mendadak.
Untuk maksud pencatatan, jika dipandang perlu dapat dipasang lebih dari satu alat
pengukur tekanan.
4. Grouting
Saluran harus di grout dengan tekanan dengan campuran grout sesuai yang
disetujui dalam batas 48 jam dari selesainya operasi peregangan, kecuali bila
ditentukan lain atau disetujui oleh Engineer.
Grout harus diberikan dengan pemompaan terhadap lubang vent terbuka.
4.2.1.2. Bahan
1. Acuan
Acuan untuk unit pracetak harus memenuhi ketentuan dalam Bab II. dan dengan
ketentuan tambahan dalam bab ini.
Acuan harus terbuat dari logam atau kayu yang dilapisi logam, atau kayu lapis yang
kedap air, dan harus cukup kuat sehingga tidak akan melendut melebihi batas-batas
toleransi selama pengecoran.
Penutup (seal) harus dipasang pada sambungan acuan untuk mencegah kehilangan
pasta semen.
Penumpulan acuan harus dilakukan pada semua sudut dan harus lurus dan sesuai
dengan bentuk dan garis yang tepat.
Pembentuk rongga harus dipasang dengan kencang dan harus dibungkus dengan
pita penutup berperekat sebagaimana yang diperlukan untuk mencegah masuknya
adukan.
2. Baja pra-tegang
Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik
tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa
sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan kekuatan
batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan
panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan AASHTO
M204 - 89.
Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemu-dian
diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm2.
Kawat baja kuat tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang akan digunakan
dalam pekerjaan pra-tegang harus dipasok dalam gulungan berdiameter cukup besar
agar dapat mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila
dibuka dari gulungan tersebut. Bahan harus dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau
bengkok.
Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak,
gemuk, cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki tetapi juga
tidak licin karena digosok.
Kabel harus disimpan dalam kelompok-kelompok menurut ukuran dan panjangnya,
diikat dan diberi label yang menunjukkan ukuran kabel dalam gulungan.
Bahan kabel, kawat, batang baja, jangkar, selongsong harus disimpan di bawah atap
yang kedap air, diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari
setiap kemungkinan kerusakan.
3. Penjangkaran
Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95 % kuat tarik minimum baja
pra-tegang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton
pada ujung kabel pra-tegang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan
jangkar dari korosi.
Alat penjangkaran untuk semua sistem pasca-penegangan (post-tension) akan
dipasang tepat tegak lurus terhadap semua arah sumbu kabel untuk pasca-
penegangan.
Jangkar harus dilengkapi dengan selongsong atau penghubung yang cocok lainnya
untuk memungkinkan penyuntikan (grouting).
4. Selongsong
5. Air Pembilas
Air yang digunakan untuk pembilasan selongsong harus mengandung baik kapur sirih
(kalsium oksida) maupun kapur tohor (kalsium hidro-oksida) dengan takaran 12 gr/ltr.
Udara bertekanan, yang digunakan untuk meniup selongsong, harus bebas dari
minyak.
6. Grouting
Kontraktor harus menempatkan tim khusus sesuai dengan metode pra-tegang yang
diusulkan untuk kepentingan direksi pekerjaan, termasuk sekurang-kurangnya seorang ahli
kepala, untuk menyediakan layanan keahlian dan perintah yang diperlukan selama operasi
pra-tegang.
atau melalui lubang-lubang dibuat pada unit-unit tersebut, dan harus diangkut dalam
posisi tegak. Titik angkat, bentuk dan posisinya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Penyangga dan penggantung yang cocok harus digunakan setiap saat
dan tidak boleh ada unit beton pracetak yang akan digerakkan sampai sepenuhnya
lepas dari permukaan tanah.
Unit-unit beton pracetak yang rusak akibat penyimpanan dan penanganan yang tidak
sebagaimana mestinya harus diganti oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.
Bilamana cara pengangkatan dan pengangkutan gelagar tidak disebutkan dalam
Gambar, maka Kontraktor harus menyerahkan cara yang diusulkan kepada Direksi
Pekerjaan. Setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor harus
mengikuti cara yang telah disetujui.
Bilamana unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Kontraktor harus memeriksa
mutu dan kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus segera melapor secara
tertulis kepada direksi pekerjaan untuk setiap cacat atau kerusakan. Kontraktor
bertanggung-jawab atas semua kerusakan yang terjadi pada unit-unit setelah barang
tiba di tempat.
Secara umum jenis pemasangan jembatan rangka baja meliputi perancah, kantilever,
peluncuran bentang tunggal, dan metoda kombinasi.
Pemilihan jenis pemasangan didasarkan pada pertimbangan yang cermat atas:
Jumlah bentang;
Kedalaman dan kondisi dasar sungai;
Kondisi aliran sungai;
Kondisi daerah lokasi jembatan untuk perakitan.
1. Perancah
Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang
tunggal ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara digunakan
sewaktu bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada dasar sungai
antara bangunan bawah. Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai
dan sebelum pengecoran lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk
melendut sesuai yang direncanakan ketika lantai selesai dicor. Metoda ini
mempunyai sejumlah keuntungan untuk kebanyakan tempat. Keuntungan yang
terbesar adalah bahwa tidak diperlukan pemakaian bentang angker, alat-alat
penghubung dan kentledge (counter weight) yang diperlukan pada cara peluncuran
ataupun cara kantilever bagian per bagian.
Sebagai tambahan, tidak diperlukan peralatan angkat yang berat karena komponen
yang terberat hanyalah 1,5 ton. la adalah suatu metoda padat karya dengan
peralatan angkat yang diperlukan minimum. Di beberapa tempat, jembatan yang ada
dapat digunakan sebagai dasar-guna menyokong perancah dan disini biaya yang
dikeluarkan berkurang.
Salah satu kerugian ialah bahwa suatu jembatan perancah biasanya diperlukan
untuk dipasang melintang sungai, yang menimbulkan gangguan kepada kapal yang
melayari sungai. Umumnya, suatu pilar perancah atau rangka pendukung dipasang
pada tiap gelagar melintang dengan jarak kurang lebih 5 meter.
Sebagai tambahan, ada suatu kemungkinan satu perancah dapat turun akibat beban
dari rangka, jika tidak ditopang. Satu pilar perancah jembatan kelas A harus
mendukung kurang lebih 10 ton beban mati untuk rangka baja.
Pemasangan perancah menyeberangi sebuah sungai sebelum atau selama musim
penghujan harus dengan hati-hati dipertimbangkan sebab aliran sungai dapat
menghancurkan perancah dan sebagian rangka yang telah diselesaikan.
2. Kantilever
Pemasangan kantilever sebagian demi sebagian terdiri dari penyetelan berurutan
dari suatu bentang jembatan rangka dari satu kepala jembatan atau pilar ke kepala
jembatan dan pilar diseberang, dengan menambah dan memasang sampai
mencapai komponen-komponen mencapai peletakan di seberang. Prosedur
kantilever statis ini memerlukan suatu bentang angker dan baja penghubung.
Perancah tidak diperlukan dan jalan untuk memasang komponen selanjutnya dapat
dilakukan dengan mempergunakan bagian-bagian rangka baja yang telah terpasang.
Sistem pemasangan kantilever mempunyai banyak keuntungan karena peralatan
pemasangan yang sederhana dengan tidak ada bagian-bagian yang bergerak, dan
ruang yang diperlukan untuk perakitan di atas tebing hanya diperlukan sesuai
dengan panjangnya bentang angker. Sebaliknya, ini memerlukan peralatan untuk
menarik atau mengerek komponen-komponen keluar menyeberangi sungai dan
pengangkatan dan menyokongnya ditempat di atas air. Ini adalah suatu metoda
pemasangan yang hanya memerlukan suatu jumlah peralatan mekanis yang kecil
seperti kerekan tangan, batang pendorong, blok-blok katrol dan takel-takel. Keran
dapat pula digunakan untuk mempercepat waktu pemasangan bila sebuah ponton
tersedia.
dimana tidak diperlukan tempat pemasangan di atas tebing sungai selain daripada
yang telah ditentukan sebelumnya untuk pemasangan bentang angker. Tempat
tambahan pada oprit perlu untuk peluncuran panjang bentang tunggal dikarenakan
perlunya rel untuk peluncuran yang harus dibuat untuk menampung bentang utama
dan bentang angker.
Tempat yang diperlukan pada tebing sungai tergantung pada panjang bentang utama
dan bentang angker ditambah tempat untuk bekerja disekeliling bentang.
Tergantung dari panjangnya bentang yang sedang dibangun dan panjangnya bentang
angker, mungkin diperlukan untuk menambah beban pengimbang (counter weight)
untuk melawan guling dari bentang kantilever.
4. Metoda Kombinasi
Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan metoda-
metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.
Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas perancah dan
kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang, menggunakan beban
pengimbang (counter weight) untuk menjaga kestabilan. Juga dimungkinkan untuk
meluncurkan sebagian dan memasang sebagian dengan menggunakan konstruksi
kantilever bagian demi bagian.
4.2.1.4. Alat
1. Perancah
Peralatan pemasangan berikut ini diperlukan dengan rangka baja utama :
Manual Pemasangan
Gambar-gambar rencana pemasangan
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-10
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab IV: Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
2. Kantilever
Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :
Petunjuk Pemasangan
Gambar Rencana Konstruksi
Bentang rangka angker
Peralatan penyambung pemasangan (linking steel) termasuk besi penguat
untuk batang tepi bila diperlukan
Peralatan penguat beban imbangan (kentledge brace kit)
Dongkrak Hidrolik yang kapasitas 25, 100 dan 150 ton
Kit peralatan (untuk menyetel semua pekerjaan baja dan alat . penyambung).
Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor perlu memasok dan memasang item-
item sebagai berikut :
Lintasan untuk roller yang diletakkan diatas balok beton atau baja pada ujung
akhir bentang untuk tempat peluncuran.
Bantalan dongkrak beton dibelakang kepala jembatan.
Kerekan-kerekan untuk penarikan dan penahan
Panggung beban pengimbang (kentledge) untuk ujung akhir bentangan rangka
angker.
Bahan-bahan yang cocok untuk beban pengimbang (counter weight). Sebagai
contoh pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-komponen baja,
batuan dan lain-lain. Tetapi apapun yang digunakan harus diketahui beratnya.
Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan pada operasi pekerjaan
penurunan.
Peralatan penarik komponen-komponen baja dari tebing menyeberangi sungai
dan mengangkat pada posisinya.
Landasan kayu sementara.
4.2.1.5. Bahan
1. Umum
Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja
yang telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan disimpan dalam satu depot
penyimpanan berbagai peralatan Pemilik atau lebih. Bahan untuk setiap struktur
jembatan yang diberikan dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi
lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap stukrtur jembatan yang
diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli
sebelumnya oleh pemilik. Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-12
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab IV: Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
komponen lantai jembatan dan dapat dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan
kantilever berikut ini :
a. Perakitan awal seluruh komponen utama struktur jembatan termasuk beban
pengimbang (counter-balance) yang cocok, pada penyangga sementara yang
telah disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat secara bertahap
diluncurkan dari satu ujung jembatan ke ujung jembatan lainnya.
b. Perakitan bertahap komponen utama struktur jembatan dimulai dari struktur
rangka jangkar yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung jembatan.
8. Pengkodean
Masing-masing fabrikan jembatan rangka baja seperti jembatan rangka Australia,
Belanda, dan Austria dsb, membuat daftar komponen jembatan untuk masing-masing
tipe dengan termasuk pengkodeannya.
a. Jembatan Australia
Kode untuk komponen utama yang dipakai untuk jembatan rangka Australia
diberikan dalam Tabel 4.1.
b. Jembatan Belanda
Sistem pemberian tanda komponen-komponen pada jembatan Belanda
berdasarkan suatu sistem numerik.
Komponen-komponen tidak dapat diidentifikasi dari nomor-nomor bagian
komponen selain dari akhiran untuk menunjukkan kiri atau kanan. Sistem
penomoran dibuat demikian sehingga secara umum mengikuti urutan
Kode Uraian
TC Batang atas
BC Batang bawah
D Diagonal
CG Gelegar melintang
S Gelagar memanjang
GP Pelat Buhul
WB Ikatan angin
TS Lantai Baja Gelombang
RNTB Landasan jenis neopherene yangdiperkuat
HR Sandaran Tangan
Atas permintaan kontraktor, dukungan teknis tambahan oleh personil pemilik yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi
pengarahan kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari kontraktor tentang prinsip-
prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja.
Untuk landasan, ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi tanda
garis tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar didukung
pada landasan sementara. Penentuan landasan sementara dilakukan dengan cara
yang sama seperti landasan yang tetap.
Titik-titik untuk penentuan balok dan gelegar dipindahkan dari permukaan tanah ke
balok melintang (cross head).
Pengukuran horisontal lantai ditentukan dari garis tengah jembatan yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross head),
dinding, pelat lantai dan sebagainya.
Pekerjaan sipil untuk kepala jembatan dan pilar yang mungkin terbuat dari kayu,
pasangan batu atau beton sesuai dengan gambar atau yang diperintahkan oleh direksi
pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan seksi yang berkaitan dengan spesifikasi atau
spesifikasi lainnya yang diterbitkan oleh direksi pekerjaan. Semua pekerjaan sipil harus
selesai di tempat dan diterima oleh direksi pekerjaan sebelum operasi perakitan dimulai.
2. Sambungan Beton
Beton yang digunakan untuk sambungan dan diafragma yang terkait atau beton yang
dimasukkan lainnya untuk pelaksanaan penegangan setelah pengecoran (post-tension)
harus sesuai dengan ketentuan spesifikasi
Sambungan beton antara segmen-segmen harus ditempatkan dalam cetakan yang
memenuhi bentuk, garis dan dimensi yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan ini.
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja, baik dengan peluncuran
maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan
oleh kontraktor dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-
masing buku petunjuk perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan
ketentuan umum yang disyaratkan spesifikasi.
Struktur jembatan rangka baja yang disediakan oleh pemilik dirancang untuk dirakit
dan dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) IV-21
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab IV: Pengawasan Pelaksanaan
Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
Pengelasan di lapangan yang tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh
direksi pekerjaan.
Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau pondasi
beton yang disediakan oleh kontraktor untuk pemasangan rol perakit, rol peluncuran,
rol pendaratan atau jangkar dan penyangga struktur rangka jangkar harus ditentukan
titik pengukurannya dengan akurat dan dipasang pada garis dan elevasi yang benar
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar pemasangan dari pabrik pembuatnya.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa seluruh rol dan
penyangga sementara terpasang pada elevasi yang benar agar sesuai dengan bidang
peluncuran yang telah dihitung sebelumnya dan/atau karakteristik lendutan untuk
panjang ben-tang jembatan yang akan dipasang.
Perletakan jembatan dapat berupa jenis perletakan elastomerik atau perletakan sendi
yang terpasang pada plat perletakan dan balok kisi-kisi. Tiap jenis perletakan harus
dipasang pada elevasi dan posisi yang benar dan harus pada perletakan yang rata
dan benar di atas seluruh bidang kontak. Untuk perletakan jembatan yang dipasang
di atas adukan semen, tidak boleh terdapat beban apapun yang diletakkan di atas
perletakan setelah adukan semen terpasang dalam periode paling sedikit 96 jam,
perlengkapan yang memadai harus diberikan untuk menjaga agar adukan semen
dapat dipelihara kelembabannya selama periode ini. Adukan semen harus terdiri dari
satu bagian semen portland dan satu bagian pasir berbutir halus.
Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang ditunjukkan
pada gambar kerja pabrik pembuat jembatan dan sesuai dengan prosedur urutan
pemasangan yang benar yang dirinci dalam prosedur pemasangan. Selama perakitan
bahan-bahan harus ditangani dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
terdapat bagian yang melengkung, retak atau kerusakan lainnya. Pemaluan yang
dapat melukai atau menyebabkan distorsi terhadap elemen-elemen tidak diijinkan.
Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan diameter yang benar sebagai-
mana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik pembuat jembatan. Ring harus
ditempatkan di bawah elemen-elemen (mur atau kepala baut) yang berputar dalam
pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut mempunyai kelandaian
1 : 20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring serong yang halus harus
dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam segala hal, hanya boleh
terdapat satu permukaan tanpa kelandaian, elemen yang diputar harus berbatasan
dengan permukaan ini.
Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur pema-
sangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat jembatan.
Kontraktor harus melaksanakan operasi pemasangan dengan memperhatikan seluruh
ketentuan keselamatan umum dan harus memastikan bahwa struktur jembatan stabil
dalam setiap tahap dalam proses pemasangan.
Untuk jembatan yang dipasang dengan prosedur peluncuran, Kontraktor harus meng-
ambil seluruh langkah pengamanan yang diperlukan untuk memastikan bahwa selama
seluruh tahap pemasangan struktur jembatan aman dari pergerakan bebas pada rol.
Pergerakan melintasi rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat.
Seluruh bahan pengimbang (counterweight) dan perancah sementara pekerjaan baja
atau kayu untuk rangka pendukung pengimbang harus dipasok oleh Kontraktor.
Beban pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian rupa sehingga faktor
keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan dalam perhitungan
pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dicapai pada tiap tahap perakitan dan
pemasangan.
Operasi pemasangan dengan peluncuran atau perakitan bertahap harus dilaksanakan
sampai struktur jembatan rangka baja terletak di atas lokasi perletakan akhir.
Kontraktor kemudian harus memulai operasi pendongkrakan dengan menggunakan
peralatan dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak yang disediakan oleh Pemilik.
Struktur jembatan harus didongkrak sampai elevasi yang cukup untuk memungkinkan
penyingkiran seluruh balol-balok kayu sementara, rol penyangga dan penyambung
antar struktur rangka (link sets) sebelum diturunkan sampai kedudukan akhir jem-
batan.
Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan denagn teliti sesuai dengan prosedur
pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan Kontraktor harus mengikuti urutan
dengan benar dari pemasangan dan penggabungan komponen-komponen khusus
selama operasi ini.
1. Toleransi dimensi
Panjang total setiap unit dari pusat ke pusat perletakan tidak boleh berbeda lebih dari
0,06 % panjang yang disyaratkan, dengan perbedaan maksimum sebesar 15 mm. Jarak
lubang dari pusat ke pusat untuk tulangan melintang, batang atau kabel tidak boleh
berbeda lebih dari 6 mm dari posisi yang ditentukan sebagaimana yang diukur dari
sumbu melintang unit tersebut.
2. Toleransi bentuk
3. Lokasi rongga
4 Ketidak-sikuan
Penampang melintang : bidang-bidang yang berdampingan tidak boleh tidak siku lebih
dari 5 mm per m atau total 4 mm.
Penampang memanjang : lereng ujung bidang tidak boleh menyimpang dari yang
disyaratkan berikut ini :
Panjang total bidang sampai 40 cm : 5 mm
Untuk dimensi lebih besar dari 40 cm : 15 mm per m sampai maksimum 12 mm
untuk keseluruhan.
5. Lendutan
Nilai kelendutan unit sejenis yang digunakan pada bentang yang sama harus terletak
dalam rentang maksimum 20 mm untuk kondisi dan perawatan yang sama.
6. Kelengkungan
Sumbu memanjang tidak boleh menyimpang dalam arah melintang dari suatu garis lurus
yang menghubungkan titik pusat ujung-ujung elemen lebih dari 6 mm atau 0,06 %
panjang yang ditentukan, dipilih yang lebih besar.
7. Puntir
Rotasi sudut setiap penampang relatif terhadap suatu penampang ujung harus tidak
boleh lebih dari 5 mm per m untuk tepi yang sedang diperiksa.
8. Kabel
1. Gelagar
Lendutan Balik : penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan +
0,2 mm per meter panjang balok atau + 6 mm, dipilih yang lebih
kecil.
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat perletakan 0,1 mm per meter
panjang balok sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam gelagar susun
: maksimum 3 mm.
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok yang dilas akan
ditentukan dengan pengukuran penyimpangan pangkal flens terhadap bidang badan
(web) pada pertemuan sumbu badan (web) dengan permukaan luar dari pelat flens.
Penyimpangan ini tidak boleh melebihi 1/200 dari lebar flens total atau 3 mm. dipilih yang
lebih besar.
Ketidakrataan dari landasan atau dudukan :
Ditempatkan pada penyuntikan (grouting) : maksimum 3,0 mm.
Ditempatkan di atas baja, adukan liat : maksimum 0,25 mm.
Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok dan gelagar
yang dilas, diukur pada sumbu badan (web), harus sebagaimana beri-kut ini :
BAB V
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
BANGUNAN PELENGKAP DAN PENGAMAN JEMBATAN
5.1 UMUM
1. Rambu
Rambu adalah petunjuk yang memberikan saran mengenai kecepatan kendaraan,
berat kendaraan atau batasan dimensi.
Sistem perambuan ditetapkan oleh instansi lain yang terkait dengan lalu lintas.
2. Sandaran
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran baja untuk
jembatan dan pekerjaan lainnya seperti galvanisasi, pengecatan, tiang sandaran,
pelat dasar, baut pemegang, dan sebagainya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar atau diperintahkan oleh direksi pekerjaan dan memenuhi spesifikasi.
3. Parapet
Parapet adalah tembok yang dipasang diujung-ujung jembatan setelah sandaran.
Parapet terbuat dari pasangan batu atau batu bata.
4. Papan Nama
Papan nama jembatan adalah papan monumen yang menerangkan
Nama dan nomor jembatan,
jumlah bentang,
panjang total,
lokasi,
tanggal selesai pembangunan,
tipe bangunan atas,
tipe pondasi jembatan
yang dipasang pada parapet jembatan
Bangunan pengaman terdiri atas pengaman struktur jembatan dan pengaman sungai.
Fungsi utama bangunan pengaman struktur jembatan adalah melindungi bangunan
bawah dari pengaruh, benturan benda-benda hanyutan yang dapat mengakibatkan
kerusakan bangunan bawah tersebut seperti: fender
Bangunan pengaman sungai meliputi semua bentuk pengaman konstruksi jembatan
terhadap pengaruh aliran air seperti:
Krib
Bronjong atau matras
Pengamanan tebing dinding beton dan pasangan batu kali
Tiang turap
Dinding penahan tanah
Bangunan pengatur dasar sungai ( Bottom Controller )
1. Fender
Fender dipasang pada sekeliling pilar guna melindungi pilar dari sampah/kotoran atau
tumbukan kapal .
Fender dapat berupa satu buah tiang yang dipasang pada bagian hulu pilar
maupun dipasang mengelilingi pilar.
Ada kalanya di sekeliling tiang-tiang dipasang papan untuk mengarahkan arus.
Dengan papan ini biasanya sampah / kotoran yang tersangkut pada pilar akan
berkurang.
2. Krib
Krib adalah suatu konstruksi timbunan yang dibangun guna mengarahkan aliran air
dari daerah yang dapat terkena erosi, dan konstruksi ini biasanya terbuat dari batu.
Krib dapat mengalami erosi dan rusak akibat hilangnya batu-batu
3. Bronjong
Suatu sistim bronjong dirancang untuk bertindak sebagai suatu struktur yang
homogen dan monolit yang dapat dirancang untuk menahan seluruh gaya-gaya
yang terlibat, tidak sebagai suatu sistim jalinan kawat terpisah yang ditempatkan
sebelah menyebelah.
4. Pengaman Tebing
a. Dinding Beton
Dinding Beton digunakan untuk mengamankan tebing sungai dan timbunan, tetapi
hal ini cukup mahal.
Pelaksanaan pembuatan dinding ini mengikuti cara pembuatan beton sesuai
dengan spesifikasi teknik yang berlaku.
5. Tiang Turap
Tembok tiang turap sering dipergunakan untuk melindungi terhadap penggerusan
pada timbunan (embankment) suatu jembatan. Tembok-tembok harus dirancang
untuk didukung sendiri dan adalah penting bahwa tiang turap pancang dipancang
dengan interlock dihubungkan berpasangan (interlocks coupled). Bila ini tidak
dilaksanakan, dinding tidak akan berfungsi sebagai suatu kesatuan yang integral
dan kemungkinan akan gagal (karena turun kedepan pada bagian atas), sehingga
perlu pemasangan besi penguat atau walers.
Interlock harus benar-benar dilumasi sebelum pemasangan untuk menjamin bahwa
mereka dapat bergerak secara bebas sewaktu pemancangan dilaksanakan.
6. Pengaman Gerusan
Pengaman gerusan (scouring) merupakan bagian yang sangat penting dari jembatan.
Kegagalan/ keruntuhan bangunan pengaman dapat menyebabkan runtuhnya
jembatan.
Pekerjaan pasangan batu harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam
gambar atau seperti yang diperintahkan direksi pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu.
Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh
pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh direksi pekerjaan.
Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding penahan,
gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari pasangan batu yang
digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu
pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan
selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong (spillway appron) atau pekerjaan
pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di
bawah pasangan batu (stone masonry) dapat digunakan seperti pasangan batu dengan
mortar (mortared stonework) atau pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti
yang disyaratkan spesifikasi.
Pekerjaan bronjong harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan
detil yang ditunjukkan dalam pada gambar dan memenuhi spesifikasi.
Pemasangan harus dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng galian, dan
permukaan lain yang terdiri dari bahan yang mudah tererosi di mana perlindungan terhadap
erosi dikehendaki.
Pekerjaan sandaran baja terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran
baja untuk jembatan dan pekerjaan lainnya seperti galvanisasi, pengecatan, tiang
sandaran, pelat dasar, baut pemegang, dan sebagainya, sebagaimana yang ditunjukkan
dalam gambar atau diperintahkan oleh direksi pekerjaan dan memenuhi spesifikasi.
5.2.1 ALAT
Peralatan yang digunakan untuk memasang sandaran baja dan tiang turap baja harus
memenuhi persyaratan sebagaimana persyaratan peralatan yang ditentukan untuk
pekerjaan baja strukstur. Sedangkan persyaratan peralatan untuk pekerjaan dinding
beton sama dengan persyaratan uuntuk pekerjaan beton dan persyaratan peralatan untuk
pekerjaan bronjong dan dinding penahan tanah dari pasangan batu masing-masing sama
dengan persyaratan pekerjaan pasangan batu dan pasangan batu dengan mortar.
5.2.2 BAHAN
1. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan
oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland
yang dapat digunakan di dalam proyek.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) V-5
SEBC-04: Pengawasan Pekerjaan Jembatan Bab V: Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Bangunan Pelengkap dan PengamanJembatan
2. A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik.
4. Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan lekukan
(popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N dalam ASTM C207.
5. Batu
Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah.
Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
Terkecuali diperintahkan lain oleh direksi pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan
yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan
panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
6. Bronjong
Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan dimensi yang
disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim ke
lapangan sebelum diisi dengan batu.
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras
dan awet dengan sifat sebagai berikut :
7. Baja
Bahan untuk sandaran jembatan harus baja rol dengan tegangan leleh 2800 kg/cm2
memenuhi AASHTO M183 - 90 atau standar lain yang disetujui oleh Direksi Peker-
jaan. Atas perintah Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menguji baja rol di instasi
pengujian yang disetujui bilamana tidak terdapat sertifikat pabrik pembuatnya.
Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pabrik pembuat sandaran baja yang
menunjukkan mutu baja, pengelasan, dan sebagainya.
9. Papan Nama
Bahan yang digunakan adalah marmer. Marmer ini harus diukir lambang
penyelenggara jalan, dan nama jembatan yang telah disetujui secara tertulis, jumlah
dan lokasi jembatan yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan.
Secara umum tenaga kerja untuk pelaksanaan pekerjaan bangunan pelengkap dan
bangunan pengaman tidak memerlukan persayaratan khusus, kecuali untuk pekerjaan
konstruksi baja, beton pratekan atau pemancangan tiang yang diperlukan tenaga pengawas
yang bersertifikat sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Kontraktor harus menempatkan tim khusus sesuai dengan metode pra-tegang yang
diusulkan untuk kepentingan direksi pekerjaan, termasuk sekurang-kurangnya seorang ahli
kepala, untuk menyediakan layanan keahlian dan perintah yang diperlukan selama operasi
pra-tegang.
Pengelasan harus dilaksanakan oleh tenaga yang trampil, dengan cara yang ahli,
mengetahui detil semua sifat-sifat bahan.
Bila disyaratkan atau diperlukan oleh direksi pekerjaan, bahan landasan untuk pekerjaan
beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan spesifikasi ini.
Direksi pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan sebelum menyetujui
pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton dan dapat meminta
ikontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
dari tanah di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar yang tidak memenuhi ketentuan, Kontraktor
dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi dan/atau
menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan oleh direksi
pekerjaan.
Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh direksi pekerjaan, harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.
Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur
yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus
digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam acuan
harus dibulatkan.
Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja untuk disetujui direksi pekerjaan untuk
setiap jenis sandaran baja yang akan dipasang. Fabrikasi tidak boleh dimulai sebelum
gambar kerja disetujui.
Toleransi Bentuk :
o Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
o Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
o Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
o Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm
BAB VI
PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN
LALU LINTAS
6.1 UMUM
Pelaksanaan pekerjaan jembatan terurtama yang dilakukan pada jalan yang telah ada,
yakni pada pekerjaan penggantian atau peningkatan jembatan,sekalipun akan
menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas, namun upaya-upaya guna
meminimalkan gangguan terhadap kelancaran lalu arus lalu lintas yang ada merupakan
tersebut harus dilakukan sehingga kondisi kelancaran lalu lintas terutama pada jam-jam
sibuk tidak terlalu terganggu.
Untuk pelaksanaan pekerjaan jembatan di kawasan perkotaan yang arus lalu lintasnya
padat, perencanaan penanganan arus lalu lintas memerlukan rekayasa lalu lintas yang
cermat sehingga kekurang-lancaran di lokasi pekerjaan tersebut tidak banyak
berpengaruh terhadap kondisi kelancaran lalu lintas ruas-ruas jalan di sekitarnya.
Jika jalan terpaksa karena oleh suatu hal yang tidak dapat dihindarkan ditutup, maka
pemberitahuan yang cukup memadai harus juga dilakukan sehingga masyarakat calon
pengguna jalan dapat memilih jalur lain.
Pengaturan lalu lintas dilakukan dalam rangka memenuhi hak-hak pengguna jalan dan
kewajiban penyelenggara pekerjaan yaitu:
Pengguna jalan berhak mendapatkan kondisi perjalanan yang aman melewati
sepanjang dan sekitar lokasi pekerjaan;
Dalam kondisi yang tidak dapat dihindarkan, ketidak-nyamanan pengguna jalan harus
diminimalkan;
Pengguna jalan berhak atas adanya petunjuk jalan dengan alat pengatur lalu lintas
yang jelas terliahat baik pada siang hari maupun pada malam hari;
Adanya pemberitahuan akan bahaya dan perubahan di jalan yang dilalui;
Dalam keadaan khusus kontraktor dapat mengalihkan lalu lintas ke jalan alih sementara.
Pengalihan ini harus mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan dan memenuhi ketentuan
spesifikasi seperti:
Pengaturan lalu lintas mencakup semua semua kendaraan termasuk pejalan kaki.
Pemilik tanah/persil mempunyai hak memeperoleh jalan keluar masuk ke tanah/persilnya.
Hambatan atau kerusakan pada jalan tersebut harus diperbaiki kembali seperti semula agar
terjadi kerjasama yang baik dengan pemilik tanah/persil dengan cara mengadakan
pembicaraan denga pemilik tanah/persil sebelum dimulainya pekerjaan sebagai berikut:
Memberiitahu kepada pemilik tanah/persil mengenai sifat dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan program pelaksanaan pekerjaan;
Menjelaskan bahwa semua usaha akan dibuat untuk mengurangi gangguan-gangguan
selama pelaksanaan pekerjaan;
Mengajak para pemilik tanah/persil untuk membicarakan masalah-masalah yang
mungkin timbul setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan.
Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima direksi p[ekerjaan, meskipun demikian
kontraktor tetap harus bertanggungjawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau
disebabkan oleh jalan sementara ini.
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan yang sudah dilak-
sanakan dapat dilewati dengan aman oleh peralatan konstruksi, bahan dan
karyawan kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk
keperluan ini, kontraktor dan kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat
proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi yang demikian kepada direksi
pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15 (limabelas) hari
sebelumnya.
Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan
untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan
dan kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk
lalu lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan
rambu lalu lintas sementara telah disetujui direksi pekerjaan. Selama digunakan
untuk lalu lintas umum kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah
dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh direksi
pekerjaan.
Agar dapat melindungi Pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran
arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, Kontraktor harus memasang
dan memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis
pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas
umum. Semua rambu lalu lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang
reflektif dan atau terlihat dengan jelas pada malam hari.
Tanda peringatan seperti tanda jalan, marka jalan, lampu dan penghalang harus
disediakan dan ditempatkan sehingga mampu memberikan peringatan dan
menyalurkan lalu lintas dengan lancar dan tertib.
Lampu peringatan sementara diperlukan pada jam-jam antara matahari terbenam
sampai dengan matahari terbit harus tetap menyala dan dapat mengeluarkan cahaya
tetap atau sesuai kebutuhan dengan intensitas yang dapat terlihat dari jarak
sekurang-kurangnya 100 meter dalam keadaan cuaca normal .
Tanda-tanda yang dipakai untuk pengaturan lalu lintas di waktu malam harus
memantulkan cahaya dan dibersihkan secara tetap.
Semua tanda-tanda, lampu-lampu atau penghalang tidak dapat digunakan dalam
semua jenis pekerjaan.
Peralatan peringatan sementara harus tetap pada posisi yang benar, siang maupun
malam dan harus diperiksa efektifitasnya secara berkala.
Peralatan yang bekerja di jalan pada malam hari harus dilengkapi denga lampu sorot
untuk menerangi lokasi pekerjaan.
petunjuk mengenai prosedur pengaturan lalu lintas yang benar sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
b. Pembersihan Penghalang
Selama pelaksanaan pelaksanaan, kontraktor harus menjamin bahwa perkerasan,
bahu jalan lokasi yang berdekatan dengan ruang milik j (RUMIJA) alan harus dijaga
agar bebas dari bahan pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak terpakai lainnya
yang dapat mengganggu atau membahayakan lalu lintas yang lewat. Pekerjaan juga
harus dijaga agar bebas dari setiap parkir liar atau kegiatan perdagangan kaki lima
kecuali untuk daerah-daerah yang digunakan untuk maksud tersebut.
Setiap alat peringatan sementara harus segera diambil pada saat sudah tidak
diperlukan lagi.
Dalam hal lalu lintas boleh melewati sebagian jalan atau jembatan pada pelaksanaan
pekerjaan, semua peralatan yang dapat dipindahkan (movable plant) sebaiknya
dipindahkan dari jalur jalan pada malam hari. Jika terpaksa ditinggalkan karena
sebab yang tidak dapat dihindarkan, harus ditempatkan pada jarak 7 meter dari tepi
jalan dan diberi tanda lampu penerangan warna merah yang cukup terlihat.
c. Membatasi kecepatan lalu nlintas hingga kurang dari 5 km/jam, khususnya pada saat
dilakukan pengecoran beton. Dalam kondisi tertentu, apabila diperlukan untuk
mencegah timbulnya getaran, lalu lintas dihentikan utnuk jangka waktu sebentar
denga pemberitahuan terlebih dahulu.
d. Dengan seijin direksi pekerjaan, bekerja pada malam hari.
Pekerjaan pelebaran jembatan sebanyak mungkin dilakukan sebelum kerb dan pagar
lama dipindahkan, seperti menyelesaikan pelebaran bangunan bawah sebelum
mengubah arus lalu lintas pada jembatan lama. Namun keselamatan pengguna jalan
harus tetap menjadi perhatian utama dengan selalu mencegah terjadinya kecelakaan
seperti dihindarkannya kondisi yang membingungkan dan membahayakan pengemudi
kendaraan.
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA