Vous êtes sur la page 1sur 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia begitu cepat. Apalagi, ternyata dasar penularan
awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik. Diperkirakan saat ini
terdapat lebih dari 1,3 juta penderita HIV dan AIDS akibat jarum suntik.
Jika terus berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2020 jumlah itu akan
meningkat menjadi 2,3 juta orang. 46 persen di antaranya adalah pengguna
narkoba suntik. Oleh karena itu, setiap lini di tataran masyarakat dan
pemerintah Indonesia perlu bekerja sama melakukan penanganan secara
cepat, membangun dan mengelola sistem jangka panjang, serta
memperbaiki sistem pelayanan kesehatan dan distribusi yang lemah.
Dan sebagai tenaga kesehatan, perawat sebagai mitra bagi dokter
dan tenaga kesehatan lainnya perlu memiliki pengetahuan tentang
HIV/AIDS dan penatalaksanaannya sebagai bentuk tuntutan masyarakat
agar penderita dan penyebaran HIV/AIDS dapat tertangani secara
komprehensif.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain
merupakan tugas kelompok juga merupakan materi bahasan dalam mata
kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Dimana mahasiswa dari setiap kelompok
akan membahas materi, sesuai judul materi yang telah ditugaskan kepada
masing-masing kelompok. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
“AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome)” yang merupakan
penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh manusia, terutama
kebanyakan pada remaja yang dapat memudahkan atau membuat rentan si
penderita terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh. AIDS
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno-deficiency
Virus (HIV).

1
B. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah disusun makalah ini mahasiswa keperawatan mampu
memahami efektifitas Asuhan Keperawatan pada klien dengan HIV/AIDS
sesuai dengan Pendekatan Proses Keperawatan

Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah disusun makalah ini mahasiswa keperawatan mampu:
1. Menjelaskan Latar Belakang penyusunan makalah tentang HIV/AIDS
2. Menjelaskan Tujuan Umum & Khusus dari pembelajaran HIV/AIDS
3. Memahami Manfaat Penulisan makalah tentang HIV/AIDS
4. Menjelaskan Konsep Dasar Penyakit HIV/AIDS
5. Memahami Pengertian HIV/AIDS
6. Memahami Anatomi Fisiologi HIV/AIDS
7. Memahami Patofisiologi HIV/AIDS
8. Memahami Tanda dan Gejala HIV/AIDS
9. Memahami Penatalaksanaan Medis/keperawatan HIV/AIDS
10. Asuhan Keperawatan pada klien HIV/AIDS.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain :
Bagi Pendidikan:
1. Sebagai bahan pertanggungjawaban mahasiswa dalam mengerjakan
tugas kelompok dari mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS.
2. Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap
mahasiswa; baik dalam penyusunan makalah maupun presentasi
makalah.
Bagi Mahasiswa:
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok.
2. Mahasiswa mampu menguasai bahan makalah dan mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.

2
3. Mahasiswa memiliki pengetahuan dan kemampuan di dalam merawat
atau menangani kasus HIV/AIDS.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih
katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan
ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit
bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah
bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan
dibawa sejak lahir).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (
HIV ), (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV,
mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang
nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi
yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi (Center for Disease Control and Prevention).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat
supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

4
B. Anatomi Fisiologi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) termasuk salah satu
retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T).
Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda
kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang
mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.

C. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan
infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi

5
gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah
ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai
timbulnya penyakit lebih pendek.

D. Patofisiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala
yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi
virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok,
mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada
sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom
ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 –
6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk
antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita
dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih
negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam
masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara
progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5
10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.

6
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV )
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000
sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-
3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang
merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam
kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat
dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
 Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty).
 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup
 Angiomatosis Baksilaris
 Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi

7
 Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )Gejala
konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
 Leukoplakial yang berambut.
 Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
 Idiopatik Trombositopenik Purpura.
 Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii.
3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup
 Kandidiasis bronkus, trakea / paru-paru, esophagus.
 Kanker serviks inpasif.
 Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata.
 Kriptokokosis ekstrapulmoner.
 Kriptosporidosis internal kronis.
 Cytomegalovirus (bukan hati,lien, atau kelenjar limfe).
 Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan).
 Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
 Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis).
 Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner).
 Isoproasis intestinal yang kronis.
 Sarkoma Kaposi.
 Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak.
 Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner.
 M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner).
 Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner.
 Pneumonia Pneumocystic Cranii.
 Pneumonia Rekuren.
 Leukoenselophaty multifokal progresiva.
 Septikemia salmonella yang rekuren.

8
 Toksoplamosis otak.
 Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV).

E. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang
ditemui pada penderita AIDS :
1. Panas lebih dari 1 bulan
2. Batuk-batuk
3. Sariawan dan nyeri menelan
4. Badan menjadi kurus sekali
5. Diare
6. Sesak napas
7. Pembesaran kelenjar getah bening
8. Kesadaran menurun
9. Penurunan ketajaman penglihatan
10. Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,


karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau
tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah
tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat
fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS)
akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah

9
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
a) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa
seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala,
diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
b) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
c) Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari
3 bulan.

Komplikasi

Berdasarkan data-data hasil penilaian komplikasi yang mungkin


terjadi mencakup : (Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8, EGC, Jakarta, 2001: 1734)
 Infeksi oportunistik.
 Kerusakan pernapasan atau kegagalan respirasi.
 Syndrome pelisutan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan.

Penyakit yang Sering Menyerang Perilaku AIDS


Dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penderita menjadi
lebih mudah terserang penyakit infeksi maupun kanker. Bahkan penyakit-
penyakit inilah yang sering menjadi penyebab kematian penderita. Infeksi
yang timbul karena melemahnya kekebalan tubuh ini disebut infeksi
oportunistik. Sebagian besar penyakit infeksi yang timbul merupakan
reaktivasi (pengaktifan kembali) kuman yang sudah ada pada penderita,

10
jadi bukan merupakan infeksi baru. Sementara itu, untuk infeksi
parasit/jamur tergantung prevalensi parasit/jamur di daerah tersebut.
Berikut penyakit yang ditemukan pada penderita AIDS :
 Kandidiasis oral dan esophagus,
 Tuberkulosis paru/ekstrapulmoner,
 Infeksi virus sitomegalo,
 Pneumonia rekurens,
 Ensefalitis toksoplasma,
 Pneumonia P. Carinii,
 Infeksi virus herpes simpleks.
Atau dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis,peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis.
Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

11
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi
sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Walau belum ada obat penyembuh AIDS, namun telah ditemukan
beberapa obat yang dapat menghambat infeksi HIV dan beberapa obat
yang secara efektif dapat mengatasi infeksi. Jadi sebagian besar masalah
klinik dapat diobati, kualitas hidup dapat diperbaiki dan harapan hidup
dapat ditingkatkan.
Pada umumnya pengobatan penderita AIDS dapat dibagi menjadi 3
yaitu pengobatan terhadap HIV, pengobatan terhadap infeksi oportunistik,
dan pengobatan pendukung seperti nutrisi, olahraga, tidur, psikososial, dan
agama.

12
Penularan Penyakit AIDS
Biaya pengobatan penyakit ini amat mahal, padahal hasilnya pun
masih belum memuaskan, karena itu akan lebih baik mencegah timbulnya
penyakit ini bila dibandingkan mengobati. Untuk melakukan upaya
pencegahan perlu diketahui bagaimana cara penularan penyakit ini.
Pada prinsipnya penularan penyakit ini dapat melalui hubungan
seksual, parenteral, dan perinatal. Kendati efektifitas penularan seksual
sangat kecil dibandingkan jalur penularan lain, yaitu berkisar 0,1 – 1 %,
tetapi karena frekuensi kejadiannya sangat besar maka prosentase
penularan HIV secara seksual akhirnya menjadi sangat besar.

Cara Penularan

Berikut cara penularan AIDS di Indonesia


1. Hubungan seksual
2. Pengguna narkotika suntik bergantian
3. Perinatal
4. Tranfusi darah
5. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
6. Alat-alat untuk menoreh kulit

Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan
dengan:
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

13
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir.

Terapi Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
 Didanosine
 Ribavirin
 Diedoxycytidine
 Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

14
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun.
6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DAN CONTOH KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama :Tn. J (Laki-laki, 19 tahun).
Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
Agama : Kristen Katholik
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan/pekerjaan : STBA Makasar
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Makam Peneleh Surabaya

2. Penanggung jawab pasien


Tidak ada.

3. Keluhan utama
Klien mengeluh mencret selama 1 bulan
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk
dan pilek.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak umur 15 tahun, pasien mengkonsumsi obat putaw
dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya
dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena
merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Klien tinggal
di Surabaya sejak 6 bulan yang lalu, Klien juga punya riwayat
melakukan Sex bebas. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret
3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan
tak terkontrol. Klien tgl 01-10-2017, memeriksakan diri ke UGD

16
RSUD Dr. Soetomo dan selanjutnya di rawat di Ruang Tropik laki
RSDS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan
dalam keluarga klien.

d. Aktivitas Hidup Sehari – hari


Aktivitas sehari- Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit
hari

A. Makan dan Pola makan tidak teratur, Pola makan 3 kali/hari


minum tetapi tidak ada napsu bubur, namun tidak ada
1. Nutrisi makan, terutama jika napsu makan, nyeri saat
sudah memakai obat. menelan, makan hanya
1/2 porsi.
Minum air putih dengan Minum air putih 2-3
2. Minum jumlah tidak tentu kadang gelas dan teh hangat 2-3
minuman keras. gelas.

Mencret 5 X/hari, seperti Mencret dengan


B. Eliminasi lendir, tidak bercampur frekuensi 5-7 X/hari,
darah dan berbau. BAK 2 encer, tidak ada isi tanpa
X hari dan tidak ada diikuti sakit perut dan
kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak
ada kelainan
C. Istirahat dan Pasien tidak bisa istirahat Pasien istirahat di tempat
tidur dan tidur karena terus tidur saja. Pasien tidak
keluar memcret serta bisa istirahat dan tidur
perasaan tidak menentu karena terus keluar
akibat tidak dapat putaw mencret serta perasaan
sejak 20 hari. tidak menentu akibat

17
tidak dapat putaw sejak
20 hari.

D. Aktivitas Pasien sebagai guide Pasien mengatakan tidak


freelance sejak sebulan bisa melakukan
tidak bekerja aktivitasnya karena
lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat lelah.
Pasien partial care.

E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas,


dan menggosok gigi
dilakukan di tempat tidur.
Hambatan dalam
melakukan kebersihan
diri adalah lemah
F. Rekreasi Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita
memakai putaw. dengan petugas.

e. Psikososial.
1) Psikologis
Pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien
hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien
punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.
Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme
koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada
tanggal 14-1-2017 bermaksud melakukan bunuh diri dengan
menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.

18
b. Sosial
sejak 17 tahun sudah tidak berkomunikasi dengan
keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya
sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.
c. Spiritual
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien
minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral
Surabaya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat. Kesadaran
kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 110/70 mmHg, N 120 x/menit,
S 37,8 0C, RR 22 X/menit.
2) Head to toe :
 Kepala
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala
nampak kotor dan berbau.
 Rambut
Rambut ikal, nampak kurang bersih.
 Mata (penglihatan)
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva
anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat
bantu kacamata.
 Hidung (penciuman)
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum,
epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi
penciuman normal.
 Telinga (pendengaran)
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe,
peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak
ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi
pendengaran normal.

19
 Mulut dan gigi
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak
ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan
tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
 Leher
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba,
tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku
kuduk/tengkuk.
 Thoraks
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal.
Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2
tunggal. Tidak ada murmur.
 Abdomen
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak
membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus
14 X/menit.
 Reproduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
 Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan
sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat
tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
 Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
g. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Tanggal 01-10-2017
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25

20
Terapi : tanggal 14-1-2002
- Diet TKTP
- RL 14 X/mnt
- Cotimoxazol : 2 X II tab
- Corosorb : 3 X 1 tab
- Valium : 3 X 1 tab
Analisa Data
Data pendukung Masalah Etiologi

1. Subyektif : Intoleransi Aktivitas Kelemahan


Pasien mengatakan
lemah, cepat lelah,
bila melaukan
aktivitas, terbatas.
Obyektif :
Keadaan umum
lemah, pucat, ADL
sebagian dibantu,
pasien partial care.
2. Subyektif : Nutrisi Intake yang tidak adekuat
Pasien mengatakan
tidak ada nafsu
makan, saat
menelan sakit,
mengatakan tidak
bisa menghabiskan
porsi yang
disiapkan.
Obyektif :
Lemah, 4 hari tidak
makan, mulut kotor,

21
lemah, holitosis,
lidah ada bercak-
bercak keputihan,
Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva anemis.

3. Subyektif : Resiko defisit cairan Diare


Pasien mengatakan tubuh Intake kurang
diare sejak 1 bulan
yang lalu,
mengatakan
menceret 5-7
kali/hari, kadang
demam dan keringat
pada malam hari,
minum 2-3
gelas/hari.
Obyektif :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi,
BAB encer,
membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20
X/menit

4. Subyektif : Resiko bunuh diri Harga diri rendah


Klien merasa
diasingkan oleh
keluarga dan teman-
temannya, klien
tidak punya uang

22
lagi, klien merasa
frustasi karena
tidak punya teman
dan merasa
terisolasi. Minta
dipanggilkan Pastur
Jelantik dari Gereja
Katedral.
Obyektif :
Mencoba
melakukan
percobaan bunuh
diri tanggal 14-1-
2017, dengan
berusaha
menceburkan diri
dari lantai II.

B. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)


1. Kekurangan cairan tubuh b.d diare
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Resiko bunuh diri b.d harga diri

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil
Resiko melakukan Setelah 1. Waspada 1. Karena
bunuh diri b.d dilakukan pada setiap tanda tersebut

23
keputusasaan. tindakan ancaman bunuh sebagai tanda
keperawatan diri permintaan
diharapkan 2. Jauhkan tolong
klien tidak semua benda 2. Untuk
membahayakan berbahaya dari mencegah
dirinya sendiri lingkungan penggunaan
secara fisik klien benda tersebut
untuk tindakan
3. Observasi bunuh diri
secara ketat 3. Untuk
4. Observasi mencegah jika
jika klien ditemukan gejala
minum obat perilaku bunuh
diri
5. 4. Obat
Komunikasikan mengandung
kepedulian antidepresan
perawat kepada dapat
klien. mengurangi
perilaku bunuh
6. Waspada diri klien.
jika tiba-tiba 5. Untuk
menjadi tenang meningkatkan
dan tampak harga diri klien
tentram
7. Dukung 6. Karena
perilaku positif hal tersebut
klien. merupakan suatu
cara mengelabui
petugas.
7.
Meningkatkan

24
harga diri klien

Gangguan nutrisi Setelah 1. Monitor


kurang dari dilakukan kemampuan 1.
kebutuhan tubuh tindakan mengunyah dan Mengetahui jenis
berhubungan perawatan menelan. makanan yang
dengan intake yang pasien 2. Monitor lebih cocok
inadekuat. mempunyai intake dan 2. Untuk
intake kalori ouput. membandingkan
dan protein kebutuhan
yang adekuat 3. dengan suplai
untuk Rencanakan sehingga
memenuhi diet dengan diharapkan tidak
kebutuhan pasien dan terjadi kurang
metaboliknya orang penting nutrisi
dengan kriteria lainnya. 3. Untuk
pasien makan 4. Anjurkan mengurangi
TKTP, serum oral hygiene kotoran dalam
albumin dan sebelum mulut yang dapat
protein dalam makan. menurunkan
batas normal, nafsu makan.
menghabiskan 5. Anjurkan 4. Untuk
porsi yang untuk beri mengatasi
disiapkan, tidak makanan penurunan
nyeri saat ringan sedikit keluhan makan
menelan, mulut tapi sering.
bersih 6. Timbang
TB/BB

Kekurangan cairan Keseimbangan 1. Monitor 1. Volume


tubuh berhubungan cairan dan tanda-tanda cairan deplesi
dengan diare. elektrolit dehidrasi. merupakan

25
dipertahankan komplikasi dan
dengan kriteria 2. Monitor dapat dikoreksi.
intake intake dan 2. Melihat
seimbang ouput kebutuhan cairan
output, turgor 3. Anjurkan yang masuk dan
normal, untuk minum keluar.
membran peroral 3. Sebagai
mukosa 4. Atur kompensasi
lembab, kadar pemberian akibat
urine normal, infus dan peningkatan
tidak diare eletrolit : RL output.
setealh 5 hari 20 tetes/menit. 4.
perawatan Memenuhi
5. Kolaborasi kebutuhan intake
pemberian yang peroral
antidiare yang tidak
antimikroba terpenuhi.
5.
Mencegah
kehilangan
cairan tubuh
lewat diare
(BAB).

Intolerans aktivitas Pada saat akan 1. Monitor 1. Respon


berhubungan pulang respon bervariasi dari
dengan kelemahan. diharapkan fisiologis hari ke hari
pasien sudah terhadap 2.
mampu aktivitas Mengurangi
berpartisipasi 2. Berikan kebutuhan energi
dalam kegiatan, bantuan
dengan kriteria perawatan yang 3. Ekstra

26
bebas dyspnea pasien sendiri istirahat perlu
dan takikardi tidak mampu jika karena
selama 3. Jadwalkan meningkatkan
aktivitas. perawatan kebutuhan
pasien sehingga metabolik
tidak
mengganggu
istirahat.

Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Tindakan
Evaluasi keperawatan
kep. keperawatan
1. a. Mewaspadai setiap
1.
ancaman bunuh diri
2. b. Menjauhkan semua
benda berbahaya
dari lingkungan
klien
3 c. Mengobservasi
klien minum obat
d. Komunikasikan
kepedulian perawat
kepada klien.
5. e. Waspada jika tiba-
tiba menjadi tenang
dan tampak tentram
6. f. Dukung perilaku
positif klien.
7a. memonitor S : mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak
2.
kemampuan ada napsu makan, menelan sakit

27
mengunyah dan O: lemah, lidah bercak keputuihan
menelan. A : masalah belum teratasi
8b. memonitor intake P: tindakan keperawatan dipertahankan
dan ouput
9c. merencanakan diet
dengan pasien dan
orang penting
lainnya.
1d. mengnjurkan oral
hygiene sebelum
makan.
e.menganjurkan untuk
beri makanan ringan
sedikit tapi sering.
1f. menimbang TB/BB

6a. memonitor tanda- S : mengatakan minum hanya 6 sendok,


3
tanda dehidrasi. tidak merasa sedang menceret.
. b.memonitor intake O: perut kembung, diare, encer, turgor
dan ouput menurun, membran mukosa kering.
8.c. menganjurkan untuk A : masalah belum teratasi
minum peroral P: tindakan keperawatan dipertahankan
9 d.mengatur pemberian
infus dan eletrolit :
RL 20 tetes/menit.
1c.mengkolaborasi
pemberian antidiare
antimikroba
4. 4. a. memonitor respon S : mengatakan lemah.
fisiologis terhadap O: perut kembung, terpasang infus, bed rest,
aktivitas lemah, pucat.
5. b. memberikan A : masalah belum teratasi

28
bantuan perawatan P: tindakan keperawatan dipertahankan
yang pasien sendiri
tidak mampu
6. c. Jadwalkan
perawatan pasien
sehingga tidak
mengganggu
istirahat.

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome. Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit
keturunan, immuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya
kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan
infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi
gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah
ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai
timbulnya penyakit lebih pendek.

B. Saran
Perawat dari segala bidang pekerjaan dapat diminta untuk
memberikan perawatan kepada penderita infeksi HIV. Tantangan yang
dihadapi perawat disini bukan hanya tantangan fisik penyakit yang bersifat
epidemic tapi juga masalah emosi dan etis. Kekhawatiran, ketakutan akan
tertular penyakit tersebut dialami oleh perawat, tetapi di satu sisi itu
merupakan tanggung jawab untuk memberikan perawatan, penghargaan
terhadap klarifikasi, kerahasiaan pasien.

30
Perlu diingat bahwa disini perawat tetap bertanggung jawab
terhadap kerahasiaan dan privasi pasien. Perawat setiap hari bergelut
dengan orang-orang yang sakit dan kematian, dan AIDS adalah penyakit
dengan tingkat mortalitas yang tinggi, yang kematiannya relative cepat,
dan yang terutama adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Maka
akan terjadi peningkatan stressor perawat, untuk menghindari itu pahami
betul apa yang sedang kita hadapi. Proteksi diri kita sendiri, cegah infeksi
dan penularan penyakit tersebut pada saat kita harus berhadapan
dengannya, karena itu merupakan tanggungg jawab kita. Jangan sampai
menunjukkan perasaan takut dan cemas tersebut dihadapan pasien karena
itu sangat tidak etis, sebab kita merupakan orang yang dituntut untuk tahu
banyak tentang penyakit AIDS dan pencegahan penularannya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Sudarth ed. 8, EGC, Jakarta, 2001.
Marylinn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0604_aids.htm
http://www. patriani-gift.blogspot.com/2009/02/download-askep-hivaids.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Virus

32

Vous aimerez peut-être aussi