Vous êtes sur la page 1sur 43

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2017

Pengaruh Kadar Mangan (Mn) pada Air


Baku dan Air Reservoir dengan
Menggunakan Metode Colorimetri di
Laboratorium Instalasi

Tampubolon, Marissa Graceana


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4451
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR BAKU DAN AIR
RESERVOIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
COLORIMETRI LABORATORIUM INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM
TIRTANADI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

MARISSA GRACEANA TAMPUBOLON


142401047

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku


Dan Air Reservoir Dengan Menggunakan
Metode Colorimetri Di Laboratorium Instalasi
Pengolahan Air Minum PDAM TirtanadiSunggal
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Marissa Graceana Tampubolon
Nomor Induk Mahasiswa : 142401047
Program Studi : Diploma (D3) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juni 2017

Disetujui Oleh
Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing
Ketua,

Dr.Minto Supeno, MS Drs. Albert Pasaribu, M.Sc


NIP. 196105091987031002 NIP.196408101991031002

Disahkan Oleh
Ketua Departemen Kimia USU
Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP. 1974040519990320

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENGARUH KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR BAKU DAN AIR


RESERVOIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
COLORIMETRI DI LABORATORIUM INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM
TIRTANADI SUNGGAL

Tugas Akhir

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, Kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2017

Marissa Graceana Tampubolon


142401047

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Karunia-Nya yang masih diberikan kepada Penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan Judul “
Pengaruh kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir Dengan
Menggunakan Metode Colorimetri Di Laboratorium Instalasi Pengolahan Air Minum
PDAM Tirtanadi Sunggal.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala.
Namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan
dukungan maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Orangtua saya yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil serta doa. Mereka adalah ayahanda (+) Amat Tampubolon dan
Ibunda Heppy Sianturi yang telah memberikan semangat bagi penulis agar
terus menggapai cita-cita yang diharapkan.
2. Bapak Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fmipa Usu
3. Bapak Dr.Minto Supeno, MS, selaku ketua Program Studi D-3 Kimia
FMIPA USU.
4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra M.Si, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
5. Ibu Juliati Br.Tarigan, S.Si,M.Si selaku Dosen Pengasuh
6. Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc, yang telah bersedia membimbing dan
mengarahkan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
7. Bapak Andrianto,ST selaku Kepala Instalansi Pengolahan Air Minum.
8. Ibu Cempaka Monika Hutagalung selaku Kepala Bagian Pengendalian
Mutu.
9. Bapak Nelson, kak Imahwati, kak Syahfitri, kak Risna Maharani selaku
analisis di Laboratorium Instalasi Pengolahan Air Minum Sunggal.
10. Teman-teman yang Praktek Kerja Lapangan di Instalasi PDAM Sunggal:
Esrauli, Rio, Harry, Dedy,Ebenezer dan Nova
11. Teman-teman khususnya Grup Sengklak dan Grup Penting yang telah
memberikan semangat dan dukungan bagi penulis
Akhir kata dari penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
semua pihak atau pun pembaca dan khususnya bagi penulis.

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR BAKU DAN AIR
RESERVOIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
COLORIMETRI DI LABORATORIUM INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM
TIRTANADI SUNGGAL

ABSTRAK

Untuk memenuhi standart kualitas air yang baik dan layak konsumsi dilakukan
analisa pengaruh kadar Mangan (Mn) pada air baku dan air reservoir dengan metode
Colorimetri. Analisa dengan menggunakan metode Colorimetri dilakukan dengan
penambahan PAN indicator solution 0,1%. Dari hasil yang diperoleh akan terbentuk
warna orange adanya kandungan Mangan (Mn) dalam air baku dan air reservoir. Dari
hasil analisis yang dilakukan terhadap air baku diperoleh kadar Mangan (Mn) 0,089
mg/l dan air reservoir diperoleh kadar Mangan (Mn) 0,029 mg/l. Dari data yang
diperoleh kadar Mangan (Mn) dalam air baku dan air reservoir telah memenuhi
standart kualitas air oleh Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010.

Kata kunci : Air baku, Air Reservoir, Mangan. Colorimeter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INFLUENCE OF MANGANESE (Mn) CONTENT IN RAW WATER AND
RESERVOIR WATER WITH USED COLORIMETRY METHOD IN
DRINKING WATER TREATMENT PLANT LABORATORY PDAM
TIRTANADI SUNGGAL

ABSTRAK

To meet good water quality standart and feasible consumption is analyzed the effect
of Manganese (Mn) content in raw water and reservoir water by Colorimetric method.
Analysis used Colorimetric method is done by addition PAN Indicator Solution
0,1%. From the results obtained will form orange color of Manganese (Mn) content
in raw water and reservoir water. From result of analysis done to raw water obtained
manganese (Mn) content on 0,089 mg/l and water reservoir obtained manganese (Mn)
content on 0,029 mg/l. Of the data obtained manganese (Mn) content in raw water
and reservoir water has been water quality standart by Permenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010.

KeyWords : Raw water,Reservoir water,Manganese, Colorimeter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Dafta Lampiran ix

BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka


2.1 Defenisi Air 4
2.2 Sumber Air Minum 5

2.2.1 Air Laut 6


2.2.2 Air Atmosfir, Air Meteriologik 6
2.2.3 Air Permukaan 6
2.2.4 Air Tanah 7
2.3 Standar Kualitas Air Minum 8
2.4 Syarat-syarat Air Minum 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.1 Syarat Fisik 9
2.4.2 Syarat Kimia 10
2.4.3 Syarat Biologis 10
2.5 Proses Pengolahan Air Minum 11
2.5.1 Unit-unit Pengolahan Air Minum 12
2.6 Logam Mangan (Mn) dalam Air 13
2.7 Dampak Mangan (Mn) dalamKehidupan 14
2.8 Sifat Logam Mangan 15
2.8.1 Sifat Kimia Mangan (Mn) 15
2.8.2 Sifat Fisika Mangan (Mn) 16
2.9 Kolorimetri 17
BAB 3. Metode Percobaan
3.1 Alat-alat 20
3.2 Bahan 20
3.3 Prosedur Penelitian 20

BAB 4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Data Hasil Analisa 22
4.2 Pembahasan 23

BAB 5. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
Daftar Pustaka 26
Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

2.4.1 Syarat Fisik kadar air minum 9


4.2.1 Data Hasil Analisa Air Baku 22
4.2.2 Data Hasil Analisa Air Reservoir 22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1 Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 29

2. Alat Colorimeter 30

3. Analisa Kadar Mangan 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah segala-galanya bagi kehidupan, dan sangat penting bagi manusia,

bagi tanaman dan bagi hewan, bagi pertanian, bagi industri, dan bagi keseimbangan

alam. Persediaan air yang mencakupi pada saat yang tepat dan dengan kualitas

memadai merupakan soal hidup atau pun mati. Manusia mungkin dapat bertahan

hidup selama beberapa minggu tanpa makan, tetapi tanpa air manusia hanya akan

bertahan hidup paling lama sepuluh hari (Darmono,1992).\

Kesulitan dalam mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang

perlu mendapatkan perhatian serius karena dengan adanya penyediaan air bersih,

maka penyeberan penyakit akan dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air

banyak terjadi disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah

bagian rumah tangga. Dari jenis-jenis limbah tersebut dapat masuknya logam rumah

tangga. Dri jenis- jenis limbah tersebut dapat masuknya logam yang dapat membuat

air tercemar dan akan menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr,

Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius dalam air.

Potensi air permukaan di indonesia ditentukan oleh kondisi aliran sungai dan ragam

fisik sumber daya air, luas dan volume pengaruh iklim dan proses pengolahan sumber

daya air tersebut oleh manusia (Darmono, 1995)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih

berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan

sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup

manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Rasa air seringkali

dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia

terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang hidup maupun

yang mati (Nugroho,2006 ).

Air yang digunakan untuk air minum harus tidak berwarna,jernih,tidak berbau

dan tidak berasa. Pada batas-batas tertentu air minum juga diharapkan mengandung

mineral seperti Mangan ( Mn ) yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh.

Mangan merupakan salah satu logam yang banyak dijumpai di kulit bumi dan sering

terdapat bersama besi. Mangan terlarut dalam air tanah dan air permukaan yang

sedikit oksigen, sehingga kadar Mangan dalam air mencapai miligram/liter.

Kandungan Mangan dalam air melebihi batas dapat menyebabkan efek negatif seperti

menimbulkan rasa dan bau logam yang amis pada air minuman, meninggalkan warna

kecoklat-coklatan pada pakaian yang berwarna putih dan cucian, menyebabkan

gangguan fungsi hati, dan lain-lain. Kadar Mangan yang terkandung menurut Menkes

RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 0,4 mg/l. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas

tentang Pengaruh Kadar Mangan ( Mn ) pada Air Baku dan Air Reservoir Dengan

Menggunakan Metode Colorimetri di Laboratorium Instalasi Pengolahan Air Minum

PDAM Tirtanadi Sunggal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.1 Permasalahan

Dari latar belakang diatas permasalahan yang timbul adalah berapakah kadar

Mangan ( Mn ) pada air baku dan air reservoir, apakah sudah memenuhi

standar kualitas air minum menurut Menkes RI No.

492/MENKES/Per/IV/2010.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

- Untuk mengetahui perbandingan kadar Mangan (Mn) pada air baku

dan air reservoir di Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi

Sunggal

- Untuk mengetahui kesesuaian kadar Mangan (Mn) pada air baku dan

air reservoir di Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi

Sunggal telah memenuhi Persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.492/MENKES/PER/IV/2010

1.4 Manfaat Penulisan

- Dapat mengetahui perbandingan kadar Mangan ( Mn ) pada air baku

dan air reservoir di Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi

Sunggal

- Dapat mengetahui kesesuaian kadar Mangan ( Mn ) pada air baku dan

air reservoir di Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi

Sunggal Persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.492/MENKES/PER/IV/2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Air

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun mahluk

hidup yang berada di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel

hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk di dalamnya pada

manusia) akan terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75 % kandungan sel

tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67 % kandungan sel hewan, terdiri dari air.

Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari dilingkungan rumah tangga,

ternyata berbeda untuk tiap tempat, tiap tingkatan kehidupan atau untuk tiap bangsa

dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula kebutuhan

manusia terhadap air (Unus, 2005 ).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah

penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. Melalui penyediaan air bersih baik

dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit

menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal

mungkin. Pengelolaan air adalah menjadi salah satu pertimbangan yang utama untuk

menentukan apakah sumber air tersebut bisa dipakai sebagi sumber persediaan air di

dalam kehidupan manusia (Sutrisno,2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan

anorganik, seperti lumpur dan buangan dari pemukiman tertentu menyebabkan air

sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan yang tinggi akan mengalami

kesulitan jika diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses

penyaringan. Dimana proses penyaringan dapat dilakukan dengan memerlukan biaya

yang lebih besar atau mahal ( Unus, 2005 ).

Peningkatan kualitas air minum dengan mengadakan pengelolaan air terhadap

air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak apabila diperlukan.

Pengelolaan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai pada

pengelolaan air dengan lengkap sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air

tersebut.

Peningkatan Kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas.

Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan

secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat

Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari ( Sutrisno, 2004 ).

2.2 Sumber Air Minum

Air permukaan yang mengalir dipermukaan bumi, umumnya berbentuk

sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan

terkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Berdasarkan letak sumbernya, air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dapat dibagi menjadi : Air laut, Air atmosfer atau Air Meteriologik, Air Permukaan

dan Air Tanah.

2.2.1 Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tidak dapat memenuhi syarat

untuk air minum ( Sutrisno, 2004 ).

2.2.2 Air Atmosfir, Air Meteriologik

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadi korosi

(karatan). Serta air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap

pemakaian sabun ( Sutrisno, 2004 ).

2.2.3 Air Permukaan

Merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air

permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri di kota dan sebagainya.

Jenis pengotorannya selama pengaliran adalah merupakan kotoran fisika, kimia dan

juga bakteriologie. Air permukaan ada dua macam yakni:

A. Air sungai umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

B. Air rawa/danau pada umumnya kebanyakan air rawa berwarna yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam

humus yang larut dalam air yang dapat menyebabkan warna kuning coklat. Dengan

adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn

akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anareob), maka

unsur-unsur Fe dan Mn akan larut (Sutrisno, 2004 ).

2.2.4 Air Tanah

Air tanah ( Ground Water ) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi dan kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Air tanah terbagi atas :

A. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah

dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air minum, air

tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup

dan tergantung pada musim.

B. Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam

tak semudah pada air tanah dangkal. Digunakan bor dan memasukkan pipa

kedalamnya dengan kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan

suatu lapis air. Kualitas dari air tanah dalam umumnya lebih baik dari air

dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri (

Sutrisno, 2004 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. Mata Air

Merupakan air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak dipengaruhi oleh musim

dan kualitasnya. Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi

atas: Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan Umbul, dimana air

keluar ke permukaan pada suatu daratan. (Sutrisno,2004).

2.3 Standar Kualitas Air Minum

Standar Kualitas Air Minum bagi negara Indonesia terdapat dalam Peraturan

Menteri Kesehatan R.I No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang syarat-syarat dan

pengawasan Kualitas air minum. Beberapa standar kualitas air minum yang lain dapat

penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut :

1. World Health Organization’s European Standards for Drinking Water,1961

2. World Health Organization’s International Standards for Drinking Water, 1963

3. Public Health Service Drinking Water Standars, 1962

4. American Water Works Association’s Quality Goals for Potable Water, 1968

Adapun parameter penilaian kualitas air minum yang tercantum pada berbagai

peraturan tentang Standar Kualitas air minum tersebut khusunya tertera pada

Per.Menkes RI No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 yaitu :

- Pengaruh adanya unsur- unsur tersebut dalam air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Efek yang Pengaruh adanya unsur-unsur tersebut dalam air

- Sumber/asal unsur-unsur tersebut

- Sifat dapat ditimbulkan pada kesehatan manusia

- Alasan mengapa unsur tersebut dicantumkan dalam standar kualitas

2.4 Syarat- Syarat Air Minum

Air Minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau. Dari segi kualitas, Air Minum harus memenuhi :

2.4.1 Syarat Fisik

Air Minum yang digunakan untuk minuman adalah Air tidak boleh

berwarna, Air tidak boleh berasa, Air tidak boleh berbau, Suhu air hendaknya

dibawah sela udara (sejuk ± 25°C) dan Air harus selalu jernih Kadar yang disyaratkan

dan tidak boleh dilampaui dapat dilihat pada table 2.4.1 (Sutrisno,2004)

KADAR YANG KADAR YANG TIDAK

DISYARATKAN BOLEH DILAMPAUI

Keasaman sebagai 7,0 -8,5 Di bawah 6,5 dan Di

PK atas 9,5

Bahan-bahan Padat Tidak lebih 50 mg/l Tidak lebih 1.500 mg/l

Warna (skala Pt CO ) Tidak melebihi Tidak melebihi 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesatuan kesatuan

Rasa Tidak Mengganggu -

Bau Tidak Mengganggu -

2.4.2 Syarat – Syarat Kimia

- Air minum tidak boleh mengandung racun

- Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

- Cukup Yodium

- pH air antara 6,5 – 9,2

2.4.3 Syarat – Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama

sekali dan tidak boleh mengandung bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang

telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus

besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain

adalah :

- Bakteri typhsum

- Vibrio Colerae

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Bakteri dysentria

- Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi

(berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan

bakteriologik tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen,

akan tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno,2004 ).

2.5 Proses Pengolahan Air Minum

Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-

sifat dari suatu zat. Hal ini penting bagi air minum karena dengan adanya pengolahan

ini maka akan didapatkan standar air minum yang telah ditentukan. Pengolahan air

pada umumnya dikenal dengan Pengolahan Lengkap yaitu (Complete Treatment

Process) dimana air akan mengalami pengolahan lengkap baik physics, kimiawi atau

bakteriologik. Pengolahan air ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor

dan keruh.

Pengolahan Lengkap ( Complete Treatment Process ) ini dibagi dalam tiga

tingkatan pengolahan yaitu :

1. Pengolahan Pyhsics

Merupakan suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk

mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan pasir serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang

akan diolah.

2. Pengolahan Kimia

Yaitu suatu tingkatan pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk

membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan

kapur dalam proses pelunakan dan sebagainya

3. Pengolahan Bakteriologis

Merupakan suatu tingkat proses pengolahan untuk membunuh bakteri yang

terkandung dalam air minum yakni dengan cara membubuhkan kaporit (zat

sebagai desinfektan) ( Sutrisno, 2004 ).

2.5.1 Unit- Unit Pengolahan Air Minum

Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :

1. Bangunan Penangkap Air ( Intake )

Merupakan bangunan untuk menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber

asal air untuk dapat dimanfaatkan.

2. Bangunan Pengendap pertama

Dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat

dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan

zat/ bahan kimia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Pembubuhan Koagulant

Koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu

proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan

dengan sendirinya. Alat pembubuhan koagulant dapat dibedakan menjadi

bagian yaitu:

A. Secara gravitasi, dimana bahan bahan/zat kimia (dalam bentuk larutan )

mengalir dengan sendirinya karena adanya gravitasi.

B. Memakai pompa (dosering pump) yaitu pembubuhan bahan/zat kimia dengan

bantuan pemompaan.

4. Bangunan Pengaduk Cepat

Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulant) yang ditambahkan agar

dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.

5. Bangunan Pembentuk Flok Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel

padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan hasil reaksi partikel kecil.

6. Bangunan Pengendap Kedua

Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak

pembentuk flok. Pengendapan disini dengan gaya berat flok sendiri

(gravitasi). Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak

pengendap pertama.

7. Filter ( Saringan )

Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter yaitu :

A. Saringan Pasir Lambat ( slow sand filter)

B. Saringan Pasir Cepat ( rapid sand filter)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Reservoir

Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air telah

bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon)

untuk diteruskan pada konsumen.

2.6 Logam Mangan ( Mn ) dalam Air

Logam Mangan ( Mn) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalic, keras dan sangat rapuh.

Logam Mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga

berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan dampak bagi lanjutan

bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat dan hyperrefleksi (

Nainggolan dkk, 2011 ).

Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa

dengan besi. Mangan berada dalam bentuk Manganous ( Mn2+) dan Manganik (

Mn4+). Didalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida. Kadar

Mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l. Kadar yang lebih besar dapat terjadi

pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan asam dapat mengandung

Mangan sekitar 10-150 mg/l, Perairan Laut mengandung Mangan sekitar 0,002 mg/l.

Kadar Mangan pada perairan tawar sangat bervariasi antara 0,002 mg/l hingga lebih

dari 4,0 mg/l. Perairan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam

sebaliknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/l, sedangkan untuk tanah yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersifat netral dan alkalis sekitar 10 mh/l

( Effendi, 2003 ).

2.7 Dampak Mangan ( Mn ) dalam Kehidupan

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang

berwarna putih. Adapun unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman.

Disamping itu, konsentrasi 0,5 mg/l unsur ini merupakan akhir batas dari usaha

penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai. Unsur ini bersifat toksis pada

alat pernapasan. Mangan yang terlarut, berbentuk Mn2+ dari bahan-bahan organik

dalam air bersih dapat menimbulkan berbagai pengaruh negatif seperti :

1. Menyebabkan bau dan rasa logam yang aneh jika dibiarkan kontak dengan

udara

2. Menyebabkan bercak-bercak berwarna kecoklatan pada pakaian

3. Menimbulkan noda pada produk-produk industri seperti kertas, tekstil dan

sebagainya.

Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/l dapat menyebabkan rasa yang

aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian,

dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan DepKes RI untuk Mn ini

adalah sebesar 0,05 – 0,5 mg/l adalah merupakan batas maksimal yang dianjurkan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sedangkan 0,5 mg/l merupakan batas konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (

Sutrisno, 2004 ).

2.8 Sifat Logam Mangan ( Mn )

2.8.1 Sifat Kimia Mangan ( Mn )

1. Mangan merupakan logam keras, mudah retak, serta mudah

teroksidasi

2. Mangan memiliki nomor atom 25

3. Mangan memiliki elektron valensi +2, +3, +4, +6, dan +7

4. Mangan yang elektron valensi +2 mudah bereaksi dengan asam

hidroklorit membentuk MnCl2

5. Elektron valensi +3 ( manganit ) bersifat tidak stabil dan mudah

berubahMenjadi elektron valensi +2, sedangkan Mangan bereaksi

dengan air yang akan membentuk mangan (II) hidroksida dan gas

hidrogen: Mn + 2H2O → Mn(OH)2 + H2 ↑

6. Mangan bereaksi dengan Asam Mineral encer atau asam – asam

klorida encer yang akan menghasilkan garam mangan (II) atau ion

Mangan (II) dan gas hidrogen :

Mn + 2H+ → Mn2+ + H2 ↑

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Mangan bereaksi dengan Asam Sulfat Pekat, yang akan menghasilkan

gasbelerang dioksida :

Mn + 2H2SO4 → Mn2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

8. Mangan bereaksi dengan air dan larut dalam asam. Mn digunakan

sebagai campuran logam karena Mn bisa menghasilkan logam

sehingga mudah dibentuk, meningkatkan kualitas kekuatan logam,

kekerasan, dan ketahahan. Sekitar 90% Mn digunakan dengan tujuan

metalurgi, yaitu ntuk produksi besi-baja, sedangkan penggunaaan Mn

untuk tujuan nonmetalurgi antara lain digunakan untuk membuat

baterai kering, keramik dan gelas, serta bahan kimia ( Widowati, 2008 ).

2.8.2 Sifat Fisika Mangan ( Mn )

1. Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan

2. Mangan memiliki densitas 7,43 g/cm3 pada 20°C

3. Mangan melebur pada kira-kira 1250°C

4. Mangan murni bersifat amat reaktif dan dalam bentuk bubuk akan

terbakar dengan oksigen

5. Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l atau kurang. Kadar

yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dalam. Perairan asam dapat mengandung mangan sekitar 10-150

mg/l. Pada air minum, kadar maksimum 0,5 mg/l (Effendi,2003).

6. Mangan merupakan unsur yang dalam keadaan normal memiliki

bentuk padat

7. Massa jenis mangan pada suhu kamar yaitu sekitar 7,21 g/cm 3,

sedangkan massa jenis cair pada titik lebur sekitar 5,95 g/cm 3

8. Titik didih mangan ada pada suhu 2061°C ( Vogel,A.I.1990 ).

2.9 Kolorimetri

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu

komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetri.

Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan senyawa berwarna

ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam penyusun

yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan

yang diperoleh dengan menangani kuantitas diketahui dari zat itu dengan cara yang

sama ( Basset, 2013 ).

Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan

mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu.

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrumen

sederhana yang disebut Kolorimeter atau pembanding (Comparator) warna ( Basset,

2013).

Pada Kolorimetri, suatu pengulangan warna dilakukan dalam dua larutan yang

mengandung sejumlah zat warna yang sama pada kolom dengan diameter penampang

yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya sinar putih digunakan dan

kondisi keasaman transmisi antara larutan standart dan larutan sampel sehingga

diperoleh dengan pengamatan visual. Yang dapat dikenal dengan hukum Lambert-

Beer.

Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik

melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya

ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan

bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan

bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa

lapisan mana pun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk

kepadanya dengan fraksi yang sama. Hukum ini dapat dinyatakan oleh persamaan

diferensial :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dimana : Iₒ = Intensitas cahaya yang masuk pada larutan

I = Intensitas cahaya yang diteruskan larutan

I = Tebal Medium

A1 = Konstanta untuk partikel larutan

T = Transmisi dari larutan

100T = Persentase transmisi larutan

A = Absorbansi

Hukum Beer, berbunyi Intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang

secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linear. Ini

dapat ditulis dalam bentuk :

Dimana a2 adalah konstanta untuk partikel larutan, dan c adalah konsentrasi dari

larutan. Dengan penggabungan kedua persamaan diatas diperoleh :

T=

A = log cI

Inilah persamaan fundamental dari kolorimetri, dan sering disebut sebagai hukum

Beer-Lambert. Nilai a akan jelas bergantung pada cara menyatakan konsentrasi. Jika

c dinyatakan mol dm-3 dan I dalam sentimeter, maka a’ diberi lambang ε dan disebut

koefisien absorpsi molar atau absoprtivitas molar

(Vogel, 1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat- alat

a. Kuvet

b. Colorimetri DR/890

3.2.2 Bahan

a. PAN Indicator Solution 0,1 %

b. Alkaline Cyanide Reagent Solution

c. Ascorbic Acid Powder

d. Air Baku

e. Air Reservoir

3.3 Prosedur Penelitian

a. Dipastikan analisis telah memakai masker dan sarung tangan

b. Ditekan “ PGRM “ dan tekan “ 43 “ untuk analisa Mangan ( Mn )

c. Ditekan “ ENTER “ , layar akan menunjukkan mg/l Mangan ( Mn )

d. Diisi Kuvet sampel pertama dengan 10 ml air (sebagai blanko) dan kuvet

kedua ( sebagai sampel ) air sebanyak 10 ml

e. Ditambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid Powder kedalam botol sampel dan

kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


f. Dihomogenkan

g. Ditambahkan masing-masing 15 tetes Alkaline Cyanide Reagent Solution

kedalam botol sampel pertama dan sampel kedua

h. Dihomogenkan

i. Ditambahkan masing-masing 21 tetes PAN Indicator Solution 0,1 % kedalam

botol sampel pertama dan kedua

j. Dihomogenkan

k. Ditekan “ TIMER “ , dan “ ENTER “ , tunggu selama 2 menit masa reaksi

l. Setelah waktunya dicapai, masukkan blanko kedalam tempat sampel dan tutup

m. Ditekan “ ZERO “ layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Mn

n. Dimasukkan sampel kedalam tempat sampel dan tutup

o. Ditekan “ READ “, kemudian catat hasil analisa mangan yang ditunjukkan

dilayar

p. Ditampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa kemasan

bahan kimia yang baru digunakan kedaalam wadah yang aman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Analisa

Tabel 4.1.1 Data Hasil Analisa Air Baku

No Tanggal Analisa Volume Kadar Maksimum Air Hasil Uji

Sampel Baku (mg/l) (mg/l)

1 29 November 2016 10 0,1 0,092

2 29 Desember 2016 10 0,1 0,079

3 26 Januari 2017 10 0,1 0,094

4 27 Februari 2017 10 0,1 0,092

Tabel 4.1.2 Data Hasil Analisa Air Reservoir

No Tanggal Analisa Volume Kadar Maksimum Hasil Uji

Sampel Air Reservoir Res.1 Res.2 Res.3

(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

1 29 November 2016 10 0,4


0,019 0,015 0,016

2 29 Desember 2016 10 0,4


0,024 0,001 0,003

3 26 Januari 2017 10 0,4


0,031 0,017 0,020

4 27 Februari 2017 10 0,4


0,000 0,000 0,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Pembahasan

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa konsentrasi mangan pada air

baku dan air reservoir menunjukkan perbandingan yang cukup berbeda. Kadar logam

Mangan (Mn) yang terdapat pada air baku mulai tanggal 29 November 2016 sampai

27 Februari 2017 adalah 0,092; 0,079; 0,094 dan 0,092 sedangkan air reservoir Kadar

logam Mangan (Mn) mulai tanggal 29 November 2016 adalah R1: 0,019 ; R2: 0,015

dan R3: 0,016, tanggal 29 Desember 2016 adalah R1 : 0,024 : R2: 0,001 dan R3:

0,003, tanggal 26 Januari 2017 adalah R1: 0,031 ; R2: 0,001 dan R3: 0,003 dan

tanggal 27 Februari 2017 adalah R1: 0,000; R2: 0,000 dan R3: 0,000.

Dari data diatas diperoleh perbandingan yang sangat berbeda pada air baku

dan air reservoir. Dan dapat dilihat bahwa kadar Mangan (Mn) pada air baku sudah

tercemar oleh jenis logam-logam dan juga mengalami kontaminasi baik karena erosi

maupun pencemaran limbah-limbah ditepi sungai yang berasal dari perumahan

penduduk yang tinggal ditepi sungai. Sehingga perlu dilakukan proses pengolahan air

baku dan air reservoir agar menjadi layak dikonsumsi dan didistribusikan ke

masyarakat.

Proses pengolahan air bersih yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Sunggal

dimana sumber air bakunya adalah air sungai Belawan yang telah dialirkan ke Intake,

dari Intake akan dialirkan ke RWT (Raw Water Tank) dimana pada tempat ini terjadi

penginjeksian klorin yang disebut Pre Chlorination. Pre chlorination berfungsi

mengoksidasi zat-zat organik/anorganik dan mengendalikan pertumbuhan lumut

(alga), membunuh spora dari lumut, jamur dan menghilangkan polutan-polutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lainnya. Dosis klorin yang diberikan adalah 2-3 g/m3 tergantung turbidity air. Setelah

itu dari RWT (Raw Water Tank) akan dipompakan ke Raw Water Pump (pompa air

baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clarifier. Clarifier (bangunan

untuk proses penjernihan air) terjadi proses penambahan bahan koagulan yaitu Poly

Aluminium Chlorida (PAC) dengan kebutuhan rata-rata 20-40 gr/m3 air. Clarifier

yang berfungsi sebagai tempat terjadinya koagulasi. Dari Clarifier air yang telah

ditambahi Bahan koagulan PAC akan dialirkan ke Filter. Filter merupakan tempat

berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan flok-flok sangat kecil dan

sangat ringan yang tidak bertahan (lolos) dari clarifier. Setelah melewati tahap filtrasi

kemudian akan dialirkan ke Reservoir dimana Reservoir berfungsi sebagai tempat

wadah penampungan air yang sudah selesai diproses dan pada Reservoir akan

dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme

patogen serta adanya penambahan larutan Soda Ash sebagai penetralisir pH jika

diperlukan apabila nilai pH mengalami penurunan akibat koagulan PAC.

Konsentrasi mangan yang lebih besar dari 0,5 mg/l dapat menyebabkan rasa

yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian

cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno,2004).

Berdasarkan standart menurut Menkes RI No. 492/MENKES/Per/IV/2010 kadar

Mangan dalam air Minum 0,4 mg/l sedangkan dalam air baku 0,1 mg/l. Jadi data

yang diperoleh layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan :

1. Kadar rata-rata Mangan (Mn) pada air baku dan air reservoir yaitu

0,089 mg/l : 0,029 mg/l

2. Kadar Mangan (Mn) pada air baku dan air reservoir yang diperoleh telah

memenuhi PersyaratanMenteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010

dengan kadar maksimum dalam air baku 0,4 mg/l dan air reservoir 0,1 mg/l.

5.2 Saran

- Sebaiknya untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) secara spesifik dapat

dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometeri Serapan Atom

(AAS) agar diperoleh hasil analisis lebih akurat serta analisis kadar Mangan

dapat berlangsung cepat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Basset, j. 2013. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kualitatif Anorganik. Edisi Empat.
Jakarta: EGC

Darmono.1995.Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Dumairy,1992. Ekonomi Sumber Daya Air. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Effendi,H.2003. Telah Kualitas Air. CetakanPertama. Yogyakarta : Penerbit Konisius

Nainggolan,Hamonangan dan Susilawati. 2011. Pengolahan limbah cair industry


perkebunan dan air gambut menjadi air bersih. Medan : PenerbitUsu-Press

Nugroho,A.2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit


Universitas Trisakti

Sutrisno dan Suciastuti,Eni.2002. Teknologi penyediaan air bersih. Jakarta : Rineka


Cipta

Unus,1996. Air dalam kehidupan dan Lingkungan yang sehat. Bandung : Penerbit
P.T. Alumni

Vogel,1990,Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:


RinekaCipta

Vogel,1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Buku kedokteran EGC,


Edisi keempat

Widowati, Astiana Sastiono dan Raymond Jusuf. 2008. Efek toksik logam.
Yogyakarta : C.V Andi Offset

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Alat Colorimeter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Botol Vial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Vous aimerez peut-être aussi