Vous êtes sur la page 1sur 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak
terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang
tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga
dewasa.Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya
agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi
lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya
kita selalu berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan
oleh orang tua, dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap
kewajiban kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita
harus memiliki akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini
mengandung poin-poin penting bagaimana menjadi seorang anak yang berbakti
terhadap orang tuanya. Maka selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas
akhlak, saya berharap bahwa tugas makalah ini juga dapat dijadikan sebagai
pengingat bagi setiap orang muslim yang membacanya akan pentingnya
akhlak terhadap orang tua.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang penulis ambil dari Makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua?
2. Bagaimana Makna Birrul Walidain?

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Kepada Kedua Orang Tua


Kata Akhlak. berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.1 Tabiat
atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga
menjadi biasa. Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam
bahasa Indonesia; moral, ethnic. Dalam bahasa Inggris sering disebut ethos
sedangkan ethios dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan
makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Senada dengan hal ini Abd
Hamid Yunus mengatakan bahwa akhlak ialah Sikap mental yang mengandung
daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.2
Menurut Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan
akhlak dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.3
Dengan demikian dari definisi akhlak dan kedua orang tua di atas dapat
disimpulkan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran
dan pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat di dalam jiwa
seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya
mulai dari di dalam kandungan maupun setelah dewasa.

1
A Mustafa, Akhlak Tasawuf, 1999. Pustaka Setia: Jakarta, Cet. III,h.11
2
Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo,h436
3
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, 1987. Darur Riyan,, Jilid. III,h.58
2
3

B. Norma Etis Melaksanakan Birrul Walidain


Semasa Mereka Masih Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya –
menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan
keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui
bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar
keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang
sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau
Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum
sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “
Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan
meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.4
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
   
     
   
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat


baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut
sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok
makannya.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
 
  
  
  

4
Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794
4

 
...   
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan,...”(QS. Al-Ahqaaf: 15)

   


   

 


... 
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS.
An-Nisaa’: 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.5
Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang
patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang
tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, beliau masih melayan
bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak
ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama
berakhir apabila ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS.14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak,
cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang
yang muqiimas Solat (mendirikan Solat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat
ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga
Abu Bakar As Siddiq ra.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya

5
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2005.
5

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


   
  

   
 
  
    
  
  
  
  
  
  

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’”
(QS. Al-Israa’: 23-24)

4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka


Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar
yang aqidah-nya menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi tetap
menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada
bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang
mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-
kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada QS.19 : 41-45.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu
dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah
Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah
tidur.Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil
6

memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul
walidain, karya Ibnu Jauzi)
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan
Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum
ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut
berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua
orang tua?” Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda:
“Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari no.
3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)6
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka
Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik
ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya
ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang
yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan
berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain
mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali
silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka.Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan
masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

6
Urwah bin Zubair . Ad-Darul Mantsur. jilid. 5 hal. 259
7

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu


perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka
wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu
termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain
termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para
Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila Mereka Meninggal Dunia (‫)بَ ْع َد َوفَاتِ ِه َما‬


1. Mensolati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda,
“Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)7
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim
Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu
bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua
4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah

7
Ibrahim Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif : Mesir Darul Ma.arif, 1972.h.85
8

seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga


teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di
kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara
ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana
meninggal dunia saat Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya
Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah
ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh.Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia.Setelah itu
Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap
yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan
Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada pengasuhnya yang
bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang
bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan
Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya
(Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di
dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan
tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari
ajaran al-Quran.
Menjaga akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh
kasih kepada kedua orang tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh
Allah SWT baik dalam Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa yang disegerakan
hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua.
Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya
berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik
didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan
kedua orang tua.

B. Saran
10

Akhir kata, semoga materi tentang akhlak ini dapat berguna bagi kita
semua dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena
sebagai manusia kita tak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak dan kawan semua.

DAFTAR PUSTAKA
9

A Mustafa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia: Jakarta, 1999.

Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo.

Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta
Press: Jakarta, 2005.

Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan,, Jilid. III, 1987.

Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794, 2006.

Ibrahim Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif : MesirDarul Ma.arif, 1972.

Urwah bin Zubair . Ad-Darul Mantsur, jilid 5.

Vous aimerez peut-être aussi