Vous êtes sur la page 1sur 9

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 39- 47 ISSN 0216-1877

BEBERAPA CATATAN TENTANG ASPEK BIOLOGI


DAN PERIKANAN ABALON
Oleh

Marisa Jusie Octaviany1)

ABSTRACT

NOTES OF BIOLOGICAL ASPECTS AND FISHERIES OF ABALONE.


Abalone of genus Haliotis (Haliotidae) is a species group of shellfish (Mollusca)
and belongs to the class of Gastropoda. According to its morphology, abalone
shells are rounded or oval shaped with a large apex towards one end. The shell
has a row of respiratory pores. The muscular foot has strong suction power
permitting the abalone to clamp tightly on rocky surfaces. Abalone reaches sexual
maturity in a small size, high fertility and increases exponentially with size. Male
and female are separated individuals and it has external fertilization. Recently,
the world abalone production of farmed fisheries has been dominated by China
and Taiwan. While Australia was still the largest producer of abalone from
capture fisheries. All part of abalone s body can be utilized. The entire flesh of the
abalone is edible; while the shell could be used to make mother-of-pearl inlays
on furniture, sold to shell collectors, sold as souvenirs, and used in making
jewelry.

PENDAHULUAN karena terdapat sekitar 90.000 jenis yang


hidup di perairan laut, perairan tawar dan
Berbagai jenis hewan invertebrata daratan. Gastropoda dalam sistematikanya
hidup dan berkembang biak di perairan, hampir dibagi menjadi 3 sub kelas, yaitu :
di seluruh wilayah perairan di dunia. Salah Prosobranchia, Opisthobranchia, dan
satu kelompok invertebrata yang paling banyak Pulmonada (WILSON & GILLET, 1971).
jumlah dan jenisnya adalah moluska. Moluska Abalon termasuk dalam sub kelas
dapat ditemukan di perairan laut, perairan Prosobranchia, hidup di perairan laut dan
tawar dan daratan. Saat ini diperkirakan jumlah berkerabat dekat dengan tiram dan remis.
jenis moluska berkisar antara 80.000 hingga Abalon hanya memiliki satu keping cangkang
lebih dari 100.000 jenis. Seperti filum lainnya, (univalve) dan memiliki kaki otot yang besar
moluska dibagi menjadi beberapa kelas. yang digunakan untuk menempelkan diri di
Gastropoda adalah kelas moluska yang terbesar batu karang dan substrat sejenisnya
(ANONYMOUS, 2003).

1)
UPT Loka Konservasi Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Bitung

39

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Salah satu keistimewaan dari ciri fisik MORFOLOGI ABALON


abalon adalah warna cangkang bagian
dalamnya yang beragam. Warna yang beragam Suku Haliotidae memiliki beberapa ciri
ini dihasilkan oleh nacre (ANONYMOUS, yaitu cangkangnya berbentuk bulat sampai oval,
2007a). Beberapa jenis abalon merupakan memiliki 2-3 buah puntiran (whorl), memiliki
komoditi ekonomis. Permintaan dunia akan cangkang yang berbentuk seperti telinga
abalon meningkat sejalan dengan (auriform), biasa disebut ear shell. Puntiran
meningkatnya kebutuhan akan variasi sumber yang terakhir dan terbesar (body whorl) memiliki
protein serta perkembangan industri perhiasan rangkaian lubang yang berjumlah sekitar 4-7
dan akuarium (LITAAY, 2005). buah tergantung jenis dan terletak di dekat sisi
Di Indonesia, abalon dikenal dengan anterior. SETYONO (2004a) mengungkapkan
nama siput mata tujuh atau siput lapar
bahwa abalon memiliki cangkang yang
kenyang. Nama lokal abalon lainnya adalah
berbentuk seperti telinga, sehingga masyarakat
ormer dalam bahasa Guernsey, perlemoen
di Maluku biota abalon biasa disebut sebagai
(Afrika Selatan), abalone (Australia dan
"bia telinga". Pada bagian kiri cangkang terdapat
Amerika Serikat), aulone (Meksiko), dan paua
(Selandia Baru) (ANONYMOUS, 2007a dan rangkaian lubang pernafasan. Pada umumnya,
HUTCHINS, 2007). terdapat tujuh buah lubang yang dapat terlihat,
namun hanya 4-5 buah lubang yang tidak
tertutup. Tujuh buah lubang inilah yang
KLASIFIKASI ABALON dijadikan alasan bagu masyarakat di wilayah
Indonesia Timur menyebut abalon sebagai
Abalon, Haliotis termasuk dalam "siput mata tujuh" di Wilayah Indonesia Timur
suku Haliotidae. Walaupun hanya ada satu (Gambar 1).
marga dalam suku Haliotidae, terdapat sekitar Abalon tidak memiliki operkulum.
4-7 buah submarga dan jumlah jenisnya Cangkang abalon cembung dan melekat kuat
berkisar antara 100-130 jenis (terkait dengan (dengan kaki ototnya/muscular foot) di
adanya hibridasi). BEVELANDER (1988) permukaan batu pada daerah sublitoral. Warna
menyatakan bahwa terdapat sekitar 100 jenis cangkang bervariasi antara jenis yang satu
yang tersebar di seluruh dunia.
dengan jenis yang lain. Salah satu keistimewaan
Adapun klasifikasi abalon adalah
dari ciri fisik abalon adalah warna cangkang
sebagai berikut (ANONYMOUS, 2007a):
bagian dalamnya yang beragam. Warna ini
dihasilkan oleh nacre (ANONYMOUS, 2007a).
Bagian dalam cangkang abalon
berwarna seperti pelangi, putih keperakan
sampai hijau kemerahan. Haliotis iris dapat
berwarna campuran merah muda dan merah
dengan warna utama biru tua, hijau, dan ungu.
Dilihat dari fisiknya, ukuran tubuh abalon
berbeda-beda tergantung dari jenisnya, mulai
dari 20 mm (seperti Haliotispulcherrima) sampai
200 mm atau lebih (seperti Haliotis rufescens).

40

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 1. Penampang cangkang bagian luar dan dalam abalon (HUTCHINS, 2007)

Loco (Concholepas concholepas,


DISTRIBUSI DAN HABITAT
Bruguiere 1789) adalah abalon yang
ABALON
bercangkang keras berwama hitam yang
merupakan jenis yang paling banyak diburu
Suku Haliotidae memiliki distribusi dan dikonsumsi di Chili. Abalon Pinto
yang luas dan meliputi perairan seluruh dunia, ditemukan di Kepulauan Aleutian, Alaska
yaitu sepanjang perairan pesisir setiap benua sampai daerah Point Conseption, California.
kecuali perairan pantai Atlantik di Amerika Abalon Pinto merupakan satu-satunya abalon
Selatan, Karibia, dan pantai timur Amerika yang ditemukan hidup di alam di British
Serikat. Abalon paling banyak ditemukan di Columbia (LEPORE, 1993).
perairan dengan suhu yang dingin, di belahan Abalon menyukai daerah bebatuan di
bumi bagian selatan yaitu di perairan pantai pesisir pantai (Gambar 2), terutama pada
Selandia Baru, Afrika Selatan dan Australia. daerah yang banyak ditemukan alga. Perairan
Sedangkan di belahan bumi utara adalah di dengan salinitas yang tinggi dan suhu yang
perairan pantai barat laut Amerika dan Jepang rendah juga merupakan syarat hidup abalon.
(ANONYMOUS, 2007a). Menurut SETYONO Abalon dewasa lebih memilih hidup di tempat-
(2004a), abalon paling banyak ditemukan di tempat dimana banyak ditemukan makroalga.
daerah beriklim empat musim, hanya sedikit Di daerah utara (Alaska sampai British
jenis yang dapat ditemukan di daerah tropis Columbia), abalon umumnya berada pada
(termasuk Indonesia) dan daerah Artik. kedalaman 0-5 m, tetapi di California abalon
berada pada kedalaman 10 m (LEPORE, 1993).

41

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 2. Sifat hidup abalon yang menempel pada substrat batu


(IMAMURA,2005)

MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN lingkungannya), sumber makanan selama fase


ABALON larva tersebut adalah kuning telur. Namun
demikian, partikel organik terlarut yang ada di
Abalon dewasa merupakan herbivora perairan sekitarnya merupakan tambahan
dan pada umumnya memakan makroalga, makanan pada fase ini (MANAHAN &
terutama alga merah, dengan menggunakan JAECKLE ,1992 dan SHILLING et al., 1996).
radula rhipidoglossate. Rhipidoglossate Ketersediaan makanan bagi H. discus
adalah jenis radula yang mempunyai ratusan hannai yang baru memasuki masa post larvae
gigi pada setiap barisnya dan biasanya dimiliki adalah penting, karena hal ini berkaitan dengan
oleh siput herbivora (DHARMA, 1988). Abalon kelangsungan hidupnya (TAKAMI et al.,
termasuk herbivora yang aktif memakan 2000). Laju pertumbuhan pada fase hidup awal
mikroalga dan makroalga pada malam hari H. discus hannai bergantung pada
(SETYONO, 2004a). Makanan utama abalon ketersediaan makanan dan kemampuan masing-
dewasa adalah potongan-potongan makroalga masing individu dalam memanfaatkan makanan
yang hanyut terbawa arus dan gelombang, yang tersedia (KAWAMURA & TAKAMI,
terutama kelompok alga merah. Juvenil abalon 1995; KAWAMURA et al., 1995; SEKI, 1997
memakan alga yang hidup di batu karang, dan TAKAMI et al., 1997a, b).
diatom, dan bakteri, sedangkan larva abalon Abalon Pinto (H. kamtschatkana)
memakan plankton (ANONYMOUS, 2007a dan biasanya memakan potongan makroalga coklat.
ANONYMOUS, 2007c). Namun kadang-kadang abalon Pinto juga
Pada saat masih larva, H. discuss memakan fitoplankton dan diatom bila tidak
hannai bersifat planktonik dan setelah ada bahan makanan lain. Saingan alami abalon
bermetamorfosis ke fase juvenil hidup sebagai dalam mencari makan dan ruang hidup adalah
benthos. Larva H. discuss hannai bersifat bulu babi. Persaingan tersebut biasanya
lecithotrophic (tidak mengambil makanan dari dimenangkan oleh bulu babi (ANONYMOUS,
1990).

42

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Telur dan larva abalon merupakan Abalon jantan dan betina dewasa mudah
mangsa bagi ikan penyaring plankton (filter dibedakan, karena testis menampakan warna
feeding fish) dan moluska, sedangkan krem sedangkan ovarium menampakan warna
pemangsa bagi abalon yang masih juvenil kehijau-hijauan saat gonad matang. Pembuahan
maupun yang telah dewasa adalah kepiting, terjadi di luar (fertilisasi eksternal). Garnet
lobster, gurita, bintang laut, ikan, anjing laut jantan dan betina dilepaskan ke suatu perairan,
dan gastropoda lain. Abalon yang ditemukan kemudian terjadi pembuahan (SETYONO,
di daerah perairan yang dihuni oleh anjing 2004a).
laut, pada umumnya berukuran lebih kecil, Telur yang sudah dibuahi menetas
sehingga cangkangnya lebih mudah untuk menjadi larva yang melayang, kemudian pada
diretakkan. Kaki otot abalon merupakan tahap selanjutnya akan memakan plankton
santapan lezat bagi hewan pemangsa abalon hingga mulai terbentuk cangkang. Ketika
(ANONYMOUS, 1990). cangkang sudah terbentuk, juvenil abalon
akan cenderung menuju ke dasar perairan dan
melekatkan diri pada batu dengan
REPRODUKSI ABALON
memanfaatkan kaki ototnya. Setelah
Abalon merupakan hewan yang menenggelamkan diri, abalon berubah menjadi
tergolong dioecious (jantan dan betina pemakan makroalga (TOM, 2007). Siklus hidup
terpisah) seperti moluska lainnya. Abalon abalon mulai dari terjadinya pemijahan hingga
memiliki satu gonad, baik jantan maupun abalon menjadi dewasa dan kembali memijah,
betina yang terletak di sisi kanan tubuhnya. disajikan pada Gambar 3.

43

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Reproduksi abalon diatur oleh hormon Serikat, Meksiko, Jepang, Korea, Australia,
neurosecretory (HAHN, 1992). Di daerah Selandia Baru, Perancis, Cili dan Afrika Selatan
yang beriklim empat musim dan subtropis, (HAHN, 1989 dan ANONYMOUS, 2007c).
abalon pada umumnya memiliki musim Penghasil terbesar abalon yang berasal dari
pemijahan yang jelas dan bervariasi perikanan tangkap adalah Australia (VIANA,
berdasarkan jenis dan suhu perairan 2002). Sedangkan produksi abalon dari
(SETYONO, 2004a). Abalon hitam (H. perikanan budidaya didominasi oleh Cina dan
cracherodii), hijau (H. fulgens) dan merah Taiwan (ANONYMOUS, 2007c).
muda (H. corrugate) memijah antara musim Ada empat jenis abalon di Australia
semi dan gugur, sedangkan abalon Pinto (H. yang ditangkap untuk tujuan komersial sejak
kamtschatkana) memijah selama musim panas. akhir tahun 1960, yaitu abalon bibir hijau (H.
Pada beberapa lokasi, abalon merah (H. laevigata), abalon bibir hitam (H. rubra),
rufescens) mampu memijah sepanjang tahun abalon bibir coklat (H. conicopora), dan
(TOM, 2007). abalon Roe (H. roei). Untuk menjaga stok
Proses pemijahan abalon, dipengaruhi abalon yang hidup di alam dari penangkapan
oleh faktor alam di luar tubuh abalon (eksogen) berlebih (over-fishing), pemerintah Australia
dan faktor di dalam tubuh abalon (endogen). mengatur jumlah dan ukuran abalon yang
Faktor alam yang mempengaruhi pemijahan boleh ditangkap. Di Australia Selatan, ukuran
antara lain adalah perubahan temperatur air minimum abalon di alam yang boleh ditangkap
laut, kontak dengan udara selama air laut adalah 130 mm (ANONYMOUS, 2003). Di
surut rendah, perubahan periode penyinaran perairan Indonesia, terdapat tujuh jenis abalon
(photoperiod), siklus bulan, garnet yang yang ditemukan, yaitu Haliotis asinina, H.
dilepaskan oleh individu lain dan kombinasi varia, H. squamosa, H. ovina, H. glabra, H.
dari faktor-faktor tersebut. Adapula faktor dari planata, dan H. crebisculpta (DHARMA,
dalam tubuh yang mempengaruhi pemijahan 1988).
yaitu prostaglandins (PGs) dan beberapa Daging abalon banyak dikonsumsi
amino yang dihasilkan oleh sel-sel saraf yang dan merupakan santapan yang lezat bagi
diduga sangat berperan penting pada proses masyarakat Amerika Latin (terutama Cili), Asia
pemijahan abalon (SETYONO, 2004b). Tenggara, dan Asia Timur (terutama Cina,
Abalon dapat mencapai matang Jepang dan Korea). Kaki abalon. termasuk
gonad, ketika masih berukuran kecil. bagian tubuh abalon yang dapat dimakan.
Fekunditas abalon tinggi dan meningkat secara Berat daging abalon berkisar antara 28-46%
eksponensial, seiring dengan pertambahan dari berat abalon hidup yang tergantung
ukuran. Sel telur dan sperma, dilepaskan ke keadaan musim dan lokasi (ANONYMOUS,
perairan melalui lubang pernafasan. Walaupun 2003).
abalon betina mampu menghasilkan jutaan Pada awal perkembangan usaha
telur pada satu waktu, laju mortalitas larva dan perikanan abalon di Amerika Serikat, abalon
juvenil abalon sangat tinggi (ANONYMOUS, hanya dikeringkan atau diasap untuk diekspor
2007b). dan dijual segar untuk pasar lokal. Saat ini,
hampir semua abalon diekspor ke Jepang, baik
PERIKANAN ABALON dalam bentuk segar maupun beku. Pusat
Usaha perikanan abalon baik dalam perdagangan abalon di Amerika Serikat adalah
bentuk perikanan tangkap maupun budidaya di California, untuk diolah menjadi sashimi
paling banyak dilakukan di Kanada, Amerika dan untuk dibuat steak (TOM, 2007).

44

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Seluruh daging abalon dapat dimakan. pengembangan akuakultur di Indonesia,


Masyarakat tradisional Amerika Serikat termasuk budidaya ikan, teripang, dan moluska
cenderung lebih suka mengkonsumsi bagian (SETYONO, 2004a).
otot abalon, sedangkan gonad abalon paling SETYONO (2003) dalam penelitiannya
disukai oleh masyarakat Jepang, bahkan ketika telah menemukan teknik reproduksi biologi
masih dalam bentuk mentah. Sisa potongan dan produksi benih untuk H. asinina yang
otot abalon dimanfatkan sebagai pelengkap hidup di daerah tropis. Akuakultur bagi abalon
dalam pembuatan daging burger dan steak, yang hidup di daerah tropis, memiliki prospek
namun saat ini, setelah harga daging abalon yang cerah dan H. asinina tumbuh lebih cepat
meningkat, potongan otot ini dijual dalam daripada abalon yang tumbuh di daerah beriklim
bentuk segar maupun beku ke restoran di Asia empat musim.
untuk dijadikan sup atau makanan pembuka Keuntungan mengembangkan
lainnya (TOM, 2007). budidaya abalon di Indonesia adalah luasnya
Beberapa manfaat juga dapat wilayah pesisir, melimpahnya alga yang
diperoleh dari keindahan warna pada bagian merupakan pakan alami bagi abalon,
dalam cangkang abalon. Cangkang abalon melimpahnya sumberdaya alam untuk
dapat dimanfaatkan sebagai bahan perhiasan diproduksi menjadi makanan buatan bagi
mutiara untuk menghias mebel. Selain itu, abalon (daging ikan, kedelai, jagung, minyak
cangkang abalon juga dapat dijual kepada ikan). Selain itu, upah tenaga kerja yang relatif
kolektor cangkang, dibuat sebagai suvenir tidak mahal, tenaga kerja terlatih dalam bidang
dan sebagai perhiasan (TOM, 2007). perikanan dan budidaya dan jaringan pasar
ekspor yang sudah terbangun (SETYONO,
PROSPER PERIKANAN ABALON DI 2004a).
INDONESIA Pengembangan usaha perikanan
abalon baik perikanan tangkap maupun
Permintaan pasar terhadap abalon
budidaya, diharapkan tidak hanya berorientasi
beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat,
untuk mencapai keuntungan. Pengembangan
sedangkan pada kenyataannya terjadi
tersebut harus juga memperhatikan
penurunan populasi abalon. Penurunan
ketersediaan stok alami di alam dengan menjaga
populasi abalon disebabkan oleh penangkapan
jumlah sediaan stok alaminya.
berlebih, penangkapan liar, predasi oleh
pemangsa abalon terutama anjing laut,
DAFTAR PUSTAKA
kompetisi dengan bulu babi dan biota lainnya.
Selain itu, abalon juga kehilangan habitat ANONYMOUS 1990. Abalone study : Haliotis
alami akibat pembangunan di daerah pesisir kamtschatkana. Marine Biology for
oleh manusia, serta terjadinya kematian alami Teachers. Bamfield Marine Station
karena berbagai alasan (ANONYMOUS, Publications.
2007c).
Oleh sebab itu, minat dunia terhadap ANONYMOUS 2003. Abalone Aquaculture
budidaya abalon semakin meningkat dan dalam in South Australia. Primary Industries
waktu dekat akan terjadi persaingan pasar and Resources SA. http://
abalon yang semakin ketat di seluruh dunia www.pir.sa.gov. au/factsheets. Tanggal
(VIANA, 2002). Peningkatan jumlah populasi akses 13 April 2007.
manusia dan jumlah permintaan masyarakat
terhadap seafood berdampak pada

45

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

ANONYMOUS 2007a. Abalone. Wikipedia. IMAMURA, K. 2005. Abalone : Wild Life


h Up ://en. wikipedia. o rg/wiki/A b alone. Notebook Series. Alaska Department of
Tanggal akses 11 April 2007. Fish and Game, www.adfg.state.ak.us.
Tanggal akses 16 April 2007.
ANONYMOUS 2007b. Northern Abalone.
Government of Canada. Fisheries and KAWAMURA, T. and H. TAKAMI 1995.
Ocean. Canada, http://www.dfo- Analysis of Feeding and Growth Rate
mpo.gc.ca/species-especes/species/ of Newly Metamorphosed Abalon
species northern Abalone _e. asp. Haliotis discus hannai Fed on Four
Tanggal akses 16 April 2007. Species of Benthic Diatom. Fisheries
Sci. 61: 357-358.
ANONYMOUS. 2007c. Facts About Abalone.
FISHTECH™ INC. California, http://
KAWAMURA, T; T. SAIDO; H. TAKAMI
www.fishtech.com/facts. Tanggal akses
and Y. YAMASHITA1995. Dietary Value
11 April 2007.
of Benthic Diatoms for the Growth of
BEVELANDER, G 1988. Abalon : Gross and Post-Larval Abalon Haliotis discus
fine structure. The Boxwood Press. hannai. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 194 :
Pacific Grove : 80 pp. 189-199.

DHARMA, B. 1988. Siput dan Kerang LEPORE, C. 1993. Feasibility of abalone culture
Indonesia I. PT. Sarana Graha, Jakarta. in British Columbia. Principles of
: lllh a l. Aquaculture. Bamfield Marine Station
Publications.
HAHN, K.O. 1989. Survey of Commercially
Important abalon species in the World. LITAAY, M. 2005. Peranan Nutrisi dalam
In: Handbook of Culture of Abalon Siklus Reproduksi Abalon. Oseana XXX
and Other Marine Gastropods (K.O (3): 1-7.
HAHN ed.). CRC Press, Inc. Boca
Raton, Florida : 3-12. MANAHAN, D.T. and W.B. JAECKLE. 1992.
Implications of dissolved organic matter
HAHN, K.O. 1992. Review of Endocrine in Seawater for the Energetics of Abalon
Regulation of Reproduction in Abalon, Larvae Haliotis Rufescens: A Review,
spp. In : Abalon of The World: Biology, In: "Abalon of the World: Biology,
Fisheries, and Culture. (S.A. Fisheries and Culture" (S.A.
SHEPPERD, M.J. TEGNER and S.A. SHEPPERD, M.J. TEGNER and S.A.
GUZMAN del PROO eds.). Blackwells, GUZMAN del PROO eds.). Blackwells,
Oxford: 49-58. Oxford: 95-106.
HUTCHINS, P. 2007. Culturing Abalone SETYONO, D.E.D. 2003. Reproductive Biology
Half-Pearls : The story of the New and Seed Production Techniques for
Zealand Eyris Blue Pearl™. Wide Bay Tropical Abalon (Haliotis asinina L) in
Valuation Services. Bundaberg. Eastern Indonesia. PhD thesis, Otago
www.australiangemmologist.com.au/ University, New Zealand : 274 pp.
abalone_pearls.pdf Tanggal akses 13
April 2007.

46

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

SETYONO, D.E.D. 2004a. Abalon (Haliotis TAKAMI, H.; T. KAWAMURA and Y.


asinina L): LA Prospective Species for YAMASHITA 1997b. Survival and
Aquaculture in Indonesia. Oseana XXIX Growth Rates of Post-Larval Abalon
(2): 25-30. Haliotis discus hannai Fed Conspecific
Trail Mucus and/or Benthic Diatom
SETYONO, D.E.D. 2004b. Abalon (Haliotis Cocconeis scutellum Var. parva.
asinina L): 3. Induction of Spawning. Aquaculture 152 : 129-138.
Oseana XXIX(3): 17-23.
TAKAMI, H.; T. KAWAMURA and Y.
SEKI, T. 1997. Biological Studies on the Seed YAMASHITA 2000. Starvation
Production of the Northern Japanese Tolerance of Newly Metamorphosed
Abalon, Haliotis discus hannai Ino. Abalon Haliotis discus hannai.
Bull. Tohoku Natl Fish. Res. Inst. 59 : Fisheries Sci. 66: 1180-1182.
1-71.
TOM, P.D. 2007. Abalone. Seafood Network
SHILLING, F.M.; O. HOEGH-GULDBERG and Information Center. http://
D.T. MANAHAN 1996. Sources of seafood.ucdavis.edu/. Tanggal akses
Energy for Increased Metabolic Demand 11 April 2007.
During Metamorphosis of the Abalon
Haliotis rufescens (Mollusca). Biol. VIANA, M.T. 2002. Abalon Aquaculture: An
Bull 191:402-412. Overview. World Aquaculture 33 : 34-
39.
TAKAMI, H.; T. KAWAMURA and Y.
YAMASHITA 1997a. Contribution of WILSON, B.R and K. GILLET. 1971. A Field
Diatoms as Food Sources for Post- Guide to Australian Shells : Posobranch
Larval Abalon Haliotis discus hannai Gastropods. Reed Books PTY Ltd. : 9-
on a Crustose Coralline Alga. Moll. 23.
Res. 18: 143-151.

47

Oseana, Volume XXXII No. 4, 2007

Vous aimerez peut-être aussi