Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAHAN MAKANAN II
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan dan membandingkan berat jenis air susu (air susu murni, air susu
yang diencerkan 1 kali dengan aquades, dan filtrat air susu dari percobaan
pengendapan kasein (B3)).
b. Menguji reaksi air susu.
c. Menguji air susu secara kualitatif dengan pengendapan kasein.
d. Menguji reaksi warna protein dengan menggunakan beberapa pereaksi.
e. Menguji kadar P-organik dari kasein dengan menggunakan pereaksi Neumann.
f. Menguji endapan kasein dengan menggunakan Grease Spot Test (Tes Noda
Lemak).
g. Menunjukkan adanya laktalbumin dari pengendapan kasein.
h. Menunjukkan adanya laktosa dari filtrat pengendapan kasein.
i. Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik dari filtrat pengendapan kasein.
2. Waktu Praktikum
Senin, 8 Oktober 2018
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam perdagangan, ialah apa
yang kita beli, kita masak, dan kita susun menjadi hidangan. Contoh dari bahan makanan
adalah beras, jagung, daging. Telur dan sebagainya. Ada kelompok ahli gizi yang
menambahkan air dan oksigen sebagai makanan pula. Bahan makanan itu terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Karbohidrat misalnya, adalah nama kelompok
bagi ikatan-ikatan organik yang mempunyai fungsi menghasilkan energi dan mempunyai
karakteristik sejenis. Karbohidrat terdiri dari unsur C, H, O dan merupakan polyalcohol.
Lemak juga merupakan kumpulan ikatan-ikatan organik dengan berbagai struktur
molekul, tapi mempunyai karakteristik yang sama yaitu larut dalam zat-zat pelarut
tertentu. Bahan makanan sering juga disebut bahan pangan dan dalam perdagangan
disebut komoditi pangan adalah apa yang kita produksi atau perdagangkan, seperti daging,
sayur, buah dan juga termasuk susu (Soediaoetama,2004:17).
Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat dibutuhkan bagi
setiap manusia yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Dimana ketiga komponen tersebut
merupakan bahan makanan yang dibutuhkan oelh tubuh, karbohidrat mempunyai peranan
penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur,
dan lain-lain, protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Di dalam sel, protein terdapat sebagai
protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein dibagi menjadi dua yaitu
protein fibrous yang banyak bergantung pada struktur skunder dimana bentuk protein ini
boleh diulang, bentuk yang kedua yaitu protein globular (enzim dan antibodi) yang
banyak bergantung pada struktur bebas yang terdapat 20 jenis asam amino yang
digunakan untuk membentuk rantaian polipeptida (protein) fungsi, bentuk, ukuran dan
jenis protein akan ditentukan oleh jenis, bilangan dan taburan asam amino yang terdapat
di dalam struktur tersebut. Suber protein diantaranya yaitu salah satunya adalah susu yang
lebih dikenal dengan protein hewani (Hartono, 2006: 556).
Susu mengandung komponen bioaktif yang salah satu fungsinya sebagai zat
anti mikroba. Beberapa komponen bioaktif ini adalah enzim laktoperoksidase (LPO) dan
laktoferin (LF). Kedua enzim ini berperan aktif dalam menghambat pertumbuhan mikroba
dalam susu. LPO dan LF banyak diimobilisasi dari whey. Proses pembuatan whey sendiri
di nilai rumit dan komplek, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan susu skim.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengimobilisasi LPO dan LF dari susu skim yang
kemudian dihitung berapa bagian yang dapatterimobilisasi kedalam resin jenis Sepharose
Fast-Flow dengancara menghitung jumlah protein dengan metode Lowry, total protein
dengan spektrofotometri, aktifitas LPO, dan uji profil protein LPO dan LF menggunakan
SDS-PAGE. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi jumlah
laktoperoksidase dan laktoferin yang dapat terimobilisasi secara sempurna kedalam resin
jenis Sepharose Fast-Flow dari susu skim. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
dekriptif kuantitatif dengan 3 perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah susu sapi segar
skim dengan volume 20 ml, 30 ml dan 40 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan volume susu meningkatkan jumlah LPO dan LF dengan metode
Lowry dan aktifitas LPO. Tetapi jumlah LPO dan LF serta aktifitas LPO yang didapat
dinilai rendah. Sedangkan uji total protein diketahui volume susu yang ditambahkan tidak
mempengaruhi jumlah LPO dan LF yang didapat. Uji profil protein pada hasil imobilisasi
menunjukkan adanya kandungan lain selain LPO dan LF yaitu laktalbumin dan kasein
(Sari, Citra Septika,dkk, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein menurun pada susu kefir
yang difermentasi selama 36 jam. Jumlah bakteri asam laktat dan khamir akan terus
bertambah selama fermentasi berlangsung. Peningkatan jumlah bakteri asam laktat
menyebabkan meningkatnya metabolisme bakteri asam laktat yang membutuhkan lebih
banyak bahan baku untuk dimetabolisme. Bahan baku yang dibutuhkan bakteri asam
laktat untuk dimetabolisme adalah laktosa dan kasein. Laktosa dan kasein dimetabolisme
oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat, asam asetat, diasetil dan alkohol (Sawitri,
2012). Haryadi (2012) menjelaskan bahwa protein susu disusun oleh beberapa protein
spesifik yaitu kasein dan whey protein, dengan kadar kasein 80% dan sisanya whey
protein. Karena kasein adalah salah satu komponen penyusun protein susu maka
bertambahnya jumlah kasein yang digunakan untuk proses metabolisme oleh bakteri asam
laktat mengakibatkan jumlah protein yang terkandung pada susu kefir menurun (Susanti
dan Sri Utami, 2014).
Susu kambing mengandung sekitar 3.4% protein, termasuk di dalamnya
peptida bioaktif. Peptida bioaktif (contohnya peptida antibakteri) adalah fragmen protein
spesifik yang bermanfaat bagi fungsi tubuh manusia dan bisa diperoleh melalui proses
hidrolisis enzimatik. Penelitian mengenai peptida bioaktif dari susu kambing Indonesia
masih belum banyak dilaporkan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis profil protein dan peptida dari kasein susu kambing Etawa yang dihidrolisis
oleh papain dan menganalisis aktivitas antibakteri peptida terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Kasein diisolasi dari susu kambing segar dan dihidrolisis selama 0, 1, 3, 10,
dan 15 menit pada 500C dengan papain. Profil protein dan peptida dianalisis dengan
metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE)
(konsentrasi gel 20%). Hasil analisis menunjukkan bahwa pita protein hasil hidrolisis
menjadi semakin tipis seiring dengan bertambahnya waktu hidrolisis. Aktivitas antibakteri
dari isolat kasein dan peptida hasil hidrolisis dianalisis menggunakan microplate reader
selama 24 jam. Hasil analisis menunjukkan Isolat kasein dan peptida 3 menit
menunjukkan aktivitas antibakteri dengan memperpanjang fase lag yang paling baik
terhadap terhadap P. aeruginosa dibandingkan peptida lainnya (Lestari, Dian dan Via
Soesilo, 2017).
Tingkat proteolisis pada umumnya diukur sebagai tingkat hidrolisis (DH)
disebut persentase ikatan peptida dibelah. metode yang berbed digunakan untuk
mengevaluasi DH dari ikatan peptida yang tergantung pada tiga prinsip penting: jumlah
nitrogen yang dikeluarkan oleh hidrolisis protein dengan adanya agen presipitasi
(misalnya asam trikloroasetat), penentuan bebas α- kelompok amino dan titrasi proton
dilepaskan. Pengukuran ini menunjukkan keuntungan selama hidrolisis, tapi itu tidak
mungkin untuk mengikuti DH ketika viskositas mulai meningkat. Dengan demikian,
metode OPA digunakan dalam penelitian ini. Kehadiran SDS dalam larutan OPA
disajikan untuk menonaktifkan enzim dan memastikan eksposur penuh dengan kelompok
amino. Oleh karena itu, adalah mungkin untuk mengukur DH dalam penelitian kami.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, DH meningkat pesat dalam 20 menit pertama,
karena kandungan protein yang tinggi dan konsentrasi enzim. DH mencapai dataran tinggi
setelah 45 menit (DH = 45,2%) dan terus relatif konstanselama sisa reaksi hidrolisis.
Dalam penelitian ini, Fourier Transform inframerah (FTIR) analisis digunakan untuk
menyelidiki perbedaan dalam struktur sekunder dalam konformasi protein (Gambar 3).
Amida saya band ini terutama disebabkan C = O peregangan getaran [15], yang
ditunjukkan oleh fakta bahwa puncak penyerapan terbesar pada 1650 cm- 1 terdiri dari
beberapa band komponen yang tumpang tindih karena segmen protein dengan struktur
yang berbeda [16]. The dekonvolusi I band amida didasari oleh setidaknya lima
komponen, yang berada di 1615, 1638, 1655, 1670 dan 1687 cm- 1, masing-masing.
Kelima komponen semua sesuai dengan struktur sekunder yang berbeda [17]. Dua band
pada 1638 dan 1687 cm- 1 (Wang, Jinshui, dkk, 2013).
Pengaruh rasio massa kasein ke keratin pada diameter nanomicelles kompleks
diselidiki pada pH netral. Pengukuran DLS mengungkapkan bahwa dua protein
berinteraksi satu sama misel kompleks lainnya dan dibentuk dengan diameter sekitar 40-
65 nm pada pH 7,0 (Tabel 1 ). Hal itu juga menemukan bahwa salah satu diameter dari
nanomicelles kompleks dalam rasio massa yang berbeda dari kasein dan keratin yang
lebih kecil daripada yang baik misel kasein atau partikel keratin. Hal ini membuktikan
bahwa dua partikel protein memiliki hidrofobisitas yang kuat dalam proses reassembly.
Misel kasein dan partikel keratin dipisahkan sebagian ketika dua protein ini dicampur
bersama-sama. Peptida keratin bersaing dengan peptida kasein dan terikat pada situs
interior caseinmicelles dan menyebabkan dissociationof yang koloid kalsium fosfat (PKC)
(Zhou,Su,dkk, 2014).
Erlenmeyer 100 mL
kosong
Ditimbang
Diisi dengan
Diisi dengan
10 mL filtrat
10 mL susu
air susu dari
murni yang
Diisi dengan percobaan
telah
10 mL susu pengendapan
diencerkan
murni kasein (3)
dengan
Ditimbang Ditimbang
aquades 10
mL (1:1)
Ditimbang
Hasil
Hasil
3. Pengendapan Kasein
Hasil
Larutan protein
a. Reaksi Biuret
3 mL larutan protein
Hasil
b. Reaksi Millon-Nasse
2 mL larutan protein
Hasil
c. Reaksi Hopkins-Cole (Untuk Triptofan)
1 ml larutan protein
Hasil
d. Reaksi Xanthoprotein
3 ml larutan protein
1 mL larutan protein
Hasil
Hasil
f. Reaksi Molisch
1 mL larutan protein
Hasil
5. Reaksi Neumann untuk Kasein
Hasil
Hasil
Filtrat kasein
Filtrat Endapan
1 mL filtrat laktalbumin
b. Percobaan Fehling
1 mL Filtrat laktalbumin
Hasil
9. Menunjukkan Adanya Ion Ca dan P-anorganik
Filtrat laktalbumin
Hasil
(terbentuk endapan)
Disaring
Filtrat Endapan
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Penetapan berat jenis:
a. Erlenmeyer I
10 mL susu kedelai Berat erlenmeyer = 40,62 gram
ditimbang Berat erlenmeyer + susu = 53,64 gram
b. Erlenmeyer II
5 mL susu kedelai + 5 mL Berat erlenmeyer = 40,62gram
aquades ditimbang Berat erlenmeyer + susu = 50,64 gram
c. Erlenmeyer III
(Filtrat air susu kedelai dari Berat erlenmeyer = 40,62 gram
percobaan pengendapan kasein) Berat erlenmeyer + susu = 49,53 gram
10 mL filtrat susu ditimbang
2. Reaksi air susu:
Diukur pH susu kedelai yang pH = 6,78
masih baru dengan pH stick
Diukur pH susu kedelai yang pH= 6,71
telah dibiarkan selam 1 jam
dengan pH stick
3. Pengendapan Kasein
20 mL air susu kedelai+ 20 mL Setelah diencerkan, warna larutan susu
aquades, kemudian ditambahkan menjadi putih kecoklatan dan setelah
tetes demi tetes asam asetat ditambahkan asam asetat glacial 2 %,
glasial 2% sampai terjadi warna larutan tetap putih kecoklatan
endapan. dan terdapat endapan. Larutan menjadi
semakin encer.
a. Reaksi Biuret:
3 mL larutan protein + 1mL Larutan protein keruh kecoklatan
NaOH 40%
Tambahkan 4 tetes CuSO4 Larutan berwarna merah muda.
0,5%
b. Reaksi Millon-Nasse :
2mL larutan protein + 1 mL larutan protein setelah penambahan
reagen merkuri sulfat, merkuri sulfat menjadi keruh.
Dipanaskan Terbentuk endapan kuning yang
Didinginkan dibawah air kran menempel pada dinding tabung
dan ditambahkan 1 tetes Larutan berwarna kuning keruh dan
larutan NaNO2 1 % dan setelah dipanaskan larutan berwarna
dipanaskan di penangas air. orange muda terdapat endapan merah
bata.
c. Reaksi Hopkins-Cole
1mL larutan protein + 1 tetes tidak mengalami perubahan warna
formaldehid + 1 tetes reagen larutan berwarna putih keruh.
merkuri sulfat
Digojok + 1 ml asam sulfat Tabung menjadi panas, terbentuk dua
pekat (perlahan-lahan)melalui lapisan atas warna ungu (berbentuk
dinding tabung. cincin) bawah bening.
d. Reaksi Xantoprotein:
3mL larutan protein + 1 ml berwarna putih bening dan setelah
HNO3 pekat ditambahkan asam nitrat pekat warna
berubah menjadi kuning susu dan
dinding tabung reaksi hangat.
Dipanaskan Terdapat endapan putih kuning
Larutan dibagi menjadi 2, Tabung I + ammonia : Warna larutan
tabung I + ammonia, dan menjadi kuning.
tabung II tanpa amonia
Tabung II : warna larutan kuning
bening.
e. Reaksi Uji Sulfur
1 mL larutan protein + 1mL laruran berwarna putih keruh.
larutan NaOH 40%
Dipanaskan selama satu menit Terbentuk endapan putih.
Ditambahkan 1 tetes larutan larutan berwarna cream terdapat
Pb-asetat endapan putih.
7. Menunjukkan laktalbumin
Fitrat dari pengendapan kasein Setelah dipanaskan terdapat endapan
dipanaskan. dan berwarna putih susu
Saring dengan kertas saring. Dihasilkan filtrat yang bening
8. Menunjukkan adanya laktosa
a. Percobaan benedict:
1 mL Filtrate laktalbumin + 1 mL Filtrat laktalbumin menjadi warna biru
Benedict + 8 tetes larutan glukosa muda.
b. Percobaan fehling:
Fitrat ditambahkan dengan reagen Larutan berwarna biru pekat
Fehling (Fehling A + Fehling B)
Dimasukkan dalam penangas air Larutan tetap berwarna biru pekat.
9. Menunjukkan adanya ion Ca dan P-
anorganik
Filtrat laktalbumin ditambah larutan bening
NH4OH beberapa tetes
Dipanaskan dengan penangas. Saat dipanaskan tidak terjadi perubahan
dan tidak ada endapan.
Endapan disaring dan ditambah Filtrat yang dihasilkan berwarna bening
K-oksalat jenuh setelah ditambahkan k-oksalat jenuh
terbentuk larutan putih keruh.
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan
Berat Jenis Air Susu kedelai
Diketahui : Volume air susu kedelai = 10 mL
= 10 x 10-3 L
Dijawab :
= 53,64 gram-40,62gram
= 13,02 gram
massa
Massa jenis susu kedelai = volume
13,02 gram
= 10 mL
= 1,302 gram/mL
10,02 gram
= 10 mL
= 1,002 gram/mL
Berat Jenis Filtrat Air Susu dari Pengendapan Kasein
Diketahui: Volume filtratair susu = 10 mL
massa
Massa jenis filtrat air susu = volume
8,91 gram
= 10 mL
= 0,891 gram/mL
Reaksi Air Susu
Susu kedelai
o pH awal = 6,78
o pH setelah 1 jam = 6,71
2. Persamaan Reaksi
a. Pengendapan Kasein
O R
O R
Protein + Cu2+ NH NH
2+
Cu
NH NH
R O
R O
COOH Serbuk Mg
serbuk CHO
COOH Mg COOH
Reaksi Xanthoprotein
+H2O
O O
O O
HN -HN
NH2 O NH2
+ HNO3 +
N + H2O
O
HO HO Endapan kuning
HS OH + NaOH Na S OH + H2O
NH2 NH2
Na
O O O
Reaksi Molisch
OH
R OH
H2N H2N
NH O +
O NH
O R
OH
+
OH OH
NH NH
O R
O R warna ungu
OH OH
Reaksi Fehling
O R
2+
R C OH Cu 2O
+ Cu HO CH 2 merah bata
G. PEMBAHASAN
Percobaan kedua yaitu reaksi air susu. Dimana sebanyak 2 mL susu kedelai
diukur pHnya dengan interval waktu 1 jam. PH awal susu kedelai adalah 6,78 , setelah
didiamkan selama 1 jam, pHnya tetap 6,71. Dimana air susu kedelai sebelum dan sesudah
didiamkan bersifat sedikit asam. Berdasarkan teori susu yang didiamkan dapat menyebabkan
pembentukan asam dalam susu yang diistilahkan dengan “masam” yang disebabkan karena
adanya asam laktat, pengasaman susu ini disebabkan karena aktivitas bakteri yang memecah
laktosa membentuk asam laktat. Nilai pH yang konstan menunjukkan minimnya aktivitas
bakteri sehingga tidak terjadi peruraian laktosa menjadi asam laktat.
Percobaan ketiga yaitu pengendapan kasein. Sebanyak 20 mL susu kedelai
diencerkan dengan 20 mL aquades, kemudian ditambahkan asam asetat glasial 2% secara
kualitatif hingga terbentuk endapan. Asam asetat glasial 2% yang ditambahkan dimaksudkan
agar protein susu yang telah terderatulasi parsial dengan ikatan antarmolekulnya agak
membuka. Asam asetat glasial 2% ditambahkan sedikit atau setetes demi tetes agar nantinya
terbentuk endapan secara maksimal, dimana dengan penambahan asam asetat sedikit demi
sedikit akan menyebabkan penguaraian atau pemisahan senyawa penyusun protein dapat
terjadi secara teratur, sehingga terjadi pemisahan komponen secara optimal. Jika dilakukan
penambahan asam asetat sekaligus maka proses pemisahan komponen dikhawatirkan kurang
optimal dikarenakan terdapat komponen lain yang seharusnya tidak ikut mengendap menjadi
ikut mengendap akibat adanya reaksi pengikatan yang kuat oleh asam asetat yang dituangkan
sekaligus. Kemudian endapan disaring menggunakan corong Buchner untuk mendapatkan
kasein dan filtrat. Kasein berwarna cream dan filtrat berwarna bening. Kasein merupakan
jenis protein terpenting dalam susu dan terdapat dalam bentuk kalsium kaselnak. Kasein
merupakan partikel-partikel yang berdiamer sekitar 80 mm dan membentuk suspensi kaloid
dalam susu. Kasein dapat diendapkan dengan asam, alkohol, renek, dan logam berat, borat.
Dan dalam praktikum ini digunakan asam untuk mengendapkan protein. Asam dapat
memindahkan kasein dari sari kalsium. Pada suhu yang tinggi jumlah asam yang diperlukan
untuk koagulasi kasein lebih sedikit dibandingkan jika koagulasi dilakukan pada suhu rendah.
Percobaan keempat yaitu reaksi-reaksi warna protein yang terdiri atas reaksi
biuret (untuk ikatan peptida), reaksi Millon-Nasse (untuk Tirosin), Reaksi Hopkins-Cole
(untuk Triptofan), reaksi Xantoprotein (untuk asam amino dengan inti benzena), uji sulfur,
dan reaksi Molish. Endapan kasein (dari percobaan 3) dilarutkan dengan 15 mL aquades
untuk memperoleh larutan protein. Untuk reaksi biuret, diambil 3 mL larutan protein,
kemudian ditambahkan 1 mL larutah NaOH 40% dan 1 mL larutan CuSO4 0,5%, sehingga
larutan berubah warna menjadi merah muda yang mengindikasikan adanya ikatan peptida. Uji
biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji.
Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan
asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan
ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan
dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air
sehingga disebut reaksi kondensasi. Perubahan yang terjadi akibat adanya persenyawaan
antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin
panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu,
semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan
warna merah muda.
Untuk reaksi uji sulfur, diambil 1 ml larutan protein dan ditambahkan NaOH 40%,
larutan berwarna putih keruh. Peran NaOh untuk memutuskan ikatan S, sehingga S dapat
berikatan dengan Pb asetat membentuk PbS atau endapan. Sedangkan Pb berperan sebagai
donor untuk Pb+ .Kemudian, dipanaskan selama 1 menit, sehingga terbentuk endapan putih.
Tujuan pemanasan untuk mengubah S-organik menjadi Na-sulfida. Selanjutnya ditambahkan
Pb-asetat yang mengakibatkan larutan berubah warna menjadi cream dan terdapat endapan
putih. Berdasarkan teori, uji ini digunakan untuk menentukan adanya senyawa belerang atau
sulfur pada asam amino yang berupa sistin dan metionin. Larutan dinyatakan positif (+)
mengandung gugus belerang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi abu atau
hitam. Sistein dan metionin merupakan asam amino esensial yang memiliki atom S. Sistein
menjadi sumber utama dalan sintesis senyawa biologis yang mengandung belerang. Jika
dibandingka dengan teori, percobaan uji sulfur yang dilakukan menunjukkan hasil negatif (-)
mengadung sulfur.
Untuk reaksi uji Molish, diambil 1 ml larutan protein dan ditambahkan 2 ml α-naftol,
kemudian dikocok. Larutan yang semula berwarna putih keruh terbentuk 2 lapisan yaitu
coklat dan keruh. Selanjutnya, dialiri 1 ml H2SO4 pekat secara perlahan-lahan. Dinding tabung
reaksi terasa panas dan terbentuk 2 lapisan , dimana lapisan yang di bawah berwarna hitam
dan lapisan atas berwarna coklat. Berdasarkan teori, uji Molisch dilakukan untuk
mengindentifikasi gugus karbohidrat pada protein. Albumin ditambah reagen Molisch dan
H2SO4 pekat menghasilkan larutan berwarna merah hati yang mengandung sedikit gelembung
dan terdapat warna ungu yang membentuk semacam cincin. Sakarida jika dipanaskan dalam
asam kuat akan terdehidrasi menjadi furfural yang ditambahkan α-naftol atau timol
menghasilkan senyawa berwarna. Albumin yang merupakan protein, jika diuji dengan
Molisch menunjukkan positif berarti protein tersebut mengandung sakarida. Hal ini
menunjukkan bahwa albumin merupakan protein yang dapat mengikat senyawa atau unsur
lain, seperti sakarida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perobaan ini positif (+)
mengandung karbohidrat.
Percobaan kelima yaitu reaksi Neumann untuk kasein (P-Organik dari kasein). Sisa
endapan kasein dikeringkan di atas kertas saring, warna endapan susu berwarna cream.
Kemudian dipindahkan ke tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes HNO3 pekat, larutan
berubah warna menjadi orange. Ditambahkan H2SO4 pekat yang mengakibatkan larutan
menjadi lebih larut dan terasa hangat. Selanjutnya dipanaskan sambil dikocok hingga keluar
asap putih (jika larutan berwarna ditambahkan asam nitrat pekat), setelah ditambahkan HNO3
pekat tidak terjadi perubahan. Hal ini berarti pada ksein masih terdapat adanya P yang belum
seluruhnya berubah menjadi asam fosfat. Terakhir, ditambahkan 2 ml ammonium hepta
molibdt, digojok dan dipanaskan, larutan berwarna kuning. Adanya perubahan warna larutan
menjadi kuning jernih menunjukkan terjadinya perubahan P menjadi asam fosfat yang optimal
meskipun tidak semuanya.
Percobaan keenam yaitu Grease Spot Test (Test noda lemak). Sebagian endapan
kasein (hasil percobaan 3) dikocok dengan sedikit dietil eter. Warna endapan kasein adalah
cream, setelah ditambahkan dietil eter tidak terjadi perubahan warna. Pada susu kedelai proses
pelarutan dengan eter tidak erjalan dengan sempurna, hal ini dikarenakan endapan (kasein)
dari susu kedelai terlalu kering dan keras sehingga proses pemutusan atau penguraian
ikatannya makin sulit terjadi dan hal ini akan mempengaruhi tingkat kelarutannya dalam dietil
eter. Selanjutnya diuapakan dan diusap menggunakan kertas saring. Hasilnya terdapat banyak
bercak transparan seperti minyak. Percobaan ini membuktikan susu kedelai positif (+)
mengandung lemak.
H. KESIMPULAN
a. Untuk berat jenis dari masing-masing sampel air susu diperoleh nilai sebesar 1,302
gram/mL untuk susu kedelai 1,002 gram/mL untuk susu kedelai yang diencerkan dan
0,891 gram/mL untuk susu dari pengendapan kasein. Adanya perbedaan berat jenis
dari masing-masing sampel susu dikarenakan pengaruh dari volume total dan volume
tanpa protein (kasein).
b. Reaksi air susu, pada susu kedelai PH awalnya adalah 6,78 setelah didiamkan selama
1 jam, pHnya menjadi 6,71. Dimana air susu kedelai sebelum dan sesudah didiamkan
bersifat sedikit asam.
c. Pada pengujian air susu secara kualitatif dengan pengendapan kasein diketahui bahwa
dengan adanya penambahan asam asetat glasial dapat memindahkan kasein dari sari
kalsium yang ditandai oleh terbentuknya endapan kasein dan fitrat bening.
d. Pengujian warna protein menggunakan beberapa pereaksi menujukkan hasil positif
pada uji biuret (untuk ikatan peptida), reaksi Millon-Nasse (untuk Tirosin), Reaksi
Hopkins-Cole (untuk Triptofan), reaksi Xantoprotein (untuk asam amino dengan inti
benzena), dan reaksi Molish. Namun, hasil yang negatif diperoleh dari uji sulfur.
e. Pengujian kadar P-Organik dari kasein dengan menggunakan perekasi Neunmaan,
terbentuknya larutan berwarna coklat hitam menujukkan adanya P yang terdapat
dalam endapan yang tidak berubah seluruhnya mmenjadi asam fosfat. Hal tersebut
menunjukkan adanya P-Organik dari kasein.
f. Terbentuknya bagian transparan pada kertas saring pada grease spot test menunjukkan
adanya lemak yang terdapat pada endapan pada percobaan pengendapan kasein.
g. Terbentuknya 2 lapisan yang berwarna bening dan keruh yang merupakan koagulan
dalam fitrat air susu tersebut menunjukkan adanya laktalbumin atau protein yang
terlarut.
h. Pada susu kedelai menunjukkan hasil positif untuk uji Benedict yang menunjukkan
adanya kandungan laktosa dalam fitrat. Hal tersebut dibuktikan dengan terjadinya
perubahan warna menjadi merah bata. Sedangkan, pada uji Fehling menunjukkan hasil
negatif, dimana larutan tetap berwarna biru.
i. Terbentuknya larutan yang keruh menujukkan adanya ion Ca yang terdapat dalam
fitrat. Sedangkan terbentuknya endapan putih merupakan endapan gelartinous dari Ca
dan Mg fosfat.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi, Diet dan Rumah Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Djalip, Ahmad. 2007. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid A. Jakarta :Penerbit Dian
Rakyat.
Lestari, Dian dan V.V Soesilo. 2017. Aktivitas Antibakteri Peptida Kasein Susu Kambing
Hidrolisis Oleh Papain Terhadap Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Pangan dan
Pertanian. Vol 1 No 1: 81.
Sari, Citra Septika, Kusrahayu, A.N Al-Baarrizi. 2014. Imobilisasi Komponen Bioaktif Susu
dengan Menggunakan Resin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 3 No 1: 26.
Susanti dan S. Utami. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Susu
Kefir Sebagai Bahan Penyusun Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Biokimia. Vol 1 No
1: 45.
Soediaoetama, Djaeni Achmad. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid IA.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Wang, Jinshui, Y. Su, F. Jia, dan H. Jin. 2013. Characterization of casein hydrolysates
derived from enzymatic hydrolysis. Vol 7 No 62: 4.
Zhou, Su, W. Hong-Ru, dan H. Mian. 2014. Characterization of the Casein/Keratin Self-
Assembly Nanomicelles. Journal of Nanomaterials. Vol 1 No 1: 2.
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
ACARA IV
BAHAN MAKANAN II
Disusun oleh:
NIM : G1C016052
UNIVERSITAS MATARAM
2018