Vous êtes sur la page 1sur 22

Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y.

Warella, Susi Sulandari)

JURNAL ILMU ADMINISTRASI


DAN KEBIJAKAN PUBLIK

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1981


TENTANG METROLOGI LEGAL KHUSUSNYA
PELAKSANAAN TERA ULANG METER kWh DI BALAI
METROLOGI WILAYAH SURAKARTA DINAS
PERDAGANGAN PROPINSI JAWA TENGAH

Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari

ABSTRACT

The implementation of the Regulation No. 2/1981 policy about


Metrology Legal is becoming the focus of the research. It is focusing especially
in doing recalibration on kWh (kilo watt hour) meter. The research is located in
Metrology Bureau of Surakarta city. While the aims of the research are to know
how recalibration occurs, why it cannot occur optimally and is there any
correlation among policy factors, human resources, communication, and
environment which influences the process of kWh meter recalibration. In
supporting this research, therefore, some respondent are picking as the sample
(the users of kWh meter that are household, R1 450 VA and R1 900 VA).
Meanwhile, the problem formulation appears based on some indicators. Each
of them is describe in questioner, which is proof the hypothesis. As the result,
the research says that there is positive low rate correlation among the policy
content, human resources, communications and environment toward
recalibration of kWh meter in Metrology bureau of Surakarta city. While
communication has positive correlation but in low rate not significant.

Keywords : the reliability of measurement, implementation, regulation

A. PENDAHULUAN semakin komplek. Masyarakat


Dalam negara modern yang dikonotasikan sebagai
kebijaksanaan publik berangkat publik membutuhkan suatu
dari pengaturan kebutuhan- keputusan atau kebijakan publik
kebutuhan masyarakat yang untuk mengatur dan memaksa

1
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

semua kepentingan yang ada di Dengan demikian analisis


masyarakat. Jadi semakin tegas kebijakan publik secara umum
bahwa orientasi dari studi merupakan ilmu terapan dan
kebijakan publik itu adalah berperan sebagai alat atau ilmu
kepentingan publik. Dengan yang berusaha untuk
demikian, dapat diartikan pula memecahkan masalah.
bahwa studi ini pada tataran Suatu produk kebijakan
konseptual harus memiliki publik untuk mengatasi per-
keberpihakan yang kuat ter- masalahan yang ada ditengah-
hadap kepentingan masyarakat, tengah masyarakat di bidang
dan berorientasi pada pelayanan kebenaran alat-alat ukur, takar,
kepentingan tersebut. Sebab itu timbang dan perlengkapannya
analisis kebijakan publik adalah (UTTP) dalam traksaksi jual beli
sebuah formula solver, semen- di bidang industri, perdagangan,
tara problem yang sesungguh- pertanian, perikanan, perke-
nya itu ada ditengah-tengah riil bunan, dan lain yang diterbitkan
kehidupan masyarakat, artinya oleh pemerintah adalah Undang-
problem kebijakan itu tumbuh undang No. 2 Tahun 1981
ditengah-tengah masyarakat. tentang Metrologi Legal yang
Dan oleh karena itulah ia juga bertujuan untuk memberikan
tumbuh bersama dengan kepen- perlindungan kepada kepen-
tingan itu sendiri. tingan umum dalam hal kebe-
Jadi pada dasarnya studi naran pengukuran.
kebijakan publik berorientasi Metrologi Legal adalah
pada pemecahan masalah riil metrologi yang mengelola
yang terjadi ditengah-tengah satuan-satuan ukuran, metoda-
masyarakat. Dengan demikian metoda pengukuran dan alat-alat
analisis kebijakan publik secara ukur, yang menyangkut per-
umum merupakan ilmu terapan syaratan teknik dan peraturan
dan berperan sebagai alat atau berdasarkan undang-undang
ilmu yang berusaha untuk yang bertujuan melindungi
memecahkan masalah. kepentingan umum dalam hal
Suatu produk dasarnya kebenaran pengukuran. Sedang-
studi kebijakan publik ber- kan metrologi adalah ilmu
orientasi pada pemecahan pengetahuan tentang ukur
masalah riil yang terjadi mengukur secara luas.
ditengah-tengah masyarakat.
2
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

Pelaksanaan tera ulang yang telah dirumuskan akan sia-


meter kWh adalah sebagai suatu sia belaka. Oleh karena itulah
produk hukum dan sebagai implementasi kebijakan mem-
suatu wujud tindak lanjut dari punyai kedudukan yang penting
apa yang diamanatkan di dalam di dalam kebijakan publik.
undang-undang Metroloi Legal Karena setidaknya ada
tersebut, yaitu memberikan dua hal mengapa implementasi
perlindungan kepada pemakai kebijakan pemerintah memiliki
meter kWh untuk mendapatkan relevansi, yaitu 1) Secara praktis
kebenaran pengukuran energi akan memberikan masukan bagi
listrik yang dipakainya melalui pelaksanaan operasional pro-
penunjukkan meter kWh yang gram, sehingga dapat dideteksi
dipakainya. apakah program telah berjalan
Pejabat politik harus sesuai dengan yang telah
memikirkan bagaimana memilih dirancang serta mendeteksi
dan membuat kebijakan. Seka- kemungkinan tujuan kebijakan
rang timbul pertanyaan bagai- negatif yang ditimbulkan, 2)
mana kebijakan itu dilak- Memberikan alternatif model
sanakan. Usaha untuk melak- pelaksanaan program yang lebih
sanakan kebijakan tentunya efektif.
membutuhkan suatu keahlian Dengan demikian secara
dan keterampilan, menguasai sederhana tujuan implementasi
persoalan yang hendak dikerja- kebijakan adalah untuk mene-
kan, di dalam hal ini kedudukan tapkan arah agar tujuan kebija-
birokrasi menempati posisi yang kan publik dapat direalisasikan
strategis, karena birokrasilah sebagai hasil dari kegiatan
yang berkewajiban melak- pemerintah.
sanakan kebijakan tersebut, Faktor-faktor yang mem-
sehingga birokrasi senantiasa pengaruhi suatu implementasi
dituntut untuk mempunyai kebijakan publik menurut model/
keahlian dan keterampilan yang teori Meter dan Horn adalah 1)
tinggi. Standar kebijakan dan sasaran
Implementasi kebijakan yang menjelaskan rincian tujuan
merupakan rangkaian kegiatan keputusan kebijakan secara
setelah suatu kebijakan diru- menyeluruh; 2) Sumberdaya
muskan. Tanpa suatu imple- kebijakan berupa dana pen-
mentasi maka suatu kebijakan dukung implementasi; 3)
3
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

Komunikasi inter organisasi dan nangan Pemerintah dan Kewe-


kegiatan pengukuran digunakan nangan Pemerintah Provinsi
oleh pelaksana untuk mencapai sebagai Daerah Otonom, dan
tujuan yang hendak dicapai; 4) Peraturan Daerah Nomor 1
Karakteristik pelaksanaan, arti- Tahun 2002 tentang Pem-
nya karakteristik organisasi bentukan, Kedudukan, Tugas
merupakan faktor kruasial yang Pokok,. Fungsi dan Susunan
akan menentukan berhasil Unit Pelaksana Teknis Daerah
tidaknya suatu program; 5) 18 Dinas dan sebagaimana telah
Kondisi sosial ekonomi dan diubah dengan Peraturan
politik yang dapat mem- Daerah Nomor 5 Tahun 2006,
pengaruhi hasil kebijakan dan 6) maka pelaksanaan tugas
Sikap pelaksana dalam mema- kemetrologian dilaksanakan oleh
hami kebijakan yang telah 6 (enam) Balai Metrologi Dinas
ditetapkan. Perdagangan Provinsi Jawa
Dengan demikian agar Tengah, yang berkedudukan di
tujuan undang-undang Nomor 2 Semarang, Surakarta, Pati,
Tahun 1981 tentang Metrologi Purwokerto, Tegal, dan
Legal, khususnya pelaksanaan Magelang.
tera ulang meter kWh yaitu Tugas pokok dan fungsi
memberikan perlindungan ke- Balai Metrologi sesuai dengan
pada kepentingan umum dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa
hal kebenaran pengukuran Tengah Nomor 14 Tahun 2003
meter kWh tercapai, maka tentang Penjabaran Tugas
diperlukan suatu implementasi Pokok dan Fungsi serta Tata
kebijakan undang-undang ter- Kerja Balai Metrologi pada
sebut supaya betul-betul intinya adalah (1) melaksanakan
dilaksanakan secara baik dan pengelolaan standar ukuran dan
benar dalam arti mulai dari laboratorium kemetrologian, (2)
proses perencanaan, melaksanakan tera dan tera
pelaksanaan dan evaluasinya ulang UTTP dan kaliberasi alat
berjalan dengan baik dan lancar. ukur, (3) melaksanakan
Pelaksanaan pengelolaan pengawasan UTTP dan BDKT
laboratorium kemetrologian di (Barang Dalam keadaan
Jawa Tengah sesuai dengan Terbungkus), (4) melaksanakan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 penyuluhan kemetrologian.
Tahun 2000 tentang Kewe-
4
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

Dalam melaksanakan Menurut Anderson (1975)


tugas kemetrologian Balai Metro- memberikan definisi kebijakan
logi Wilayah Surakarta men- publik sebagai kebijakan-
jumpai kendala dalam pelak- kebijakan yang dibangun oleh
sanaan tera ulang meter kWh, badan-badan dan pejabat-
yaitu pada tahun 2005 ada pejabat pemerintah dimana
sebanyak 510.023 meter kWh implikasi dari kebijakan itu
yang belum ditera ulang dan 227 adalah (1) kebijakan publik
pelanggaran pemakaian meter selalu mempunyai tujuan ter-
kWh yang dapat mempengaruhi tentu atau mempunyai tindakan-
penunjukan meter kWh. Dan tindakan yang berorientasi pada
tentunya ini dapat merugikan tujuan, (2) kebijakan publik berisi
ataupun menguntungkan kon- tindakan-tindakan pemerintah,
sumen, karena meter tersebut (3) kebijakan publik merupakan
belum dilakukan pengujian/ apa yang benar-benar dilakukan
peneraan ulang oleh Balai oleh pemerintah, jadi bukan
Metrologi Wilayah Surakarta. merupakan apa yang masih
Berdasarkan permasalah- dimaksudkan untuk dilakukan,
an tersebut di atas penulis (4) kebijakan publik yang diambil
melakukan penelitian terhadap bisa bersifat positif dalam arti
implementasi pelaksanaan tera merupakan tindakan pemerintah
ulang meter kWh di Balai mengenai segala sesuatu
Metrologi Wilayah Surakarta, masalah tertentu, atau bersifat
dengan tujuan ingin mengetahui negatif dalam arti merupakan
bagaimana pelaksanaan tera keputusan pemerintah untuk
ulang meter kWh di Balai tidak melakukan sesuatu, (5)
Metrologi Wilayah Surakarta, kebijakan pemerintah setidak-
ingin mengetahui kenapa pelak- tidaknya dalam arti yang positif
sanaan tera ulang meter kWh didasarkan pada peraturan
tidak optimal dan ingin menge- perundang-undangan yang ber-
tahui seberapa besar faktor isi sifat mengikat dan memaksa
kebijakan, sumberdaya, komuni- (hessel 2003 : 2).
kasi dan lingkungan mempe- Menurut Wolf (1966)
ngaruhi keberhasilan implement- kebijakan publik adalah sejumlah
tasi pelaksanaan tera ulang aktivitas pemerintah untuk
meter kWh secara sendiri-sendiri memecahkan masalah di
maupun secara bersama-sama. masyarakat, baik secara lang-
5
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

sung maupun melalui berbagai kebijakan publik memiliki bera-


lembaga yang mempengaruhi gam perspektif, pendekatan
kehidupan masyarakat. Dalam maupun paradigma sesuai
pelaksanaan kebijakan publik dengan fokus dan lokus dari
terdapat tiga tingkat pengaruh obyek penelitian atau obyek
sebagai implikasi dari tindakan kajian.
pemerintah yaitu : (1) adanya Implementasi dalam
pilihan kebijakan atau keputusan kamus webster (Abdul Wahab
yang dibuat oleh politisi, pegawai 2002 : 64) dirumuskan secara
pemerintah atau yang lainnya pendek bahwa to implement
yang bertujuan menggunakan (mengimplementasikan) berarti
kekuatan publik untuk mempe- to provide the means to carrying
ngaruhi kehidupan masyarakat, out (menyediakan sarana untuk
(2) adanya output kebijakan, melaksanakan sesuatu), to give
dimana kebijakan yang ditetap- practical effect to (menimbulkan
kan pada level ini menuntut dampak/akibat sesuatu). Kalau
pemerintah untuk melakukan pandangan ini kita ikuti, maka
pengaturan, penganggaran, implementasi kebijakan (biasa-
pembentukan personil dan nya dalam bentuk undang-
membuat regulasi dalam bentuk undang, peraturan pemerintah,
program yang akan mem- keputusan peradilan, perintah
pengaruhi kehidupan masya- eksekutif atau dekrit presiden).
rakat, (3) adanya dampak kebija- Menurut Mazmanian dan
kan yang merupakan efek pilihan Paul A Sebatier (Abdul Wahab
kebijakan yang mempengaruhi 2002 : 65) menjelaskan makna
kehidupan masyarakat (Hessel implementasi bahwa memahami
2003 : 2). apa yang nyatanya terjadi
Jadi pada dasarnya studi sesudah sesuatu program
kebijakan publik berorientasi dinyatakan berlaku atau
pada pemecahan masalah riil dirumuskan merupakan fokus
yang terjadi di tengah masya- perhatian implementasi
rakat. Dengan demikian analisis kebijaksanaan, yakni kejadian-
kebijakan publik secara umum kejadian dan kegiatan-kegiatan
merupakan ilmu terapan dan yang timbul sesudah
berperan sebagai alat atau ilmu disahkannya pedoman-pedoman
yang berusaha untuk memecah- kebijaksanaan negara, yang
kan masalah. Pada konteks ini mencakup baik usaha-usaha
6
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

untuk mengadministrasikannya takar, timbang, dan perleng-


maupun untuk menimbulkan kapannya yang belum dipakai.
akibat/dampak nyata pada Sedangkan tera ulang
masyarakat atau kejadian- adalah hal menandai berkala
kejadian. dengan tanda-tanda tera sah
Dalam rangka meng- atau tanda tera batal yang ber-
implementasikan implementasi- laku atau memberikan kete-
kan pelaksanaan tera ulang rangan-keterangan tertulis yang
meter kWh di Balai Metrologi bertanda tera sah berlaku atau
Wilayah Surakarta, ada bebe- tera batal yang berlaku,
rapa model/teori yang mendasari dilakukan oleh pegawai-pegawai
penelitian yaitu (1) Model yang berhak melakukannya ber-
Goggin, (2) Model Grindle, (3) dasarkan pengujian yang
Model Meter dan Horn dan (4) dijalankan atas alat-alat ukur,
Model Deskriptif. takar, timbang, dan perleng-
Dari keempat model/teori kapannya yang telah ditera.
implementasi kebijakan publik Tanda sah dibubuhkan
dan berdasarkan kerangka dasar dan atau dipasang pada alat-alat
teori, maka faktor-faktor isi ukur, takar, timbang, dan
kebijakan, sumberdaya, komu- perlengkapannya yang disahkan
nikasi dan lingkungan dijadikan pada waktu ditera atau ditera
dasar untuk penelitian imple- ulang.
mentasi kebijakan pelaksanaan Pembubuhan dan/atau
tera ulang meter kWh. pemasangan Tanda Sah
Tera menurut Undang- dilakukan mulai tanggal 1
Undang Nomor 2 Tahun 1981 Januari sampai dengan tanggal
tentang Metrologi Legal adalah 31 Desember tahun yang
hal menandai dengan tanda tera bersangkutan dan untuk meter
sah atau tanda tera batal yang kWh berlaku 10 (sepuluh) tahun.
berlaku, atau memberikan Tanda Batal dibubuhkan
keterangan-keterangan tertulis pada alat-alat ukur, takar,
yang bertanda tera sah atau timbang, dan perlengkapannya
tanda tera batal yang berlaku, yang dibatalkan atau yang tidak
dilakukan oleh pegawai-pegawai memenuhi persyaratan teknis
yang berhak melakukannya pada waktu ditera dan ditera
berdasarkan pengujian yang ulang.
dijalankan atas alat-alat ukur,
7
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

Tanda Batal mempunyai Jendral Perdagangan Dalam


masa berlaku terhitung sejak Negeri Nomor 29/DJPDN/Kp/
saat dibubuhkan dan/atau di- XII/1998 tentang rincian dan
pasang sampai dengan alat-alat syarat-syarat teknis khusus alat-
ukur, takar, timbang dan alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya tersebut dinya- perlengkapannya (UTTP)
takan dapat digunakan kembali Metrologi Legal, maak meter
dan diberi tanda sah. kWh termasuk alat ukur yang
Meter kWh menurut wajib ditera dan ditera ulang.
Keputusan Direktur Metrologi Menindaklanjuti apa yang
Nomor Met-4005/3548/VIII/1991 diamanatkan dalam ketentuan di
tentang syarat-syarat teknis atas, maka melalui Keputusan
meter kWh adalah alat ukur Bersama Menteri Perdagangan
listrik yang digunakan untuk dan Menteri Pertambangan dan
mengukur energi listrik aktif arus Energi Nomor 34.A/KPB/II/1988
bolak balik, dengan cara tentang Peneraan alat-alat ukur
mengintegrasikan daya aktif dan perlengkapannya. Yang
dalam suatu selang waktu dipergunakan pada usaha
dengan satuan kilowatt-jam, ketenagalistrikan, maka dimulai
kWh dari jenis elektro mekanis uji coba pelaksanaan tera meter
dengan cara kerja prinsip induksi kWh di PT. PLN Distribusi Jawa
dan atau elektronis. Barat selama 2 (dua) bulan
Sedangkan meter induksi September 1990.
adalah meter yang dialiri arus Dan sebagai tindak
pada kumparab tetap yang lanjutnya Surat Direktur
berinteraksi dengan arus yang Metrologi Nomor : MET
diinduksikan pada suatu elemen 1036/3505/1991 tanggal 8
penghantar yang menimbulkan Agustus 1991 perihal Peneraan
gerakan pada elemen tersebut. meter kWh, maka pelaksanaan
Berdasarkan Undang- peneraan meter kWh di
Undang Nomor 2 Tahun 1981 Semarang dilaksanakan pada
tentang Metrologi Legal dan tanggal 4 September 1991.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Serta melalui kerjasama pene-
Tahun 1985 tentang Wajib dan raan meter kWh antara Kepala
Pembebasan untuk ditera/ditera Kantor Wilayah Departemen
ulang serta syarat-syarat bagi Perdagangan dan PT. PLBN
UTTP serta Keputusan Direktur Distribusi Jateng dan DIY, maka
8
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

pada tanggal 30 April 1991 kungan dengan implementasi


pelaksanaan tera meter kWh pelaksanaan tera ulang meter
dilaksanakan di PT. PLN kWh di Balai Metrologi Wilayah
Cabang Sala, Purwokerto, Surakarta.
Tegal, Magelang, dan Kudus. Hasil penelitian akan
Dengan demikian diuraikan secara deskriptif yaitu
pelaksanaan tera meter kWh memberikan gambaran tentang
Balai Metrologi Wilayah permasalahan melalui analisis
Surakarta dimulai pada tanggal dengan menggunakan pende-
30 April 1992 dan meter kWh katan ilmiah sesuai dengan
tersebut akan berakhir tanda keadaan sebenarnya. Untuk
teranya pada tahun 2002, serta mengetahui pengaruh isi kebija-
pelaksanaan tera ulang meter kan, sumberdaya, komunikasi
kWh di Jawa Tengah umumnya dan lingkungan terhadap imple-
dan Surakarta khususnya mentasi pelaksanaan tera ulang
dimulai pada tahun 2002. meter kWh di Balai Metrologi
Hipotesis Minor adalah (a) digunakan juga analisis
ada hubungan yang positif kuantitatif dengan teknik analisis
antara variabel isi kebijakan dan korelasi.
variabel implementasi Variabel penelitian disini
pelaksanaan tera ulang meter adalah variabel bebas dan varia-
kWh, (b) ada Hubungan positif bel tergantung. Disini variabel
antara variabel sumberdaya dan bebas adalah isi kebijakan (X1),
implementasi pelaksanaan tera sumberdaya (X2), komunikasi
ulang meter kWh, (c) ada (X3) dan lingkungan (X4) serta
hubungan positif antara variabel variabel tergantung adalah
komunikasi dan variabel implementasi pelaksanaan tera
implementasi pelaksanaan tera ulang meter kWh di Balai
ulang meter kWh, (d) ada Metrologi Wilayah Surakarta (Y).
hubungan positif antara variabel Penelitian dilakukan
lingkungan dan implementasi terhadap 130 responden sebagai
pelaksanaan tera ulang meter sample yang diambil dari
kWh. sebagian populasi yang diteliti,
Hipotesis Mayor adalah populasi disini adalah pemakai
ada hubungan positif antara meter kWh golongan rumah
variabel isi kebijakan, sumber- tangga R1 900 VA dan R1 450
daya, komunikasi dan ling- VA dan yang tidak bertanda tera
9
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

sah yang berlaku di PT. PLN scoring, editing, coding, dan


APJ Surakarta, PT. PLN UPJ tabulating; (2) dengan
Kota Surakarta dan PT. PLN menggunakan program SPSS
UPJ Manahan. Permasalahan pada komputer; (3) dan
yang diteliti diperoleh berdasar- selanjutnya melakukan uji
kan indikator-indikatornya, dan hipotesis Asosiatif.
setiap indikator tersebut diurai-
kan dalam bentuk pertanyaan B. PEMBAHASAN
yang diajukan kepada respon- Diskripsi Wilayah Penelitian
den. Dengan menggunakan Pelaksanaan tugas pene-
instrument penelitian yang terdiri raan meter kWh Balai Metrologi
dari observasi, wawancara serta Wilayah Surakarta meliputi
angket yang telah diproses wilayah kerja PT. PLN di wilayah
dengan mengkoreksi (editing), eks karesidenan Surakarta.
mengkelompokkan dan memberi Jumlah kepala rumah
kode (coding), dan menyusun tangga di wilayah eks karesi-
tabel (tabulating), sehingga denan Surakarta adalah
dapat digunakan untuk mem- 1.010.282 kk yang terdiri dari
buktikan hipotesis. Kota Surakarta (132.326 kk),
Jenis dan sumber data Kabupaten Sukoharjo (207.488
adalah data primer yang dipe- kk), kabupaten Wonogiri
roleh dari responden sampel (248.772 kk), kabupaten Sragen
yang ditentukan secara random (227.392 kk) dan kabupaten
di wilayah Balai Metrologi Karanganyar (194.304).
Wilayah Surakarta dan data Profil PT. PLN APJ
sekunder diperoleh dari Balai Surakarta adalah jumlah pelang-
Metrologi Wilayah Surakarta, PT. gan 866.845 pelanggan, jumlah
PLN APJ Surakarta, Rekanan daya tersambung 922.564 kVA,
Rekondisi meter kWh, berupa jumlah penjualan kWh
buku-buku, ketentuan-ketentuan, 2.090.018.011 kWh, jumlah
dokumen-dokumen dan infor- pendapatan
masi lainnya. Rp.1.153.263.408.000,-. Harga
Setelah data yang jual kWh rata-rata Rp. 551,80;
diperlukan terkumpul, selanjut- jumlah laba bersih Rp.
nya diproses dan dianalisis 138.517.502.000,-; jam nyala
dengan (1) Proses Pengolahan rata-rata 191, luas daerah
Data, yang meliputi kegiatan 4.051,75 Km2, jumlah pegawai
10
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

338 pegawai, jumlah gardu induk Komposisi pelanggan per


8 buah, jumlah trafo gardu induk unit per kelompok tarif rumah
17 unit, jumlah kapasitas trafo GI tangga tahun 2005 untuk PT.
788 MVA, jumlah trafo distribusi PLN UPJ Surakarta Kota adalah
12.964 buah, jumlah daya trafo jumlah pelanggan R1 450 VA
distribusi 549.466 KVA, jumlah sebanyak 28.151, jumlah
unit pelayanan 11 unit UPJ, pelanggan R1 900 VA sebanyak
losses 9,87%. 22.551, jumlah pelanggan R1
Dari jumlah kepala rumah 1300 VA sebanyak 6.220; jumlah
tangga sebanyak 1.010.282 pelanggan R1 2.200 VA
dibandingkan pelanggan meter sebanyak 4.313; jumlah
kWh sebanyak 866.845 kk, pelanggan R2 sebanyak 1.279;
maka baru 85,80% yang menjadi jumlah R3 sebanyak 147. Dan
pelanggan di wilayah PT. PLN untuk PT. PLN UPJ Manahan
APJ Surakarta. jumlah pelanggan R1 450 VA
Komposisi pelanggan per sebanyak 31.763; jumlah
unit per golongan tarif pada pelanggan R1 900 VA sebanyak
tahun 2005 adalah PT. PLN UPJ 21.856, jumlah pelanggan R1
Surakarta Kota memiliki 72.485 1.300 VA sebanyak 5.826;
pelanggan yang terdiri dari jumlah pelanggan R1 2.200 VA
pelangan rumah tangga sebanyak 2.728; jumlah
sebanyak 62.661; pelanggan pelanggan R2 734; jumlah
industri sebanyak 145; pelang- pelanggan R3 sebanyak 50.
gan bisnis 7.798; pelanggan Dengan demikian jumlah
sosial 1.423; pelanggan publik pelanggan R1 900 Va dan R1
275. Pelanggan pada PT. PLN 450 VA sebanyak 104.321
UPJ menahan dengan jumlah pelanggan.
pelanggan 69.250 pelanggan Kemampuan rekanan
yang terdiri dari pelanggan rekondisi meter kWh sebanyak
rumah tangga sebanyak 62.597; 14 perusahaan, dengan kemam-
pelanggan industri sebanyak puan masing-masing per dua
193; pelanggan bisnis sebanyak jam adalah PT. Graha Arta
4.433; pelanggan sosial Semarang sebanyak 24 meter
sebanyak 1.412 pelanggan; kWh, PT. Graha Arta Surakarta
pelanggan publik sebanyak 132; sebanyak 24 meter kWh, PT.
pelanggan PJU sebanyak 132. Mulyo Mukti Semarang se-
banyak 48 meter kWh, PT.
11
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

Mulyo Mukti Yogyakarta se- pendidikan SLTA sebanyak


banyak 24 meter kWh, PT. 60 orang (46,15%), pen-
Panca Hasta Barokah Semarang didikan sarjana 61 orang
sebanyak 24 meter kWh, PT. (46,92%). Dengan demikian
Guguh Perkasa Ripta Tegal pada umumnya responden
sebanyak 24 meter kWh, PT. kebanyakan yang berpen-
Bosri Indonesia Yogyakarta didikanSLTA dan Sarjana
sebanyak 96 meter kWh, PT. (93,07%). Dan komposisi
Laksana Pati 96 meter kWh, CV. berdasarkan usia adalahyang
Ayodya Jaya Semarang se- usianya 20-25 tahun
banyak 24 meter kWh, PT. Indo sebanyak 22 orang (16,92%),
Power Kebumen sebanyak 48 usia 26-30 sebanyak 37
meter kWh, PT. Pattindo orang (28,46%), usia 31-35
Surakarta sebanyak 128 meter tahun sebanyak 14 orang
kWh, PT. Adi Satria Semarang (10,77%), usia 36-40 tahun
sebanyak 24 meter kWh, PT. sebanyak 20 orang (15,38%),
Mega Indah Purwokerto se- usia 41-45 tahun sebanyak
banyak 24 meter kWh, dan PT. 10 orang (7,70%), usia 46-50
Nusa Graha Yogyakarta se- tahun sebanyak 11 orang
banyak 96 meter kWh. Dengan (8,46%), dan usia diatas 51
demikian kemampuan kerja tahun sebanyak 16 orang
selama dua jam adalah 704 (12,31%). Dengan demikian
meter kWh, sedangkan kemam- usia yang menduduki pering-
puan sehari dengan 8 jam kerja kat tertinggi adalah 26-30
adalah 2.816 kWh dan kemam- tahun.
puan satu tahun dengan 20 hari Jawaban responden
kerja per bulan adalah 675.840 terhadap variabel isi kebija-
meter kWh. kan adalah 21 orang (16,2%)
1. Data Responden menjawab mengakomodir,
Jumlah responden 106 orang (81,5%) menjawab
pada penelitian ini sebanyak kurang mengakomodir dan 3
130 orang, dengan komposisi orang (2,3%) menjawab tidak
berdasarkan tingkat pen- mengakomodir. Dengan
didikan adalah pendidikan demikian dapat disimpulkan
SD sebanyak 1 orang bahwa isi kebijakan kurang
(0,77%), pendidikan SLTP mengakomodir permasalah-
sebanyak 8 orang (6,16%), an yang ada di masyarakat
12
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

dan kondisi saat ini dalam jawab sangat mendukung, 25


pelaksanaan tera ulang kWh orang (19,3%) menjawab
di Balai Metrologi Wilayah mendukung, 52 orang
Surakarta. (40,0%) menjawab kurang
Jawaban responden mendukung, dan 48 orang
terhadap variabel sumber- (36,9%) menjawab tidak
daya adalah 2 orang (1,5%) mendukung. Dengan demi-
menjawab sangat sangat kian dapat disimpulkan
mendukung, 21 orang bahwa lingkungan kurang
(16,2%) menjawab men- bahkan hampir tidak men-
dukung, 77 orang (59,2%) dukung implementasi pelak-
menjawab kurang men- sanaan tera ulang meter kWh
dukung dan 30 orang di Balai Metrologi Wilayah
(23,1%) menjawab tidak Surakarta.
mendukung. Dengan demi- Jawaban responden
kian dapat disimpulkan bah- terhadap variabel pelak-
wa sumberdaya dalam imple- sanaan tera ulang meter kWh
mentasi kebijakan pelak- adalah 16 orang (12,3%)
sanaan tera ulang meter kWh menjawab lancar, 80 orang
kurang mendu-kung di Balai (61,5%) menjawab kurang
Metrologi Wilayah Surakarta. lancar dan 34 orang (26,2%)
Jawaban responden menjawab tidak lancar.
terhadap variabel komunikasi Dengan demikian dapat
adalah 3 orang (2,3%) men- disimpulkan bahwa imple-
jawab sangat mendukung, 30 mentasi pelaksanaan tera
orang (23,1%) menjawab ulang meter kWh di Balai
mendukung, 77 orang (men- Metrologi Wilayah Surakarta
dukung). Dengan demikian berjalan kurang lancar.
dapat disimpulkan bahwa 2. Fenomena-fenomena yang
komunikasi dalam imple- timbul setelah pelaksanaan
mentasi kebijakan pelak- tera ulang meter kWh
sanaan tera ulang meter kWh Setelah dilaksanakan
kurang mendukung di Balai program tera ulang meter
Metrologi Wilayah Surakarta. kWh di Balai Metrologi
Jawaban responden Wilayah Surakarta, terlihat
terhadap variabel lingkungan beberapa fenomena yang
adalah 5 orang (3,8%) men- muncul antara lain :
13
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

Fenomena hukum, yaitu warga yang kurang senang


adanya kepastian hukum terhadap pelaksanaan tera
karena adanya jaminan kebe- ulang meter kWh, dimana
naran meter kWh yang mereka merasa rugi akibat
dipakai pelanggan pemakai adanya tera ulang meter kWh
jawa listrik, sehingga pelang- karena mereka selama ini
gan merasa terlindungi ter- telah memakai meter kWh
hadap apa yang mereka dengan cara tidak benar. Dan
pergunakan setiap bulannya akhirnya ini sering timbul
dalam pemakaian tenaga perlawanan dari mereka
listrik dan tidak ada yang terhadap petugas rekondisi
merasa dirugikan lagi. meter kWh yang datang pada
Fenomena ekonomi, adalah saat mengambil meter kWh
dengan adanya program dirumah pelanggan. Sikap
pelaksanaan tera ulang yang mereka ini perlu menda-
membuka peluang kepada patkan perhatian dengan me-
pihak swasta untuk ikut lakukan pendekatan secara
berperan dalam pengujian persuasif, karena kalau tidak
meter kWh, maka akan mereka dapat mempengaruhi
membuka peluang usaha pemakai meter kWh lainnya.
bagi sektor swasta terutama Fenomena lingkungan, ada-
dalam pengadaan barang lah dengan adanya program
dan jasa meter kWh, pelaksanaan tera ulang
terutama sektor usaha kecil meter kWh, akan mem-
dan menengah. Karena berikan dampak lingkungan
mereka akan mendapatkan dengan berdirinya perusa-
pekerjaan pengujian meter haan rekondisi meter kWh di
kWh, pengadaan suku suatu tempat. Karena ada
cadang meter kWh dan lain- limbah cair berbau yang
lainnya. dihasilkan serta kebisingan
Fenomena sosial, adalah pada saat mereka melakukan
dengan program pelak- pekerjaan lembur dan ini
sanaan tera ulang meter kWh akan mengganggu ling-
akan mengakibatkan dampak kungan sekitarnya.
sosial yaitu dapat mengu- Fenomena politik, adalah
rangi pengangguran dan dengan adanya program
perasaan dari sebagian pelaksanaan tera ulang
14
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

meter kWh akan memberikan cadang yang rusak atau aus,


dampak secara politik (3) Setelah selesai dilakukan
kepada PT. PLN, karena rekondisi dan rekalibrasi
mereka merasa terbantu memenuhi syarat teknis,
dalam menghadapi komplain maka (4) Rekanan rekondisi
yang diajukan masyarakat mengajukan tera ulang meter
dalam pemakaian meter kWh kepada Balai Metrologi
listrik. Mereka akan mem- Surakarta setelah dilakukan
bantu, karena Balai Metrologi rekondisi dan rekalibrasi
Surakarta akan bertindak terhadap meter tersebut, (5)
sebagai penengah dalam Petugas Balai Metrologi
penyelesaian klaim yang datang ketempat labora-
diajukan pelanggan kepada torium pengujian milik reka-
PT. PLN, akan lain halnya nan rekondisi untuk mela-
kalau meter kWh yang belum kukan pengujian terhadap
dilakukan pengujian, PT. PLN meter kWh yang diajukan, (6)
akan menghadapi sendiri Petugas Balai Metrologi
dalam penyelesaian klaim melakukan pengujian ter-
tersebut. hadap meter kWh, dan
3. Pelaksanaan tera ulang apabila memenuhi syarat
meter kWh teknis akan diberi segel sah
Pelaksanaan tera dan apabila tidak memenuhi
ulang meter kWh di Balai syarat teknis, maka tersebut
Metrologi Surakarta dilaku- supaya dilakukan rekondisi
kan dengan tahapan-tahapan kembali sampai memenuhi
sebagai berikut : (1) Rekanan syarat teknis pada saat
Rekondisi meter kWh dengan pengujian berikutnya, (7)
modal sebesar 10% sebagai Setelah disahkan maka
pengganti meter kWh yang di dibuat berita acara pengujian
ambil dirumah pelanggan, antara rekanan rekondisi
mengambil meter kWh di dengan petugas Balai
rumah pelanggan untuk Metrologi sebagai pertang-
dilakukan rekondisi, (2) gungjawaban pekerjaan dan
Selanjutnya rekanan rekon- keuangan, (8) setelah selesai
disi melakukan rekondisi dilakukan pengesahan oleh
terhadap meter kWh tersebut Balai Metrologi Surakarta,
dengan mengganti suku maka petugas PT. PLN akan
15
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

melakukan uji sampling korelasi sebesar 0,192 dan


terhadap 10% meter kWh signifikan sebesar 0,022.
yang telah disahkan, (9) Hasil analisis korelasi
setelah dilakukan uji antara sumberdaya dengan
sampling oleh PT. PLN dan implementasi pelaksanaan tera
memenuhi syarat maka ulang meter kWh sebanyak 47
dibuat berita acara antara orang (61,0%) menjawab
petugas PT. PLN dan sumberdaya kurang mendukung
rekanan rekondisi meter kWh dalam implementasi pelak-
sebagai pertanggungjawaban sanaan tera ulang meter kWh,
pekerjaan dan pencairan sehingga mengakibatkan pelak-
dana, (10) setelah selesai sanaan tera ulang meter kWh di
meter kWh dikembalikan ke Balai Metrologi Wilayah
rumah pelanggan meter kWh, Surakarta kurang berjalan
dan kegiatan selanjutnya lancar. Dan tingkat korelasi an-
sama dengan di atas sampai tara sumberdaya dan imple-
meter kWh yang menjadi mentasi pelaksanaan tera ulang
tanggungjawab pekerjaannya meter kWh adalah positif dalam
selesai. taraf lemah dan signifikan
Hasil analisis korelasi dengan nilai korelasi sebesar
antara isi kebijakan dengan 0,164 dan signifiksi sebesar
implementasi pelaksanaan tera 0,042.
ulang meter kWh sebanyak 64 Hasil analisis korelasi
orang (60,4%) menjawab isi antara komunikasi dengan
kebijakan kurang mengakomodir implementasi pelaksanaan tera
permasalahan yang ada di ulang meter kWh sebanyak 47
masyarakat dan kondisi saat ini, orang (61,0%) menjawab kurang
sehingga mengakibatkan pelak- mendukung dalam implementasi
sanaan tera ulang meter kWh di pelaksanaan tera ulang meter
Balai Metrologi Surakarta ber- kWh, sehingga mengakibatkan
jalan kurang lancar. Dan tingkat pelaksanaan tera ulang meter
korelasi antara isi kebijakan kWh di Balai Metrologi Wilayah
dengan implementasi pelak- Surakarta kurang berjalan
sanaan tera ulang meter kWh lancar. Dan tingkat korelasi
adalah positif dalam taraf lemah antara komunikasi dan imple-
dan signifikan dengan nilai mentasi pelaksanaan tera ulang
meter kWh adalah positif dalam
16
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

taraf lemah dan kurang Dengan demikian hasil


signifikan dengan nilai korelasi penelitian dimana faktor-faktor isi
sebesar 0,003 dan signifikasi kebijakan yang kurang meng-
sebesar 0,968. akomodir permasalahan yang
Hasil analisis korelasi ada di masyarakat dan kondisi
antara lingkungan dengan saat ini, sumberdaya, komuni-
implementasi pelaksanaan tera kasi dan lingkungan yang kurang
ulang meter kWh sebanyak 31 mendukung mengakibatkan
orang (59,6%) menjawab kurang pelaksanaan tera ulang meter
mendukung implementasi pelak- kWh berjalan kurang lancar. Dan
sanaan tera ulang meter kWh, akhirnya jumlah meter kWh yang
sehingga mengakibatkan imple- belum ditera ulang masih banyak
mentasi pelaksanaan tera ulang serta yang akan mengakibatkan
meter kWh di Balai Metrologi perlindungan kepada pemakai
Wilayah Surakarta kurang ber- meter kWh terhadap kebenaran
jalan lancar. Dan tingkat korelasi pengukuran tidak tercapai. Untuk
antara lingkungan dan imple- itu perlu dilakukan perubahan-
mentasi pelaksanaan tera ulang perubahan terhadap hal-hal
meter kWh adalah positif dalam yang akan mengakibatkan
taraf lemah dan signifikan peningkatan pelaksanaan tera
dengan hasil korelasi sebesar ulang meter kWh di Balai
0,190 dan signifikasi sebesar Metrologi Wilayah Surakarta,
0,017. perubahan-perubahan tersebut
Hasil analisis korelasi antara lain yang krusial adalah
antara isi kebijakan, sumber- merubah kebijakan operasional
daya, komunikasi dan lingku- pelaksanaan tera ualng meter
ngan dengan implementasi kWh terutama terhadap meka-
pelaksanaan tera ulang meter nisme pelaksanaan dan dana
kWh adalah positif dalam taraf pelaksanaan tera ulang meter
lemah dan sangat signifikan kWh dialokasikan dari rekening
dengan nilai korelasi sebesar yang dibayar tiap bulan oleh
0,054 dan signifikasi sebesar pelanggan serta dukungan dari
0,000. Dan menghasilkan urutan PT. PLN dengan menempatkan
variabel dengan skor masing- kegiatan tersebut pada skala
masing yaitu lingkungan (3,30), prioritas.
sumberdaya (3,06), komunikasi
(2,72), dan isi kebijakan (2,65).
17
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

C. PENUTUP pelaksanaan tera ulang


1. Simpulan meter kWh yang sulit
a. Kebijakan pelaksanaan untuk ditembus dan
tera ulang meter kWh di memerlukan waktu lama.
Balai Metrologi Surakarta, c. Kurangnya dilibatkan lem-
dimana faktor-faktor isi baga masyarakat dalam
kebijakan yang kurang hal ini LP2K dan YLKI
mengakomodir permasa- dalam membantu meme-
lahan lingkungan yang cahkan permasalahan
kurang mendukung terha- yang ada dalam pelak-
dap implementasi pelak- sanaan tera ulang meter
sanaan tera ulang meter kWh di Balai Metrologi
kWh dan tingkat korelasi Wilayah Surakarta.
positif dalam taraf lemah d. Hasil korelasi yang positif
antara faktor isi kebijakan, dalam taraf lemah untuk
sumberdaya, komunikasi variabel isi kebijakan,
dan lingkungan terhadap sumberdaya, komunikasi
implementasi pelaksana- dan lingkungan disebab-
an tera ulang meter kWh kan antara lain oleh
baik secara sendiri-sendiri penentuan indikator-indi-
maupun secara bersama- kator permasalahan yang
sama, maka mengakibat- kurang tajam, pertanyaan-
kan implementasi pelak- pertanyaan yang kurang
sanaan tera ulang meter jelas kepada responden
kWh di Balai Metrologi sehingga mengakibatkan
Surakarta kurang berjalan persepsi yang berbeda
lancar. para responden dengan
b. Faktor lain yang dijumpai apa yang dikehendaki
dalam penelitian yang oleh penulis.
merupakan penyebab e. Biaya yang dialokasikan
ketidakberhasilan pelak- oleh PT. PLN untuk
sanaan tera ulang meter kegiatan tera ulang
kWh adalah karakteristik berasal dari dana ang-
organisasi PT. PLN garan PT. PLN dan bukan
karena adanya jalur biro- berasal dari komponen
krasi yang harus dilalui biaya pada rekening listrik
dalam pengurusan
18
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

yang ditarik dari kon- kegiatan lain yang


sumen setiap bulannya. dianggap lebih penting.
f. Kurang efisiennya pelak- 2. Saran
sanaan tera ulang meter a. Pelaksanaan tera ulang
kWh di Balai Metrologi meter kWh di Balai
Wilayah Surakarta, kare- Metrologi Wilayah Sura-
na PT. PLN APJ karta supaya langsung
Surakarta melibatkan ditangani oleh PT. PLN
pihak swasta dalam hal ini dan Balai Metrologi tanpa
rekanan rekondisi meter harus melalui rekanan
kWh untuk melakukan rekondisi meter kWh, agar
pengujian meter kWh, lebih efisien dan efektif.
sehingga akan menim- b. Pelaksanaan tera ulang
bulkan biaya tinggi dan meter kWh di Balai
waktu yang lama apabila Metrologi Wilayah Sura-
dibandingkan ditangani karta agar berjalan lebih
langsung oleh PT. PLN optimal, supaya dalam
dan Balai Metrologi menentukan isi kebijakan
Wilayah Surakarta. lebih mengakomodasi
g. PT. PLN APJ Surakarta permasalahan perma-
tidak menempatkan im- salahan yang ada di
plementasi pelaksanaan masyarakat dan kondisi
tera ulang meter kWh saat ini, sumberdaya juga
pada kegiatan skala harus mendukung dengan
prioritas, sehingga meng- cara PT. PLN menye-
akibatkan pelaksanaan diakan dana harus cukup
tera jauh dari target yang dan tepat waktu serta
ditentukan dan pelak- SDM yang memadai,
sanaan selalu mengalami komunikasi juga harus
keterlambatan serta bah- mendukung dengan cara
kan pernah pada tahun selalu mengadakan so-
2005 tidak ada kegiatan sialisasi, pengawasan
tera ulang di PT. PLN APJ serta sarana dan pra-
Surakarta, karena dana- sarana komunikasi, serta
nya dialihkan untuk suasana lingkungan yang
kegiatan pembelian meter mendukung dengan cara
kWh baru atau untuk agar PT. PLN menem-
19
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

patkan kegiatan tera meter kWh dan akhirnya


ulang meter kWh pada semua meter kWh
skala prioritas dan adanya dialokasikan dari rekening
dukungan dari masya- yang ditagihkan setiap
rakat serta SDM yang ada bulannya. Dengan perhi-
di instansi implementer. tungan biaya tera ulang
c. Agar dilakukan analisis yang diborongkan kepada
terhadap faktor karak- rekanan rekondisi sebe-
teristik organisasi PT. sar Rp. 60.000,00 per 10
PLN yang dapat mem- tahun, maka setiap
pengaruhi keberhasilan bulannya pemakai meter
pelaksanaan tera ulang listrik akan ditarik biaya
meter kWh di Balai tambahan untuk tera
Metrologi Surakarta, de- ulang meter kWh sebesar
ngan cara penelitian yang : Rp. 60.000,00 : 120
lebih mendalam di ling- bulan = Rp. 500,00.
kungan PT. PLN baik e. Agar Balai Metrologi
ditingkat pusat dan Wilayah Surakarta lebih
daerah. intensif dalam menangani
d. Agar PT. PLN di masa permasalahan tera ulang
yang akan datang untuk meter kWh, terutama
memasukkan komponen sekali dalam usaha untuk
biaya pelaksanaan tera melakukan pendekatan
ulang meter kWh di dalam kepada PT. PLN baik
rekening listrik yang ditingkat Area Pelayanan
ditagihkan setiap bulan- dan Jaringan (APJ) PT.
nya kepada pemakai PLN, Distribusi Jateng
meter kWh di rumah- dan DIY maupun ditingkat
rumah maupun perusa- pusat.
haan, sehingga nantinya f. Agar Balai Metrologi
dalam kurun waktu 10 Wilayah Surakarta lebih
tahun sesuai dengan intensif melakukan koor-
jangka berlakunya tanda dinasi dengan Direktorat
tera sah meter kWh Metrologi Bandung, dalam
diharapkan dapat dipergu- usaha untuk mengusulkan
nakan sebagai biaya perubahan ketentuan
pelaksanaan tera ulang operasional pelaksanaan
20
Implementasi UU No. 2 Tahun 1981 (Taufik Hidayat, Y. Warella, Susi Sulandari)

tera ulang meter kWh kai meter kWh baik


yang sudah tidak sesuai secara preventif maupun
dengan kondisi saat ini, represif, karena dalam
dimana kerjasama de- penelitian ini dijumpai
ngan PT. PLN yang bahwa Balai Metrologi
sudah berusia 16 tahun Wilayah Surakarta tidak
tersebut perlu dilakukan pernah melakukan penga-
perubahan terutama wasan terhadap meter
sekali tentang mekanis- kWh.
me, prosedur dan biaya j. Agar Balai Metrologi Wila-
tera yang memang sudah yah Surakarta lebih
memerlukan perubahan. intensif melakukan sosiali-
g. Agar lembaga swadaya sasi kepada masyarakat
masyarakat seperti LP2K tentang pelaksanaan tera
YLKI sering diikutkan ulang meter kWh dan
dalam pembahasan kebi- selalu melakukan komu-
jakan dan kegiatan peng- nikasi dengan instansi
awasan lainnya yang terkait serta melakukan
berkenaan dengan pelak- penambahan terhadap
sanaan tera ulang meter kebutuhan SDM non
kWh di Balai Metrologi SDM, guna menunjang
Surakarta. pelaksanaan tera ulang
h. Agar Balai Metrologi meter kWh di Balai
Wilayah Surakarta mela- Metrologi Wilayah
kukan pembinaan secara Surakarta.
intensif kepada rekanan
rekondisi meter kWh
dalam usaha mereka DAFTAR PUSTAKA
untuk bekerja sesuai
dengan ketentuan yang Black, James A. 1999. Metode
dan Masalah Penelitian Sosial
berlaku.
(Terjemahan). E Koswara etal.
i. Agar Balai Metrologi Bandung : Refika Adita.
Wilayah Surakarta lebih
intensif melakukan penga- Burhan, Bungin. 2005.
wasan terhadap pema- Metodologi Penelitian Kuantitatif,
kaian meter kWh di Komunikasi, Ekonomi, dan
tempat pelanggan pema- Kebijakan Publik serta Ilmu

21
JIAKP, Vol. 4, No. 1, Januari 2007 : 1-22

Sosial Lainnya. Jakarta : Santoso, Singgih. 2004. Buku


Penerbit Prenada Media. Latihan SPSS Statistik Non
Parametik. Jakarta : Penerbit
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. PT. Elex Media Komputindo.
2003. Kebijakan Publik
Formulasi, Implementasi dan Suryabrata, Sumadi. 2003.
Evaluasi. Jakarta : PT. Elex Metodologi Penelitian. Jakarta :
Media Komputindo. PT. Raja Grafinda.

N.Dunn, William. 2001. Analisis Tangklisan, Hessel Nogi S.


Kebijaksanaan Publik, Kerangka 2003. Kebijakan Publik yang
Analisis dan Prosedur Membumi, Konsep, Strategi, dan
Perumusan Masalah. Kasus. Yogyakarta : Lukman
Yogyakarta : PT. Hanindita Effset.
Graha Widya.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan
Robbins, Stephen, P. 1996. Proses Kebijakan Publik,
Perilaku Organisasi Jilid I dan II. Yogyakarta : Penerbit Media
Penerbit Jakarta. Pressindo.

Santoso, Purbayu Budi, et al. Buku Petunjuk Pembuatan Tesis


2003. Statistik, Teori dan Prodi MAP Universitas
Aplikasi dengan Program Ms. Diponegoro
Excel dan SPSS Versi 11.
Semarang : Badan Penerbit Pemerintah Provinsi Jawa
UNDIP. Tengah, Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal, Semarang .

22

Vous aimerez peut-être aussi