Vous êtes sur la page 1sur 9

ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

3.1 Sejarah

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang


Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens.
Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin
sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari spesies Streptomyces lain.
P protection for its fermentation and production was also first issued in
1950.Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur
kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten
perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada
tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration with
Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .
Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon
cincin ("-cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang
memiliki kerangka octahydrotetracene-2-karboksamida.

Pengertian dan Kegunaan Antibiotika


Tetrasiklin
tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur
Streptomyces Aureofaciens. Antibiotika ini merupakan derivate dari senyawa
hidronaftalen dan berwarna kuning. Dalam kedokteran hewan golongan
tetracycline yang sering digunakan adalah khlortetrasiklin, oksitetrasiklin dan
tetrasiklin.

Sifat kimiawi tetrasiklin

Tetrasiklin mudah membentuk garam dengan ion NA+ maupun Cl- . Obat ini
dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini
berada dalam larutan air. Untuk sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam
larutan yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut
propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45O C.
Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.

Mekanisme kerja tetrasiklin


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S hingga
mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga
berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus
sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu
yang menerimanya.

Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin


1. Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin
sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah
suatu senyawa yang bersifat amfoter sehingga dapat membentuk garam baik
dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh adanya radikal
dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat
asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya.
Tetrasiklin apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka
akan membentuk kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum
bersama dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila
antibiotika ini berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu
ditambahkan buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi
mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1
tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat
kestabilan tetrasiklin akan menurun.

2. Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
 Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan
oleh kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran
pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman
dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang
terkena), dan panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih
kucing menurun dengan drastis).
 Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit
pada hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai
spectrum luas. Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk
mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia, mastitis, enteritis,
leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis, penyakit jembrana dan
antraks.
 Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan
lain-lain. Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam
pakan.
 Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD,
sinusitis, infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan
kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.
 Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya
sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk
mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk
mengatasi pink eye.

3. Mekanisme Kerja Tetrasiklin


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein.
Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-
RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya
amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe
dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada
umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif;
pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan
menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
a. Efek Antimikroba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat
terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi
obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
b. Farmakokinetik
 Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di
lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat
penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat
tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan
suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan
magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin
diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
 Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam
jumlah yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan
tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak
tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan
tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang
serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi.
Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya
penetrasinya ke jaringan lebih baik.
 Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin
diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam
empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat
ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila
terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.

3.6 Efek samping Tetrasiklin

Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:


1. Perusakan warna pada gigi
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan
membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur
pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara irreversible, kemudian
berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun enamel. Juga,
mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan kristal
hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa
orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan menyebabkan
perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit
untuk berubah warna daripada enamel jika melalui plasenta.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi.
Faktor-faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis
yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa pembentukan gigi.
Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin
adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun
gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang
mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin secara
irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam struktur
gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan enamel
sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.

2. Merapuhkan gigi dan melubangi gigi


Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak
terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi
sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi mudah
berlubang.

3. Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya
seperti mual, muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping
yang jarang terjadi termasuk : kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah,
fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom steven-
johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan tekanan dalam
kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

Struktur Molekul Tetrasiklin

Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka


dasar karbon dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu
disebut juga kerangka hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok
tetrasiklin tercantum pada gambar berikut.

Struktur kimia golongan tetrasiklin


R1 R2 R3 R4 Nama senyawa
H H H H 6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
H OH H H 6-dimetiltetrasiklin
H OH CH3 H Tetrasiklin (akromisin)
Cl OH H H 7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
H OH CH3 OH 5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
Cl OH CH3 H 7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin
merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl
tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil
sehingga cepat berkurang potensinya.
Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk
tetrasiklin alam ialah tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan
klortetrasiklin atau auromisin. Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-
dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh turunan mikroba yang semula
berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir ini sangat sukar
diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan
secara oral.
Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas,
terlihat bahwa perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin
masing-masing terletak pada adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus
hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka hidronaftasen.

Daftar pustaka

1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992,
Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and
Practice Of Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996.
Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical
Diagnosis and Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation
cephalosporin. Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against
Nosocomial Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics
and Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85

Vous aimerez peut-être aussi