Vous êtes sur la page 1sur 8

TUGAS

FILSAFAT ILMU
(A PRIORI KNOWLEDGE & PERCEPTION)

Oleh :

KELOMPOK 4

Ni Made Mei Anggreni 1881611037


P Lelyta Apti Dhina Apsari 1881611038
I Nyoman Arsana 1881611039
Desak Putu Nitya Dewi 1881611040

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
Pembahasan Soal
Pada Chapter 3 A priori Knowledge
(Dan O’Brien. 2006. The Theory of Knowledge)

1. Di sekolah, saya belajar tentang teorema Pythagoras dengan memotong segitiga dan
segi empat kemudian mengeluarkannya dari kartu untuk mengukur luasnya. Jadi,
teorema ini adalah sebuah kebenaran posteriori, sesuatu yang saya tahu melalui
pengalaman, apakah hal tersebut benar?
Jawaban:
Berdasarkan ilustrasi di atas, kata “Saya” yang ditekankan pada kalimat “Saya
belajar tentang teorema Pythagoras dengan memotong segitiga dan segi empat
kemudian mengeluarkannya dari kartu untuk mengukur luasnya”, hal tersebut
mengisyaratkan bahwa “Saya” tahu melalui pengalaman. Dengan demikian hal tersebut
memang benar merupakan kebenaran posteriori. A posteriori atau pengetahuan empiris
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan memiliki pembenaran
atas observasi yang dilakukan. Dari hal tersebut, “Saya” dalam subyek kalimat tersebut
diketahui telah melakukan percobaan atau mencari tahu, sehingga pengetahuan tentang
teorema pythagoras dijustifikasi sudah sesuai dengan pengalamannya selama belajar di
sekolah.

2. Melalui pembuktian yang panjang dan kompleks, dapat dipastikan bahwa terdapat
jumlah yang tak terbatas dari bilangan prima (bilangan bulat yang hanya bisa
dibagi satu dan dirinya sendiri). Apakah hal tersebut jelas? Apakah terdapat
sesuatu yang bisa kita ketahui sebagai A priori? Apakah kita bisa memastikan
bahwa hal ini adalah benar?
Jawaban:
“Melalui pembuktian yang panjang dan kompleks, dapat dipastikan bahwa
terdapat jumlah yang tak terbatas dari bilangan prima (bilangan bulat yang hanya bisa
dibagi satu dan dirinya sendiri” hal tersebut adalah jelas. Jelas, karena jumlah bilangan
dalam matematika adalah tidak terbatas, selain itu berdasarkan proses pembuktian yang
telah dilakukan sesuai dengan pernyataan di atas, sudah dapat dipastikan bahwa jumlah
bilangan prima adalah tidak terbatas. Perlu kita ketahui, bahwa kejelasan adalah salah
satu karakteristik pengetahuan A priori. Pengetahuan A priori tersebut adalah
pengetahuan yang tidak menggunakan pengalaman dalam suatu pembenaran.
Pembuktian yang panjang dan kompleks mengenai jumlah bilangan prima yang tidak
terbatas dapat dikatakan pengetahuan A priori karena kebenaran mengenai jumlah
bilangan prima yang tidak terbatas hanya berkaitan dengan pemahaman dalam
matematika, jadi tidak diperlukan adanya pengalaman dalam memahami konsep tersebut
dan membuktikannya. Hal tersebut dapat dipastikan adalah benar karena kebenaran
tersebut telah didasari oleh konsep yang relevan yang dihasilkan dari pembuktian yang
dapat memastikan bahwa jumlah bilangan prima adalah tidak terbatas.

3. Di sebuah episode sitcom Friends (1994-2004), diceritakan tentang pertarungan


antara Ross dan Chandler untuk mengetahui siapa yang terkuat. Ross mengklaim
dengan mengatakan “Aku akan membuktikan bahwa aku kuat- aku akan
membuktikan itu seperti teorema” Apakah kesalahan epistemilogi dalam pernyataan
tersebut?
Jawaban:
Iya, terdapat kesalahan epistemologi dalam pernyataan di atas yaitu Ross
mengklaim dengan mengatakan “aku akan membuktikan bahwa aku kuat” karena hal
tersebut tidak adanya bukti yang jelas. Secara epistemologis pernyataan yang diklaim
harus jelas dan kebenarannya dapat diyakini ketika sudah terdapat bukti yang jelas,
sedangkan dalam ilustrasi di atas tidak ada bukti yang jelas yang menyatakan bahwa Ross
yang terkuat.

4. Dapatkah A priori dengan penalaran sendiri memberikan kami pengetahuan


substatif apapun tentang dunia ?
Jawaban :
Pengetahuan A priori diperoleh melalui intuisi dan penalaran, Pembenaran yang
diperoleh pengetahuan A priori tidak bergantung pada pengalaman. Pembenaran yang
dimiliki oleh pengetahuan tersebut tidak tergantung pada pengalaman. Pengetahuan
A priori memperoleh kebenaran hanya dengan memahami konsep-konsep yang relevan,
dan kita tidak perlu mengalami semua kejadian yang ada di dunia. Contohnya, untuk
mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang belum nikah, kita tidak pengalaman
untuk mengetahuinya, namun hanya diperlukan penalaran dan pemikiran kita untuk
mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang belum menikah.

Ada beberapa pengetahuan diklaim merupakan pengetahuan bawaan, seperti


pendapat oleh Descrates yang mengklaim bahwa kita memiliki pengetahuan bawaan
mengenai Tuhan. Namun, disisi lain para empiris berargumen bahwa semua
pengetahuan kita mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman dan sebelum
mengalaminya pikiran kita ada sebuah kertas kosong. Oleh karena itu, penalaran
A priori tidak dapat menjelaskan semua pengetahuan secara substantive mengenai
dunia.

5. Jelaskan bagaimana analogi berikut relevan dengan masalah bawaan pengetahuan.


“Jika jiwa seperti tablet kosong, kemudian kebenaran dalam diri
kita sebagai bentuk Hercules yang merupakan bagian dari kelereng,
ketika kelereng sepenuhnya netral dengan asumsi sebagai bentuk
tersebut atau lainnya. Namun, jika ada vena di blok yang ditandai
keluar dari bentuk Hercules dibandingkan bentuk lain, kemudian
blok tersrebut akan lebih menentukan bentuk Hercules tersebut dan
Hercules tersebut akan menjadi bawaan di dalamnya. Bahkan,
melalui tenaga kerja yang diperlukan untuk mengekspos vena dan
memolesnya menjadi kejelasan, menghapus segala sesuatu yang
mencegah mereka terlihat. (Leibniz, 1981,p.52). Jenis kelereng apa
yang dapat mewakili pemikiran manusia?”

Jawaban:
Para rasionalis mengklaim bahwa beberapa dari pengetahuan kita merupakan
bawaan lahir, yaitu bahwa hal tersebut tidak didapat melalui pengalaman dan hal tersebut
dimiliki sejak lahir. Plato beragumen bahwa kita memiliki innate knowlegde (pengetahuan
yang dibawa sejak lahir) mengenai kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim
bahwa kita memiliki innate knowledge mengenai Tuhan. Namun, para empiris berargumen
bahwa semua pengetahuan kita mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman
dan sebelum mengalaminya pikiran kita ada sebuah kertas kosong. John Locke
menawarkan sebuah argumen untuk penyelesaian ini, jika kita memiliki innate knowledge,
dan fakta yang relevan bisa diketahui oleh semua orang, ini jelas bahwa hal tersebut bukan
innate knowledge. Banyak anak kecil, orang idiot, anak liar, dan orang dewasa yang buta
huruf yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kebaikan, Tuhan atau berbagai
kebenaran A priori lainnya bisa dikatakan innate (bawaan). Innate tidak menekankan
justifikasi, itu hanya gagasan sementara mengenai apakah konsep-konsep, keyakinan atau
kapasitas tertentu dimiliki sejak lahir. Kategori A priori memilih kebenaran bahwa kita
dibenarkan untuk meyakini tanpa memperhatikan pengalaman kita. Dalam soal diatas
bahwa manusia memiliki pengetahuan bawaan sejak lahir, namun diperlukan pengetahuan
tambahan atau pengetahuan empiris untuk menjustifikasi atau meyakini kebenaran sesuatu
hal.
Pembahasan Soal
Pada Chapter 4 “Perception”
(Dan O’Brien. 2006. The Theory of Knowledge)

1. Teori persepsi manakah yang relevan dengan pantun jenaka berikut ini ?
Ada seorang lelaki muda yang berkata ‘Tuhan,
saya menemukan sesuatu yang sangat aneh
yaitu pohon willow oak
terus tumbuh
ketika tidak seorangpun ada orang disana’
‘Saudara yang terhormat, keheranan Anda yang justru aneh
saya selalu ada disini
dan itulah mengapa pohon itu
selalu bertumbuh’
Tertanda ‘Tuhan’
Jawab :
Adapun teori persepsi yang relevan dengan pernyataan di atas adalah idealisme.
Tokoh Idealis yaitu Bishop George Berkeley, menyatakan baginya objek fisik terdiri dari
sekumpulan ide-ide yang nantinya disebut sense data. Alam semesta secara sederhana
dibentuk dari kumpulan pikiran dan sense data yang dilihat dan dirasakan. Keberadaan
sense data harus dirasakan, karena objek fisik tergantung pada mereka yang melihatnya,
konsekuensinya adalah ketika kita tidak merasakan/melihat dunia maka dunia itu tidak
ada. Barkeley sebagai tokoh Idealis, mencoba menghindari kesimpulan tersebut dengan
mengkalim bahwa Tuhan merasakan suatu objek yang tidak dapat kita rasakan,
keberadaannya objek tersebut, meskipun hanya berupa gagasan atau sense data. Arthur
Collier seorang yang memiliki pemahaman yang sama dengan Berkeley, mempublikasikan
klaim yang mirip dengannya di waktu yang hampir sama, meski keduanya tidak pernah
berekanan ataupun mempengaruhi satu sama lainnya.

2. Apa yang menjadi argumen dari suatu ilusi? Jika ada, apakah itu menjelaskan
kepada kita mengenai jenis objek yang kita rasakan?
Jawab :
Ilusi adalah keadaan ketika dunia tidak seperti apa yang kita lihat dan kita
rasakan. Sebagai contoh ketika sebuah sendok dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air,
maka sendok tersebut tampak bengkok (faktanya sendok tersebut lurus) atau sewaktu kita
berkendaraan dan melihat benda-benda bergerak. Pepohonan atau tetumbuhan di tepi jalan
sepertinya bergerak menjauh, padahal faktanya pohon tersebut tidak berpindah (diam pada
tempatnya). Argumen mengenai ilusi tidak dapat menjelaskan kepada kita mengenai jenis
objek yang kita rasakan, karena seperti contoh tersebut, sendok yang dimasukkan ke
dalam gelas yang berisi air akan tampak bengkok. Padahal faktanya sendok tersebut
adalah lurus. Oleh karena itu, objek-objek yang terlihat dalam suatu ilusi tidak dapat
menjelaskan jenis objek itu sendiri.
Ilusi merupakan argumen kunci untuk indirect realism (realisme tidak langsung).
Realisme tidak Langsung mengatakan bahwa kita secara tidak langsung mengetahui objek
fisik sendiri, tetapi hanya melalui representasi kita tentang objek tersebut
(representasionalisme) atau hanya melalui gejala yang menampakkan diri kepada kita
(fenomenalisme). Objek fisik atau benda pada dirinya sendiri tak dapat kita ketahui secara
langsung. Dengan demikan objek-objek yang terlihat dalam suatu ilusi tidak dapat
menjelaskan jenis objek itu sendiri.

2. Apa itu fenomenalisme, dan dapatkah fenomenalisme itu menyediakan alasan yang
masuk akal dari persepsi?
Jawaban :
Fenomenalisme merupakan suat pemahaman idealis mengenai dunia dan
hubungannya dengan pengalaman aktual. Fenomenalisme menyatakan bahwa objek fisik
ada tanpa dirasakan. Fenomenalisme tidak memerlukan Tuhan untuk mempertahankan
keberadaan dari objek-objek yang dimaksud.
Fenomenalisme tidak dapat menyediakan alasan yang masuk akal dari suatu
persepsi, karena persepsi merupakan proses untuk mengenal dunia melalui panca indera
untuk memperoleh informasi. Sedangkan fenomenalisme menyatakan bahwa objek fisik
ada tanpa dirasakan. Misalnya, keberadaan gunting di dalam loker. Gunting di dalam loker
saya itu berarti bahwa saya ‘akan’ melihat gunting tersebut saat saya membuka loker, tentu
kata ‘akan’ ini mencerminkan suatu penalaran yang tidak mencerminkan suatu persepsi,
karena pada dasarnya kita hanya mengetahu sesuatu yang tampak (pengetahuan tentang
gejala).

4. Apa itu intentional content (konten yang disengaja), apa peran yang ia mainkan
dalam suatu persepsi dan pemikiran?
Jawaban:
Intentionalis menekankan adanya hubungan parallel antara pengalaman persetual dengan
kepercayaan. Peran yang intensionalism content mainkan dalam persepsi dan pemikiran
adalah ketika kepercayaan memiliki dari intensionalisme ini menjadi fitur penting dalam
menciptakan pemikiran-pemikiran yang nantinya menentukan persepsi sesorang
mengenai suatu hal, tetapi tidak harus mengacu pada sense data nonfisik namun kita dapat
menggunakan cara naturalistik. Untuk menjelaskan persepsi, kita tidak harus mengacu
pada sense data nonfisik namun kita dapat menggunakan cara naturalistik karena fitur
penting dari persepsi dapat ditangkap dalam istilah ini.

5. Apakah persepsi itu representative? Jika iya, bagaimana representatifnya?


Jawaban:
Iya, bahwa benar persepsi itu represetatif. Representatif merupakan istilah yang
berkaitan dengan keterwakilan atas sesuatu. Persepsi dikatakan representatif karena hasil
yang diperoleh melalui persepsi merupakan perwakilan dari objek-objek eksternal yang
merupakan interpretasi terhadap berbagai sensasi. Jadi, persepsi adalah perwakilan atau
interpretasi atas informasi yang diperoleh dengan menggunakan lima indra, yaitu indra
penglihatan yang terletak pada mata, indra pendengaran yang terletak pada telinga, indra
pengenal rasa sentuhan yang terletak pada kulit dan indra pengecap yang terletak lidah.

6. Dapatkah seekor tawon melihat toples selai yang terbuka, dapatkah ia melihat
toplesnya penuh, dan dapatkah ia melihat toples tersebut?
Jawaban:
Seekor tawon dapat melihat toples selai yang terbuka, hal ini disebabkan karena
tawon memiliki indera penciuman yang sangat sensitif. Sehingga, ketika ada aroma selai
manis yang menyengat dari toples selai yang terbuka tersebut, akan membuat tawon
tertarik untuk datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tawon merasakan dan
melihat bahwa toples selai tersebut terbuka. Namun, seekor tawon tersebut tidak dapat
menentukan penuh atau tidaknya toples selai tersebut, hal ini disebabkan karena tawon
hanya bisa mencium (merasakan) aroma selai yang menyengat dari toples tersebut tanpa
dapat menentukan penuh atau tidaknya toples tersebut. Selain itu, seekor tawon juga
dapat melihat selai dalam toples yang terbuka tersebut, karena tawon dapat mencium
aroma selai yang keluar. Hal ini menandakan bahwa tawon tersebut tahu adanya selai
dalam toples tersebut sehingga aroma manis dari selai tersebut akan menarik tawon
tersebut untuk mendekati dan melihat keberadaan dari selai tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi