Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
a. Angina pectoris stabil yang tidak membaik dengan pengobatan medis optimal dengan bukti
iskemia secara obyektif (stress testing yang abnormal atau perubahan ECG yang disertai nyeri)
dan lesi koroner pada pembuluh darah yang menyuplai daerah myocardium yang luas
b. Angina Tidak Stabil
c. Infark Miokard Akut
d. Angina Pektoris Setelah pembedahan CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
e. Restenosis simtomatis setelah prosedur PCI
a. Anatomi koroner yang tidak layak untuk dilakukan PCI (lesi koroner yang kompleks, berat, dan
multipel)
b. Anatomi koroner yang berisiko tinggi menimbulkan kematian bila dilakukan penutupan pada
pembuluh darah tersebut
c. Ketidakmampuan dalam menggunakan agen antiplatelet
a. Bleeding diasthesis (Hitung trombosit yang rendah, penyakit ulkus peptikum, koagulopati dan
lain lain)
b. Restenosis PCI multipel
c. Kepatuhan pasien terhadap prosedur dan instruksi post PCI yang tidak baik dan
ketidakmampuan menggunakan terapi dual antiplatelet (asam asetilsalisilat dan clopidogrel)
Komplikasi PCI
a. Kematian (0,1%)
b. Infark Miokard (1-3%)
c. CABG darurat (0,5 – 2%)
d. Restenosis (5-10% pada drug eluting stent, 10-20% pada bare metal stent)
e. Komplikasi pada kateterisasi jantung tentu juga dapat terjadi pada PCI seperti perdarahan pada
akses kateterisasi, reaksi terhadap kontras, kejadian serebrovascular, infark myokard dan
kerusakan vaskuler (seperti pseudoaneurisma pada arteri femoral dan oklusi arteri radialis).
Sumber:
Morton J.K, Lim, MJ and Sorajja, P. The Interventional Cardiac Catheterization Handbook. 4 th Edition.
Elsevier
Indikasi melakukan CABG atau PCI pada SCAD (ESC SCAD 2013):
Direkomendasikan pada pasien dengan salah satu kriteria resiko sangat tinggi:
a. Meningkat dan menurunnya kadar troponin jantung sesuai dengan arah infark myocard
b. Perubahan gelombang ST dan T yang dinamis (simptomatis atau silent)
c. GRACE score > 140
a. Diabetes mellitus
b. Insufisiensi renal (eGFR <60mL/min/1.73 m2
c. LVEF <40% atau penyakit jantung kongestif
d. Angina yang segera terjadi post infark
e. PCI yang baru dilakukan
f. Riwayat CABG sebelumnya
g. GRACE risk score >109 dan <140
h. Atau gejala yang berulang dan riwayat iskemik pada tes non invasive
a. Terapi reperfusi direkomendasikan pada semua pasien dengan gelaja ischemia ≤ 12 jam setelah
onset dengan gambaran EKG elevasi gelombang ST yang persisten
b. Primary PCI lebih direkomendasikan disbanding fibrinolysis
c. Jika primary PCI tidak bisa dilakukan, terapi fibrinolitik direkomendasikan dalam waktu 12 jam
setelah onset tanpa adanya kontraaindikasi
d. Angiography awal (dalam 24 jam) direkomendasikan jika gejala telah benar-benar hilang dan
elevasi ST sudah hilang sempurna secara spontan atau setelah pemberian nitroglycerin
e. Pasien dengan onset gejala > 12 jam, primary PCI diindikasikan bila terdapat gejala yang masih
berlangsung yang mengarah iskemi, hemodinamik tidak stabil, atau aritmia yang mengancam
nyawa
Absolute
a. Perdarahan intracranial atau stroke pada lokasi yang tidak diketahui kapan pun sebelumnya
b. Stroke iskemia pada 6 bulan sebelumnya
c. Kerusakan CNS atau neoplasma atau malformasi
d. Trauma/pembedahan/trauma kepala mayor dalam bulan yang bersamaan
e. Perdarahana gastrointestinal pada bulan sebelumnya
f. Gangguan perdarahan yang diketahui (excluding menstruasi)
g. Diseksi aorta
h. Punksi yang tidak dapat terkompresi ddalam 24 jam terakhi (missal biopsy liver dan punksi
lumbar)
Relative
Resiko Katerisasi Jantung dan Coronary Angiography (Scanlon PJ, ACC/AHA 1999)
Komplikasi Risiko (%)
Kematian 0.11
Infark Myokard 0.05
Kejadian Serebrovaskular 0.07
Aritmia 0.38
Komplikasi Vaskular 0.43
Reaksi Kontras 0.37
Komplikasi hemodinamik 0.26
Perforasi ruang jantung 0.03
Komplikasi lain 0.28
Total komplikasi mayor 1.70