Vous êtes sur la page 1sur 15

Definisi

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya


kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang
mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr.
Dalam ilmu kedokteran, istilah- istilah ini digunakan untuk membedakan
aborsi:
 Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan
atau sebab-sebab alami.

 Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:

o Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
o Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

o Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu
mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil
konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan
(dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim
atau uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di dalam
rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba
dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus
dikuret.
d. Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta
belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim
mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan
tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami
perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan
dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan
dindingnya menipis.

Gb. 1 abortus spontanea


Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3


ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan


untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5) Prosedur tidak dirahasiakan.
6) Dokumen medik harus lengkap.

b. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya


indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.

Etiologi

Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontan adalah :


1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik maupun
emosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan
dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4


pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih
baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan..

Penyebab secara umum:


Penyebab dari segi martenal :

 Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
 Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
 Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.

Penyebab dari segi Janin

 Kematian janin akibat kelainan bawaan.



 Mola hidatidosa

 Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi
Adapun etiologi dari abortus prokatus adalah :

Abortus Provokatus Medisinalis

 Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang


terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

 Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

 Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

 Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.

 Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

 Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

 Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.

 Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

 Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

 Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

 Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

 Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.



 Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.

 Kehamilan di luar nikah.

 Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

 Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

 Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).

 Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

Manifestasi Klinis

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.


2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7


4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes
urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
 Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak

 Adakah disertai bekuan darah

 Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian

 Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum

 Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri

 Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

 Apakah tampak jaringan keluar ostium

 Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina

 Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

 Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

 Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan

 Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

 Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa

 Adakah terasa tumor atau tidak

 Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8


Merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Menerangkan pasien agar tidak gelisah dan khawatir
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah harus
diperhatikan kepada dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui apakah ada
jaringan yang keluar dari vagina,
d. Membersihkan vulva minimal 2 x sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah
infeksi.
e. Memberikan obat penenang biasanya 3 x 30 mg sehari dan preparat hernatinik
misalnyasulfas farosus 600 – 1000 mg sehari.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
g. Jangan melakukan klisma karena dapat merangsang kontraksi uterus. Apabila
terjadi obstipasi dapat diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk Supositoria.
Dianjurkan untuk menunggu 48 jam setelah pasien membaik, baru merangsang
peristaltic usus.
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam sekali
jika pasien panas.
a. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring sampai
2/3 hari setelah perdarahan berhenti.
b. Pemeriksaan dalam spekulum perlu untuk melihat kemungkinan adanya lesi
cerviks.
c. Diet tinggi protein dan tambahan zat besi dan vitamin G.
d. Setelah lepas dari perawatan, pasien harus banyak istirahat, mengurangi kegiatan
fisik, jangan dulu mengangkat beban berat, menghindari kelelahan dan ketegangan
jiwa, 2-3 minggu setelah lepas perawatan jangan melakukan senggama. Bila terjadi
perdarahan ulang, segera istirahat baring dan lapor segera ke petugas kesehatan.
2. Abortus Incomplete
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan ringer
dilanjutkan dengan transfuse!
b. Setelah syok teratasi lakukan kerokan untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
c. Pasca tindakan diberi suntikan ergometrin 6,2 mg Intra muskuler,
d. Bila pasien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan vitamin
C.
e. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9


3. Abortus kompletus
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 3×1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa dipertimbangkan
transfuse.
c. Antibiotik untuk cegah infeksi.
d. Dianjurkan makan makanan tinggi protein, vitamin, mineral.
4. Abortus incipiens .
a. Sebelum dokter mendiagnosis sebagai abortus Incipiens, maka harus ditangani
sebagai abortus Iminens, kecuali bila perdarahan banyak suntikan ergometrin 0,5
mg Intra muskuler, dan apapun yang keluar dari vagina ditunjukkan pada dokter.
b. Apabila perdarahan tidak banyak dapat ditunggu terjadinya abortus spontan,
pertolongan dalam keadaan ini berlangsung dalam 36 jam. Morfin sangat berguna
disamping menghilangkan rasa sakit dapat merelaksasi cerviks sehingga
memudahkan ekspulsinya hasil konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu adalah dengan segera melakukan
pengosongan uterus.
d. Pemberian infus oksitosin dapat mempercepat proses abortus. Digunakan pada
kehamilan lebih dari 12 minggu karena biasanya perdarahan tidak banyak dan
bahaya perforasi pada saat kerokan lebih besar. Pemberian oksitosin 10 unti dalam
500 ml dekstrose 5 % dimulai 8 tetes/ menit dinaikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar tetapi placenta masih
tertinggal sebaiknya pengeluaran placenta secara digital.
e. Bila perdarahan banyak dan pasien harus segera mendapatkan pertolongan dapat
dilakukan pengeluaran jaringan secara digital,
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan
pengosongan uteri,
g. Pengosongan kavum uteri dapat dilakukan dengan kuret vakum / cunam abortus,
h. Suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler diberikan jika pengosongan uterus
sudah selesai dilakukan untuk mempertahankan kontraksi uterus.
5. Abortus infeksiosus dan abortus septic
a. Bila perdarahan banyak berikan transfusi dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat). Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan suntikan
streptomycin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas lainnya.

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10


c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan banyak lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
d. Infuse dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik ditinggikan
dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan dilakukan
bila keadaan umum membaik dan panas reda.

Penatalaksanaan pasca keguguran


Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan
pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu melakukan
tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan kemampuannya. Biasanya
tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini
merupakan kendala yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai
dengan kendaraan umum. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan
pengobatan abortus inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan
kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan. Tindakan
pengobatan abortus inkomplit meliputi :
 Membuat diagnosis abortus inkomplit

 .Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.

 Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

 Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.

 Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

 Seminar

2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu pelayanan
kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran.
Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi
lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

Pencegahan
Adapun upaya – upaya penceghan terjadinya abrtus ia lah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu:
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan adekuat
c. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus
yang aman.
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
Pencegahan abortus provakatus dapat dilakukan dengan cara :
Suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya pasangan
menggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi darurat adalah
kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan
seksual. Hal ini sering disebut “Kontrasepsi pasca senggama” atau “ morning after
pill” atau “ morning after treatment “. lstilah “kontrasepsi sekunder” atáu “kontrasepsi
darurat” asalnya untuk menepis anggapan obat terseb ut harus segera dipakai/
digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya
dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Sebutan kontrasepsi darurat juga menekankan bahwa dalam cara KB ini lebih baik
dari pada tidak ada sama sekali. Namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan
cara KB yang sudah ada.

Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada

Kumpulan Asuhan Keperawatan www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12


dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan
dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi
dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan
suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau
ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.

2. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri
internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah
kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

3. Pelekatan pada kavum uteri

Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan


sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding
kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat
apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

5. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus
kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa
terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain

Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl


hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.

Komplikasi yang dapat timbul pada janin


Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis
sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus
gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.

Prognosis
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada
seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan
Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.

Daftar Pustaka
1. Cunningham, Gary, F. dkk. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC, 2006: 951-964.
2. Saifuddin, Abdul Bahri. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,. 2008; 145-148.

Vous aimerez peut-être aussi