Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman
Volume 1, Nomor 1, April 2012
ABSTRAK
Penggunaan agen hayati untuk pengendalian penyakit tumbuhan adalah untuk mengurangi kemampuan bertahan
suatu patogen, menghambat pertumbuhan dan penyebaran, mengurangi infeksi dan beratnya serangan patogen pada
tanaman inang. Trichoderma harzianum banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan merupakan salah satu
jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati untuk mengendalikan patogen tumbuhan. Pertumbuhan
serta perkembangannya dipengaruhi oleh sejumlah faktor di antaranya suhu, cahaya, udara, pH serta nutrisi seperti
karbon, nitrogen dan karbohidrat sederhana di media perbanyakan, seperti kompos ela (limbah) sagu, dedak dan
sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan kompos ela sagu, sekam padi dan dedak
sebagai bahan media perbanyakan agens hayati Trichoderma harzianum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompos ela sagu dapat dimanfaatkan sebagai media perbanyakan antagonis Trichoderma harzianum; kompos ela
sagu jika dicampurkan dengan dedak dan sekam (1:1:1 v/v) sangat baik untuk digunakan sebagai media
perbanyakan jamur T. harzianum dibandingkan dengan media kompos ela sagu, media sekam, media campuran
kompos ela sagu dan dedak, dan media campuran kompos ela sagu dan sekam. Hal ini karena pada media tersebut
didapatkan jumlah spora T. harzianum yang meningkat (7,08 x 109/ml) dan karakteristik bentuk koloni yang padat.
Kata kunci: agen hayati, Trichoderma harzianum, ela sagu, dedak, sekam.
ABSTRACT
The use of biological agents to prevent the growth of plant diseases is aimed at decreasing the capability of
particular pathogen, preventing their growth and spread, reducing the infection and intensity of pathogenic attack to
main plants. Trichoderma harzianum is commonly found in almost all types of soil, and is one of fungi that can be
used as biological agents to control plant pathogens. Growth and development of this fungi are mostly influenced
by factors such as temperature, light, air, and pH. It is also dependents on other nutrients such as carbon, nitrogen
and plain carbohydrate which are contained in sago waste (ela), bran and rice husk. The objective of this study is to
find out the utilization of sago waste, bran and rice husk as media to multiply the biological agents T. harzianum.
The result of this study showed that sago waste compost could be used as a medium to multiply the antagonist T.
harzianum; when appropriately mixed with bran and rice husk (1:1:1 v/v), sago waste composts would be an
effective media to develop the T. harzianum fungus. This mixture is better compared to sago waste composts, husk,
sago waste composts and bran, and sago waste composts and husk. It is doe to the fact that in the media number of
spore of T. harzianum (7,08 x 109/ml) increased and colony characteristics was dense..
Key words: biological agents, Trichoderma harzianum, sago waste, bran, husk.
21
Uruilal dkk, 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu …
gantikan peran pestisida kimia dan mengu- digunakan sebagai media pertumbuhan jamur
rangi biaya penanggulangan. Neurospora sitophila, dan Gliocladium sp.
Trichoderma sp. banyak dijumpai Berdasarkan uraian di atas maka
hampir pada semua jenis tanah dan me- penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
rupakan salah satu jenis jamur yang dapat potensi kompos ela sagu, sekam padi dan
dimanfaatkan sebagai agens hayati pe- dedak sebagai bahan media perbanyakan
ngendali patogen tanah. Hasil penelitian agens hayati Trichoderma harzianum telah
Kalay (2005), menunjukkan bahwa dilakukan.
Trichoderma koningii Oud. dapat meng-
hambat pertumbuhan patogen Sclerotium METODOLOGI
rolfsii, Fusarium oxysporium, dan
Rhizoctonia solani secara in-vitro masing- Penelitian pertumbuhan jamur T.
masing sebesar 58.8%, 59,6%, dan 68,3%. harzianum pada media kompos ela sagu,
Widyastuti et al., (2000) menambahkan sekam dan dedak dilaksanakan di
bahwa T. harzianum mampu menghambat Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
jamur R. lignosus, S. rolfsii, dan jamur akar Pertanian Universitas Pattimura Ambon dan
putih (Ganoderma philipii) pada Acacia spp. analisis kandungan kimia media dilaksanakan
Pertumbuhan serta perkembangan di Laboratorium Pertanian dan Makanan PT.
jamur umumnya sangat dipengaruhi oleh Mutu Agung Lestari Depok.
sejumlah faktor di antaranya ialah suhu,
cahaya, udara, pH serta nutrisi seperti karbon 1. Perlakuan dan Rancangan Percobaan
dan nitrogen (Barnett dan Hunter, 1998
dalam Syahril dan Thamrin, 2011), dan Perlakuan yang dicobakan sebagai
karbohidrat sederhana (Kelley, 1977). media perbanyakan T. harzianum adalah
Faktor-faktor ini juga berpengaruh terhadap delapan perlakuan yakni Potato Dextrose
perkembangan T. harzianum di media Agar (PDA), kompos ela sagu (K), sekam (S),
perbanyakan (Widyastuty et al, 2002). dedak (D), kompos ela sagu + sekam (1:1)
Ampas sagu (ela sagu) yang merupa- (KS), kompos ela sagu + dedak (1:1) (KD),
kan limbah hasil pengolahan sagu telah sekam + dedak (1:1) (SD), dan kompos ela
banyak dimanfaatkan sebagai campuran sagu + sekam + dedak (1:1:1) (KSD).
pakan ternak, campuran briket arang, Perlakuan dirancang menggunakan meng-
campuran papan partikel dan media jamur gunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
(Louhenapessy, 2006). La Habi (2007) Setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil
mengemukakan bahwa, ela sagu segar penelitian dianalisis dengan menggunakan
mengandung 26% C-organik, 1% N total, analisis sidik ragam. Apabila terdapat
1,03% P tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan pengaruh signifikan, dilanjutkan dengan uji
0,05% Mg, sedangkan ela sagu setelah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
inkubasi selama tiga bulan mengandung taraf 5% (Atlas dan Bartha. 1993),
13,90% kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N menggunakan software SigmaStat 2.02.
total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1
mg, 0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 2. Penyiapan Media Perbanyakan
KTK dan 52,40% BK. Menurut Sangaji Media perbanyakan terdiri dari PDA
(2009), ela sagu mengandung 86,4% bahan (Potato Dextrose Agar) dengan komposisi
kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, tiap 1 liter air adalah kentang 200 g, agar-agar
20,3% serat kasar, 4,6% abu, 36,3% selulosa, 15 g dan dextrose 20 g.kompos ela sagu,
14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica. sekam dan dedak dihaluskan menggunakan
Hasil penelitian Santiaji dan Gusnawaty lesung kemudian diayak dengan saringan.
(2007) menunjukan bahwa ela sagu dapat Media yang telah disiapkan sesuai perlakuan,
masing-masing diambil 10 g dan dimasukan
22
Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012. Hal. 21-30
23
Uruilal dkk, 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu …
PDA K S
‐ Hari pertama miselium berwarna putih ‐ Hari pertama miselium berwarna putih ‐ Hari pertama miselium berwarna putih
kehijauan. Kemudian berkembang kehijauan. Kemudian berkembang kehijauan. Kemudian berkembang
menjadi warna hijau di bagian tengah dan menjadi warna hijau di bagian tengah menjadi warna hijau di bagian tengah dan
putih pada bagian tepi. dan putih pada bagian tepi. putih pada bagian tepi.
‐ Miselium tebal dengan batas warna yang ‐ Miselium tipis dan tumbuh sampai ‐ Miselium agak tebal. Terbentuk lingkaran
jelas bagian dasar cawan petri. berwarna putih dan hijau dengan batas
‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar yang jelas
cawan petri. ‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar
cawan petri.
D KS KD
‐ Hari pertama miselium berwarna putih ‐ Hari pertama miselium berwarna ‐ Hari pertama miselium berwarna putih
kehijauan. Kemudian berkembang menjadi putih kehijauan. Kemudian kehijauan. Kemudian berkembang menjadi
warna hijau di bagian tengah dan putih berkembang menjadi warna hijau di warna hijau di bagian tengah dan putih
pada bagian tepi. bagian tengah dan putih pada bagian pada bagian tepi.
‐ Miselium tebal. Terbentuk lingkaran tepi. ‐ Miselium tebal. Terbentuk lingkaran
berwarna putih dan hijau dengan batas ‐ Miselium agak tebal. berwarna putih dan hijau dengan batas
yang jelas ‐ Miselium tumbuh sampai bagian yang jelas. Pada hari ke-3, warna miselium
‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar dasar cawan petri. pada lingkaran ke-2 berwarna agak kuning.
cawan petri. ‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar
cawan petri.
Keterangan :
PDA = Potato dextrose agar
K = Kompos
S = Sekan
D = Dedak
KS = Kompos + Sekan
KD = Kompos + Dedak
SD = Sekan + Dedak
SD KSD KSD = Kompos + Sekam + Dedak
‐ Hari pertama miselium berwarna putih ‐ Hari pertama miselium berwarna putih
kehijauan. Kemudian berkembang kehijauan. Kemudian berkembang
menjadi warna hijau di bagian tengah dan menjadi warna hijau di bagian tengah
putih pada bagian tepi. dan putih pada bagian tepi.
‐ Miselium tebal. Terbentuk lingkaran ‐ Miselium tebal. Terbentuk lingkaran
berwarna putih dan hijau dengan batas berwarna putih dan hijau dengan batas
yang jelas . Pada hari ke-3, warna yang jelas . Pada hari ke-4, warna
miselium pada lingkaran ke-2 berwarna miselium pada lingkaran ke-2 berwarna
agak kuning. agak kuning.
‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar ‐ Miselium tumbuh sampai bagian dasar
cawan petri. cawan petri.
Gambar 1. Karakteristik koloni T. harzianum yang tumbuh di dalam media perbanyakan setelah
umur inkubasi empat hari
24
Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012. Hal. 21-30
Tabel 1. Hasil analisis kandungan kimia dari kompos ela sagu, dedak dan sekam sebelum
percobaan
Pertumbuhan T. harzianum pada koloni pada umur inkubasi satu sampai empat
media dedak lebih cepat dan tebal hari. Besarnya pengaruh dari masing-masing
dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 1), media dapat dilihat pada Tabel 2.
hal ini disebabkan karena dedak memiliki Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
kandungan karbohidrat yang tinggi (27,01%), umur inkubasi satu hari, media D, media SD
kandungn unsur P, K tinggi masing-masing dan media KSD memberikan pengaruh lebih
0,69% dan 1,92% dan pH rendah (6,16) baik secara signifikan dibandingkan media K,
dibandingkan dengan kompos ela sagu dan media KS dan media KD. Namun jika
sekam (Tabel 1). Menurut Ganjar dkk (2006), dibandingkan dengan media PDA, media
bahwa secara umum pertumbuhan jamur PDA memberikan pengaruh lebih baik secara
dipengaruhi oleh substrat, kadar air, derajat signifikan. Pada umur inkubasi dua sampai
keasaman substrat (pH) dan senyawa kimia empat hari, media SD memberikan pengaruh
dilingkungannya. Carlile dan Watkinson lebih tinggi secara signifikan terhadap
(1995) mengemukakan bahwa faktor-faktor diameter koloni dibandingkan dengan media
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan lainnya. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pada
perkembangan jamur antara lain nutrisi umur inkubasi tiga hari, media SD
meliputi gula, polysakarida, asam-asam memberikan pengaruh yang baik terhadap
organik, lipid sebagai sumber karbon; nitrat, pertumbuhan koloni T. harzianum.
amonia, asam-asam amino, polipeptida dan Gambar 2 memperlihatkan bahwa
protein sebagai sumber nitrogen; hidrogen, bertambahnya umur inkubasi sejalan dengan
oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, potasium. bertambahnya pertumbuhan diameter koloni
Selanjutnya dikatakan bahwa unsur C,H, dan T. harzianum. Hal ini terjadi untuk semua
O adalah tiga unsur penting yang tersedia di jenis media yang diuji. Jenis media SD
dalam komponen organik. Fungsi utama memperlihatkan pengaruh lebih baik
nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan dibanding dengan jenis media lain, sedangkan
pembentuk sel, dan aseptor elektron di dalam jenis media KD kurang memberikan
aksi untuk menghasilkan energi. pengaruh. Kemampuan kedua jenis media ini
telah terjadi pada umur inkubasi dua hari.
2. Diameter Koloni Pada jenis media K, pertumbuhan diameter
koloni lambat pada umur inkubasi satu hari
Penggunaan kompos ela sagu, dedak tetapi seiring bertambahnya umur inkubasi,
dan sekam sebagai media perbanyakan agens pertumbuhan diameter koloni sangat cepat.
hayati T. harzianum menunjukkan pengaruh
signifikan (P<0,001) terhadap diameter
25
Uruilal dkk, 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu …
Tabel 2. Pengaruh Jenis Media terhadap diameter koloni T. harzianum pada umur inkubasi satu
sampai empat hari.
10.00
PDA
Diameter koloni T. harzianum (cm)
9.00
8.00 K
7.00 S
6.00 D
5.00 KS
4.00
KD
3.00
2.00 SD
1.00 KSD
0.00
1 2 3 4
Tabel 3. Pengaruh Jenis Media terhadap jumlah spora T. harzianum pada umur inkubasi empat
hari.
Jumlah spora
Perlakuan Jenis Media
T. harzianum (x109/ml)
PDA 11.10 g
K 5.95 c
S 4.80 b
D 7.94 f
KS 2.89 a
KD 6.55 cd
SD 7.54 e
KSD 7.08 d
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan signifikan menurut uji
DMRT α 0,05
Hasil penelitian pada Tabel 2 dan bergantung pada ketersediaan karbohidrat dan
Tabel 3 memperlihatkan bahwa media yang digunakan sebagai sumber energi untuk
mengandung dedak memberikan pengaruh pertumbuhannya. Menurut Ahira (2011)
lebih baik terhadap bertambahnya diameter dedak mengandung protein sebesar 11,35%
koloni dan jumlah spora T. harzianum sehingga sangat membantu pertumbuhan dan
dibandingkan media yang mengandung perkembangan T. harzianum.
kompos ela sagu dan sekam. Hasil analisis Tingginya kandungan P pada media
kimia kompos ela sagu, sekam dan dedak dedak dan sekam menunjang pertumbuhan
(Tabel 1) menunjukkan bahwa dedak dan dan perkembangan T. harzianum. Suriawiria
sekam mengandung kandungan karbohidrat, (2006), mengemukakan bahwa untuk
serat kasar rendah dan unsur P tinggi, pH kehidupan dan perkembangan jamur
rendah dan kadar air rendah sedangkan pada memerlukan sumber nutrien atau makanan
kompos ela sagu kandungan karbohidrat dalam bentuk unsur-unsur kimia, misalnya
rendah, serat kasar tinggi, unsur N dan P Nitrogen, Fosfor, Belerang, Kalium, Karbon
rendah, pH tinggi, dan kadar air tinggi. yang telah tersedia dalam media. Alexander
Menurut Carlile dan Watkinson, (1994), menambahkan bahwa beberapa
(1995), karbohidrat terutama gula nutrisi penting yang dibutuhkan mikro-
kebanyakan digunakan oleh jamur secara organisme adalah karbon, nitrogen, dan
besar-besaran untuk proses metabolismenya. fosfor. Pada dasarnya semua mikrroganisme
Dalam proses tranportasi, gula memerlukan karbon sebagai sumber energi
ditransportasikan ke dalam sel jamur juga untuk aktivitasnya. Fosfor merupakan salah
membawa protein, dimana transportasi ini satu penyusun senyawa-senyawa penting
menyediakan fasilitas untuk terjadinya difusi dalam sel yang menentukan aktivitas
di dalam maupun di luar sel dengan pertumbuhan mikrooganisme. Selain itu
menggunakan molekul pembawa. Gula unsur N diperlukan dalam jumlah besar untuk
masuk ke dalam sel akibat difusi. Karbon sintesis asam amino dan protein, nukleotida
selain berasal dari karbohidrat (gula) purin dan pyrimidin dan vitamin-vitamin
dimanfaatkan oleh jamur secara bersama- tertentu. Di alam, atom N berada dalam
sama untuk tujuan biosintetik, menunjukkan berbagai bentuk oksidasi yang peranannya
terjadinya glukoneogenesis dalam efek dapat digunakan oleh mikroorganisme. Asam
pembalikan jalur glikolitik dalam jamur. amino banyak tersedia untuk digunakan
Kelley (1977), mengemukakan bahwa sebagai sumber karbon beberapa mikro-
pertumbuhan Trichoderma sp sangat organisme pada saat siklus asam
27
Uruilal dkk, 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu …
29
Uruilal dkk, 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu …
Samuels, G.J., Chaverri, P., Farr, D.F., and E. Syahri dan T. Thamrin. 2011. Potensi
B. McCray, E. 2010. Trichoderma Pemanfaatan Cendawan Trichoderma
Online, Systematic Mycology and Spp. Sebagai Agens Pengendali
Microbiology Laboratory, ARS, Penyakit Tanaman Di Lahan Rawa
USDA. Lebak.
Sangaji, I. 2009. Mengoptimalkan http://hamasyahri.blogspot.com/2011/
Pemanfaatan Ampas Sagu Sebagai 01/trichoderma-spp.html [09/09/2011]
Pakan Ruminansia Melalui Widyastuti. S.M, Sumardi, dan Sumantoro.
Biofermentasi dengan Jamur Tiram 2000. Efektivitas Trichoderma sp.
(Pleurotus ostreatus) dan Amoniasi. Sebagai Pengandali Hayati Terhadap
[Disertasi] IPB-Bogor. Tiga Patogen Tular Tanah Pada
Santiaji. B dan H.S. Gusnawaty. 2007. Beberapa Jenis Tanaman Kehutanan.
Potensi Ampas Sagu Sebagai Media J. Perlindungan Tanaman Indonesia
Perbanyakan Jamur Agensia 8: 98-107.
Biokontrol Untuk Pengendalian Widyastuti. S.M, Sumardi, Irfa dan Harjono.
Patogen Tular Tanah. J. Agriplus 17: 2002. Aktivitas Penghambatan
20 – 25. Trichoderma spp Terformulasi
Suriawiria, U. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Terhadap Jamur Patogen Tular Tanah
Penerbit. Kanisus, Yogyakarta. Secara In-vitro. J. Perlindungan
Tanaman Indonesia 8: 27-39.
30