Vous êtes sur la page 1sur 127

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN CITRA

TUBUH REMAJA PADA MASA PUBERTAS DI WILAYAH


KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
ANINDA
NIM: 1112104000002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
ii
iii
iv
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESESA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016

Aninda, NIM: 1112104000002

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja Pada Masa
Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan

xviii + 76 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Remaja pada masa pubertas akan mengalami perubahan fisik yang pesat,
untuk itu remaja perlu memahami dan menyadari kelebihan dan kekurangan
dirinya dari aspek citra tubuh agar tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan
identitas diri. Pengembangan citra tubuh ke arah positif dan negatif dapat
diarahkan oleh orang tua melalui pola pengasuhan sehari-harinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan
citra tubuh remaja pada masa pubertas. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan dengan besar sampel sebanyak 153 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive dan snowball sampling. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.
Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner pola asuh (PAQ) dan citra
tubuh (MBRSQ-AS). Teknik analisa data yang digunakan adalah Chi-Square
dengan menggunakan program aplikasi statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden sebesar (37,9%) memiliki kecenderungan
menggunakan pola asuh permisif dan mayoritas remaja sebesar (51%) memiliki
citra tubuh yang positif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa
pubertas dengan p value sebesar 0,132 atau sig>0,05. Peneliti menyarankan agar
penelitian selanjutnya membahas mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi citra tubuh remaja pada masa pubertas.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Citra Tubuh, Pubertas

Daftar Bacaan : 73 (1991-2015)

vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF


JAKARTA

Undergraduate Thesis, Juny 2016

Aninda, NIM: 1112104000002

The Correlation between Parenting Styles with Adolescents Body Image in


Bintaro District, South Jakarta

xviii+ 76 pages + 15 tables + 2 charts + 8 appendixes

ABSTRACT

Adolescents during puberty will experience rapid physical changes,


therefore teens need to understand and realize their strength and weekness from
the aspect of body image in order not to experience difficulties in identity
establishment. The development of body image to the positive and negative
directions can be lead by parents through their daily parenting. This study aims to
determine the relationship between parenting styles with adolescents body image
in puberty period. This study was done in Bintaro district, South Jakarta with 153
respondents. The sampling technique which used is purposive and snowball
sampling. The type of this study is quantitative with cross sectional design. The
data was collected by using two instruments, which is questionnaire of parenting
(PAQ) and body image (MBRSQ-AS). The data analysis technique which used is
the chi square statistics with the aid program in its processing application. The
result showed that the majority of respondents (37,9%) have a permissive
parenting types and the majority of adolescents have a possitive body image
(51%). Statistical test result showed that there was no relationship between
parenting styles with adolescents body image in puberty period with p value
0,132or sig>0,05. The further research will be able to discuss about other factors
that affect to adolescents body image in puberty period.
Keyword: Parenting, Body Image, Puberty

References: 73 (1991-2015)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aninda

Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 27 November 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mawar III Gg. Lebak Tanjung No. 45 A RT 005/05


Pesanggrahan Bintaro Jakarta Selatan 12330

No. Kontak : +628980513064

Email : anin.aninda@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Islam Manaratul 2000- 2006


Islam
2. MTS. Manaratul Islam 2006- 2009
3. MA. Manaratul Islam 2009- 2012
4. Universitas Islam Negeri Syarif 2012- Sekarang
Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

1. OSIS 2009-2012

2. BEM FKIK 2013-2014

3. Jurnalistik HMPSIK 2015-2016

4. Life For Edu 2016-Sekarang

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur tak terhingga penulis hanturkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan

Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan sidang skripsi di

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini banyak hal yang telah

penulis peroleh terutama dalam hal pengetahuan tentang aplikasi mata kuliah.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari abntuan semua pihak, sehingga

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., Sp. Mat selaku pembimbing akademik dan

juga sebagai pembimbing 1 skripsi yang banyak memberikan masukan dan

dukungan untuk kelancaran perkuliahan sejak semester awal dan

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

ix
4. Ibu Eni Nur‟aini Agustini, S.Kep, MSc selaku pembimbing 1 yang sudah

membimbing dari tahap awal persiapan pembuatan skripsi sampai tahap

sidang proposal skripsi.

5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing 2 skripsi yang

dengan sabar membimbing dan memberikan saran serta kritiknya untuk

skripsi ini.

6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya selama

perkuliahan .

7. Seluruh staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Kedua orang tua saya yang selalu mendo‟akan kelancaran dan kesuksesan

pembuatan skripsi ini, yang memberikan dukungan berupa do‟a, kasih

sayang, finansial yang tidak terhitung banyaknya, yang sudah bekerja

keras untuk kelancaran dan keberhasilan anaknya saat kuliah.

9. Teruntuk Nirwan Maulana yang sudah selama ini memberikan dukungan

dan do‟a demi kelancaran pembuatan skripsi ini.

10. Teman-teman ku PSIK angkatan 2012 yang tidak dapat di sebutkan satu

persatu, terima kasih atas keceriaan kalian semua, motivasi dan dukungan

nya selama ini.

11. Teman TIM SOLID BEM FKIK yang selama 4 tahun ini mewarnai

kehidupan organisasi ku, terima kasih atas bimbingan kakak-kakak dan

teman-teman selama ini

x
12. Kakak-kakak dan Adik-adik ku seperjuangan di Ilmu Keperawatan yang

telah banyak memberikan semangatnya.

13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini baik dalam

proses persiapan maupun pelaksanaan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan proposal skripsi ini ke arah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis

ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Januari 2016

Penulis

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii


PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ vi
LEMBAR PENGESESAHAN ............................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
1. Tujuan Umum........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
E. Manfaat penelitian ........................................................................................... 9
1. Penelitian Selanjutnya .............................................................................. 9
2. Masyarakat ............................................................................................... 9
3. Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 10
4. Keperawatan ........................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
A. Remaja ........................................................................................................... 11
1. Pengertian ............................................................................................... 11
2. Tahap Perkembangan Remaja ................................................................ 11
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja ....................................................... 13

xii
B. Pubertas .......................................................................................................... 14
1. Pengertian ............................................................................................... 14
2. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita ........................ 16
3. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi pria ............................ 17
4. Perubahan pada Masa Pubertas .............................................................. 17
5. Tahapan-tahapan Pubertas ...................................................................... 19
C. Citra Tubuh .................................................................................................... 21
1. Definisi ................................................................................................... 21
2. Aspek Citra Tubuh ................................................................................. 22
3. Faktor-faktor yang Membentuk Citra Tubuh ......................................... 23
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ................................... 25
4. Penggolongan Citra Tubuh ..................................................................... 27
5. Gangguan Citra Tubuh ........................................................................... 29
D. Pola Asuh ....................................................................................................... 30
1. Pengertian ............................................................................................... 30
2. Jenis Pola Asuh ...................................................................................... 31
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh .................................................. 33
E. Penelitian Terkait ........................................................................................... 34
F. Kerangka Teori .............................................................................................. 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 38
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 38
B. Definisi Operasional ...................................................................................... 39
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 43
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 43
1. Lokasi dan Waktu ................................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 44
1. Populasi .................................................................................................. 44
2. Sampel .................................................................................................... 44
C. Pengumpulan Data ......................................................................................... 47
E. Alat Pengumpulan Data ................................................................................. 49

xiii
1. Kuesioner Pola Asuh .............................................................................. 49
2. Kuesioner Citra Tubuh ........................................................................... 50
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 52
A. Uji Validitas ........................................................................................... 52
B. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 54
G. Pengolahan Data ............................................................................................ 55
H. Analisis Data .................................................................................................. 57
I. Etika Penelitian .............................................................................................. 58
BAB V................................................................................................................... 59
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 59
A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 59
B. Analisa Univariat .................................................................................... 59
C. Analisa Bivariat ...................................................................................... 63
BAB VI ................................................................................................................. 65
PEMBAHASAN ................................................................................................... 65
A. Gambaran Karakteristik Responden ....................................................... 65
B. Gambaran Pola Asuh Orang Tua di wilayah Kelurahan Bintaro ........... 67
C. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di wilayah
Kelurahan Bintaro .......................................................................................... 69
D. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 70
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 73
BAB VII ................................................................................................................ 74
KESIMPULAN ..................................................................................................... 74
A. Kesimpulan ............................................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 39


Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Persepsi Pola Asuh Orang Tua(Tryout) ...... 50
Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Citra Tubuh (Tryout)................................... 52
Tabel 4.3 Skor Pada Skala Citra Tubuh ......................................................... 52
Tabel 4.4 Blueprint KuesionerPola Asuh (Pasca TryOut) ............................ 54
Tabel 4.5 BluePrint Kuesioner Citra Tubuh (Pasca TryOut) ........................ 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan
Jenis Kelamin................................................................................................. 60
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan Usia ......... 60
Tabel 5.3 Gambaran Rata-Rata Usia Responden Remaja ............................. 60
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Orang Tua Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua ......................... 61
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas .... 62
Tabel 5.7 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 62
Tabel 5.8 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Usia Remaja Pada Masa
Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ........................................................ 63
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro ...................................... 63

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori ............................................................................... 37


Bagan 2. Kerangka Konsep ........................................................................... 38

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ABP : Androgen Binding Protein

LH : Luetinizing Hormone

FSH : Follicle Stimulating Hormone

MBRSQ-AS :Multidimentional Body Related Scale Questionnaire-


Appearence Scale

PAQ : Parental Authority Questionnaire

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

PT : Perguruan Tinggi

xvii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Lampiran Hasil Uji Normalitas dan Distibusi Data

Lampiran 3. Lampiran Hasil Univariat dan Bivariat

Lampiran 4. Lampiran Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

Lampiran 6. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Lampiran 8. Surat Rekomendasi Penelitian Kelurahan Bintaro

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja adalah periode

pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa

kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari usia 10 sampai 19 (WHO, 2015).

Menurut WHO (2009) jumlah remaja di dunia mencapai angka 1,2 milyar.

Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus

Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk

(Depkes RI, 2015).

Pada masa transisi anak menuju remaja, mereka mengalami

berbagai perubahan seperti perubahan biologis, kognitif dan sosial

emosional (Santrock, 2007). Perubahan biologis adalah perubahan yang

paling pesat dialami seorang remaja, perubahan tersebut diantaranya

adalah pertambahan tinggi tubuh yang cepat, perubahan hormonal, dan

kematangan seksual yang muncul ketika seseorang memasuki masa

pubertas.

Pubertas adalah periode dimana ditandai terjadinya kematangan

dalam hal seksual dan fisik, hal ini terjadi karena perubahan hormon

(Kligman, 2007). Perubahan fisik tersebut diantaranya adalah penambahan

berat badan, pertambahan tinggi badan dan mulai tumbuhnya organ seks

1
2

primer dan sekunder pada remaja perempuan dan laki-laki. Terjadinya

kematangan seksual atau alat-alat reproduksi pada usia tersebut merupakan

bagian penting dalam kehidupan remaja yang membutuhkan perhatian

khusus (Yani, 2010 dalam Christina, 2014). Segala perubahan tersebut

berpengaruh terhadap keadaan psikologi remaja, dan perhatian remaja

terhadap penampilannya menjadi sangat besar, sehingga sering timbul

kecemasan (Soetjiningsih, 2007 dalam Primurasanti, 2013).

Kecemasan Interpersonal mengenai penampilan dapat berdampak

pada persepsi remaja pada tubuhnya (Cash, 2008). Persepsi atau

pandangan serta sikap remaja terhadap penampilan fisik disebut dengan

citra tubuh, baik dalam bentuk, struktur, fungsi, dan ukuran penampilan

tubuhnya (Santrock, 2007; Stuart&Sundeen, 2005).Hal yang sering terjadi

pada masa pubertas ketika remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya

(Santrock, 2007).Pemahaman yang kurang tersebut akan berdampak pada

kecenderungan citra tubuh ke arah negatif yaitu rentan mengalami harga

diri rendah, depresi, kecemasan sosial, menarik diri, dan mengalami

disfungsi seksual (Sari, 2006).

Penelitian yang dilakukan Elta (2002) yang dilakukan dengan

remaja usia 12-14 tahun sebanyak 42 responden di SLTP Muhammadiyah

III Jakarta Pusat. Peneliti mendapatkan hasil proporsi remaja pubertas

dengan citra tubuh positif sebanyak 43% dan proporsi citra tubuh negatif

sebanyak 57%. Sedangkan pada penelitian Sari (2007) yang dilakukan

2
3

kepada remaja usia >15 tahun di SMUN 4 Bekasi, didapatkan hasil

proporsi remaja dengan citra tubuh sedang sebesar 60,17%, dan citra tubuh

tinggi sebesar 39,83%.

Remaja yang mengalami perubahan fisikmembutuhkan dukungan

orang tua sebagai tempat untuk belajar bagaimana memahami perubahan

yang terjadi dan melakukan transisi dari kanak-kanak sampai dewasa

dengan berhasil serta memenuhi tugas perkembanganpada masa remaja

(Corah, 2011). Remaja juga harus memahami segala perubahan yang ada

pada tubuhnya pada masa pubertas, sehingga tidak mengalami kesulitan

dalam pencarian identitas (Soetjaningsih, 2007). Dukungan orang tua juga

sangat berarti dalam memberikan perhatian dan mengarahkan remaja pada

persepsi yang positif terhadap diri sendiri(Sam& Wahyuni, 2012 dalam

Sahban, 2014)

Menurut teori pembelajaran sosial, dijelaskan pula bahwa orang

tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi atau

pengasuhan sehingga mempengaruhi citra tubuh anak-anaknya melalui

umpan balik dan instruksi (Cash & Pruzinsky, 2002 dalam Yundarini,

2015). Stuart & Sundeen (2005) mengungkapkan bahwa pola pengasuhan

orang tua merupakan salah satu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

konsep diri dan citra tubuh merupakan salah satu komponennya. Burns

dalam Ayu (2014) juga menyebutkan bahwa pola asuh juga merupakan

salah satu dari lima faktor yang juga mempengaruhi perkembangan citra

tubuh karena berpengaruh terhadap pembentukan identitas dan penalaran

remaja.

3
4

Pola asuh merupakan interaksi anak dengan orang tua yang

mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindung anak untuk

mencapai kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat (Edwards, 2006 dalam Yulita, 2014). Pola asuh orang tua

menjadi faktor penting dalam pembentukan citra tubuh seseorang. Sikap

positif yang dilakukan orang tua akan menimbulkan konsep dan pemikiran

positif, sebaliknya sikap negatif orang tua akan menimbulkan pemikiran

negatif pada diri individu (Wildan, 2013). Pola asuh terbagi atas pola asuh

otoriter, permisif maupun demokratis dan ketiga nya memberikan dampak

yang berbeda-beda bagi remaja (Soetjaningsih, 2010; Corah, 2011).

Pola asuh otoriter, dimana orang tua memiliki pola asuh yang

berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta

sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan,

menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima

dalam komunikasi verbal (Widiyarini, 2009). Pola asuh autoritatif atau

demokratis berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi

pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling

memberi dan menerima, sedangkan pola asuh permisif menyimpulkan,

bahwa orang tua berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif

(Widiyarini, 2009).

Pola asuh orang tua membentuk dasar keperibadian seorang

remaja, apakah mereka menjadi seseorang yang memiliki kepribadian

yang kokoh ataupun rapuh sehingga mempengaruhi kerentanan seseorang

terhadap stresor (Suwanto, 2009). Arahan orang tua dan suasana psikologi
5

dan sosial yang mewarnai rumah tangga sangat mempengaruhi adaptasi

transisi dan perkembangan remaja. Realita menunjukan bahwa terdapat

perbedaan suasana rumah tangga yang remaja tempati, sehingga intensitas

pembinaannya pun berbeda pula (Al-Mighawar, 2006 dalam Saputri,

2012).

Hasil studi pendahuluan di Wilayah Kelurahan Bintaro pada

tanggal 7 Februari 2016 dengan 10 orang remaja (masing-masing 5 remaja

laki-laki dan 5 remaja perempuan) secara accidental didapatkan bahwa

80% remaja mengatakan perubahan yang terjadi pada saat remaja adalah

perubahan pada tubuh mereka, diantaranya mereka mengatakan tubuhnya

lebih tinggi, berat badan nya bertambah, pinggul nya melebar, suara nya

lebih nyaring untuk perempuan, tumbuh bulu ketiak, dan tumbuh jerawat,

sedangkan 20% lainnya mengatakan perubahan yang terasa antara lain,

mereka menjadi lebih suka dengan lawan jenis, sering emosi atau lebih

sensitif, kemudian remaja ditanyakan mengenai dampak perubahan fisik

tersebut, jawaban yang didapatkan yakni 30% mengatakan merasa malu

jika tampil di depan umum, 30% mengatakan tidak ada dampak, dan 40%

lainnya mengatakan hal yang berbeda beda seperti lebih percaya diri jika

tubuhnya tinggi, merasa senang jika ada yang memuji penampilannya.

Wawancara selanjutnya dilakukan pada orang tua remaja yang

bersangkutan. Orang tua ditanyakan mengenai kedekekatannya dengan

anak pada saat anak menginjak masa pubertas, hasil didapatkan bahwa

orang tua menjadi lebih over protectif dengan anak, ada juga yang

mengatakan tidak ada perubahan interaksi, orang tua membebaskan anak


6

dalam bertindak dan memberikan tanggung jawab ke anaknya karena

menganggap anaknya sudah mulai dewasa, namun ada pula yang tetap

memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya untuk memperhatikan

penampilannya saat remaja. Orang tua kemudian ditanyakan mengenai

“apakah yang orang tua lakukan saat terjadi perubahan-perubahan fisik

pada anaknya yang memasuki masa pubertas?”, hasil wawancara

didapatkan 50% mengatakan tidak memperhatikan perubahan pada

anaknya, 30% mengatakan hal yang bervariasi diantaranya orang tua

menganjurkan anak untuk berpakaian sesuai bentuk badannya, merawat

tubuhnya karena sudah beranjak dewasa, ada pula yang meminta anaknya

berpenampilan seperti yang dibayangkan orang tua dan 20% lainnya

memberikan kebebasan anak untuk berpenampilan sesuai keinginannya.

Berdasarkan hasil literatur dan studi pendahuluan yang telah

dijelaskan, bahwa seorang remaja akan mengalami perubahan fisik yang

pesat saat pubertas dan akan mempengaruhi pandangan dan sikap mereka

terhadap penampilan tubuhnya tersebut. Pandangan dan sikap tersebut

membentuk suatu citra tubuh. Citra tubuh yang negatif disebabkan

kurangnya pemahaman dan penerimaan, hal ini berdampak pada sulitnya

pencarian identitas dan mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap

harga diri rendah sampai ke perilaku menarik diri.

Dampak-dampak negatif tersebut dapat dicegah dan menjadi

tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan pemahaman mengenai

perubahan fisik yang terjadi sehingga persepsi remaja berubah kearah

yang positif karena orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat
7

mempengaruhi citra tubuh seseorang. Namun pada studi pendahuluan di

dapatkan 50% orang tua tidak menyadari perubahan fisik anaknya

sehingga tidak melakukan pengarahan apapun. Berdasarkan hal tersebut

peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh orang

tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas diWilayah Kelurahan

Bintaro Jakarta Selatan.

B. Rumusan Masalah

Remaja pada masa pubertas akan mengalami perubahan dalam segi

fisik dan seksual, hal ini terjadi pada saat periode pubertas, dimana akan

terjadi kematangan fisik yang cepat. Perubahan fisik selama masa pubertas

ini membuat remaja akan lebih fokus memperhatikan penampilan fisik.

Remaja akan merasa puas atau tidak puas dan menerima atau menolak

akan penampilan fisik tersebut. Persepsi tersebut dinamakan citra tubuh

dan dapat dikembangkan ke arah positif dan negatif sesuai dengan

pandangan remaja. Dampak dari citra tubuh negatif diantaranya

menganggu pencarian identitas diri karena kurangnya pemahaman dan

penerimaan terhadap diri, rentan mengalami harga diri rendah, kecemasan

sosial dan perilaku menarik diri. Sedangkan citra diri positif menyebabkan

seorang remaja akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik dan

dapat lebih mudah mencari identitas dirinya.

Pencarian identitas merupakan tugas perkembangan remaja dan

erat kaitannya dengan orang tua, dimana orang tua yang memberikan

bimbingan, pengarahan dan instruksi yang dapat mempengaruhi pemikiran

remaja mengenai dirinya. Hal ini dilakukan agar remaja dapat


8

menyesuaikan diri semasa periode pubertas. Didapatkan pula hasil studi

pendahuluan bahwa 50% orang tua tidak menyadari perubahan fisik pada

anaknya semasa periode pubertas. Berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti ingin meneliti tentang hubungan pola asuh orang tua dengan citra

tubuh remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta

Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas didapatkan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut ;

1. Bagaimana gambaran citra tubuh remaja dalam masa pubertas di Wilayah

Kelurahan Bintaro?

2. Bagaimana gambaran pola asuh yang diterapkan orang tua dengan remaja

pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro?

3. Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh

remaja pada masa pubertas diWilayah Kelurahan Bintaro?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa

pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran citra tubuh remaja pada masa pubertas di

Wilayah Kelurahan Bintaro.


9

b. Mengetahui gambaran pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

terhadap remaja di Wilayah Kelurahan Bintaro.

c. Menganalisa adanya hubungan pola asuh orang tua terhadap citra tubuh

remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro.

E. Manfaat penelitian

1. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi baik secara teoritis

maupun secara metodologis mengenai penelitian terkait citra tubuh remaja

pada masa pubertas dan hubungannya dengan pola asuh orang tua.

2. Masyarakat

Orang tua dapat mengetahui pola asuh yang ideal diterapkan pada

masa transisi anaknya dan dapat mengetahui gambaran citra tubuh anak

pada saat beranjak menuju masa remaja sehingga orang tua dapat

mempertimbangkan atau mengadaptasi pola asuh yang dapat membantu

adapatasi remaja di masa pubertas. Orang tua dapat memberikan

pengawasan dan bimbingan pada remaja agar dapat mengembangkan citra

tubuh seperti memberikan pandangan positif kepada remaja sehingga

remaja mampu mengembangkan citra tubuh ke arah yang positif.,

sedangkan remaja dapat mengetahui perubahan-perubahan fisik selama

pubertas dan bagaimana cara positif memandang perubahan tersebut.


10

3. Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk melakukan usaha

preventif dalam pemberian edukasi mengenai kesehatan mental yang

berkaitan dengan konsep diri remaja.

4. Keperawatan

Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber dan

landasan pengembangan keilmuan keperawatan khususnya keperawatan

jiwa, keperawatan anak, dan keperawatan keluarga.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian cross-sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian terkait

hubungan pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa

pubertas. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu variabel yang diteliti. Penelitian sebelumnya hanya

meneliti hubungan persepsi pola asuh dengan resiko perilaku bullying,

tetapi pada penelitian ini variabel yang diteliti yakni citra tubuh remaja

pada masa pubertas. Penelitian mengenai citra tubuh remaja juga banyak

diteliti untuk remaja putri karena citra tubuh berkaitan dengan body shape.

Populasi penelitian ini adalah remaja berusia > 12-15 tahun yang sudah

pubertas dan orang tua nya. Sampel penelitian ini sebanyak 153 responden

dan teknik yang digunakan dengan teknik purposive dan snowball

sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi- Square untuk

menguji korelasi antara dua variabel tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-

kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12

sampai 24 tahun. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin

adilescere (kata bendanya, adolecentia yang berarti remaja) yang berarti

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Sedangkan dalam bahasa Inggris,

adolescence mengandung makna berangsur-angsur yang diartikan sebagai

berangsur-angsur menuju kematangan fisik, akal kejiwaan dan sosial serta

emosional (Al-Mighwar, 2006 dalam Saputri , 2012).

Beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja

merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa, dimana

terjadi perubahan fisik yang sangat signifikan disertai dengan mulai

berfungsinya organ reproduksi dan perubahan pada psikososialnya

(Sarwono, 2011 dalam Saputri, 2012).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Ada 3 tahap perkembangan remaja (Sarwono, 2012), yaitu:

11
12

a. Remaja awal (early adolescence)

Remaja ini berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun. Remaja

awal ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada

dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-

perubahan itu. Pada saat periode ini mereka mulai menyukai lawan

jenis dan menjadi lebih mudah terangsang. Mereka memiliki

kepekaan yang berlebihan terhadap lawan jenis.

b. Remaja madya (middle adolescence)

Remaja madya berada dalam rentang usia 16 sampai 18 tahun.

Remaja pada tahap ini membutuhkan banyak teman-teman

sehingga mereka akan merasa senang apabila memiliki banyak

teman dan diterima oleh teman sebayanya. Remaja pada periode

ini lebih menyukai diri sendiri atau bersifat narsistik.

c. Remaja akhir (late adolescence)

Remaja pada tahap ini berusia lebih dari 18 tahun. Tahap ini masa

konsolidasi menuju periode dewasa yaitu ditandai dengan

pencapaian lima hal, yaitu:

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

2) Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

4) Egosentrisme (memusatkan perhatian pada diri sendiri)


13

5) Tumbuhnya “dinding” yang menjadi pemisah diri

pribadinya dan masyarakat umum

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Setiap tahap perkembangan akan mendapat tantangan dan

kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk

mengatasinya. Pada masa remaja mereka dihadapkan kepada dua tugas

utama, yaitu :

1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.

Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik

antara remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional

menjadi lebih berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan

emosional dari orang tua, misalnya dalam hal memilih teman ataupun

melakukan aktifitas. Otonomi menekankan pada kebebasan dari

pengaruh orang tua. Otonomi adalah pengaturan diri (self regulation)

sedangkan kebebasan (independence) adalah kemampuan untuk

membuat keputusan dan mengatur perilakunya sendiri (Soetjaningsih,

2007).

Pada awal usia remaja, perjuangan kemandiriannya ditandai

dengan perubahan dari sifat tergantung kepada orang tua menjadi tidak

tergantung. Akhir masa remaja adalah tahap akhir perjuangan remaja

mencapai idenititas diri (Soetjaningsih, 2007).


14

2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan

pribadi.

Erikson menyatakan bahwa remaja yang berhasil mencapai

identitas diri yang stabil akan memperoleh pandangan yang jelas

tentang dirinya, memahami persamaan dan perbedaan dengan orang

lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri,

dan mampu mempertahankan identitas dirinya walau terjadi perubahan

peran dalam masyarakat (Desmita, 2007).

Burns mengatakan bahwa pada masa remaja perkembangan fisik

berkembang dengan pesat sehingga menjadi suatu ketertarikan pada

diri remaja (Wahyuni, 2012). Remaja yang memiliki identitas diri

memiliki aspek:

1. Pemahaman terhadap diri yang utuh

2. Menilai diri seseuai dengan penilaian masyarakat

3. Mengakui jenis kelaminnya sendiri, memandang berbagai aspek di

dalam dirinya sebagai suatu keserasian, dan mempunyai tujuan

hidup (Wahyuni, 2012).

B. Pubertas

1. Pengertian

Pubertas pada umunya di definisikan sebagai saat dimana seorang

anak mengalami pematangan dalam hal fisik dan seksual (Perry, 2010;

Inayah, 2014). Menurut Santrock (2008) pubertas (puberty) adalah sebuah

periode dimana kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan

perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa


15

remaja awal. Pada buku psikologi pendidikan Djiwandono (2007)

mengatakan, pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang

membuat organisme secara matang mampu berproduksi, dan hampir setiap

organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Dari beberapa

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pubertas adalah periode

dimana terjadi kematangan seksual pada remaja.

Menurut Monks (2006) masa pubertas pada remaja putri usia 12-15

tahun. Sedangkan menurut Perry (2012) wanita pubertas terjadi antar usia

8-14 tahun sedangkan laki-laki terjadi pada usia antara 9-14 tahun.

Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh

hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh).

Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga

mulaimuncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara

laki-laki dan perempuan.

Pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon

seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami

perubahan. Hormon seks yang mempengaruhi perempuan aalah estrogen

dan progesteron yang diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki

diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-hormon

tersebut ada di dalam darah dan mempengaruhi alat-alat dalam tubuh

sehingga terjadi beberapa pertumbuhan (Yulrina, 2015).


16

2. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita

Hipotalamus akan menyekresikan hormon gonadotropin. Hormon

gonadotropin merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilakn hormon

FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon FSH merangsang

pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium. Pematangan

folikel ini merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam

ovarium. Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium

mensekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen berfungsi membantu

pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara, panggul

membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu

pertumbuhan endometrium yang memberikan tanda pada kelenjar pituitary

agar menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi

hormon LH (Luetinizing Hormone). (Yulrina, 2015).

Terstimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang kemudian

pecah menjadi korpus luteal. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel

dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi). Korpus luteum yang

terbentuk akan segera mensekresi progesteron. Progesteron berfungsi

menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran pembuluh darah

dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang menyekresikan cairan

bernutrisi. Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan

berhenti. Berikutnya sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitary juga

berhenti. Akibatnya korpus luteal tidak bisa melangsungkan sekresi

hormon progesteron. Oleh karena itu progesteron tidak ada dan dinding
17

rahim luruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan

dinamakan menstruasi (Yulrina, 2015).

3. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi pria

Ada sejumlah hormon yang berperan dalam sistem reproduksi laki-

laki terutama pada proses pembentukan sperma. Dibawah kontrol

hipotalamus, sebuah hormon dikeluarkan untuk merangsang hipofisis

anterior. Hormon ini adalah gonadotropin. Hormon ini merangsang

hipofisis anteroir untuk menghasilkan hormon LH dan hormon FSH.

Hormon LH menstimulasi sel-sel Leydig untuk menyekresikan hormon

testosteron. Testosteron berfungsi dalam spermatogenesis, pematangan

sperma dan pertumbuhan kelamin sekunder pada pria. Sementara itu,

hormon FSH berperan merangsang sel-sel sertoli untuk menghasilkan

ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium

untuk memulai proses spermatogenesis. Selain itu, estrogen dibentuk oleh

sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Kedua hormon ini tersedia

untuk pematangan sperma. Proses pemasakan spermatosit menjadi

spermatozoa disebut spermatogenesis. Sprematogenesis terjadi di dalam

epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari (Yulrina, 2015).

4. Perubahan pada Masa Pubertas

Pada masa pubertas terjadi perubahan biologis meliputi perubahan

primer dan perubahan sekunder disebut juga perubahan fisik.


18

a. Perubahan Primer

Perubahan ini dimulai dari berfungsinya organ genital yang

ada. Pada perempuan ditandai dengan menarche atau haid pertama

dan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah (Soetjaningsih,

2007). Hal ini diakibatkan perubahan hormonal yang terjadi pada

saat anak menuju masa remaja.

b. Perubahan Sekunder

1) Pertumbuhan pada remaja perempuan

Pertumbuhan remaja perempuan dimulai dengan kecepatan

5,5 cm/tahun (4-7,5 cm) (Soetjaningsih, 2007). Gambaran yang

paling dini dan terpenting dari pertumbuhan tulang pada remaja

perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama

pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter

bi-ilical) secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki.

Tetapi, karena pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada

berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak

proporsional (tampak lebih besar) daripada remaja laki-laki

(Soetjaningsih, 2007).

2) Pertumbuhan pada remaja laki-laki

Pertambahan tinggi pada remaja laki-laki sekitar 5 cm/

tahun. Pertumbuhan ini berlangsung sekitar 2 tahun. Bahu yang

lebih lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki yang lebih panjang,

dan relatif lebih panjang pada ekstremitas atas adalah dimorfisme

yang khas pada remaja laki-laki dibandingkan dengan pertumbuhan


19

skelet remaja perempuan. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

hormon androgen (Soetjaningsih, 2007).

Menurut Wong (2009), perubahan bentuk tubuh terjadi umumnya

pada masa pubertas yaitu terjadi peningkatan pertumbuhan otot, rangka,

dan organ internal yang mencapai puncaknya rata-rata pada usia 12 tahun

untuk remaja putri dan 14 tahun untuk remaja putra. Pada remaja putri

terjadi puncak percepatan berat badan pada kira-kira 6 bulan setelah

pencapaian puncak berat badan sebesar 7-25 kg. Sementara remaja putra

akan mengalami penambahan berat badan sebesar 15-45 kg.

Wong (2009) juga mengatakan bahwa kematangan seksual pada

remaja putri dapat dilihat pada perubahan puting susu, aerola, dan

pertumbuhan mammae yang cepat. Kematangan seksual ini rata-rata

terjadi pada ussia 11-13,5 tahun. Pertumbuhannya akan sejalan dengan

pertumbuhan rambut pubis setelah 2-6 bulan. Kematangan seksual remaja

putra ditandai dengan perubahan ukuran testis, dan penipisan kulit testis,

serta terjadi pembesaran skrotum. Perubahan ini terjadi antara usia 9,5

tahun-14 tahun.

5. Tahapan-tahapan Pubertas

Al Mighwar (2006) dalam Inayah (2014) menjelaskan masa

pubertas terjadi secara bertahap, yaitu:

1) Tahap Prapubertas (9 - 10 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau

dua terakhir masa kanak –kanak, yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum

pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang


20

menandakan kematangan seksual. Pada masa ini anak dianggap

sebagai ”prapubertas”, sehingga tidak disebut seorang anak dan tidak

pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri - ciri seks sekunder mulai

tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara

sempurna.

2) Tahap Puber (12 – 15 tahun)

Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis

antara masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria

kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi

menarche dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali.

Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi

dalam organ - organ seks.

3) Tahap Pasca Puber (>16 tahun)

Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa

remaja. Pada tahap ini ciri - ciri seks sekunder sudah berkembang

dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.

Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika

pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk

dengan cukup baik.

Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak

adalah pertumbuhan badan anak yang lebih cepat, terutama

ekstremitasnya, dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai jenis

kelaminnya. Walaupun ada pengaruh hormon somatropin, diduga

bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhannya terutama disebabkan


21

oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan

penutupan garis epifisis tulang-tulang, sehingga pertumbuha badan

berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia

interna, genitalia eksterna dan ciri-ciri kelamin sekunder. Pada masa

pubertas, genitalia interna dan eksterna lambat laun tumbuh untuk

mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa (Wiknjosastro,

2007 dalam Saputri, 2012)

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada

remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap

bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman

sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka akan

berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan emosional anak,

bahkan terkadang timbul ansietas (Steinberg, 2009 dalam Batubara,

2010).

C. Citra Tubuh

1. Definisi

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan

individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya baik ukuran,

bentuk, struktur, fungsi, dan keterbatasan (Stuart & Sundeen, 2005). Citra

tubuh merupakan salah satu komponen yang membentuk konsep diri.

Konsep diri merupakan pandangan dan sikap individu terhadap diri

sendiri, terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi

diri, dengan kata lain konsep diri adalah inti kepribadian individu

(Harskamp, 2006)
22

Citra tubuh mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya

yang dibentuk dalam pikirannya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self-

esteem orang itu sendiri daripada penilaian orang lain tentang kemenarikan

fisik yang sesungguhnya dimiliki orang tersebut (Meliana, 2006).

Sedangkan menurut Honigman & Castle (2007), citra tubuh merupakan

gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuhnya atau penilaian

pribadi maupun orang lain terhadap ukuran dan bentuk tubuh atau segala

hal yang berkenaan dengan tubuhnya. Citra tubuh mengacu pada harga diri

(self-esteem), kadang-kadang rendahnya citra tubuh akan menyebabkan

harga diri yang rendah (Cash, 2008)

2. Aspek Citra Tubuh

Cash (2002) menjelaskan mengenai aspek citra tubuh yang

meliputi:

a) Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation)

Pada subskala ini diukur derajat ketertarikan atau kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.

b) Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation)

Pada subskala ini diukur tingkat perhatian terhadap penampilan

fisik.

c) Kepuasan Area Tubuh (Body Areas Satisfaction Scale/BASS)

Yaitu mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap

berbagai bagian tubuhnya.


23

d) Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weight)

Yaitu subskala yang menggambarkan persepsi seseorang terhadap

berat badannya.

e) Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation)

Yaitu subskala yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan,

perhatian akan berat badannya, kecenderungan melakukan diet

penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi.

3. Faktor-faktor yang Membentuk Citra Tubuh

Citra tubuh yang merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan

dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor (Meliana, 2006), antara lain:

a. Penilaian atau komentar orang lain

Reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki arti bagi

individu (significant other) misalnya orang tua, teman, dan lain-

lain, akan mempengaruhi citra tubuh yang dimiliki individu

tersebut. Hal ini seperti, pandangan teman-teman terhadap individu

sebagai seorang yang gemuk, langsing, cantik, seksi, dan

sebagainya.

b. Perbandingan dengan orang lain

Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara

individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada

orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya.


24

c. Peran seseorang

Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Pada setiap

peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan

tuntutan dari perannya masing-masing.

d. Identifikasi terhadap orang lain

Individu yang mengagumi satu tokoh yang dianggapnya ideal

seringkali menirunya seperti cara berdandan, cara berpakaian,

potongan rambut, dan lain-lain. Dengan bertindak demikian, ia

merasa telah memiliki beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.

e. Nilai-nilai sosial yang berlaku

f. Perubahan fisik dalam perempuan selama masa pubertas,

kehamilan dan menopouse.

g. Sosialisasi

Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, sebagai contoh

bahwa bentuk tubuh yang langsing adalah yang diharapkan

lingkungan, akan membuat anak sejak dini mengalami

ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang

diharapkan lingkungan, terutama orang tua. Orang tua terpengaruh

oleh berbagai hal sehingga timbul kekhawatiran terhadap tubuh

anaknya ketika masa perkembangan. Dukungan orang tua

sangatlah berarti dalam memberikan perhatian dan mengarahkan

remaja pada persepsi yang positif terhadap diri sendiri (Sam&

Wahyuni, 2012 dalam Sahban, 2014).

h. Cara individu merasakan dirinya


25

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh,

antara lain :

a. Orang tua (Pola Pengasuhan)

Hardy dan Heyes (1999) dalam Wildan (2013)

mengungkapkan bahwa orang tua adalah kontak sosial yang paling

awal dialami oleh sesorang dan paling kuat, segala informasi yang

diberikan orang tua akan lebih diingat dibandingkan informasi

yang diberikan orang lain. Martin & Colbert dalam Yundarini

(2012) mengatakan pula dalam proses pengasuhan terjadi kontak

atau interaksi antara anak dan orang tua dalam membimbing anak

bertingkah laku sesuai harapan.

Stuart & Sundeen (2005) dalam Muhith (2015) mengatakan

bahwa pola asuh merupakan faktor yang signifikan dalam

mempengaruhi konsep diri yang terbentuk, dimanacitra tubuh

merupakan salah satu komponennya. Sikap yang ditimbulkan

orang tua berupa hal yang positif atau pun negatif akan

mempengaruhi pemikiran dan sikap seseorang, jika sikap orang tua

positif maka akan menimbulkan sikap dan pemikiran positif pada

anak dan sebaliknya jika orang tua bersikap negatif (Wildan,

2013).

Proses pengasuhan yang dimulai sejak usia dini, sebagai

contoh bahwa bentuk tubuh yang langsing adalah yang diharapkan

lingkungan, hal tersebut membuat anak sejak dini sudah


26

mengalami tekanan dan timbul ketidakpuasan apabila tubuhnya

tidak sesuai dengan yang diharapkan lingkungan, terutama orang

tua. Orang tua terpengaruh oleh berbagai hal sehingga timbul

kekhawatiran terhadap tubuh anaknya ketika masa perkembangan.

Dukungan orang tua sangat berarti dalam memberikan perhatian

dan mengarahkan remaja pada persepsi yang positif terhadap diri

sendiri (Sam& Wahyuni, 2012 dalam Sahban, 2014).

b. Peer Group(Teman Sebaya)

Peer group menjadi faktor kedua yang dapat

mempengaruhi citra diri (citra tubuh). Peer gorup atau teman

sebaya dapat mempengaruhi citra tubuh seseorang dalam dua cara,

yaitu citra tubuh remaja merupakan pandangan atau opini dari

teman-teman tentang dirinya dan yang kedua yaitu tekanan dari

teman–temannya di dalam suatu kelompok (Santrock, 2007;

Wildan 2013).

c. Usia

Citra tubuh menjadi aspek penting untuk diperhatikan pada

usia remaja. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk

mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri

daripada remaja putra. Ketidakpuasan tersebut meningkat pada

awal hingga pertengahan usia remaja (Santrock, 2007; Yundarini

dkk, 2015).
27

d. Media massa

Cash & Pruzinsky (2002) mengungkapkan bahwa media

massa berperan dimasyarakat, terutama majalah, majalah fashion,

dan televisi yang menyajikan gambar model-model yang berbadan

ideal sehingga menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh. Tiga

proses yang dilalui remaja untuk mempengaruhi citra tubuhnya

yaitu persepsi, kognitif dan tingkah laku yang dikaitkan dengan

pembandingan sosial dimana wanita cenderung membandingkan

diri dengan model-model di media massa.

Giles & Maltby (2004) dalam Rahmaningsih (2014)

menyebutkan bahwa tokoh-tokoh pada media massa berpotensi

menjadi salah satu role model dari remaja saat ini. Pencarian role

model diluar orang tuanya adalah hal yang dilakukan semasa

periode remaja (Gunarsa, 2008).

4. Penggolongan Citra Tubuh

a. Citra Tubuh Positif

Ketika kita memiliki gambaran mental yang akurat dan

benar tentang tubuh kita, beserta perasaan, pengukuran, dan

hubungan kita dengan tubuh kita sendiri secara positif, percaya

diri, dan peduli pada tubuh, hal tersebut dimungkinkan sebagai

individu yang memiliki citra tubuh yang sehat dan konsep diri yang

positif (Meliana, 2006). Citra tubuh yang sehat lebih dari sekedar

ketiadaan perlawanan dengan makanan, berat tubuh atau

penampilan fisik.
28

Citra tubuh dikatakan positif apabila seseorang menerima

dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman, terhindar

dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan

pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh

secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang

terhadap tubuhnya turut mempengaruhi penerimaan klien terhadap

dirinya (Keliat, 2006). Adapun hal-hal lain yang menjadi

komponen terbentuknya citra tubuh positif adalah kepedulian pada

tubuh sendiri, pengekspresian diri, pengembangan kepercayaan diri

dalam kapasitas dan kemampuan fisik seseorang, serta

pengembangan konsep diri yang positif.

b. Citra Tubuh Negatif

Berbagai permasalahan body image, yang paling umum

adalah masa ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body

dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan berarti

ketidaksukaan individu terhadap tubuhnya atau bagian-bagian

tubuh tertentu. Besarnya kesenjangan antara citra tubuh ideal

dengan citra tubuh nyata merupakan indikator adanya

ketidakpuasan terhadap sosok tubuh. Seseorang bisa saja

mengatakan tubuhnya “jelek”, saat orang lain menganggapnya

cukup menarik. Body dissatisfation dan distorsi image umum

dialami oleh para gadis dan perempuan dewasa, yang akhirnya

menyebabkan mereka mengalami penghargaan diri yang rendah.

Suatu penelitian menunjukan bahwa perempuan yang melihat


29

gambar model yang bertubuh kurus menjadi merasa bersalah,

depresi, stress, malu, tidak aman dan tidak puas terhadap sosok

tubuhnya (Stice&Shaw dalam Meliana, 2006).

Hal-hal yang mempengaruhi citra tubuh negatif seseorang

adalah penerimaan terhadap bentuk tubuh pembandingan dengan

orang lain yang membuat seseorang gugup ketika orang lain

melakukan evaluasi terhadap dirinya, komentar atau penilaian

ngatif orang lain, ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (body

dissatisfaction) sehingga seseorang akan melakukan segala hal

agar terjadi perubahan pada penampilannya (Meliana, 2006 dalam

Yundarini dkk, 2015).

5. Gangguan Citra Tubuh

Keliat (2006) mengatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah

perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan

bentuk, ukuran, fungsi, keterbatasan tubuh. Pandangan negatif tersebut

ditandai dengan mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung, pesimis,

menarik diri, ideal diri tidak realistis, kurang menerima bentuk tubuh,

harga diri rendah, frustasi, malu dan asing terhadap diri.

Gangguan citra tubuh yang lain adalah distorsi citra tubuh, yakni

perbedaan antara bentuk tubuh dengan persepsi individu. Individu bersifat

overestimate yaitu meyakini tubuhnya lebih besar dari ukuran

sebenarnya, atau bersifat underestimate yakni meyakini bahwa ukuran

tubuhnya lebih kecil daripada ukuran sebenarnya (Sari, 2006). Gangguan

citra tubuh yang lain adalah ketidakpuasan terhadap tubuh (body


30

dissatisfaction), yaitu keyakinan individu bahwa penampilannya tidak

memenuhi standar pribadinya, sehingga menilai rendah tubuhnya (Sari,

2006). Citra tubuh negatif disebabkan oleh kecemasan interpersonal yang

timbul akibatkurangnya pemahaman yang adekuat mengenai diri, sehingga

kecemasan tersebut akan berdampak pada interaksi sosial remaja yang

dimanifestasikan dengan perilaku menarik diri (Cash, 2008).

D. Pola Asuh

1. Pengertian

Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam

keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut

sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan

masyarakat. Pola asuh dalam masyarakat dapat dikatakan homogen bila

dapat diterima sebagai pola asuh oleh seluruh keluarga yang hidup dalam

masyarakat itu. Jadi merupakan pola asuh dari suatu etnik

(Hardywinoto&Setiabudhi, 2002).

Menurut Baumrind (1971) mengemukakan bahwa pola asuh orang

tua terdiri dari 2 dimensi yaitu parent warmth (dimensi kehangatan) dan

parent control (dimensi kendali) yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Dimensi kehangatan menunjukan bahwa

respon dan afeksi pada anak. Sedangkan dimensi kendali adalah aspek

dimana orangtua mengendalikan perilaku anak untuk memastikan bahwa

peraturan mereka dipatuhi (Apriany, 2006 dalam Yulita, 2014).


31

2. Jenis Pola Asuh

Ada beberapa jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu

otoriter, permissive,dan demokratis (Hurlock, 2012).

a. Pola Asuh Authoritarian

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memperlihatkan

kehangatan tetapi keras, menjunjung tinggi kemandirian tetapi menuntut

tanggung jawab akan sikap anak. Pada pola asuh authoritarian (otoriter),

orang tua menjunjung tinggi kepatuhan, kenyamanan, dan disiplin yang

berlebih/ orang tua lebih menekankan pemberian hukuman kesalahan,

tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan.

Pola asuh otoriter ini bersifat menghukum dan membatasi dimana

orang tua sangat memaksakan remaja mengikuti dan menghormati usaha-

usaha yang dilakukan oleh orang tuanya, serta komunikasi tertutup,

sehingga tidak memberikan kesempatan anaknya untuk berkomunikasi

secara verbal. Ciri khas pola asuh ini adalah kekuasaan orang tua lebih

dominan bahkan dapat dikatakan mutlak (Baumrind, 1971 dalam Fathi,

2011 dalam Husaini, 2013).

b. Pola Asuh Permissive

Pola asuh permissive, orang tua bersikap tidak perduli dan cenderung

memberi kesempatan anak untuk melakukan hal yang diinginkannya

secara bebas tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti dalam keluarga

(Dariyo, 2011). Baumrind (1991) dalam Gullota & Blau (2008)

menyatakan bahwa orang tua dalam tipe ini mencakup tingginya level
32

penerimaan dan pengabulan permintaan serta rendah dalam kedisiplinan

dan kontrol perilaku. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan merasa

berlebihan tanggung jawab tanpa dukungan dari orang tua dan lebih

berhubungan dengan teman sebaya, khususnya anak yang memasuki masa

remaja

c. Pola Asuh Authoriative (Demokratis)

Pola asuh demokratis merupakan bentuk pola asuh yang

memperlihatkan dan menghargai kebebasan anak, namun hal tersebut

tidak mutlak dan dilakukan dengan bimbingan yang penuh antara orang

(Gunarsa, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua memberikan

kebebasan kepada anak untuk berpendapat dan melakukan hal yang

diinginkan anak namun tetap membatasi anak dengan aturan yang telah

ditetapkan orang tua.

Pola asuh tersebut di dalam pelaksanaannya tidak diterapkan secara

kaku, artinya orang tua tidak menerapkan secara kaku, artinya orang tua

tidak menerapkan salah satu pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang

tua menerapkan secara fleksibel, luwes, dan disesuaikan dengan situasi

dan kondisi yang berlangsung saat itu. Sehingga seringkali muncul, tipe

pola asuh situasional atau campuran. Orang yang menerapkan pola asuh

ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut

diterapkan secara luwes (Dariyo, 2011).


33

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Ada beberapa hal yang mempengaruhi jenis pola asuh yang diterapkan

orang tua menurut Hurlock (2012) dalam Husaini (2013), yaitu:

a. Pola asuh yang diterima orang tua saat anak-anak

Orang tua memiliki kecenderungan yang besar menerapkan pola

asuh yang mereka terima dari orang tua mereka pada anaknya.

b. Pendidikan orang tua

Orang tua yang mendapatkan pendidikan baik, cenderung

menerapkan pola asuh demokratis ataupun permisif dibandingkan

dengan orang tua yang pendidikannya terbatas. Pendidikan

membantu orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak.

c. Kelas sosial

Perbedaan kelas soisal orang tua mempengaruhi pemilhan pola

asuh. Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih

permisif dibandingkan dari orang tua kelas soisal bawah.

d. Konsep tentang peran orang tua

Setiap orang tua memiliki konsep bagaimana seharusnya dia

berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung memilih

pola asuh yang ketat dibandingkan orang tua dengan konsep non-

tradisional.

e. Kepribadian orang tua

Kepribadian mempengaruhi interpretasi pola asuh yang mereka

terapkan. Orang tua yang berkepribadian tertutup dan konservatif

cenderung akan memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.


34

f. Kepribadian anak

Anak yang cenderung ekstrovert akan bersikap lebih terbuka

terhadap rangsangan-rangsangan yang datang padanya

dibandingkan anak yang introvert.

g. Faktor nilai yang dianut orang tua

Seperti paham „equalitarian‟ dimana kedudukan anak sejajar

dengan orang tua. Namun kebanyakan di Negara Timur, orang tua

masih lebih cenderung menghargai kepatuhan anak.

h. Usia anak

Tingkah laku dan sikap orang tua terhadap anaknya di pengaruhi

oleh usia anak. Orang tua lebih memberikan dukungan dan dapat

menerima sikap ketergantungan anak usia pra sekolah daripada

remaja.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan Saputri (2012) yang menghubungkan antara

pola asuh orang tua dengan kecemasan remaja yang menghadapi

menarche. Penlitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nayu 77 Surakarta

dengan 46 responden. Hasil didapatkan presentase kecemasan sebanyak

50% dimana hal ini sebanding dengan presentase ketidakcemasan.

Didapatkan pula jenis pola asuh permisif dan otoriter berpotensi

menimbulkan kecemasan pada remaja yang menghadapi menarche

karena kurangnya komunikasi verbal terhadap anak.

2. Penelitian Husaini (2013) mengenai hubungan antara persepsi pola asuh

dengan resiko perilaku bulliying siswa SMA Triguna Utama Ciputat


35

dengan jumlah sampel 71 . hasil didapatkan 43,7% memiliki persepsi

pola asuh demokratis dan memiliki resiko perilaku bullying rendah.

Sedangkan hasil uji korelasi didapatkan ada hubungan yang signifikan

antara persepsi jenis pola asuh orang tua terhadap resiko perilaku

bullying siswa di SMA Triguna Utama Ciputat.

3. Penelitian yang dilakukan Elta (2002) mengenai hubungan citra tubuh

dengan tingkat kecemasan remaja pada masa pubertas di SLTP

Muhammadiyah III Kramat Raya Jakarta Pusat. Responden pada

penelitian ini adalah remaja usia 12-14 tahun sebanyak 42 responden di

SLTP Muhammadiyah III Jakarta Pusat. Peneliti mendapatkan hasil

proporsi remaja pubertas dengan citra tubuh positif sebanyak 43% dan

proporsi citra tubuh negatif sebanyak 57% .

4. Penelitian yang dilakukan Arthanti (2007) mengenai hubungan antara

gambaran citra tubuh dengan tingkat kecemasan pada usia remaja

pertengahan (15-17 tahun) di SMUN 61 Jakarta Timur. Penelitian

dilakukan di SMUN 61 Jakarta Timur dengan jumlah responden 92

orang. Hasil penelitian didapatkan gambaran citra tubuh positif dan

negatif pada remaja yaitu seimbang, dengan nilai proporsi 50% untuk

citra tubuh negatif dan 50% untuk citra tubuh positif.

5. Penelitian yang dilakukan Sari (2006) mengenai hubungan kepuasan

citra tubuh dengan kepercayaan diri remaja. Penelitian ini dilakukan di

Fakultas Psikologi UIN Jakarta dengan responden remaja sebanyak 94

(terdiri atas laki-laki dan perempuan). Hasil penelitian ini didapatkan


36

bahwa ada korelasi antara kepuasan citra tubuh dengan kepercayaan diri

remaja.

6. Penelitian yang dilakukan Sari (2007) mengenai hubungan antara

syukur dengan kepuasan citra tubuh pada remaja. Penelitian dilakukan

pada siswa SMU Negeri 4 Bekasi sebanyak 113 responden dengan

spesifikasi usia antara 15 tahun sampai 18 tahun. Hasil penelitian ini

adalah ada hubungan antara syukur dengan citra tubuh remaja.

7. Penelitian yang dilakukan Saputri (2012) yang menghubungkan antara

pola asuh orang tua dengan kecemasan remaja yang menghadapi

menarche. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nayu 77 Surakarta

dengan 46 responden. Hasil didapatkan persentase kecemasan sebanyak

50% dimana hal ini sebanding dengan persentase ketidakcemasan.

Didapatkan pula jenis pola asuh permisif dan otoriter berpotensi

menimbulkan kecemasan pada remaja yang menghadapi menarche

karena kurangnya komunikasi verbal terhadap anak.


37

F. Kerangka Teori

Factor yang mempengaruhi citra tubuh:

Pola asuh :  Usia(Santrock, 2007)


 Media massa(Cash&Pruzinsky, 2002)
Demokratis,  Peer group(Santrock, 2007)
Faktor yang permissif,otoriter
mempengaruhi Keluarga (orang tua) (Stuart&Sundeen, 2005)
kejadian transisi
: 1. Jenis
transisi(growth and Transisition Event : Aspek Citra Tubuh- Penampilan
developmental, Fisik (Cash,2002):
 Kelahiran (melahirkan)
suatu kejadian a) Evaluasi Penampilan Fisik
 Kehamilan
situasional) b) Orientasi Penampilan Fisik
2. Waktu kejadian  Kehilangan c) Kepuasan Area Tubuh
d) PengkategorianUkuran Tubuh
(Tiba-tiba, e) Kecemasan Menjadi Gemuk
berangsur-angsur)
Masa Transisi Change in Body
(Pubertas/maturation) Appearance Body Image
Anak

Peran Respon :good acceptence Respon :


orang tua interpersonal anxiety

Citra tubuh
Positif Citra tubuh
Negatif
1.Pandangan realistis mengenai
tubuh 1. Ketidakpuasan terhadap
2.Penerimaan diri yang positif tubuh (body
3.Kepedulian terhadap diri sendiri dissatisfaction)
4.Persepsi mengenai diri sendiri 2. Komentar atau pandangan
5.Pandangan atau penilaian positif negative orang lain
orang lain 3. Tidak menerima perubahan
6.Pengembangan kepercayaan diri tubuh
(Melliana, 2006) 4. Keinginan untuk merubah
tubuh
5. Evaluasi terhadap diri dari
orang lain (Melliana, 2006)
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Transisi Meleis (2010), Cash & Pruzinsky (2002), Stuart &

Sundeen (2005), Meliana (2006), Santrock (2007)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB ini menjelaskan mengenai kerangka konsep penelitian dan

menjelaskan mengenai definisi operasional dari penelitian ini.

A. Kerangka Konsep

Seperti tujuan penelitian yang telah dijelaskan bahwa penelitian ini

menghubungkan dua variabel yang akan diteliti yaitu persepsi pola asuh

orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas diWilayah

Keluraahn Bintaro Jakarta Selatan, maka kerangka konsep pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Pola Asuh Orang Tua Citra Tubuh Remaja


(permisif, demokratis, (negatif dan positif)
otoriter, campuran)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

38
39

B. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Operasional

Variabel Independent : Perlakuan orang Menghitung skor Kuesioner yang digunakan adalah 1. Skor tertinggi pada Nominal

pola asuh orang tua tua yang persepsi pola asuh parental authority questionnaire (PAQ) salah satu jenis

diterapkan pada sebagai berikut: yang dibuat oleh Buri (1991) kemudian di pola asuh

remaja untuk (4) Sangat Sesuai (SS) revisi oleh Reitman (2002). Terdiri atas menunjukan

membentuk (3) Sesuai (S) 30 pertanyaan. Setiap jenis pola asuh kecenderungan

karakternya. (2) Tidak Sesuai (TS) terdiri dari 10 pertanyaan,sehingga skor jenis pola asuh

Dalam hal ini ada (1) Sangat Tidak Sesuai tertinggi adalah 30 dan terendah adalah tersebut

tiga jenis pola 10. (demokratis,

asuh orang tua otoriter dan

yaitu: demokratis, permisif)

otoriter, permissif 2. Jika skor sama

dan campuran untuk kedua atau


40

ke tiga jenis pola

asuh maka disebut

pola asuh campuran

Variabel dependen : Citra tubuh Menggunakan skala Kuesioner yang diberi nama The 1. Tinggi jika skor Ordinal

Citra Tubuh Remaja adalah sikap, Likert dengan alternatif Multidimentional Body-Self Relations >median (90)

Pada Masa Pubertas persepsi, jawaban: Questionnaire – Apparance Scale 2. Rendah jika skor

keyakinan dan SS (Sangat Setuju), S (MBSRQ-AS)dari Thomas Cash (2002) <median (90)

pengetahuan (Setuju), R (Ragu-ragu), dengan 32 item penyataan . Alat

remaja terhadap TS( Tidak Setuju), dan MBSRQ-AS ini terbagi menjadi 5sub

tubuhnya baik STS (Sangat Tidak skala, yaitu :

ukuran, bentuk, Setuju) a) Evaluasi Penampilan Fisik

struktur, fungsi b) Orientasi Penampilan Fisik

dan keterbatasan Skor item favorable: c) Kepuasan Area Tubuh

yang terjadi pada SS : nilai 4 d) Pengkategorian Area Tubuh

saat usia pubertas S : nilai 3 e) Kecemasan Menjadi Gemuk


41

TS : nilai 2 Skala ini terdiri atas 32 pernyataan

STS : nilai 1 dengan 5 kategori jawaban (skor 1-5)

Skor item unfavorable: dengan demikian rentang minimumnya

SS : nilai 1 adalah 32 dan maksimumnya 4 X 32 =

S : nilai 2 128.

TS : nilai 3

STS : nilai 4

3.2 Tabel Definisi Operasional


42

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis yang digunakan

adalah hipotesis assosiatif. Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan

antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Hipotesis pada penelitian

ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan

Bintaro, Jakarta Selatan.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

BAB ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan oleh

peneliti, meliputi desain penelitian, waktu dan lokasi penelitian, sampel dan

teknik sampling, serta proses persiapan dan pengambilan data penelitian.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan penelitian cross

sectional. Pendekatan penelitian kuantitatif lebih memberikan makna

dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik, bukan makna

secara kebahasaan dan kulturnya (Siregar, 2013 dalam Aini, 2013).

Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada satu saat (Nursalam, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah

menghubungkan antara pola asuh orang tua dengan citra tubuh remaja

pada masa pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kelurahan Bintaro,

Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan 12330. Kelurahan

Bintaro terdiri dari 15 RW dan 141 RT, sedangkan pada penelitian ini

hanya 10 dari 15 RW yang menjadi lokasi penelitian. Proses

43
44

pengambilan data penelitian dimulai pada awal bulan Maret 2016 dan

selesai pada akhir bulan Maret 2016

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi pada penelitian

ini yaituremaja berusia > 12 -15 tahun yang sudah pubertas beserta

orang tua nya baik ibu ataupun ayah. Jumlah remaja dengan kelompok

umur 10-14 sejumlah 5110 jiwa dan kelompok umur 15-19 sejumlah

4439 jiwa.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dijangkau dan

dipergunakan sebagai subjek penelitian, sedangkan sampling adalah

proses penyeleksian porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi

yang ada (Nursalam, 2008). Metode sampling yang digunakan peneliti

yaitu teknik purposive sampling dengan melihat kriteria inklusi dan

ekslusi yang peneliti tentukan. Cara sampel diambil dengan

menggunakan tekhnik snowball.

Kriteria sampel dibagi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi

adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti, sedangkan ekslusi adalah menghilangkan

atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari

penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek menolak


45

berpartisipasi (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dan ekslusi pada

penelitian ini adalah :

a) Kriteria Inklusi

1) Remaja yang masuk usia pubertas awal >12 -15 tahun

2) Orang tua masih hidup

3) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Ekslusi

1) Belum menarche untuk perempuan dan mimpi basah untuk

laki-laki

2) Pernah melahirkan

3) Hamil

4) Kehilangan anggota tubuh /cacat fisik

5) Setiap hari membaca atau melihat media massa (khusus

tabloid/ majalah wanita atau pria)

Pada penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sampel

dengan uji hipotesis beda dua proporsi karena sebelumnya telah

diketahui proporsi variavel dependennya , rumusnya sebagai berikut:

n= [Z √ + Z1-β√ ]2

[ (P1-P2)]2

Keterangan:

n = Ukuran sampel

Z = Derajat kemaknaan 95% : 1,96


46

Z1-β = Kekuatan uji sebesar 90% : 1,28

P1 = 0,33 = proporsi remaja dengan citra tubuh positif (Elta, 2002).

P2 = 0,54 = proporsi remaja yang beresiko mengalami citra tubuh

negatif (Elta, 2002).

P = (P1+P2)/2 = 0,87

Q = (1-P) = 1-0,87 = 0,13

Q1 = (1-P1) = 1- 0,33 = 0,67

Q2 = 1- 0,54 = 0,46

Maka :

n= [ √ +1,28√ ]2

[(0,33-0,54)]2

n= [ +0,8704]2

0,0441

n= = 73 responden

Berdasarkan rumus yang tersebut, didapatkan jumlah responden

sebanyak 73. Hasil perhitungan dikalikan dua 73 x 2 = 146 responden.

Untuk mengatasi kemungkinan drop out, maka digunakan rumus

(Tampubolon, 2008 dalam Putri, 2015):


47

n‟ = [ 1/(1-f)] x n

n‟ = [1/(1-10%)] x 146

n‟ = 161 responden

Keterangan:

n‟ = jumlah sampel penelitian

f = estimasi dropout

Dari hasil perhitungan sampel diatas maka didapatkan 161 responden

pada penelitian ini.

C. Pengumpulan Data

Adapun tahapan pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini meliputi menentukan subjek penelitian, permasalahan,

tujuan dan manfaat penelitian serta tempat penelitian. Peneliti

mengajukan surat perizinan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

PEMPROV DKI Jakarta dan Kelurahan Bintaro yang kemudian

dibuatkan surat rekomendasi penelitian.

Setelah mendapat surat rekomendasi penelitian, peneliti melakukan

studi pendahuluan terhadap 10 remaja di Wilayah Kelurahan Bintaro

secara accidental pada tanggal 7 Februari 2016. Selanjutnya

dirumusakan masalah berdasarkan teori dan hasil studi pendahuluan


48

dan kemudian dilakukan perhitungan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian, hasil didapatkan 161 responden berdasarkan hasil

perhitungan sampel.

Langkah terakhir dari tahap persiapan yaitu melakukan pengujian

instrumen penelitian kepada 35 responden di Madrasah Tsanawiyah

Manaratul Islam. Karakteristik responden uji validitas sesuai dengan

karakteristik responden penelitian. Teknik pengambilan data mengikuti

teknik pengambilan data saat penelitian yaitu snowball dan purposive

sampling.

2. Tahap Pengambilan Data

Proses pengambilan data penelitian menggunakan teknik snowball

untuk mendapatkan sampel penelitian, setelah didapatkan responden

yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi (purposive), maka

responden tersebut akan digunakan sebagai responden penelitian.

Teknik snowball akan digunakan sampai jumlah responden terpenuhi

sesuai dengan hasil perhitungan sampel. Jumlah responden dari hasil

perhitungan sebanyak 161 orang sedangkan 8 orang drop out, sehingga

jumlah responden menjadi 153 orang.

Peneliti melakukan inform consent terhadap responden remaja dan

orang tua, kedua nya diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat

dan kerahasiaan data penelitian. Setelah mendapat persetujuan melalui

lembar inform consent dari kedua responden maka keduanya diberikan

penjelasan mengenai cara mengisi kuesioner dan anjuran untuk

bertanya apabila ada pertanyaan atau penyataan yang kurang dipahami.


49

Kuesioner citra tubuh di isi oleh responden remaja dan kuesioner

pola asuh di isi oleh orang tua remaja tersebut. Kuesioner pola asuh

dapat diisi oleh ibu atau bapak. Kuesioner di isi dalam waktu yang

bersamaan.Batasan waktu pengisian kuesioner pola asuh dan kuesioner

citra tubuh untuk masing-masing responden yaitu selama 20-25 menit.

Responden harus menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

3. Tahap Pengolahan Data

Kuesioner yang telah diisi responden selanjutnya periksa kembali

oleh peneliti, tiap item pernyataan diberikan kode-kode untuk

mempermudah proses input data dan analisis. Proses entry data

dilakukan di aplikasi statistik, selanjutnya dilakukan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner Pola Asuh

Parental Authority Questionnaire (PAQ) dibuat oleh Buri (1991) yang

di revisi oleh Reitman dkk (2002), kuesioner ini diteliti di wilayah Afrika

dan Amerika. Kuesioner ini digunakan Husaini (2013) pada penelitiannya

yang bertujuan untuk mengetahui jenis pola asuh paling dominan

digunakan untuk orang tua responden. Pola asuh orang tua menurut

Baumrind dalam Husaini (2013) ada tiga jenis yaitu demokratis, otoriter,

dan permisif. Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan, setiap jenis pola

asuh digambarkan oleh 10 pertanyaan, yang akhirnya akan di menunjukan

dominan pola asuh yang diterapkan orang tua. Apabila ada 2 atau 3 jenis
50

pola asuh yang nilainya sama, maka dikategorikan sebagai pola asuh

campuran.

Tabel 4.1 Blue Print Kuesioner Persepsi Pola Asuh Orang Tua(Tryout)

No Pola Asuh Indikator No Pertanyaan


1. Authoritarian o Orang tua bersifat 7,12,18,25
membatasi, menghukum, dan
hanya sedikit melakukan
komunikasi verbal

o Mendesak anak untuk


mengikuti petunjuk dan
usaha orang tua 2,3,9,26,29,16

2. Authoriative o Mendorong anak untuk bebas 8,22,27,15


tetapi tetap memberikan
batasan dan mengendalikan
tindakan anak
o Pembuatan aturan dikeluarga
diterapkan berdasarkan
aturan bersama 11,20,23,30,4,5

3. Permissive o Orang tua bersifat serba 6,14,19,24,1,10


bebas (membolehkan)

o Tidak memberikan
pengawasan dan pengarahan 13,17,21,28
pada tingkah laku anak

2. Kuesioner Citra Tubuh

Kuesioner yang diberi nama The Multidimentional Body-Self

Relations Questionnaire – Appearance Scale (MBSRQ-AS) dari Thomas

F. Cash (2002) di U.S dengan responden anak usia remaja. Kuesioner ini

memiliki 34 item pernyataan. MBSRQ-AS merupakan kuesioner yang

terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai citra tubuh dan memiliki

cakupan yang menyeluruh, meliputi aspek kognitif, afektif dan


51

behavioral dari citra tubuh. Alat MBSRQ-AS ini terbagi menjadi

beberapasub skala, yaitu :

a) Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation)

Pada subskala ini diukur derajat ketertarikan atau kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.

b) Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation)

Pada subskala ini diukur tingkat perhatian terhadap penampilan

fisik.

c) Kepuasan Area Tubuh (Body Areas Satisfaction Scale/BASS)

Yaitu mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap

berbagai bagian tubuhnya.

d) Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weight)

Yaitu subskala yang menggambarkan persepsi seseorang terhadap

berat badannya.

e) Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation)

Yaitu subskala yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan,

perhatian akan berat badannya, kecenderungan melakukan diet

penurunan berat badan dan membentuk pola makan yang dibatasi.


52

Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Citra Tubuh (Tryout)

No Subskala Item
Positif Negatif
1 Evaluasi Penampilan Fisik 3,5,9,12,15 18,19
2 Orientasi Penampilan Fisik 1,2,6,7,10, 11,14,16,20
13,17,21
3 Kepuasan Area Tubuh 26,27,28,2
9,30,31,32,
33,34
4 Pengkategorian Ukuran Tubuh 24,25
5 Kecemasan Menjadi Gemuk 4,8,22,23
Total 28 6

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan alternatif

jawaban: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS ( Tidak Setuju), dan STS

(Sangat Tidak Setuju). Pernyataan-pernyataan diatas mengandung sikap

favorabel dan unfavorabel yang skoring nya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Skor Pada Skala Citra Tubuh

Pilihan Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

A. Uji Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008 dalam Husaini, 2013). Hasil

perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai


53

product moment. Jika r hitung lebih besar dari table r pada taraf

signifikansi 5% maka instrumen yang diuji cobakan adalah valid.

Rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

r hitung =
√[ ][ ]

Keterangan :

r hitung = koefisien korelasi

∑Xi = jumlah skor item

∑Yi = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden

Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan table

nilai product moment. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf

signifikan 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid.

Nilai r tabel product mommet dengan N 35 dan taraf signfikan 5%

adalah 0,334.

Penguji melakukan uji validitas untuk kedua instrumen di

Madrasah Tsanawiyah Manaratul Islam pada bulan Februari dengan

35 responden. Hasil uji validitas untuk kedua instrumen adalah

sebagai berikut:
54

Tabel 4.4 Blueprint KuesionerPola Asuh (Pasca TryOut)

No Pola Asuh Item Penyataan Valid Jumlah


1. Authoritarian 3,7,12,16,18,25,26,29 8
2. Authoriative 4,5,15,20,22,30 6
3. Permissive 1,6,10,13,14,17,19,21,24,28 10
Total 24

Tabel 4.5 BluePrint Kuesioner Citra Tubuh (Pasca TryOut)

No Subskala Item
Positif Negatif
1 Evaluasi Penampilan Fisik 3,5,9 18,19
2 Orientasi Penampilan Fisik 1,2,6,7,10,13,17,21 11,14,16,20
3 Kepuasan Area Tubuh 26,27,28,29,30,31,32,33,34
4 Pengkategorian Ukuran Tubuh 24,25
5 Kecemasan Menjadi Gemuk 4,8,22,23
Total 26 6

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau pernyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. Teknik pengujian pada penelitian ini

menggunakan teknik Alpha Croanbach, dalam uji reliabilitas r hasil

adalah alpha. Ketentuannya apabila nilai alpha> r maka reliabel dan

sebaliknya. Kuesioner citra tubuh dan pola asuh di uji dengan teknik

yang sama. Rumus nya adalah sebagai berikut:

r 11 = [ ] [ 1- ]
55

Keterangan:

r 11= koefisien reliabilitas yang dicari

k= banyak butir pertanyaan atau banyak nya soal

= jumlah varian butir

= varian total

Hasil uji reliabilitas pada kuesioner pola asuh dan citra tubuh

dilakukan di MTS Manaratul Islam dengan jumlah 35 responden,

didapatkan nilai Alpha Croanbach untuk instrumen citra tubuh yaitu

0,740 dan kuesioner pola asuh orang tuasebesar 0,743. Hal ini

menunjukan bahwa nilai Alpha> r (0,6) maka, kedua instrumen ini

dinyatakan reliabel.

G. Pengolahan Data

Peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data,

diantaranya :

1. Editing, yaitu proses pengecekan kembali lembar kuesioner yang telah

diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan tiap item

pertanyaan di kuesioner pola asuh maupun citra tubuh. Item pertanyaan

yang belum dilengkapi akan dikembalikan dan diisi kembali pada saat

itu juga.

2. Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
56

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya

dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable. Kode yang digunakan

pada kuesioner pola asuh dan citra tubuh yaitu angka 1 jika STS, 2 jika

TS, 3 jika S, dan 4 jika SS. Pada kuesioner citra tubuh terdapat item

unfavorable, dimana coding akan di balik seperti jika menjawab 1

bermakna SS, 2 bermakna S, 3 bermakna TS, dan 4 bermakna STS.

3. Entry data, adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master table(Ms. Excel) atau data yang telah dikumpulkan ke

dalam master table atau data base computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana.

4. Processing data, yaitu proses pemasukan data kedalam program

komputer. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan

data dari kuesioner ke paket progran komputer pengolahan data statistik

(SPSS 21).

5. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah

dimasukan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian

pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan, maka data

tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil

pengumpulan data yang dilakukan.


57

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah mendeskripsikan setiap variabel yang

akan diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai

ekstrim/outliner (Amran, 2012). Analisis ini dilakukan terhadap tiap

variabel yang digunakan peneliti. Analisis univariat pada variabel

penelitian yang meliputi data demografi, item pertanyaan pada citra

tubuh remaja dan item pertanyaan pada persepsi pola asuh orang tua.

2. Analisis Bivariat

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis bivariat untuk

melihat adanya hubungan dua variabel. Variabel yang akan di analisis

adalah persepsi pola asuh orang tua dan citra tubuh remaja pada masa

pubertas dengan melihat karakteristik masing-masing responden.

Analisis bivariat yang dilakukan dengan ujiChi-Square yaitu uji

statistik yang ditujukan untuk menguji signifikansi data berskala

nominal (Hidayat, 2011), dengan menggunakan tingkat kepercayaan

95% dengan α 5%, sehingga nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil

perhitungan dianggap bermakna (signifikan) atau menunjukan adanya

hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel

dependen, dan apabila nilai p value> 0,05 maka hasil perhitungan

dianggap tidak signifikan atau tidak menunjukan adanya hubungan

antara 2 variabel tersebut (Notoatmodjo, 2010).


58

I. Etika Penelitian

Etika Penelitian (Research ethic) merupakan hal yang penting dalam

sebuah penelitian keperawatan karena berhubungan langsung dengan

manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008; Inayah,

2014). Masalah etik tersebut antara lain sebagai berikut:

2.1 Pernyataan Persetujuan (Informed Consent). Merupakan bentuk

persetujuan antara peneliti dengan responden dalam penelitian berupa

lembar persetujuan. Peneliti terlebuh dahulu menjelaskan gambaran

umum penelitian dan manfaatnya. Responden yang bersedia akan

menandatangani lembar persetujuan dan kemudian dijelaskan tata cara

pengisian kuesioner.

2.2 Tanpa Nama (Anonimity). Masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek

penlitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar kuesioner yang digunakan.

2.3 Kerahasiaan (Confidentiality). Informasi-informasi atau masalah-

masalah dalam penelitian akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti

sebagai salah satu etika dari sebuah penelitian. Etika penelitian ini

bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas dari responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat

persetujuan (informed consent). Sebelum menandatangani persetujuan,

peneliti menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan akan digunakan

untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai data tersebut

akan di hilangkan
59

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa analisis

univariat dan bivariat serta gambaran umum wilayah penelitian.

A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bintaro

Wilayah Kelurahan Bintaro terletak di Kota Administrasi Jakarta Selatan

dengan Pesanggrahan sebagai Kecamatannya. Luas wilayah Kelurahan

Bintaro sekitar 455,5 Ha dengan jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak 141

dan RW (Rukun Warga) sebanyak 15 RW. Lokasi penelitian hanya pada 10

RW dan 15 RW yang terdapat di Kelurahan Bintaro. Jumlah seluruh kepala

keluarga yang tercatat sampai tahun 2015 sebanyak 17.584 yang terdiri dari

14.748 kepala keluarga laki-laki dan 2.836 kepala keluarga perempuan.

B. Analisa Univariat

1. Gambaran Demografi Responden

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 dengan responden

sebanyak 153 orang remaja perempuan atau laki-laki berserta dengan

orang tua remaja tersebut yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi yang ditentukan sebelumnya. Teknik pengambilan data

menggunakan kuesioner data demografi, pola asuh orang tua dan citra

tubuh. Responden remaja mengisi kuesioner citra tubuh dan kuesioner

pola asuh diisi oleh orang tua yang dalam hal ini boleh diisi oleh Ayah

ataui Ibu remaja yang bersangkutan.


60

Karakteristik responden terdiri jadi jenis kelamin remaja, usia remaja,

dan pendidikan orang tua yang mana datanya sebagai berikut:

b. Jenis Kelamin Remaja

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan

Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki 71 47,1
Perempuan 81 52,9
Total 153 100%
Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden remaja

berdasarkan jenis kelamin. Hasil menunjukan bahwa responden berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 71 orang (47,1%) dan responden perempuan

sebanyak 81 (52,9%).

c. Usia Remaja

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Remaja Berdasarkan

Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
12 37 24,2
13 52 34,0
14 45 29,4
15 19 12,4
Total 153 100

Tabel 5.3 Gambaran Rata-Rata Usia Responden Remaja

Usia Mean Median Standart Min-Max


Remaja Deviasi
13,30 13 0,974 12-15

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden remaja

berusia13 tahun sebanyak 34% dan rata-rata berusia 13 tahun.


61

d. Pendidikan Orang Tua

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Orang Tua Berdasarkan


Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
SD 5 3,3
SMP 33 21,6
SMA 90 58,8
Perguruan Tinggi (PT) 25 16,3
Total 153 100%

Pada tabel 5.4 disajikan data tingkat pendidikan orang tua di

wilayah Kelurahan Bintaro. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

mayoritas orang tua di wilayah Kelurahan Bintaro berpendidikan SMA

dengan persentase 58,8% dan UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan

tingkatan SMA termasuk dalam kategori pendidikan menengah.

2. Gambaran Jenis Pola Asuh Orang Tua

Variabel pola asuh orang tua merupakan variabel independen dari

penelitian ini, pola asuh merupakan perlakuan orang tua yang diterapkan

pada remaja, untuk membentuk karakter remaja dan mencapai

kedewasaan. Pola asuh dibagi menjadi 4, yaitu demokrasi, otoriter,

permisif, dan campuran. Tabel dibawah ini merupakan gambaran distribusi

pola asuh orang tua remaja di Kelurahan Bintaro.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua

di Kelurahan Bintaro
Jenis Pola Asuh Frekuensi Persentase (%)
Demokrasi 46 30,1
Otoriter 34 22,2
Permisif 58 37,9
Campuran 15 9,8
Total 153 100%
62

Tabel 5.5 menunjukan distribusi frekuensi jenis pola asuh yang

dominan diterapkan di dalam keluarga, hasil nya menunjukan bahwa pola

asuh permisif sebesar 37,9% hampir menyamai persentase pola asuh

demokratis sebesar 30,1%.

2. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas

Citra tubuh remaja merupakan variabel dependen pada penelitian ini,

pada variabel ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu citra tubuh negatif dan

citra tubuh positif. Tabel 5.6 akan menggambarkan bagaimana gambaran

citra tubuh remaja pada masa pubertas di Kelurahan Bintaro.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Citra Tubuh Remaja Pada Masa


Pubertas di Kelurahan Bintaro
Jenis Citra Tubuh Frekuensi Persentase (%)
Citra Tubuh Positif 78 51
Citra Tubuh Negatif 75 49
Total 153 100%
Tabel 5.6 menunjukan bahwa citra tubuh positif sebanyak 78

responden (51%) , hasil tersebut hampir setara dengan citra tubuh negatif

sebanyak 75 responden (49%).

Tabel 5.7 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin


Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro

Jenis Kategori Citra Total


Kelamin Tubuh
Citra Tubuh Citra Tubuh
Positif Negatif

N % N % N %
Laki-Laki 36 50 36 50 72 100
Perempuan 42 51,9 39 48,1 81 100
Total 78 51 75 49 153 100
63

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa citra tubuh positif perempuan (51,9%)

dan negatif (48,1%) dan laki-laki bercitra tubuh positif (50%) dan negatif

(50%).

Tabel 5.8 Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Usia Remaja


Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro
Usia remaja Kategori Citra Total
Positif Negatif
N % N % N %
12 14 37,8 23 62,2 37 100
13 21 40,4 31 59,6 52 100
14 27 60 18 40 45 100
15 16 84,2 3 15,8 19 100
Total 78 51 75 49 153 100

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa remaja awal yang berusia 12 tahun

dengan mayoritas citra tubuh negatif sebesar 62,2% dan kelompok remaja

awal yang berusia 15 tahun dengan mayoritas citra tubuh positif sebesar

84,2%.

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja

Pada Masa Pubertas.

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh
Remaja Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro

Pola Asuh Kategori Citra Total P Value


Orang Tua Positif Negatif
N % N % N %
Demokrasi 30 65,2 16 34,8 46 100
Otoriter 14 41,2 20 58,8 34 100 0,132
Permisif 27 46,6 31 53,4 58 100
Campuran 7 46,7 8 53,3 15 100
Total 78 51 75 49 153 100
64

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan dependen. Pola asuh orang tua merupakan

variabel independen dan citra tubuh remaja merupakan variabel

dependen. Uji bivariat ini menggunakan uji Chi- Square dengan

tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%). Adapun hasil analisa bivariat adalah

sebagai berikut: hasil analisa menunjukan bahwa pola asuh permisif

dengan remaja bercitra tubuh negatif sebanyak 53,4% dan positif

46,6%, pola asuh demokratis dengan remaja bercitra tubuh positif

sebanyak 65,2% dan negatif 34,8%, pola asuh otoriter dengan citra

tubuh positif 41,2% dan negatif 58,8%, dan pola asuh campuran

dengan citra tubuh positif 46,7% dan negatif 53,3%.

Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara pola

asuh orang tua dengan citra tubuh remaja adalah uji korelasi Chi-

Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%). Dari hasil uji

tersebut didapatkan bahwa nilai p-value = 0,132>0,05, hal ini

menunjukan bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yangsignifikan antara pola asuh orang tua dengan

citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan Bintaro,

Jakarta Selatan.
BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara pola asuh

orang tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan

Bintaro, Jakarta Selatan. Responden pada penelitian ini berjumlah 153 responden

yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian ini dilakukan pada

10 RW di Kelurahan Bintaro dan dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi,

pola asuh orang tua dan citra tubuh. Berikut peneliti sajikan hasil pembahasan

penelitian ini yang terdiri dari analisa univariat, analisa bivariat, dan keterbatasan

penelitian.

A. Gambaran Karakteristik Responden

1. Usia Responden

Pada kategori usia dikelompokkan menjadi usia 12,13,14, dan 15

tahun. Pada penelitian ini mayoritas berusia 13 tahun (34%) dengan rata-

rata usia 13 tahun. Menurut penelitian Artahanti (2007) bahwa remaja

awal akan lebih beresiko mengalami citra tubuh negatif dibanding remaja

pertengahan, dimana remaja pada masa pertengahan sudah mampu

beradaptasi dan sudah memiliki citra tubuh yang tetap.

Semakin bertambahnya usia seorang remaja, akan mempengaruhi

pandangan mereka mengenai tubuhnya, perkembangan fisik yang pesat

pada usia remaja awal akan berdampak pada pandangan remaja mengenai

tubuhnya, mereka merasa tidak puas terhadap berubahan tersebut dan

65
66

akan mulai menerima secara realistis tubuhnya pada saat usia

pertengahan remaja.

2. Jenis Kelamin Remaja

Hasil penelitian ini menjukkan bahwa mayoritas responden remaja

berjenis kelamin perempuan (52,9%). Menurut penelitian Grace & Moore

(1991) menemukan bahwa satu pertiga dari remaja laki-laki tidak puas

terhadap tubuhnya dan dua per tiga remaja wanita mengalami

ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya. Remaja putra dan putri pada

dasarnya menilai bentuk tubuh mereka sebagai dimensi yang paling

penting dari daya tarik, namun remaja perempuan lebih memperhatikan

bentuk tubuh, ukuran tubuh dibanding remaja laki-laki.

3. Pendidikan Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orang

tua di wilayah Kelurahan Bintaro berpendidikan SMA dengan persentase

sebanyak 58,8%. Menurut penelitian Kharmina (2014), orang tua yang

berpendidikan SMA memiliki orientasi yang tinggi untuk masa depan

anak-anaknya. Hal yang dilakukan orang tua dapat berupa memberikan

secara materil hal yang butuhkan anak atau berorientasi pada

perkembangan psikologis anak, sehingga dapat mengarah ke pola

pengasuhan yang lebih permisif atau lebih demokratis. Hurlock (2012)

menambahkan bahwa orang tua yang berpendidikan baik akan lebih

mengadaptasi pola pengasuhan permisif atau demokratis.

Orang tua yang cenderung permisif, lebih berorientasi pada

pencarian pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan anak dan jarang


67

berinteraksi dengan anak, sedangkan orang tua yang demokratis lebih

berorientasi pada setiap perkembangan psikologis anak, seperti mereka

akan sering meluangkan waktu dengan anak. Keduanya dapat dilakukan

sesuai dengan orientasi masing-masing orang tua.

B. Gambaran Pola Asuh Orang Tua di wilayah Kelurahan Bintaro Jakarta


Selatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 153 orang tua di

wilayah Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan didapatkan jenis pola asuh yang

dominan digunakan orang tua yaitu pola asuh permisif dengan persentase

37,9% dan hampir setara dengan persentase pola asuh demokratis sebesar

30,1%.

Hasil pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Husaini

(2013) yang dilakukan di SMA Triguna Utama Ciputat yang memiliki orang

tua remajanya memiliki kecenderungan pola asuh permisif yang rendah

sebesar 8,4%, dan mayoritas memiliki pola pengasuhan yang demokratis

(43,7%). Namun responden pada penelitian Husaini (2013) yaitu remaja

dengan usia pertengahan (15-18 tahun). Pola asuh demokratis dominan

karena memiliki banyak manfaat untuk remaja, seperti menghargai pendapat

orang lain, menghormati perbedaan pendapat, dapat membangun komunikasi

terbuka, menghormati kesetaraan peran dan dapat mengembangkan potensi

diri (Surbakti, 2009 dalam Husaini, 2013).

Hal ini berbeda dengan pola asuh permisif yang mempunyai ciri-ciri

yaitu orang tua memberikan kebebasan untuk berperilaku namun tidak

memberikan batasan atas sesuatu yang dilakukan anak, padahal anak

membutuhkan bimbingan orang tua pada saat masa remaja (Hurlock, 2013).
68

Habibi (2015) mengatakan bahwa pola asuh permisif berdampak pada

keadaan psikologis remaja seperti, mereka merasa bukan merupakan bagian

yang penting dari orang tuanya, berperilaku sesuai keinginannya sendiri atau

bebas berekspresi namun memiliki kontrol diri yang buruk karena tidak

mendapatkan arahan maupun bimbingan dari orang tua serta kurang percaya

diri.

Perbedaan literatur dan hasil penelitian dapat disebabkan karena

berdasarkan hasil studi pendahuluan orang tua di wilayah Kelurahan Bintaro

menganggap anak yang sudah memasuki masa remaja memiliki kewenangan

atau tanggung jawab penuh terhadap dirinya, termasuk dalam berpenampilan,

sehingga anak dibebaskan tanpa bimbingan untuk belajar memahami dan

menerima keadaan tubuhnya saat periode pubertas. Namun terdapat pula pada

hasil studi pendahuluan, orang tua yang tetap mengarahkan remaja nya untuk

memahami perubahan tubuhnya pada saat periode pubertas.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori, bahwa pola asuh demokratis

merupakan pola asuh yang ideal diterapkan orang tua kepada remaja karena

mengedepankan komunikasi terbuka sehingga dapat berdampak positif bagi

penerimaan remaja mengenai penampilan tubuhnya. Sedangkan pola asuh

permisif mengarahkan anak untuk bebas melakukan apa yang dikehendaki

remaja, tidak mengedepankan interaksi dan dampaknya dapat membuat

seorang remaja menjadi kurang percaya diri.

Setiap orang tua memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda,

namun dalam kehidupan sehari-hari mereka melakukan kombinasi diantara

jenis pola asuh tersebut, tetapi hanya terdapat satu pola asuh yang cenderung
69

digunakan orang tua kepada anaknya (Santrock, 2007). Faktor-faktor

mempengaruhi kecenderungan pola asuh tersebut yaitu: pendidikan orang tua,

kelas sosial yang dapat dilihat dari jenis pekerjaan, pola asuh yang diterima

orang tua, konsep tentang peran orang tua dan kepribadian orang tua

(Hurlock, 2012).

C. Gambaran Citra Tubuh Remaja Pada Masa Pubertas di wilayah

Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

persentase citra tubuh positif remaja pada masa pubertas sebesar 78 orang

(51%) hampir sebanding dengan frekuensi citra tubuh negatif sebanyak 75

orang (49%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Elta (2002)

dengan 42 responden di SLTP Muhammadiyah III Kramat Jati Jakarta Pusat,

dimana persentase citra tubuh negatif (57%) dan citra tubuh (43%) yang

hampir setara, walaupun citra tubuh negatif mendominasi. Elta (2002)

mengungkapkan bahwa dominannya citra tubuh negatif disebabkan

kurangnya pengalaman seorang remaja untuk menghadapi konflik yang

terjadi pada saat memasuki masa remaja awal dan periode pubertas. Seorang

remaja awal belum memiliki banyak pengalaman untuk mengatasi konflik

interpersonal terkait perubahan tubuhnya, namun hal tersebut tidak terlepas

dari peran seseorang yang membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Santrock (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman remaja yang

dibimbing dan diarahkan oleh orang tua, dewasa ataupun teman sebaya dan

interaksi sosial membantu remaja untuk memahami penampilan tubuhnya.

Keliat (2006) mengatakan bahwa citra tubuh positif tercermin dalam beberapa
70

hal seperti kemampuan untuk mengekspresikan diri yang baik dan percaya

diri, sedangkan citra tubuh negatif timbul sebagai manifestasi dari kecemasan

interpersonal yang timbul akibat kurangnya penerimaan diri dan orang lain

terhadap penampilan tubuhnya, akibatnya remaja menjadi kurang percaya diri

pada lingkungan sosialnya di masyarakat.

Citra tubuh negatif akan membuat seseorang merasa malu,

menurunkan kepercayaan diri dan dapat menurunkan harga diri, sebaliknya

jika remaja bercitra tubuh positif maka akan meningkatkan nilai diri,

kepercayaan diri, serta mempertegas jati diri pada orang lain dan dirinya

sendiri. Penelitian yang dilakukan Arthanti (2007) juga menghasilkan

proporsi yang setara antara citra tubuh negatif 50% dan positif 50% pada

remaja, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi

remaja dalam menginterpretasikan citra tubuhnya. Story (2005) mengatakan

bahwa pada saat remaja, banyak faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh,

salah satunya adalah kelompok peer group. Jumlah kelompok usia remaja

yang besar di wilayah Kelurahan Bintaro yaitu mencapai 14.000 jiwa

membuat remaja memiliki banyak teman sekelompok usianya.

D. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Citra Tubuh Remaja
Pada Masa Pubertas di Wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara variabel pola asuh orang tua (indpenden) dan variabel citra

tubuh remaja pada masa pubertas (dependen) karena nilai p value>

dibandingkan nilai alpha 0,05 (p = 0,132). Hasil penelitian Nasution & Yanti

(2012) mendukung hasil penelitian ini, disebutkan bahwa tidak ada hubungan
71

yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kepribadian anak di SMPN

7 Medan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa lingkungan sekitar tempat

penelitian menjadi faktor dominan dalam memberikan efek terhadap

kepribadian remaja, dimana remaja dalam perkembangannya lebih

meluangkan waktu untuk teman sebaya untuk pergi ke luar rumah.

Kerenggangan antara orang tua dan anak juga terjadi pada masa remaja.

Menurut Soetjaningsih (2007) kecenderungan berkumpul dengan teman

sebaya merupakan salah satu representasi dari status sosial yang ingin di akui

sebagai kelompok yang memiliki identitas diri. Remaja berusaha memahami

dan menerima perubahan penampilan fisik nya pada masa pubertas dari sudut

pandang dirinya maupun orang lain dan menginterpretasikan dalam sebuah

persepsi citra tubuh yang di harapkan berkembang ke arah yang positif.

Hasil penelitian dan literatur tersebut tidak sejalan dengan pendapat

Notosoedirjo (2005), bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan

memberikan suatu sikap serta perkembangan seorang remaja. Hal ini

diperkuat juga oleh pendapat Surbakti (2009) bahwa keluarga merupakan

faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap konsep diri seorang anak

karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama seorang remaja, dimana

remaja tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang menerapkan

pola pengasuhan sesuai dengan orang tua masing-masing.

Penelitian Safa‟ah (2009) berbeda dengan hasil penelitian ini,

berdasarkan hasil tersebut bahwa adanya hubungan antara pola pengasuhan

orang tua dengan konsep diri remaja. Hal ini disebabkan karena remaja

memerlukan model dari orang tua untuk dijadikan pedoman. Orang tua
72

dijadikan tolak ukur oleh remaja untuk menguji diri dalam segi kemampuan

penerimaan diri.

Hasil penelitian ini menunjukkan hampir setara nya pola asuh

demokratis (30,1%) dan permisif (37,9%). Pola asuh demokratis memiliki

remaja dengan citra tubuh yang positif sebesar 65,2% dan negatif 34,8%,

sedangkan pola pengasuhan permisif dengan citra tubuh remaja positif

sebesar 46,5% dan negatif sebesar 53,4%. Pada penelitian Safa‟ah (2009)

didapatkan bahwa orang tua yang menerapkan pengasuhan demokrasi

(76,5%) dengan mayoritas konsep diri yang tinggi pada remaja (90,1%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fakhruddiana & Fatwati

(2011), didapatkan p value 0,022<0,05, menunjukkan bahwa semakin tinggi

kecenderungan pola asuh permisif, makin rendah pula motivasi pada anak dan

menurunkan rasa kepercayaan diri dilingkungan sosial.

Remaja yang diasuh oleh orang tua demokratis akan menerima

perlakuan berupa kasih sayang, perhatian besar, dan orang tua menerima serta

memperhatikan perkembangan remaja, sedangkan remaja yang diasuh dengan

pola asuh permisif akan lebih sulit bersosialisasi dengan baik, kontrol diri

buruk karena kurang perhatian dari orang tua nya (Santrock, 2007). Kesulitan

untuk bersosialisasi disebabkan karena remaja tidak dibiasakan berinteraksi

dengan orang tua nya, padahal orang tua merupakan tempat sosialiasi pertama

anak sebelum memasuki masa remaja, masa dimana anak sudah mulai

bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang lain. Hal ini berdampak pada

perkembangan kognitif remaja yang akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi konflik karena kurangnya pengalaman yang diberikan orang


73

sekitar.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian, citra tubuh remaja pada masa

pubertas dapat dipengaruhi oleh banyak hal diluar pola pengasuhan orang

tuanya. Hasil yang tidak signifikan antara pola asuh dan citra tubuh, tidak

terlepas dari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi citra tubuh remaja

pada saat remaja ke arah negatif atau positif, seperti adanya kelompok teman

sebaya.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat keterbatasan peneliti

sehingga perlu disempurnakan lagi. Keterbatasan tersebut yaitu: peneliti

kurang menghomogenkan secara detail faktor media massa yang berkaitan

dengan citra tubuh, sehingga memungkinkan terdapat bias pada penelitian.


BAB VII

KESIMPULAN

Pada BAB ini, peneliti akan menguraikan kesimpulan dari penelitian

serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas

orang tua di wilayah kelurahan Bintaro menerapkan pola asuh permisif

sebesar 39,7% dan frekuensi citra tubuh remaja hampir setara antara citra

tubuh positif 51% dan negatif 49%. Hasil uji statistik diperoleh p value

sebesar 0,132 atau sig-2 tailed>0,05 maka Ho diterima, hal ini

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan citra tubuh remaja pada masa pubertas di wilayah Kelurahan

Bintaro, Jakarta Selatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka

dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Remaja

a. Remaja pada masa pubertas dalam pemenuhan tugas

perkembangannya yaitu pencarian identitas diri memerlukan

pemahaman mengenai dirinya dalam aspek citra tubuh.

Pemahaman ini diperlukan agar remaja dapat mengidentifikasi

perubahan fisik dan menganggapi nya secara positif.

74
75

b. Remaja dapat melatih kemampuan verbal untuk meningkatkan

intensitas komunikasi dengan orang lain, sehingga kepercayaan

diri nya meningkat ketika berdikusi dan melatih diri dalam

menyampaikan pendapat.

c. Remaja dapat berkumpul dengan teman sebaya nya untuk

melatih tingkat keberanian dalam berkelompok, tetapi dengan

porsi waktu yang ideal.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua dalam hal ini dapat mengaaptasi pola pengasuhan

demokratis yang ideal diterapkan pada remaja usia pubertas karena

bermanfaat dalam mengembangkan citra tubuh remaja ke arah positif.

3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pendidikan keperawatan

anak dan jiwa untuk memperdalam instrumen pengkajian kesehatan

mental untuk remaja.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan/Keperawatan

a. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai upaya-

upaya kesehatan mental pada remaja, mencakup bahasan mengenai

konsep diri pada saat masa pubertas.

b. Hal yang dapat dilakukan perawat keluarga yaitu melakukan

penyuluhan kepada orang tua mengenai jenis-jenis pola

pengasuhan yang mencakup kelebihan, kekurangan, dampak bagi

remaja dan bagaimana mengkombinasikan pola asuh tersebut agar

berdampak postif bagi remaja.


76

5. Bagi Forum Karang Taruna Remaja Kelurahan Bintaro

Karang Taruna Remaja dapat menjadi wadah remaja untuk

mengajak remaja untuk ikut serta dalam forum karang taruna remaja

tersebut dan membuat kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan

potensi remaja dan meningkatkan rasa percaya diri remaja.

6. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas judul

penelitian seperti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi citra tubuh

remaja pada masa pubertas.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, A. Q. “Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam


Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tanggerang
Selatan”. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.

Al- Mighawar, M. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Amran, Yulia. Pengelolaan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012.

Ayu, Delfirana. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peer Group Terhadap
Konsep Diri Remaja Tentang Perilaku Seksual di SMA Dharma Bakti
Medan tahun 2014.”Tesis S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara, Skripsi diakses pada 15 April 2016 dari
repository.usu.ac.id, 2014.

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS, 2010.

Batubara, Jose, RL. “Adolescence Development (Perkembangan Remaja).”


Jurnal Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr Cipto Mangunkusumo
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Vol.12 No. 1 (Juni 2010): h.
21-27.

Baumrind, Diana. “The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence


and Substance Use.”Journal of Early Adolescents Vol. 11 No.1 (February
1991).

Bornstein, Marc. H. Handbook of Parenting. London: Lawrence Erlbaum


Associates Publishers, 2008.

Buri, JR. “Parental Authority Questionnaire.” Journal PubMed No. 57 Vol. 1


(Agustus 1991):h 110

Cash, Thomas F. Body Image: A Handbook of Theory, Research and Clinical.


New York: Guilford Publications, 2002.

Cash, Thomas F. The Body Image Workbook: an Eight Step program for Learning
to Like Your Looks 2nd ed. US: New Harbinger Publications, 2008.

Christina, Titin . “Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Kecemasan Remaja


Putri Pada Masa Pubertas dalam Menghadapi Perubahan Fisik diSMP
Betania Medan.”Skripsi Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatera
Utara.Skripsi diakses pada 15 Desember 2015 di repository.usu.ac.id,
2014.

Dariyo, A. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). “Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia”. Jurnal Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2015.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Dwairy. “Parenting Style In Arab Societ: A first Cross-Regional Research Study.”


Journal of Cross Cultural Psychology Sage Publication. Vol 37 No 3
(May 2006): h.1-18 .

Edwards, Drew. C. Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan Orang Tua Untuk
Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT. Mizan Utama, 2006.

Fakhruddiana, Fuadah & Fatwati, A.M. “ Kecenderungan Pola Asuh Permisif dan
Kepercayaan Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa”. Jurnal
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.Vol.11, 2011.

Fathi, Bunda. Mendidik Anak dengan Al-Quran Sejak Janin. Jakarta: Oasis,
2011.

Giles, D. C., dan Maltby, J. “The role of media figures in adolescent development:
relations between autonomy, attachment, and interest in celebrities.
Personality and Individual Differences.” Jurnal Pschcology Research
Gate. Jurnal diakses pada 16 Mei 2016
darihttps://www.researchgate.net,2004.

Grace, S.L., W.R, Moore. “Psychological Effect and Functional Properties of


Dietary Fiber Source”. Journal of Food Ingridients, 1991.

Grogan, Sarah. Body Image: Understanding body dissatisfaction in men, women,


and children 2th edition. New York: Routledge, 2008.

Gullota, Thomas P dan Blau, Gary M. Handbook of Childhood Behavioral Issues:


Evidence Based Approaches to Prevention and Treatment. New York:
Routledge, 2008.

Gunarsa, D. Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:


Gunung Mulia, 2008.

Habibi, M.A. Muazar. Analisis Anak Usia Dini. Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Hardy, Malcolm & Heyes, Steve. Beginning Psychology 5th Edition. United
Kingdom: Oxford University Press, 1999.

Harskamp, V. A. Konflik-Konflik dalam Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kanisius,


2006.

Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. Panduan Lengkap Menguasai SPSS-19.
Jakarta: Trans Media Pustaka.

Honigman dan Castle. Living With Your Looks. Asutralia: University of Western
Australia Press, 2007.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak.Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013.

Husaini, Ari. “Hubungan Antara Persepsi Jenis Pola AsuhTerhadap Risiko


Bullying Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat.” Skripsi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Jakarta, 2013.

Inayah, Siti. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri dalam


Menghadapi Perubahan Fisik Saat Pubertas di Pondok Pesantren Al-
Baqiyatussholihat.” Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Keliat, B.A. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC. 2006.

Ketut, I. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET, 2012.

Kharmina, Niniek. “Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua dengan Orientasi


Pola Asuh Anak Usia Dini”. Jurnal Universitas Negeri Semarang. 2014

Kligman, R.M. Nelson Esensi Pediatri Edisi 15. Jakarta: Penerbit EGC, 2007.

Marsiglia, et.al.“Impact of Parenting Styles and Locus of Control on Emerging


Adults' Psychosocial Success.”Journal of Human and DevelopmentVol. 1
Issue 1. 2007.

Meleis, Afaf I. Transitions Theory: Middle Range and Situation Specific Theories
in Nursing Research adn Practice. US: Springer Publishing Conmpany,
2010

Muhith, Abdul. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Jakarta: CV


Andi Offset, 2015.

Nasution, S.Z dan Yanti, Susi. “Pola Asuh Keluarga dan Tipe Kepribadian
Remaja di SMPN 7 Medan.”Jurnal Departemen Keperawatan Jiwa dan
Komunitas FIK USU. (2012): h. 47-50.

Notosoedirjo, Moeljono. Kesehatan Mental dan Penerapan. Malang: UMM Press,


2005.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika, 2009.

Perry, Margaret. “Development of Puberty in Adolescent Boys and Girls.” British


Journal of Nursing Vol. 7 No.6 (Juli/Agustus 2012): h. 275-276.

Persada Singgih, G. Psikologi Remaja. Jakarta: Libri, 2008.

Piaget, J. Piaget‟s Theory: Handbook of Child Psycology 4th Edition Vol.1. New
York: Wiley. 1969.

Putri, Dayang., A.W. “Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur.” Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Rahman, Istianah A. “Hubungan antara persepsi pola asuh demokratis ayah


dan ibu dengan perilaku disiplin remaja.”Tesis Fakultas Psikologi.
Universitas Gadjah Mada, 2008.

Rahmaningsih, Dwi dan Martani, Wisjnu. Dinamika Diri pada Remaja Perempuan
Pembaca Teenlit. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Diakses diwww.jurnal.ugm.ac.idpada 16/05/2016 09:50 WIB, 2014.

Saam, Z dan Wahyuni, S. Psikologi KeperawatanEdisi 1 Cetakan ke-1.


Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Sahban. “Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Citra Tubuh Pada Remaja
Obesitas di SMK Widyapraja Unggaran.” Skripsi STIKES Ngudi Waluyo,
2014

Santrock, John W. Remaja edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007.

Sarwono, S.W. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV.


Sagung Seto, 2007.

Steinberg, L. “The Fundamental Changes of Adolescent: biological


transition.” Jurnal diakses pada 20 November 2015 dari
highered.mcgraw-hill.com, 2009

Story, M dan Stang, J. Guidelines for Adolescent Nutrition ServicesChap. 13. The
University of Minnesota, 2005.
Surbakti, E.B. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT ImperialBhaktiUtama,
2007.

Vonderen, Kristen.E.V. Kinally, William. Media Effects on Body Image:


Examining Media Explosure ini the Broader Context of Internal and Other
Social Factors. Orlando: American Communication Journal Vol. 14, Issue
2, 2012

Widiyarini, M.M. Nilam. Seri Psikologi Popular. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2009.

Wong, L Donna. Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit EGC, 2009.

World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System


(WHOSIS). WHO,2007.

World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System


(WHOSIS).WHO,2009.

World Health Organization (WHO).WHO Statistical Information System


(WHOSIS).WHO,2015.

Yani, Widyastuti. Kesehatan Reproduksi Edisi 3. Yogyakarta: Fitramaya, 2010.

Yulita, Refi. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Balita di Posyandu Sakura Ciputat Timur.” Skripsi FKIK. UIN Syarif
HidayatullahJakarta,2014.

Yulrina. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish,


2015.

Wiknjosastro. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo,2007.

Wildan. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peer Group Terhadap Konsep Diri
Remaja Tentang Perilaku Seksual di SMA Negeri 12 dan MAN 2 Medan
Tahun 2012.”Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara, 2013.
LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian

LEMBAR INFORMED CONSENT

lamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Aninda

NIM : 1112104000002

Alamat : Jl. Mawar 3 No 45 A Pesanggrahan Bintaro Jakarta Selatan

Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini.
Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait
penelitian.

Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negative pada
saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani tanpa suatu paksaan.
Saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Jakarta, Januari 2016

( )
KUESIONER HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN CITRA

TUBUH REMAJA PADA MASA PUBERTAS

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

PETUNJUK UMUM PENGISIAN

 Kamu diharapkan untuk tidak menuliskan nama pada lembar kuesioner ini.

 Bacalah setiap pernyataan atau pertanyaan dengan teliti sebelum


menjawabnya.

 Isilah seluruh pernyataan dibawah ini dengan menggunakan jawaban yang


sesuai dengan pemikiran kamu.

 Cara pengisian jawaban disesuaikan dengan petunjuk yang telah diberikan

 Kamu diharapkan untuk mengisi seluruh pernyataan yang ada dalam


kuesioner ini secara mandiri

 Bila ada pertanyaan yang tidak di mengerti, kamu dapat langsung


menanyakannya kepada peneliti yang berada di sekitar responden

 Bila ingin mengganti jawaban pada daftar pernyataan, kamu dapat


memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang ingin diganti, kemudian
memberikan tanda check list (v) kembali pada kolom yang tersedia

 Tiap pernyataan akan bernilai bila diisi oleh satu jawaban

 Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pernyataan-pernyataan ini.
Ini semata-mata hanya studi tentang persepsi remaja tentang pola asuh
orang tua dan citra tubuh remaja pada masa pubertas

 Selamat mengisi 
A. Data Demografi
Petunjuk : Jawablah pernyataan yang terdapat dibawah ini dengan jawaban
yang sesuai
1. Jenis Kelamin :
2. Pendidikan Orang Tua : SD SMP SMA PT (ceklis)
3. RW tempat tingal :
B. Data Kontrol
1. Usia : tahun
2. Status Pubertas : *untuk perempuan = sudah haid / belum

*untuk laki-laki = sudah mimpi basah/


belum

3. Orang Tua : *masih hidup / meninggal


4. Memiliki Catat Fisik : *ya/tidak
5. Apakah anda rutin membaca majalah/tabloid/koran/televisi/radio):
*rutin/ jarang

*CORET YANG TIDAK PERLU

C. Daftar Penyataan

1) Kuesioner Citra Tubuh Remaja Pubertas

Keterangan :

BERILAH TANDA SILANG (X) PADA KOLOM YANG ANDA PILIH

 Kolom 1 : Sangat Setuju (SS)


 Kolom 2 : Setuju (S)
 Kolom 3 : Tidak Setuju (TS)
 Kolom 4 : Sangat Tidak Setuju (STS)

No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Sebelum berada didepan umum, saya
selalu memperhatikan bagaimana
penampilan saya
2 Saya cermat dalam membeli pakaian yang
akan membuat saya terlihat dengan
penampilan terbaik.
3 Saya memiliki daya tarik fisik
4 Saya terus-menerus khawatir gemuk atau
menjadi gemuk
5 Saya menyukai tubuh saya apa adanya
6 Saya memeriksa penampilan saya di
cermin kapan pun setiap ada kesempatan
7 Sebelum keluar rumah atau berpergian,
saya biasanya memerlukan waktu untuk
bersiap-siap
SS S TS STS
8 Saya sangat sadar akan segala perubahan
berat badan saya, walau sekecil apapun
9 Kebanyakan orang (orang tua)
menganggap saya berpenampilan menarik
10 Penting bagi saya untuk selalu tampil
menarik
11 Saya jarang menggunakan produk
perawatan tubuh
12 Saya menyukai penampilan tubuh saya
13 Saya merasa risih bila penampilan saya
tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
14 Saya biasanya memakai pakaian yang
paling mudah saya dapat tanpa
memperdulikan bagaimana penampilan
saya
15 Saya menyukai apabila baju yang saya
kenakan pas di tubuh saya
16 Saya tidak perduli dengan penilaian orang
lain (orang tua) terhadap penampilan saya

17 Saya melakukan perawatan khusus pada


rambut saya
18 Saya tidak menyukai penampilan fisik
saya
19 Menurut saya, tubuh saya tidak menarik
20 Saya tidak pernah memikirkan
penampilan fisik saya
21 Saya selalu berusaha mempercantik
penampilan fisik saya
22 Saya menjalani program diet untuk
menurunkan berat badan
23 Saya akan menurunkan berat badan
dengan berpuasa atau melakukan diet agar
mendapatkan tubuh yang ideal
24 Saya merasa ukuran tubuh saya ideal
25 Dengan melihat diri saya, orang lain
(orang tua) akan berfikir bahwa berat
badan saya ideal
26 Saya puas dengan bentuk wajah dan
warna kulit saya saat ini
27 Saya puas dengan warna rambut,
ketebalan, dan tekstur rambut saya saat ini
28 Saya puas dengan bagian pantat, pinggul,
paha dan kaki saya saat ini
29 Saya puas dengan bagian pinggang dan
perut saya saat ini
SS S TS STS
30 Saya puas dengan bagian dada (payudara
bagi wanita), bahu dan lengan saya saat
ini
31 Saya puas dengan penampilan otot saya
saat ini
32 Saya puas dengan berat badan saya saat
ini
33 Saya puas dengan tinggi badan saya saat
ini
34 Saya menyukai penampilan tubuh saya
secara keseluruhan

2) Kuesioner pola asuh


Keterangan Pengisian :
SS : Setuju Sekali
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya berpikir bahwa, didalam rumah seorang anak
harus punya caranya sendiri untuk tumbuh menjadi
dewasa
2 Meskipun anak tidak setuju dengan saya, saya
memaksa anak untuk mengikuti apa yang saya anggap
benar, karena saya menganggap itu untuk kebaikan
mereka.
3 Setiap kali saya mengatakan pada anak untuk
melakukan sesuatu, saya mengharapkan anak untuk
melakukannya segera tanpa mengajukan pertanyaan
4 Setelah kebijakan keluarga ditetapkan, saya membahas
bersama-sama mengapa kebijakan itu ditetapkan dalam
keluarga
SS S TS STS
5 Saya mengizinkan anak untuk bertanya ketika aturan
dalam keluarga tidak sesuai
6 Saya berfikir bahwa seorang anak bebas membuat
keputusan sendiri dan melakukan apa yang
diinginkannya, meskipun tidak sesuai dengan
keinginan orang tua.
7 Saya tidak mengijinkan anak untuk mempertanyakan
setiap keputusan yang orang tua buat
8. Anak ikut langsung dalam aktifitas dan pengambilan
keputusan untuk anak-anak melalui kedisiplinan
9 Saya merasa bahwa untuk mendidik anak-anak dalam
berperilaku adalah dengan cara yang orang tua
inginkan
10 Saya berpikir bahwa anak tidak perlu mematuhi aturan
dan kebiasaan karena sudah ada lembaga yang
mendidik anak
11 Anak mengerti apa yang orang tua inginkan, tapi anak
bebas untuk mendiskusikan keinginannya dengan
orang tua ketika anak merasa tidak sesuai
12 Menurut saya, bahwa orang tua yang bijak harus
mengajarkan anak-anaknya untuk menuruti aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua
13 Saya jarang memberi contoh dan pedoman perilaku
untuk anak
14 Saya melakukan apa yang anak-anak inginkan di
dalam keluarga, ketika membuat keputusan
15 Saya selalu memberikan bimbingan dan arahan secara
rasional dan objektif
16 Saya akan marah jika anak tidak setuju dengan orang
tua
17 Saya berpikir bahwa sebagian besar masalah dalam
lingkungan sosial anak akan terselesaikan jika orang
tua tidak membatasi kegiatan, keinginan, dan
pengambilan keputusan anak, karena anak sudah
dewasa
SS S TS STS
18 Saya akan menghukum anak jika mereka tidak
mengkuti keinginan dan harapan orang tua
19 Saya membiarkan anak untuk memutuskan hal
terpenting dalam hidupnya tanpa harus meminta
persetujuan dari orang tua
20 Saya meminta pendapat anak-anak untuk dijadikan
pertimbangan ketika membuat keputusan keluarga,
tetapi orang tua tidak memutuskan sesuatu hanya karna
anak-anak menginginkannya
21 Meskipun anak tidak setuju dengan orang tua , orang
tua memaksa anak untuk mengikuti apa yang orang tua
anggap benar, karna orang tua menganggap itu untuk
kebaikan anak
22 Saya tidak beranggapan bahwa saya bertanggung
jawab langsung untuk membimbing perilaku anak
23 Saya memberikan arahan dalam perilaku dan kegiatan
anak, dan saya ingin anak mengikutinya, tapi orang tua
bersedia untuk mendengarkan kepentingan anak dan
mendiskusikannya
24 Saya membiarkan anak membangun pandangan sendiri
mengenai masalah keluarga, dan orang tua
mengizinkan anak untuk melakukan apa yang mereka
inginkan
25 Saya merasa bahwa masalah di masyarakat akan
terselesaikan jika orang tua memaksa anaknya untuk
mengikuti apa yang orang tua inginkan
26 Saya selalu mengatakan apa yang saya inginkan, dan
bagaimana saya mengharapkan anak untuk
melakukannya
SS S TS STS
27 Saya selalu memberi arahan dan perilaku yang jelas
untuk kegiatan anak, tapi saya juga mengerti ketika
anak tidak setuju dengan orang tua
28 Saya tidak mengarahkan perilaku, kegiatan, dan
keinginan dari anak-anak dalam keluarga
29 Anak tahu apa yang orang tua inginkan dan orang tua
menegaskan bahwa anak memenuhi harapan-harapan
itu hanya untuk menghormati orang tua
30 Jika saya membuat keputusan yang menyakiti anak,
orang tua bersedia mendiskusikan keputusan itu dan
mengakui jika orang tua melakukan kesalahan
2. Lampiran Hasil Uji Normalitas Data
Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 88,01 1,146

Lower Bound 85,74


95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 90,27

5% Trimmed Mean 88,25

Median 90,00

Variance 200,980
skor total item citra tubuh
Std. Deviation 14,177

Minimum 48

Maximum 122

Range 74

Interquartile Range 19

Skewness -,421 ,196

Kurtosis ,192 ,390


Mean 59,53 ,749

Lower Bound 58,05


95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 61,01

5% Trimmed Mean 58,81

Median 58,00

Variance 85,764
skor total item pola asuh
Std. Deviation 9,261

Minimum 38

Maximum 97

Range 59

Interquartile Range 10

Skewness 1,290 ,196

Kurtosis 2,902 ,390

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor total item citra tubuh .097 153 .001 .978 153 .015
skor total item pola asuh .110 153 .000 .915 153 .000
a. Lilliefors Significance Correction
3. Lampiran Hasil Penelitian (Univariat dan Bivariat)
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

jenis kelamin remaja

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

laki-laki 72 47,1 47,1 47,1

Valid perempuan 81 52,9 52,9 100,0

Total 153 100,0 100,0

b. Distribusi Frekuensi Usia Remaja

usiaremaja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

12 37 24,2 24,2 24,2

13 52 34,0 34,0 58,2


Valid 14 45 29,4 29,4 87,6

15 19 12,4 12,4 100,0

Total 153 100,0 100,0

c. Distribusi Frekuensi Responden (orang tua) Berdasarkan Tingkat


Pendidikan

pendidikan orang tua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sd 5 3,3 3,3 3,3

smp 33 21,6 21,6 24,8


Valid sma 90 58,8 58,8 83,7

PT 25 16,3 16,3 100,0

Total 153 100,0 100,0


d. Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua

kategoripolaasuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

demokrasi 46 30,1 30,1 30,1

otoriter 34 22,2 22,2 52,3

Valid permisif 58 37,9 37,9 90,2

campuran 15 9,8 9,8 100,0

Total 153 100,0 100,0

e. Distribusi Frekuensi Jenis Citra Tubuh Remaja

citra tubuh remaja pada masa pubertas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

citra tubuh positif 78 51,0 51,0 51,0

Valid citra tubuh negatif 75 49,0 49,0 100,0

Total 153 100,0 100,0

f. Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Jenis Kelamin Remaja

jenis kelamin remaja * kategoricitra Crosstabulation

kategoricitra Total

positif negatif

Count 36 36 72
laki-laki
jenis kelamin Expected Count 36,7 35,3 72,0
remaja Count 42 39 81
perempuan
Expected Count 41,3 39,7 81,0
Count 78 75 153
Total
Expected Count 78,0 75,0 153,0

g. Hubungan Usia Remaja dengan Citra Tubuh


usiaremaja * kategoricitra Crosstabulation

kategoricitra Total

positif negatif

Count 14 23 37

Expected Count 18,9 18,1 37,0


12
% within usiaremaja 37,8% 62,2% 100,0%

% of Total 9,2% 15,0% 24,2%

Count 21 31 52

Expected Count 26,5 25,5 52,0


13
% within usiaremaja 40,4% 59,6% 100,0%

% of Total 13,7% 20,3% 34,0%


usiaremaja
Count 27 18 45

Expected Count 22,9 22,1 45,0


14
% within usiaremaja 60,0% 40,0% 100,0%

% of Total 17,6% 11,8% 29,4%

Count 16 3 19

Expected Count 9,7 9,3 19,0


15
% within usiaremaja 84,2% 15,8% 100,0%

% of Total 10,5% 2,0% 12,4%


Count 78 75 153

Expected Count 78,0 75,0 153,0


Total
% within usiaremaja 51,0% 49,0% 100,0%

% of Total 51,0% 49,0% 100,0%

h. Hubugan Pola asuh Orang Tua dengan Remaja Pada Masa Pubertas

kategoripolaasuh * kategoricitra Crosstabulation

kategoricitra Total

positif negatif

Count 30 16 46

demokrasi % within kategoripolaasuh 65,2% 34,8% 100,0%

% of Total 19,6% 10,5% 30,1%

Count 14 20 34
kategoripolaasuh otoriter % within kategoripolaasuh 41,2% 58,8% 100,0%

% of Total 9,2% 13,1% 22,2%

Count 27 31 58

permisif % within kategoripolaasuh 46,6% 53,4% 100,0%

% of Total 17,6% 20,3% 37,9%


Count 7 8 15

campuran % within kategoripolaasuh 46,7% 53,3% 100,0%

% of Total 4,6% 5,2% 9,8%


Count 78 75 153

Total % within kategoripolaasuh 51,0% 49,0% 100,0%

% of Total 51,0% 49,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)
a
Pearson Chi-Square 5,606 3 ,132
Likelihood Ratio 5,678 3 ,128
Linear-by-Linear Association 2,826 1 ,093
N of Valid Cases 153

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,35.

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a. Hasil Reliabilitas Instrumen Pola Asuh

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
.743 31

b. Hasil Reliabilitas Instrumen Citra Tubuh

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
.740 35
c. Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh

No Item Nilai r item Nilai r tabel Keterangan


1 0,709 0,334 Valid
2 0,300 0,334 Tidak valid
3 0,560 0,334 Valid
4 0,478 0,334 Valid
5 0,437 0,334 Valid
6 0,636 0,334 Valid
7 0,402 0,334 Valid
8 0,227 0,334 Tidak valid
9 0,281 0,334 Tidak valid
10 0,710 0,334 Valid
11 -0,93 0,334 Tidak valid
12 0,361 0,334 Valid
13 0,699 0,334 Valid
14 0,538 0,334 Valid
15 0,462 0,334 Valid
16 0,578 0,334 Valid
17 0,555 0,334 Valid
18 0,655 0,334 Valid
19 0,618 0,334 Valid
20 0,701 0,334 Valid
21 0,485 0,334 Valid
22 0,426 0,334 Valid
23 0,217 0,334 Tidak valid
24 0,581 0,334 Valid
25 0,579 0,334 Valid
26 0,450 0,334 Valid
27 0,184 0,334 Tidak valid
28 0,765 0,334 Valid
29 0,627 0,334 Valid
30 0,595 0,334 Valid

d. Hasil Uji Validitas Instrumen Citra Tubuh

No Item Nilai r item Nilai r tabel Keterangan


1 0,696 0,334 Valid
2 0,643 0,334 Valid
3 0,611 0,334 Valid
4 0,378 0,334 Valid
5 0,358 0,334 Valid
6 0,655 0,334 Valid
7 0,464 0,334 Valid
8 0,396 0,334 Valid
9 0,394 0,334 Valid
10 0,506 0,334 Valid
11 0,468 0,334 Valid
12 0,169 0,334 Tidak Valid
13 0,407 0,334 Valid
14 0,684 0,334 Valid
15 0,162 0,334 Tidak Valid
16 0,475 0,334 Valid
17 0,764 0,334 Valid
18 0,578 0,334 Valid
19 0,674 0,334 Valid
20 0,518 0,334 Valid
21 0,452 0,334 Valid
22 0,546 0,334 Valid
23 0,436 0,334 Valid
24 0,400 0,334 Valid
25 0,612 0,334 Valid
26 0,409 0,334 Valid
27 0,689 0,334 Valid
28 0,395 0,334 Valid
29 0,550 0,334 Valid
30 0,401 0,334 Valid
31 0,558 0,334 Valid
32 0,451 0,334 Valid
33 0,409 0,334 Valid
34 0,679 0,334 Valid

Vous aimerez peut-être aussi