Vous êtes sur la page 1sur 16

TUGAS ANALSISIS INVESTASI DAN PROTOFOLIO

NILAI SAHAM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

ANDRA SOMODUNG 155310840


ASRIANTO 155311157
JUNAIDI TANJUNG 155310930
WAHYU HARDIANSYAH 155311108

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2018/2019
PENDAHULUAN

Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham akan dibahas di sini,


yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinstik
(intrinstic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai
intristik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Memahami ketiga konsep ini merupakan hal yang perlu dan berguna,
karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh
(growth) dan yang murah (undervalued). Dengan mengetahui nili buku dan nilai
pasar, pertumbuhan perusahaan dapat di ketahui. Pertumbuhan perusahaan (
growth) menunjukan investmen opputunity set ( IOS) atau set kesempatan
investasi di masa datang. Smith dan Watts (1992) juga Gaver dan Gaver (1993)
menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nilai buku sebgai proksi dari (IOS)
yang merupakan pengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh
mempunyai rasio yang lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa
nilai pasar perushaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.

Mengetahui niai pasar dan nilai intritik dapat digunakan untuk mengetahui
saham-saham mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intristik
merupakan nilai sebenarnya dari perusahaan.nilai pasar yang lebih kecil dari nilai
intristiknya menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah
(undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang
seharusnyadia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intristik
menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan haraga yang mahal
(overvalued).
1. NILAI BUKU DAN NILAI-NILAI YANG BERHUBUNG

Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan
denganya perlu diketahui. Nilai-nilai ini adalah nilai nominal (par value), agio
saham (additional paid in capital), nilai modal yang disetor (paid in capital) dan
laba yang ditahan (retained earnings)

1.1. Nilai Nominal

Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nila kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah
kaitanya dengan hukum. Nilai modal ini merupakan modal per lembar yang secara
hukum harus di tahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak
dapat diambil oleh pemegang saham (Kicso dan Weygandt, 1996, hal. 576).
Kadangkala suatu saham tidak mempunyai nilai nominal (no-par value stock).
Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan di, reksi umumnya
menetapkan nilai sendiri (stated value) per lembarnya. Jika tidak ada nilai yang
ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal secara hukum adalah semua
penerimaan bersih (proceed) yang diterima oleh emiten pada waktu mengelurakan
saham yang bersangkutan.

1.2. Agio Saham

Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value)


merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan
nilai nominal sahamnya. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah
Rp5.000,dan saham ini dijual sebesar Rp8.000,per lembar, maka agio saham per
lembar adalah sebesar Rp3.000,-. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai
totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.

1.3. Nilai Modal Disetor

Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham
preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan
total nilai nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan mengeluarkan
dua kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan
terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa di neraca untuk menunjukkan urutan
haknya seperti tampak di Tabel 5 .2.

1.4. Laba Ditahan

Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke
pemsahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di
neraca menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pcmegang
saham yang berupa keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan
menambah ekuitas pemilik saham di neraca.

1.5. Nilai Buku

Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net
assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka
nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham
yang beredar:

Nilai buku per lembar = total ekuitas .


Jumlah saham beredar (5-1)

Jika perushaan mempunyai dua macam kelas saham, yaitu saham preferen
dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per Iembar untuk masing-masing
kelas saham ini lebih rumit dibandingkan jika hanya mempunyai saham biasa saja.
Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk dua macam keIas saham adalah
sebagai berikut ini.

 Hitung nilai ekuitas saham preferen


Nilai ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus(call price) ditambah
dengan dividen yang di arrears dengan Iembar saham preferen yang
beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang
digunakan. Di dalam perhitungan ini, agio saham untuk saham preferen
tidak dimasukkan, karena pemcgang saham preferen tidak mempunyai hak
untuk agio ini walaupun berasaldari saham preferen, sehingga nilai agio
ini dimasukkansebagai tambahan nilai ekuitas saham biasa.

 Hitung nilai ekuitas saham biasa


Hitung nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total
ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen.

 Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham
biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Lihat contoh 5.2, 5.4 dan contoh 5.5 untuk ilustrasi perhitungan nilai buku
saham biasa jika perusahaan juga mengeluarkan saham preferen.

Contoh 5.1:

Suatu perusahaan Suatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan saham biasa


sebanyak 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp5.000,-. Pada targgal 18
Februari tahun ini, perusahaan mengeluarkan sebqnyak 800.000 lembar saham
biasa dengan harga Rp8.000,- per lembar. Dari penjualan saham biasa ini
perusahaan mendapatkan k'as sebesar Rp6.400.000.000,_ (800.000 x Rp8.000,-)
yang terdiri dari:

Modal Saham biasa 800.000 x Rp5.000,- = Rp4.000.000.000,.


Agio Saham biasa 800.000x Rp3.000,- =Rp2.400.000.000 .
Total Kas Diterima = Rp6.400.000.000,-

Pada tanggal 17 November tahun ini, perusahaan membeli balik saham biasa yang
beredar sebagai saham treasuri sebanyak 100.000 lembar dengan harga pasar
sebesar Rp15.000,-. Nilai total saham treasuri adalah:
Saham treasuri - = 100.000 x-Rp15.000,
= Rp1.500.000.000,-
Selanjutnya pada tanggal 5 desember tahun ini, sebanyak 20.000 lembar saham
treasuri dijual kembali dengan harga Rpl7.500,- per lembamya. Dari penjualan
saham treasuri ini perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp350.000.000,
(20.000xRpl7.500,-) yang terdiri dari.

Modal Saham Treasuri 20.000 x Rpl5.000,- = Rp300.000.000,-


Agio Saham Treasuri 20.000 x Rp2.500,- = Rp 50.000.000._
Total Kas Diterima = Rp350.000.000,-

Pada tanggal neraca, yaitu 31 Desember tahun ini, posisi saham treasuri
perusahaan adalah sebanyak ,80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17
November dan dijual 20.000 lembar pada tanggal 5 Desember). Nilai dari saham
treasuri ini adalah sebesar Rpl.200.000.000,- (Rpl .500.000.000,-Rp300.000.000,-
). Saham treasuri ini adalah milik perusahaan, bukan milik pemegang saham
biasa, sehingga akanmengurangi total nilai ekuitas.Misalnya laba ditahan untuk
akhir tahun ini adalah sebesar Rp550.000.000,-, maka penyajian ekuitas yang
nampak di neraca adalah sebagai berikut ini.

Tabel 5.1 penyajian ekuitas saham biasa di neraca.


EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Modal disetor
Modal saham
Saham biasa, nominal Rp5000,- diotorisasi
sebanyak 1.000.000 lembar,
800.000 dikeluarkan dengan harga Rp8000.- Rp4.000.000.000,-
dan beredar 720.000 beredar
Total modal saham Rp4.000.000.000,-
Tambahan modal disetor
Agio saham biasa Rp2.400.000.000,-
Agio saham treasuri Rp 50.000.000,- Rp2.450.000.000,-
Total tambahan modal. disetor Rp6.450.000.000,-
Laba ditahan Rp 550.000.000,-
Total modal disetor dan laba ditahan Rp7.000.000.000,-
Dikurangi saham treasuri (80.000 lb) (Rp1.200.000.000,-)
Total ekuitas Rp5.800.000.000,-
Contoh 5.2
Dari contoh 5.1, jumlah saham biasa yang beredar pada tanggal neraca sebanyak:
Tanggal 18 februari dijual sebanyak 800.000 lembar
Tanggal 17 november membeli balik sebanyak 100.000 lembar -
Jumlah saham biasa beredar 700.000 lembar
Tanggal 5 desember dijual kembali sebanyak 20.000 lembar +
Jumlah saham beredar akhir tahun 720.000 lembar

Nilai total ekuitas pada akhir tahun adalah Rp5.800.000.000,-. Karena perusahaan
hanya mempunyai sebuah kelas saham saja, yaitu saham biasa, maka nilai buku
per lembar saham biasa ini dapat dihitung sebesar Rp8.056,- (Rp5.800.000.000,-
dibagi dengan 720.000).

Contoh 5.3
Sama dengan contoh 5.1,tetapi perusahaan juga mengeluarkan sahanm preferen.
Pada tahun ini, sebanyak 100.000 lembar saham preferen dengan nilai nominalnya
sebesar Rp10.000,- dan dividen dibayar kumulatif sebesar 7% telah diotorisasi.
Sebanyak 80.000 lembar di antaranya telah beredar dengan nilai jualnya sebesar
Rp15.000,- per lembar. Dari penjualan saham preferen ini perusahaan
mendapatkan kas sebesar Rp1.200.000.000,(-8 0.000 x Rp15.000,-) yang terdiri
dari:
Modal saham preferen 80.000 x Rp10.000.- = Rp800.000.000.-
Agio saham preferen 80.000 x Rp5.000.- = Rp400.000.000.-
Total kas diterima = Rp1.200.000.000.-

Penyajian ekuitas untuk saham preferen dan saham biasa yang nampak di neraca
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 penyajian ekuitas saham preferen dan saham biasa di neraca.
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Modal Disetor
Modal Saham
7 % saham preferen, nominal Rp10.000, kumulatif,
100.000 diotorisasi dan 80.000 dikeluarkan dan beredar Rp 800.000.000
Saham biasa, nominal Rp5.000 diotorisasi sebanyak
1.000.000 lembar, 800.000
dikeluarkan dan 720.000 beredar Rp4.000.000.000
Total Modal Saham Rp4.800.000.000
Tambahan Modal Disetor
Agio Saham Preferen Rp 400.000.000
Agio Saham Biasa Rp2.400.000.000
Agio Saham Treasuri Rp 50.000.000
Total Tambahan Modal Disetor Rp2.850.000.000
Total Modal Disetor Rp7.650.000.000
Laba Ditahan Rp 550.000.000
Total Modal Disetor Dan Laba Ditahan Rp8.200.000.000
Dikurangi Saham Treasuri (80.000 Lb) (Rp1.200.000.000)
Total Ekuitas Rp7.000.000.000.

Contoh 5.4
Misalnya lamanya dividen untuk saham preferen yang berada di arrears adalah 1
tahun. Nilai ekuitas dari saham preferen adalah sebagai berikut ini.

Nilai nominal saham preferen(80.000 lembar)


saham preferen yang heredar
dikalikan Rp10.000) Rp800.000.000,-
Dividen in arrears(80.00) x 7% x Rpl0.000,-) Rp 56.000.000
Ekuitas Saham Preferen Rp856.000.000,-

Nilai buku saham biasa adalah sebesar Rp8.533,- per lembarnya


(Rp7.000.000.000,-- Rp856.000.000d,- dibagi dengan720.000 lembar saham biasa
yang beredar).

Contoh 5.5
Jika nilai tebus dari, saham preferen disebutkan, maka nilai ekuitas saham
preferen ini dihitung berdasarkan nilai tebusnya (call price) bukannya
menggunakan nilai nominalnya. Misalnya nilai tebusnya adalah sebesar
Rp12.500,- per lembar, maka nilai ekuitas saham preferen adalah sebesar:

Nilai tebus saham preferen(80.000


Lembar saham preferen yang beredar
dikalikan Rp12.500,-) Rpl.000.000.000,.
Dividen in arrears
(80.000 x 7% x Rpl0.000,-) RP 56.000.000 +
EkuitasSaham Preferen Rpl.056.000.000

Maka nilai buku saham biasa adalah sebesarRp8.256,- per lembarnya


(Rp7.000.000.000,- - Rp1.056.000.000,- dibagi dengan 720.000 lembar saham
biasa yang beredar)
1.6. Nilai Pasar
Nilai pasar(market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai
pasar adalah harga saham yang terjidi pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

1.7. Nilai Intristik


Beberapa pertanyaan mendasar sering dilemparkan, seperti misalnya
apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.
Jika tidak, berapa nilai sebenarnya harga saham yang diperdagangkan tersebut.
Nilai seharusnya ini disebut dengan nilai fundamental (fundamental value)atau
nilai intrinsik (intrinsic value).
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai
sebenamya dari saham adalah analisis sekuritas fudamental (fundamental security
analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis
(technical analysis).Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu
data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar,
penjualan dan lain sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar
dari saham(misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk mencantumkan
nilai dari saham.

K = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang


diinginkan (required rate of .return).

Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan arus


kas merupakan as yéng diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif dari
arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung
nilai perusahaan. Earnings yang diperoleh oleh perusahaan dapat ditahan sebagai
sumber dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen.
Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor.
Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang
diterima oleh investor,
Model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model
diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham.


𝐷1
𝑃0∗ = ∑
(1 + 𝑘)1
𝑡−1

(5-3)

Notasi
:
Dt = deviden yang dibayarkan untuk periode ke t2

Rumus (5-3) dapat dituliskan juga sebagai berikut

𝐷 𝐷 𝐷
𝑃0 ∗ = + + ⋯+ (5-4)
(1+𝑘) (1+𝑘)2 (1+𝑘)∞

Beberapa kasus dapat ditemui di dalam besarnya nilai dividen yang dibayarkan.
Beberapa perusahaan membayar dividen dengan besamya yang tidak teratur dan
beberapa perusahaan yang lain membayar dividen yang nilainya konstan yang
sama dari waktu ke waktu (disebut juga dengan dividen tidak bertumbuh atau
pertumbuhan nol) dan beberapa perusahaan yang lainnya bahkan membayar
dividen yang selalu naik dengan tingkat pertumbuhan yang konstan.

Pembayaran Deviden Yang Tidak Teratur


Kenyataannya beberapa perusahaan membayar dividen dengan tidak
teratur, yaitu dividen tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan
untuk periode periode tertentu tidak membayar dividen séma sekali (misalnya
dalam periode masa rugi atau dalam periode kesulitan likuiditas). Untuk kasus
pembayaran dividen yang tidak teratur ini, rumus (5-4) dapat digunakan untuk
menghitung nilai intrinsik saham biasa.

Contoh 5.6:
Untuk mengilustrasikan penggunaan rumus (5-4), misalnya suatu perusahaan
membayar dividen selama 5 periode sebagai berikut ini.
Periode ke t 1 2 3 4 5
D1 Rp1.000,- Rp1.500,- Rp0,- Rp750,- Rp2.100,-

Diasumsikan bahwa tingkat bunga diskonto adalah konstan sebesar 20% tiap
periodenya, maka nilai intristik saham ini per lembarnya adalah sebesar:

𝑅𝑝1.000 𝑅𝑝1.500 𝑅𝑝750 𝑅𝑝2.100


P0* = + +0+ + = Rp3.080,63,-
(1+0,2) (1+0,2)2 (1+0,2)4 (1+0,2)5

Dividen Konstan Tidak Bertumbuh


Umumnya perusahaan enggan memotong dividen karena pengurangan
dividen akan dianggap sebagai sinyal jelek oleh investor. Perusahaan yang
memotong dividen akan dianggap mengalami kesulitan likuiditas sehingga perlu
mendapatkan tambahan dana dengan memotong dividen. Perusahaan emiten
tidak ingin mengeluarkan sinyal seperti ini, sehingga jika tidak sangat terpaksa
sekali biasanya perusahaan tidak akan memotong dividennya. Hal yang paling
banyak ditemui adalah perusahaan membayar dividen yang konstan dari waktu ke
waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil. Jika
perusahaan membayar deviden konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu,
yaitu sebesar D, maka nilai intrinsik harga saham di rumus (5-4) menjadi:

𝐷 𝐷 𝐷
𝑃0 ∗ = + +⋯+ (5-5)
(1+𝑘) (1+𝑘)2 (1+𝑘)∞

Dan dapat disedarhanakan:

𝐷
𝑃0 ∗ = (5-8)
𝐾
Rumus (5-6) menunjukkan model tidak bertumbuh atau model pertumbuhan nol
(zero-growth model) dari pembayaran dividen untuk menghitung nilai intrinsik
saham untuk kasus pembayaran dividen yang konstan sebesar D dengan tingkat
bunga diskonto sebesar k5. Kasus dividen konstan umumnya.
dilakukan untuk menilai saham preferen karena dividen saham preferen biasanya
adalah konstan yang umumnya dinyatakan dalam persentasi dari nilai nominalnya.

Contoh 5.7:
Kebijaksanaan dividen suatu perusahaan adalah membayar. Dividen konstan
sebesa Rpl.000,- tiap tahunnya. jika suku bunga diskonto pertahun adalah 20%,
maka nilai intrinsik saham per lembar adalah sebesar:

𝑅𝑝1.000, −
𝑃0∗ = = 𝑅𝑝5.000, −
0.2

Pertumbuhan Deviden Yang Konstan


Bentuk lain dari model diskonto dividen adalah untuk kasus dividen yang
bertumbuh secara konstan yaitu dengan pertumbuhan sebesar 3. J ika dividen
periode awal adalah Do, maka dividen periode kesatu adalah Do(1+g) dan periode
kedua adalahs cbesaDr o( 1+g) (1+g) atau Do(l+g)2 dan seterusnya. Untuk kasus
pembayaran dividen yang bertumbuh secara konstan ini,rumus nilai intrinsik
saham di (5-4) menjadi:

𝐷
𝑃0 ∗ = (𝑘−𝑔)
1
(5-8)

model Gordon karena Myron J . Gordon merupakan orang yang mengembangkan


dan mengenalkan model ini. Asumsi dasar dari model ini adalah k (suku bunga
diskonto) harus lebih besar dari g (tingkat pertumbuhan dividen). Jika k lebih
kecil dari g, maka nilai intrinsik saham menjadi negatif yang merupakan nilai
tidak realistis untuk suatu saham. Demikian juga jika nilai k sama dengan g, maka
(k_g) akan same. dengan nol dan akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat
besar sekali bernilai tak berhingga yang juga merupakan nilai tidak realistis untuk
suatu saham.

Contoh 5.8:
Tahun ini perusahaan emiten membayar dividen sebesar Rpl.000,-. Seorang
investor menginginkan return (tingkat pengembalian) 8% sebesar pertahunnya dan
mengharapkan dividen dibayar dengan pertumbuhan sebesar 5% per tahunnya.
Nilai intrinsik saham yang diperkirakan dapat dihitung sebesar:

𝐷1
𝑃0 ∗ =
(𝑘−𝑔)
𝑅𝑝1.000,−(1+0,05)
=
0,2−0,05

= Rp7.000,-
Jika harga pasar saham ini per lembarnya adalah sebesar Rp5.000,- maka harga
pasar saham ini merupakan harga yang murah (undervalued), karena harga
pasarnya lebih rendah dari harga seharusnya (nilai intrinsik) yang diperkirakan.
Sebalikanya jika harga pasar per lembar saham ini adalah sebesar Rp8.000,-,
maka harga pasar ini merupakan harga yang mahal (overvalued), karena harga
pasarnya Iebih tinggi dari harga seharusnya yang diperkirakan.
Rumus di (5-8) menunjukkan hubungan antara harga saham seharusnya
(nilai intrinsik) dengan dividen per lembar (D1), tingkat bunga diskonto atau
tingkat pengembalian yang diinginkan (k) dan pertumbuhan dividen (g) sebagai
berikut ini.
 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan dividen
per lembar adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang dibayar,
semakin besar harga dari saham.
 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan
pertumbuhan dividen (g) adalah positif, yaitu semakin besar pertumbuhan
dividen, semakin besar harga dari saham.
 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai ntrinsik) dengan tingkat
bunga diskonto (k) adalah negatif, yaitu semakin besar tingkat bunga
diskonto, semakin kecil harga dari saham

Contoh 5.9
Untuk contoh 5.8 ,jika investor menginginkan tingkat pengembalian (k) sebesar
25%, maka nilai intrinsik saham adalah

𝑅𝑝1.000, −(1 + 0,05)


𝑃𝑜∗ = = 𝑅𝑝5.250, −
0,25 + 0,05

Harga Jual Akhir


Model diskonto dividen di (5-3) sampai (5-8) mengasumsikan bahwa arus
dividen sifatnya adalah infniti, yaitu dividen dibayar terus sampai periode ke ∞
(tak berhinggga). Investor yang menyukai dividen dan tidak akan menjual
sahamnya akan menerima arus dividen seperti yang diasumsikan di atas. Akan
tetapi tidak semua investor menyukai dividen dan akan memegang saham
selamanya.Investor seperti ini biasanya mementingkan capital gain dibandingkan
dividen.Keuntungan modal (capital gain) adalah keuntungan penjualan saham
akibat selisih dari harga jual saham dengan harga belinya. Untuk investor seperti
ini harga jual akhir yang diterima perlu dipertimbangkan sebagai arus kas yang
harus masuk ke dalam rumus model dividen diskonto sebelumnya. Jika investor
menjual sahamnya pada periode ke_n sebesar Pn, maka rumus nilai intrinsik
saham dapat dituliskan sebagai:

𝐷1 𝐷2 𝐷𝑛 𝑃𝑛
𝑃0 ∗ = + + ⋯ + +
(1 + 𝑘) (1 + 𝑘)2 (1 + 𝑘)𝑛 (1 + 𝑘)𝑛
(5-9)

Nilai Pn merupakan nilai harga jual dari saham atau disebut dengan nilai terminal,
yaitu nilai akhir yang diterima oleh investor.
Contoh 5.11
Investor memperkirakan bahwa perusahaan akan membayar dividen konstan
selama 3 tahun. Dividen tiap lembar saham untuk tahun sekarang( Dy) adalah
sebesar Rp500,-. Setelah itu diperkirakan bahwa pertumbuhan dividen akan
menurun, sehingga setelah menerima dividen pada tahun ketiga, investor akan
menjual saham tersebut dengan harga sebesar Rp12.000. Harga saham yang
ditawarkan sekarang adalah sebesar Rp5.000,- Investor ingin mengetahui nilai
intrinsik dari saham ini untuk menentukan apakah membeli saham ini merupakan
investasi yang menguntungkan. Dengan asumsi bahwa suku bunga diskonto
adalah konstan sebesar 20% tiap tahunnya, nilai intrinsik dapat dihitung sebagai
berikut:


𝐷1 𝑃𝑛
𝑃0∗ = ∑
(1 + 𝑘) (1 + 𝑘)𝑛
𝑡
𝑡−1

= Rp1.053,24,- +Rp6.944,44
= Rp7.997,68,-

Dengan demikian membeli saham sebesar Rp5.000,- merupakan nilai yang murah
(undervalued) karena nilai intrinsiknya sebesar Rp7.997,68,- lebih besar dari nilai
belinya

1.8. Pendekatan PER


Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam
menghitung nilai mndamental atau nilai intrinsik saham, adalah dengan
menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang
populer yang menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik
adalah pendekatan PER (price earnings ratio) atau disebut juga dengan
pendekatan earnings multiplier. PER (price earnings ratio) menunjukkan rasio
dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor
menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER
adalah S. maka ini menunjukkan bahwa harga saham mempakan kelipatan dari 5
kali earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings
tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER
sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali
selama 5 tahun. '

Contoh 5.13
Harga pasar dari suatu saham adalah sebesar Rp20.000,- laba bersih yang
diperoleh perusahaan diperkirakan konstan dari tahun keahun sebesar Rp5.000,-
per lembarnya per tahun besarnya PER adalah:

𝑅𝑝20.000,−
𝑃𝐸𝑅 =4𝑋
𝑅𝑝5.000,−

Vous aimerez peut-être aussi