Vous êtes sur la page 1sur 14

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Dua
CALLUM memainkan kaleng birnya yang belum
dibuka. Ia cemas luar biasa membayangkan reaksi Stel
la saat mendengar berita yang akan disampaikannya.
Scott sudah meninggal. Kata-kata itu begitu sulit
diucapkan.
Mengabarkan berita itu kepada orangtua Cal-
lum sendiri benar-benar sangat menyakitkan, momen
paling menyakitkan yang pernah ia alami. Scott anak
kesayangan dalam keluarga—favorit semua orang.
Memberitahu ayah dan ibunya menimbulkan pedih
yang tak tertahankan.
Jika Stella jatuh cinta pada adiknya, wanita itu
tentu akan meledak dalam tangis. Apa yang harus ia
lakukan bila itu terjadi?
“Callum,” ujar Stella, dan suaranya bergetar ka-
rena tegang. “Aku perlu tahu apa yang terjadi pada
Scott.”
Callum tersadar ia masih menggenggam kaleng
bir, memutarnya maju-mundur dengan cemas. Sebe-
narnya, hal terakhir yang dibutuhkannya malam ini
adalah sekaleng bir. Buru-buru ia memasukkannya
kembali ke kulkas, kemudian berdeham.
“Beberapa minggu lalu, terjadi kecelakaan di
sini. Scott menerbangkan helikopter ketika itu.”
Wajah Stella memucat. Terlalu pucat. Dan dia du
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
duk terpaku, membisu, menatap Callum. Menunggu.
“Scott meninggal dalam kecelakaan itu.” Callum
tak dapat menahan suaranya yang gemetar.
Awalnya Callum sempat mengira Stella tidak
mendengar perkataannya. Wanita itu hanya duduk,
tanpa bersuara, tanpa bergerak.
Beberapa saat kemudian, Stella berbisik. “Tidak!
Tidak! Dia tidak mungkin mati.”
Callum menguatkan diri melihat air mata Stella,
bersiap-siap meraih kotak tisu di bangku kanannya.
Tapi Stella tidak menangis. Dia hanya duduk ka-
get, sementara wajahnya berubah dari pucat menjadi
kebiruan.
“Maafkan aku karena memberikan kabar yang
begitu buruk,” ujar Callum, berharap Stella tidak terli-
hat selemah itu, dan berharap ia sendiri tidak terde-
ngar sekaku dan secanggung itu. Berharap Stella akan
mengatakan sesuatu. Apa saja.
Tangan Stella gemetar saat menangkup mulut,
dan sejenak, Callum mengira wanita itu akan muntah.
“Apa kau baik-baik saja?”
“A—aku—” Stella berusaha berdiri dan tubuh-
nya limbung, ia lalu merintih pelan dan merosot kem-
bali ke kursi, kepalanya terkulai lemas.
“Stella.” Callum cepat-cepat menghampiri, me-
nyentuh bahu wanita itu, dan lega ketika Stella berge-
rak sedikit. Rambut hitam Stella tergerai seperti tirai
sutra menutupi wajahnya dan dengan dua jari, Callum
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
menyingkapnya perlahan. Mata Stella terpejam dan
kulitnya terasa dingin dan pucat.
Sial! Sebesar ini kepeduliannya kepada Scott?
Gumpalan menyakitkan menohok tenggorokan
Callum ketika ia menggendong tubuh Stella, berjalan
menyamping melewati pintu dapur, membawa wanita
itu kembali ke kamar tidurnya.
“Aku baik-baik saja,” protes Stella lemah.
Callum tidak menjawab. Wajah Stella yang
pucat dan rapuh membuatnya cemas. Dalam pelukan
Callum, tubuh Stella terasa ringan, terlalu ramping.
Terlalu lembut dan feminin. Callum menghela napas
dalam-dalam saat rambut Stella yang halus dan harum
menyapu lehernya. Salah satu sepatu Stella terjatuh
selagi Callum berjalan melalui lorong rumah, dan ia
kembali melihat kaki mungil berkuteks biru yang can-
tik itu, dan rantai ala Gipsi di pergelangan kakinya.
Dada Callum sesak dengan berbagai luapan emo
si tertahan sewaktu membaringkan tubuh Stella di
tempat tidur dan melepaskan sebelah sepatunya.
“Terima kasih,” bisik Stella. Mata kelabunya
membuka dan menatap Callum tajam. Getar kesunyi-
an yang menyentak mengalir di antara mereka. Stella
berpaling. “Aku merasa sedikit lemas,” ujarnya sambil
berusaha duduk.
Dengan ujung jemari, Callum hanya perlu mene-
kan lembut bahu Stella untuk mendorongnya kembali
ke tempat tidur. “Kau baru mengalami shock. Beristira
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
hatlah barang satu atau dua menit.”
Ia kemudian meraih kain rajutan dari kursi di
sudut ruangan, dan menyampirkannya di tubuh Stella.
Di luar, hari menjelang malam. Callum menyala-
kan lampu nakas, lalu memungut sebelah sepatu
Stella di lorong, dan saat ia kembali, kedua mata Stella
sudah terpejam lagi dan dia tampak jauh lebih tenang.
Callum berdiri cukup lama di samping tempat
tidur, memandang saksama kecantikan Stella yang
khas. Memperhatikan kelopak matanya yang berurat
nadi kebiruan dan betapa hitam bulu mata hitam pe-
kat dan panjang itu bersanding dengan kulit pipinya
yang pucat. Ya Tuhan, ia sudah menghabiskan terlalu
banyak malam membayangkan Stella terbaring seper-
ti ini—di tempat tidur. Benar-benar bodoh.
Callum menyeberangi pintu Prancis yang mem-
buka ke arah beranda dan berdiri diam, bersandar ke
lis pintu, memperhatikan padang sabana yang kian ge-
lap, memperhatikan wanita yang telah datang untuk
menemui adiknya. Bertanya-tanya apakah kejadian
pingsan Stella tadi diakibatkan hal lain dan bukan ha-
nya karena shock mendengar kabar Scott, dan ia juga
menyadari ternyata sedikit tangisan tidak terlalu sulit
untuk diatasi.
Padang sabana yang terhampar di depan rumah
tampak hening dan sunyi. Sepanjang hari segerombol-
an burung memenuhi udara dengan decit berisik yang
melengking, tapi kini mereka sudah berhenti bersua-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ra, menyambut kedatangan malam bak mematuhi pe-
rintah tak kasatmata. Sebentar lagi, sekawanan jang-
krik akan berderik nyaring.
Selang beberapa saat, Stella membuka mata dan
berbalik ke samping.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Alis Stella terangkat kaget ketika melihat Callum
berdiri di ambang pintu. Sambil menekuk siku, Stella
menyangga kepalanya. “Aku baik-baik saja. Sungguh.
Tapi aku tak percaya Scott—” Matanya berkaca-kaca,
namun tak ada air mata yang jatuh. “Kejadiannya pasti
sangat mengerikan. Bisakah kau menceritakannya pa-
daku?”
Callum mengangguk pelan. “Kami tengah menje-
lajahi daerah yang cukup liar di bagian barat terjauh
tanah ini. Kami harus menggunakan helikopter untuk
memaksa sekawanan sapi keluar dari parit dan Scott
terbang begitu rendah, dan entah bagaimana rotor
ekor helikopternya tersangkut pohon eukaliptus.”
Callum tidak menambahkan bahwa dirinyalah
yang membuat Scott harus terbang hari itu. Ia me-
nyimpan perasaan bersalah itu sendirian, membiar-
kan perasaan tersebut menggerogoti hatinya seperti
sekumpulan semut yang mengerubungi tunggul po-
hon.
Sambil mendesah, Callum mengamati lagi pa-
dang sabana di depan beranda yang semakin gelap.
“Semua terjadi begitu cepat.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Jadi kau bersama Scott ketika itu?”
“Tidak.” Dada Callum terasa begitu sesak, seje-
nak, ia tak mampu bernapas. “Scott memaksa terbang
sendirian dan dia benar-benar sangat menikmatinya.
Aku menunggang kuda tepat di bawahnya.
Callum memejamkan mata. Benar-benar musta-
hil menghapus kejadian itu dari ingatannya. Kengeri-
an ketika pesawat itu menukik. Gerakan terhuyung-hu
yung menakutkan itu. Bunyi decitan logam yang terko
yak. Saat-saat menyakitkan ketika menemukan tubuh
Scott, bersimbah darah dan teronggok di kursi pilot,
memandang Callum dengan sorot kosong dan hampa.
Brengsek! Setiap hari kenangan itu tampak se-
makin nyata.
“Mengapa kau tidak meneleponku, Callum?”
Suara Stella yang menantang menyinggung har-
ga diri Callum, memicu amarahnya. “Aku bukan penga
suh adikku. Aku tidak tahu dengan siapa dia berken-
can. Mana kutahu kalian masih berhubungan? Kupikir
dia sudah mendekati wanita lain di Brisbane.”
Stella berpaling dan menggigit bibirnya begitu
keras, hingga Callum berharap tadi ia tidak sekasar
itu. “Aku seharusnya memberitahumu, tapi aku tidak
melakukannya...” Tidak ingin mengingat bahwa kau
lebih memilih Scott di banding aku... Jakun Callum sera
sa membengkak. “Sayang kau harus datang jauh-jauh
ke sini—tanpa tahu keadaan sebenarnya.”
Stella memejamkan mata, tersenyum masam
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sambil menggeleng pelan. “Memang sayang sekali.” Su
aranya yang berat dan serak terdengar getir saat me-
ngejek diri sendiri.
Callum bertanya lagi, “Bagaimana perasaanmu
sekarang?”
“Seperti mati rasa.”
“Maksudku keadaan perutmu. Apa sudah lebih
baik? Aku akan membuatkan secangkir teh, atau
mungkin kau mau makan sedikit?”
Stella memaksa diri untuk duduk. “Kurasa aku
memang harus mencoba makan.”
“Kalau begitu, aku akan menyiapkan makan ma-
lam. Sayang hanya ada sisa tumis daging.”
“Apa saja, terima kasih. Aku tidak begitu lapar.”
***
Callum meninggalkan kamar dan Stella berba-
ring di sana, mengamati punggung pria itu yang tegak
dan bidang. Ia berusaha tidak berpikir. Berusaha tidak
khawatir. Jangan panik!
Sekarang, ia sendirian. Benar-benar sendirian.
Tak ada tempat untuk bersandar. Angannya yang ce-
merlang telah mati. Tak akan ada perjalanan ke
London. Tak akan ada ayah untuk bayinya. Ia takkan
bermimpi memohon bantuan Callum. Harapan satu-
satunya mati bersama Scott.
Ya Tuhan! Scott yang malang! Tak seharusnya ia
menangisi nasibnya sendiri. Scott tak layak mati. Dia
masih terlalu muda, terlalu sehat, terlalu penuh sema-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngat dan cinta pada kehidupan.
Bagaimana Scott bisa meninggal?
Ibu Stella meninggal ketika ia lima belas tahun
dan kematian itu tak pernah nyata baginya. Kematian
Scott lebih sulit dipahami.
Dan Callum yang malang. Betapa mengerikan
menyaksikan sendiri adiknya meninggal dalam kecela
kaan yang sangat mengenaskan. Dan betapa berat me-
lanjutkan hidup sendiri di sini tanpa kehadiran sang
adik!
Stella menekan perutnya yang membesar. Bayi
mungilnya yang malang, sudah tak berayah sebelum
sempat menghirup napas kehidupan. Itu kenyataan
paling buruk dari semuanya.
Sama seperti ibunya, ia mengandung anak yang
takkan pernah tahu siapa ayahnya. Walaupun, tidak
seperti sang ibu, Stella tahu pasti siapa ayah bayinya.
Ibunya tak pernah yakin. “Sepertinya ayahmu
salah satu dosen di universitas,” akunya suatu kali,
hanya sekali, dalam upaya salah kaprahnya sewaktu
mendekatkan diri dengan Stella. “Salah satu profesor
genius itu—tapi aku tak tahu yang mana.”
Sebaliknya, hanya ada satu pria yang mungkin
menjadi ayah bagi bayi yang dikandung Stella. Kenya-
taan dia telah meninggal benar-benar sulit diterima. Ji
wa Stella benar-benar terguncang. Terguncang untuk
diri sendiri, untuk bayinya. Terutama untuk sang ca-
lon bayi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Scott telah meninggal.
Apa yang akan terjadi pada hidupku? pikir
Stella. Ia tak sanggup lagi hidup sendirian. Saat masih
kecil, ia begitu kesepian—dititipkan dari satu orang
dewasa ke orang dewasa lainnya. Hidup benar-benar
berat.
Sebagai orang dewasa, lebih mudah bagi Stella
untuk tenggelam dalam studi. Ketika berkenalan de-
ngan ilmu alam, ia merasa hukum fisika begitu pasti
dan tak berubah. Ilmu itu tak pernah mengecewakan-
nya. Tidak seperti orang-orang dalam kehidupannya.
Padahal ia sangat menginginkan pekerjaan di
London itu! Pekerjaan tersebut akan memungkinkan-
nya menerapkan pengetahuan ilmu alamnya pada pro
yek yang benar-benar menarik. Ia begitu bersema-
ngat. Tapi perusahaan jaringan TV takkan mengingin-
kan wanita yang memiliki bayi mungil. Ia benar-benar
butuh bantuan Scott.
Stella menghela napas dengan gemetar, memin-
dahkan kaki ke sisi tempat tidur, kemudian berdiri.
Pusing di kepala sepertinya sudah hilang. Sejauh ini
semua baik-baik saja.
Ia kembali menyusuri rumah itu dengan berja-
lan ke dapur, mengetahui satu-satunya hal yang akan
membantunya tetap tegar adalah kebiasaan. Kebiasa-
an lama sulit dihilangkan, dan sejak kecil ia belajar
bahwa jangan sampai orang lain tahu betapa cemas-
nya ia menghadapi hidupnya yang begitu kacau.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Di dapur, Callum telah menyiapkan semuanya.
Dengan sigap, ia meletakkan sepiring makanan di ha-
dapan Stella. “Hidangan ala outback buatanku.”
Cukup mengejutkan, aroma makanan itu lezat.
Daging dan sayuran yang berempah. “Hmm. Makanan
pedesaan yang sempurna.”
“Persis seperti yang biasa dimasak ibumu?”
tanya Callum sambil menarik kursi dan mendorong
pisau serta garpu menyeberangi meja ke arah Stella.
Stella memutar bola mata. “Ibuku tidak begitu.”
Callum mengernyit dan menunggu, seolah berha
rap Stella memperjelas maksudnya. Ketika Stella tetap
diam, ia berujar kaku, “Aku tak bermaksud ikut cam-
pur, tapi kuduga kedatanganmu untuk menemui Scott
ini sangat penting, ya?”
Stella merasa pipinya memanas. “Tidak terlalu.
Aku punya sedikit waktu luang, dan kupikir tak ada
salahnya menemui Scott.”
Mata Callum memberi kesan ia tidak memerca-
yai perkataan Stella dan bibirnya menipis segaris. “Ja-
di kau akan pergi lagi besok pagi?”
Stella tidak siap dengan pertanyaan Callum.
Kepala Stella mendongak cepat, membuatnya terlihat
lebih angkuh daripada yang dimaksud. “Tentu saja.
Aku akan segera hilang dari pandanganmu begitu
matahari terbit.”
Seraya berdiri tergesa, Callum kembali meng-
hampiri tungku dan mengisi teko teh dengan air men-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
didih dari ceret. Stella menggigit bibir. Callum berusa-
ha bersikap ramah, tapi ia malah kasar. “Apa sekarang
kau hidup sendirian di sini?” tanya Stella, berusaha
memperbaiki suasana.
“Ya.” Callum menutup tekonya keras.
“Bagaimana caramu mengatur lahan sebesar ini
sendirian?”
“Aku bisa mengatasinya. Ayahku berusaha meya
kinkanku bahwa lahan ini terlalu besar untuk diurus
sendirian. Dia ingin mengirim seseorang ke sini untuk
membantuku.”
“Tapi kau menolak tawaran itu?”
“Aku tidak menginginkan kehadiran orang lain
di sini.” Pesan yang tersirat sangat lugas dan jelas.
“Lalu bagaimana caramu menangani semua pe-
kerjaannya?”
Callum berbalik dari tungku dan mengangkat
bahu. “Itu tidak terlalu sulit selama kau siap bekerja
keras. Dan ada banyak pemuda yang mencari pekerja-
an temporer sebagai gembala. Bila perlu, aku bisa me-
nyewa satu tim penghalau ternak.”
“Kau pernah menyebut-nyebut soal saudara pe-
rempuan. Apa mereka juga tinggal di sekitar sini?”
Sebelah alis Callum terangkat bingung “Apa adik
ku tidak bercerita tentang keluarga kami?”
Stella memusatkan perhatian pada makanan-
nya. Ia tidak mau mengaku pada Callum bahwa ada be
berapa kekecewaan dalam hubungannya dengan Scott
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Ia kemudian memaksakan senyuman santai. “Ya begi-
tulah keadaannya. Aku juga tidak bercerita tentang ke
adaan keluargaku pada Scott. Kami lebih senang men-
jalaninya seperti itu.”
Ada separuh kebenaran dalam perkataan itu. Se
telah membiarkan Scott bercinta dengannya Stella
sempat berharap hubungan mereka bakal lebih dekat,
pria itu akan membagi kehidupannya. Tapi begitu me-
rasa Stella mulai serius, Scott menjadi cepat marah
dan menjauh.
Callum membawa teko teh dan mug ke meja.
“Keluargaku tidak menyimpan rahasia apa pun. Kedua
saudara perempuan kami menikah dengan pengusaha
ternak dari Queensland. Catherine tinggal di lahan de-
kat Julia Creek, sedangkan Ellie tinggal persis di luar
Cloncurry. Mereka berdua menyukai kehidupan di
padang sabana. Keduanya sebahagia possum di pohon
eukaliptus.”
“Apa mereka punya anak?”
“Masing-masing tiga.”
“Wow. Benar-benar keluarga besar. Pasti di sini
ramai sekali ketika mereka berkunjung.”
“Memang sangat menyenangkan.” Mata Callum
berkilat senang dan ia benar-benar tersenyum. Stella
berharap pria itu tidak melakukannya. Callum Roper
benar-benar tampak menarik saat matanya berkilau
seperti itu.
Stella menoleh ke Oscar yang ada dalam sang-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
karnya di sudut ruangan. Hanya Oscar keluarga Stella,
satu-satunya makhluk hidup di dunia yang benar-be
nar dimilikinya. Selain bayi yang ada dalam kandung-
an. Namun bayi ini masih belum terlihat. Sejauh ini,
Stella masih kesulitan membayangkan bayi ini benar-
benar nyata.
Callum bersandar di kursinya. “Dan kurasa kau
sudah tahu tentang ayah kami?”
Stella mengernyit. “Ayahmu? Apakah aku seha-
rusnya tahu?”
Stella terkejut ketika Callum hampir terbahak-
bahak. “Dia pasti ingin begitu, tapi semua politisi me-
mang memiliki ego besar.”
“Politisi?” Stella hampir menjatuhkan garpunya.
Roper... Roper... Apakah ada politisi negara bagian
yang bernama Roper? Tiba-tiba ia ingat. Bukan peme-
rintah negara bagian. Tapi federal. “Senator Ian Roper
ayahmu?
“Sayangnya begitu.”
“Ya ampun!” Dalam kepalanya, Stella menam-
bahkan beberapa umpatan dan seketika sekumpulan
sel tak kasatmata dalam tubuhnya menyajikan setum-
puk masalah baru.
Seberapa banyak kesialan yang harus dialami
seorang gadis? Ia mengandung cucu tidak sah salah
satu politisi paling konservatif negara bagian!
Tiba-tiba, upaya mereka untuk bercakap-cakap
menjadi kacau. Sepertinya tak seorang pun berselera
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
untuk berbicara. Keingintahuan Stella terhadap kisah
keluarga Scott langsung lenyap. Ia kembali panik.
Usai makan, Callum bertanya, “Apa kau sudah
lebih baik sekarang?”
“Ya, jauh lebih baik, terima kasih. Kau jago me-
masak. Makan malam ini sangat lezat.”
“Kau boleh pergi tidur kalau mau.”
“Aku akan membantumu mencuci.”
Alis Callum mengerut dalam. “Tidak, kau tidak
perlu melakukannya.”
Sekilas, Stella mendapat kesan Callum sudah mu
ak bersopan santun. Dia ingin aku segera menyingkir
dari ruangan ini, pikir Stella.
“Kau yakin aku tidak perlu membantu?”
Callum mengangguk tanpa berbicara.
Stella perlahan berdiri, lalu berkata, “Kau akan
menutup jendela dapur, kan?”
Callum merengut. “Biasanya tidak.”
“Tapi—ada Oscar—ular dan—yang lain.”
Callum hampir tersenyum. “Oh yeah. Ular-ular
itu. Oke, aku akan menutup jendela.”

Vous aimerez peut-être aussi