Vous êtes sur la page 1sur 1

Dalam Islam ada empat mazhab besar pemahaman hukum (fikih).

Keempatnya memiliki
pemahaman pemahaman berbeda menyangkut boleh atau tidaknya aborsi berkaitan dengan umur janin
dalam rahim perempuan. Maazhab Hanafi membolehkan aborsi sampai habisnya bulan keempat.
Mazhab ini member hak kepada kaum wanita untuk melakukan abosrsi, meski tanpa izin suami dengan
syarat adanya kejelasan dan argumentasi yang mendukung. Mayoritas ahli fikih Mazhab Maliki secara
mutlak melarang tindakan aborsi, meski sebagian kecil membolehkan aborsi dengan catatan umur janin
masih di bawah 40 hari. Sementara , mazhab Syafi’i dan Hanbali membolehkan tindakan aborsi.
Perbedaan pendapat para ahli fikih dalam dua mazhab ini menyangkut batasan usia janin. Sebagian
membatasi pada usia 40 hari, sebagian 80 hari, sementara yang lannya 120 hari. Batasan 40 hari menjadi
perbincangan penting karena menyangkut keyakinan bahwa Allah menciptakan roh atau nyawa ke
dalam diri janin. Ketika roh atau nyawa tela ada dalam diri janin, ia menjadi manusia yang lengkap, dan
harus dihormati sesuai dengan ketentuan Allah yang telah diajarkan-Nya, bagaimana pun keadaan
manusia itu.

Pada kasus Thalassemia, pihak medis atau kedokteran harus memastikan diagnosisnya, harapan
pengobatan, serta apakah obat atau terapi bagi kesembuhan penderita tersebut. Sepanjang upaya
tersebut belum ada solusinya, sedangkan kondisi gawat darurat sudah pasti menghadang kelahiran bayi
yang membawa penyakit tersebut, berlakulah kaidah Ushul al-Fiqh : “al-dlarurat-u tubihul mahd-zurat”
(keadaan darurat membolehkan hal-hal terlarang) dan idza ta’radlat-ul mafsadata-I ru’iya
a’dzamuhuma dla-rarannbi’rtikab-I akhaffihima” (jika dua keburukan menghadang, harus dihindari yang
lebih berat bahayanya dengan menempuh yang lebih ringan)

Selain itu juga telah dijelaskan “dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu lakukan” (QS. Al-An’am : 119)

Sementara M. Quraish Shihab mengurai panjang pandangannya tentang tradisi pembunuhan


anak sebagaimana diceritakan Al-Quran. Pembunuhan merupakan dosaa, kejahatan besar, serta
tindakan terkutuk. Tindakan itu oleh Al-Quran disamakan dengan peristiwa-peristiwa besar tanda
berakhirnya kehidupan di dunia seperti kehancuran matahari, hancurnya gunung-gunung dan
memansanya air laut

Saat itu, Al-Quran mempertanyakan “Karena dosa apakah dia (anak perempuan) dibunuh
(dikuburkan hidup-hidup)?’ (QS. Al- Takwir [8] : 9)

Selain itu juga telah dijelaskan “dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu lakukan” (QS. Al-An’am : 119)

Monib. M, Bahrawi. I. 2011. Islam & Hak Asasi Manusia dalam Pandangan NURCHOLISH
MADJID. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Vous aimerez peut-être aussi