Vous êtes sur la page 1sur 19

CRITICAL BOOK REPORT

PROFESI KEPENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU

Disusun Oleh :

AYU ULINA SILABAN

4173311015

MATEMATIKA DIK E 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Kependidikan ini yaitu
Critical Book Report .Pembuatan Critical Book Report ini bertujuan sebagai pemenuhan atas
tuntutan tugas individu mata kuliah Profesi Kependidikan dan sebagai bahan perkuliahan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Critical Book Report ini
terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari sempurna.Oleh sebab itu penulis berharap
adanya kritik serta saran dan tentunya usulan setiap pembaca demi perbaikan tugas yang akan
penulis buat di kemudian hari,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan
saran dari pembaca yang membangun

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah Critical Book Report ini dengan rasa
terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat.Akhir kata saya ucapkan
banyak terima kasih.

Medan, 05 April 2018

AYU ULINA SILABAN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1

A. Latar belakang ……………………………………………………………... ……... 1


B. Tujuan ……………………………………………………………………………... 1
C. Manfaat ……………………………………………………………………. ……... 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 2

A. Identitas Buku ………………………………………………………………………….. 2

B. Ringkasan buku ………………………………………………………………………… 3

C. Penilaian Terhadap Buku ……………………………………………………………….12

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… ……...14

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………...14
B. Saran………………………………………………………………………………..14
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pembuatan sebuah buku, pasti ada pro dan kontra termasuk di dalamnya
keunggulan dan kelemahan sebuah buku, yang sering di kritik oleh sebagian pakar.
Kelemahan dan keunggulan sebuah buku merupakan suatu masukan dan saran dalam setiap
pembuatan sebuah buku walaupun masih ada pro dan kontra ,baik yang di kritik dari sumber
buku,tata bahasa yang digunakan.Sehingga terlihat kelemahan dan keunggulan sebuah buku.
Dan juga dalam KKNI kami dituntut mahasiswa untuk mampu lebih kreatif,inovatif
serta kritis sehingga kami diberikan tugas yang wajib untuk dilaksanakan dimana salah satu
tugas tersebut adalah critical book report untuk memenuhi tuntutan kurikulum tersebut.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui sebenarnya apa pengertian dan maksud dari menyimak itu.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar bahasa.
3. Untuk menambah wawasan tentang bahasa dan menyimak.
4. Untuk membantu mahasiswa agar kreatif,inovatif,dan kritis

C. MANFAAT

1. Agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam buku.
2. Agar dapat menciptakan hal-hal yang baru dari perbedaan.
3. Mampu memberikan kritik dan saran mengenai buku tersebut.
4. Untuk memenuhi tugas mata Kuliah Profesi Kependidikan.
5. Untuk menambah pengetahuan tentang menyimak buku dan memahami bagaimana
pembelajaran Profesi Kependidikan.
1

IDENTITAS BUKU

Buku I

Buku Profesi Kependidikan


Penulis Tim Pengembangan Bahan Ajar Profesi Kependidikan FIP-Unimed
Penerbit UNIMED PRESS
Buku II

Buku Profesi Kependidikan


karya Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd.
Oleh: Komarudin Tasdik

Buku III
Buku: Profesi Kependidikan
Penulis: Umbu Tagela Ibi Leba dan Sumardjono Padmomartono
Penerbit: OMBAK, 2014

BUKU I

Bab II

PROFESIONALISME JABATAN GURU

A. PENGERTIAN PROFESIONALISASI
Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti runtuhan
perubahan(peristiwa) diperkembangan sesuatu, kemajuan sosial bekerja terus,
rangkaian tidakan, pembuatan atau pengelolaan yang menghasilkan produk
(KKBI,1999) yang dapat diartikan sebagai pergerakan dari sesuatu yang bergerak terus
menerus menurut aturan lazim atau terus dijalankan.
dengan kata lain proses adalah sesuatu hal yang terus menerus mengikuti aturan yang
lazim atau harus dijalankan hingga sesuatu yang dibawanya berubah bentuk wujud
tidak seperti pada awalnya lagi. Demikian pula proses menjadi guru. Seseorang yang
ingin menjadi guru, tidak serta merta setelah ada niat dalam dirinya untuk menjadi guru
langsung menjadi guru. Seseorang yang memiliki niat menjadi guru itu harus mengikuti
dan/atau mengalami sejumlah perjalanan yang terancang sedemikian rupa, dan dari
setiap perjalanan tersebut ia akan mengalamiperubahan-perubahan tertentu yang pada
akhirnya dirinya terbentuk menjadi sosok guru yang profesional (sesuai dengan harapan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negaranya, bahkan penciptanya)
Proses yang harus dialami atau dijalanin seseorang yang memiliki niat sebagai guru
sejak memiliki niat sebagai guru, lalu memasuki lembaga pendidikan ( baik formal, non
formal, informal) untuk mengalami proses pendidikan dan latihan dalam kurun waktu
tertentu, kemudian memperoleh pengakuan sebagai guru yang profesional (dapat ijazah,
sertifikat sebagai guru), kemudian terus belajar-belajar, dan belajar sampai menemukan
sosok guru yang benar-benar profesional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa
dirinya sudah tidak mampu menjadi guru lagi (karena sudah pensiun, sudah tamat
riwayat hidupnya) itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi guru.
B. PROFESIONALISASI JABATAN GURU
Keprofesinalan seseorang terbentuk melalui proses melalui proses yang harus dijalani
dalam waktu lama. Proses pembentukan sosok yang harus dijalani dalam waktu yang
lama. Proses pembentukan sosok seseorang menjadi seorang yang profesional secara
singkat dapat disebut sebagai profesionalisasi. Profesionalisasi guru diawali dari niat
seseorang untuk menjadi guru dan akan berakhir saat seseorang itu tidak mampu
dan/atau mau lagi menjadi guru.
Seseorang yang punya niat untuk menjadi guru (pendidikan) tidak langsung dapat
menjadi guru yang profesional jika tidak mengikuti proses pendidikan dan latiahan
dalam waktu yang relatif lama, mulai dari pendidikan tingkat dasar (Sekolah Dasar-SD/
Pendidikan Anak Usian Dini-PAUD) lalu melanjut ke tingkat Pendidikan Menengah (
Sekolah Menengah Pertama- SMP dan Sekolah Menengah Atas- SMA), lalu melanjut
ketingkat perguruan tinggi (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan-LPTK). Jikan
telah berhasil menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi dengan dinyatakan lulus
dan diwisuda dengan memegang ijazah S1 kependidikan dan keguruan, tidak secara
otomatis dinyatakan telah menjadi guru yang profesional.
Sebaik lulusan LPTK dinyatakan lulus dan diterima menjadi guru dilembaga
pendidikan, bukan berarti proses profesionalisasi guru sudah berakhir. Surat keputusan
yang menyatakan lulusan LPTK diterima menjadi guru merupakan “titik awal” lagi
bagi guru untuk lebih mengintensifkan usahanya menjadi guru profesional. Guru
kembali ditantang untuk terus belajar-belajar, dan belajar menambah, mengembangkan,
memperbaiki, meningkatkan, memperkaya kuantitas dan kualitas kompetensi yang
dimiliki hingga mencapai kesempurnaanya melalui berbagai cara dan teknik, seperti
membaca, berdiskusi, mengikuti pelatihan, lokakarya, rapat dan sebagainya hingga
melakukan bpenelitian dan melanjutkan studi jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Profesionalisasi guru diawali dari diri guru sendiri dengan tumbuhnya kebutuhan
untuk melayani sesama manusia. Kebutuhan akan pelayanan terhadap sesama manusia.
Kebutuhan akan pelayanan terhadap sesama manusia, terutama kepada peserta didik,
dinyatakan dalam sikap dan perilaku nyata yang dirasakan oleh orang yang dilayani.
Orang-orang yang akan dilayani akan menaruh kepercayaan dan harapan kepadanya,
tanpa dibarengi oleh rasa curiga, cemas, dan ragu-ragu, mereka percaya dan yakin
bahwa pelayanan (calon guru/guru) tersebut merupakan model, contoh, dan suluh bagi
kehidupan mereka.
Profesi guru yang diawali dengan niat menjadi guru akan tumbuh dan menemui wujud
yang sebenarnya jika ditindaklanjut dengan sadar, berencana, dan bertanggung jawab,
dan komitmen yang tinggi dengan mengikuti proses pendidikan dan latihan yang telah
dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut.
Melalui program tersebut diharapkan calon guru memiliki pemahaman yang benar
tentang dunia kerja guru dibidang pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, hasil refleksi terhadap program magang oleh mahasiswa dijurusan
pendidikan diluar sekolah memiliki hubungan yang positif terhadap komitmen terhadap
mahasiswa untuk membekali diri menjadi calon pendidik dan/tenaga kependidikan
diprogram studi yang dipilih diperguruan tinggi (Wau,Anifah,Zati,2017)
C. PENGEMBANGAN KINERJA GURU
Kinerja guru merupakan salah satu indikator penentu ketercapaian tujuan
prndidikan dan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Banyak faktor
yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan tingkat keberhasilan tingkat
peleksanaan program pendidik dan pembelajaran seperti kebermutuan raw-input,
kebermutuan instrumentalia pendidikan, kebutuhan envirmentalia pendidikan, dan
keprofesional tenaga pendidik, dan tenaga pendidikan (intrumentalia). Namun, kinerja
guru dapat dipandang sebagai indikator utama untuk mengukur berhasil tidaknya proses
pendidikan dan pembelajaran memberhasilkan peserta didik mencapai tujuan
pendidikannya.
Kinerja dalam bahasa Inggris disebut sebagai performance yang diartikan dengan
penampilkan atau unjuk kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas yang tidak
hanya menyangkut hasil kerja, tetapi juga proses kerja yang berlangsung dalam
memperoleh hasil kerja.
Hal ini berarti bahwa kinerja guru adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai guru
dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oelh orang-orang
tertentu terutama atasan guru yang bersangkutan. Kinerja guru juga menyangkut
bagaimana perilaku guru melaksanakan tugas profesi tersebut.
Kompetensi adalah kemampuan yang seyogianya atau seharusnya ditampilkan
dalam berbuat atau dalam bekerja. Bagi guru profesional kompetensi tersebut
diklasifikasikan atas empat bidang yakni pedagogik, keprobadian, profesional dan
sosial. Keempat kompetensi tersebut mengandung segala hal-hal yang harus
ditampilkan guru saat melaksanakan tugas keprofesionalnya dibidang pendidikan dan
pembelajaran.
D. FAKTOR PENENTU DAN PENILAIAN KINERJA GURU
Kinerja yang didefinisikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya, dapat diartikan juga sebagai hasil kerja guru yang dapat dicapai selama
melaksanakan tugas dan pelayanan bagi warga belajar dibidang pendidikan dan
pembelajaran pada satuan pendidikan.
Kinerja guru ditentukan oleh berbagai faktor yang satu sama lain yang saling
berkaitan seperti kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, dan rekan guru,
karyawan maupun anak didik. Menurut Pidarta (1986) bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: (1)
kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan (4)
kepercayaan personalia sekolah. Dalam http:/www.gurusukses.com/profesionalisasi-
guru-profesional dijelaskan bahwa Profesionalisme seorang guru ditentukan oleh tiga
faktor, yakni: (1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat
kerja, dan (3) kebijakan pemerintah. Masing-masing faktor memegang peranan penting
dalam menentukan kinerja seorang guru.
Faktor internal dapat menentukan tingkat kinerja sejauh bagaimana guru memandang
dan memperlakukan jabatan guru. Jika jabatan guru dipandang sebagai kewajiban,
maka kinerjanya hanya sebatas melaksanakan tugas semata.
Faktor lingkungan tempat mengabdi (sekolah) dapat menentukan kinerja guru sejauh
lingkungan mendukung setiap upaya yang baik bagi guru.
Faktor kebijakan pemerintah juga dapat menentukan kinerja guru sejauh bagaimana
pemerintah memperlakukan jabatan guru dan guru itu tersebut.
Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja dari standart kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan (Hasibuan, 2005)
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai
harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban
sebagai guru di sekolah. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Kinerja Guru yang baik tentunya
tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik
maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di
dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.
Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru
menurut Siswanto dalam Lama tenggo (2001:34) adalah sebagai berikut :

1)Kesetiaan.
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.

2)PrestasiKerja.
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3)TanggungJawab.
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas
dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta
berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat
merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang
telah diwajibkan padanya. Menurut Westra dalam Akadum (1999: 86) Untuk mengukur
adanya tanggung jawab dapat dilihat dari: a). Kesanggupan dalam melaksanakan
perintah dan kesanggupan kerja. b). Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan
benar. c). Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.

4)Ketaatan.
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan
yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.

5)Kejujuran.
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya.

6)KerjaSama.
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang
lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar- besarnya. Kriteria adanya kerjasama
dalam organisasi adalah: a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan
maupun bawahan. b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas.c.
Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.d. Tindakan seseorang
bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.

7)Prakarsa.
Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan
langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dariatasan.
8)Kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kepemimpinan
yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing
guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada
tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikapserta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Buku II
Pengantar Profesi Kependidikan

Di dalam manajemen pendidikan kita harus melihat seberapa jauh kekuasaan


pembuatan kebijaksanaan pendidikan itu tersentralisasi atau terdesentralisasi.
Demikian juga kita harus mengamati seberapa jauh masyarakat terlibat dan ikut
berperan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengontrol pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, pengontrolan ini pendidikan
tidak akan dikebiri prosesnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pelaksanaan pendidikan selama ini banyak diwarnai oleh pendekatan sarwa negara
(state driven). Di mana yang akan datang pendidikan harus berorientasi pada aspirasi
masyarakat (putting customers first). Pendidikan harus mengenali siapa pelanggannya,
dan dari pengenalan ini pendidikan memahami apa aspirasi dan kebutuhannya (need
assessment). Setelah mengetahui aspirasi dan kebutuhan mereka, baru ditentukan
sistem pendidikan, macam kurikulumnya, dan persyaratan pengajarnya.
Pendekatan sarwa negara mengakibatkan terjadinya sentralisasi sistem pendidikan.
Untuk masa depan, visi pendidikan tidak lagi berorientasi pada sentralisasi kekuasaan,
melainkan desentralisasi dan memberikan otonomi kepad a satuan di bawah atau
kepada daerah.
Visi pendidikan masa depan menuntut kita agar mampu hidup dalam suasana schooling
and working in democratic state dan meletakkan information technology.
Mengingat masih banyaknya lulusan lembaga pendidikan formal, baik dari tingkat
sekolah menengah maupun perguruan tinggi, terkesan belum mampu mengembangkan
kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah sukar untuk bekerja di
sektor formal, karena belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana, mereka yang
dapat berperan secara aktif dalam bekerja di sektor formal terbilang hanya sedikit.
Keahlian dan profesionalisasi yang melekat pada lembaga pendidikan tinggi terkesan
hanyalah simbol belaka, lulusannya tidak profesional. Penguasaan bahasa Inggris,
keterampilan komputer, dan pengalaman kerja merupakan persyaratan utama yang
diminta perusahaan-perusahaan. Sementara ijazah yang diperoleh selama 20 atau 25
tahun dari lembaga pendidikan formal terabaikan.
Memperhatikan berbagai kondisi pendidikan dewasa ini, maka hal yang perlu
dikedepankan, yaitu (1) bagaimana memberdayakan lembaga pendidikan agar menjadi
lembaga human investment? (2) hal-hal apakah yang perlu dilakukan agar otonomisasi
penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan baik?

Sepuluh Perubahan Pendidikan untuk Peningkatan Sumber Daya Manusia


Seberapa jauh pendidikan mampu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) kita
dan jati diri bangsa dalam mengembangkan demokrasi dan memupuk persatuan
bangsa? Hal ini dapat terlihat dengan menganalisis beberapa paradigme pendidikan, di
antaranya: (1) pendidikan sebagai proses pembebasan. (2) pendidikan sebagai proses
pencerdasan. (3) pendidikan menjunjung tinggi hak-hak anak. (4) pendidikan
menghasilkan tindak perdamaian. (5) pendidikan sebagai proses pemberdayaan potensi
manusia (6) pendidikan anak berwawasan integratif. (7) pendidikan membangun watak
persatuan. (8) pendidikan menghasilkan manusia demokratis. (9) pendidikan
menghasilkan manusia yang peduli terhadap lingkungan. (10) Sekolah bukan satu-
satunya instrumen pendidikan.

Profesionalisme Guru
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan
tidak dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip
mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai
berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir
serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi mudah
dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat
menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik
menjadi jelas.
6. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata
pelajaan dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan
menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial,
baik dalam kelas maupun di luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar
dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak
lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.
Dengan demikian, keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas
pada penguasaan prinsip mengajar saja.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh
peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional
maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis
dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun upgrading dan/atau pelatihan
yang bersifat in service training dengan rekan-rekan sejawatnya.
Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui peningkatan kemampuan
mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan
perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu adanya perubahan kebiasaan dalam
cara mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, di
antaranya sebagai berikut:
1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa
puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu
mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan
dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang
mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang
peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan).
3. Mengubah dari sekadar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih
relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang
baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi
(diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru.
4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta
didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling
memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan
mengolah sendiri informasi.
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan
berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 3
(tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Agar lebih jelas tentang kompetensi profesional, dijelaskan bahwa peran guru sebagai
pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan:
1) Merencanakan sistem pembelajaran

 Merumuskan tujuan
 Memilih prioritas materi yang akan diajarkan
 Memilih dan menggunakan metode
 Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada
 Memilih dan menggunakan media pembelajaran.

2) Melaksanakan sistem pembelajaran

 Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat


 Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat

3) Mengevaluasi sistem pembelajaran

 Memilih dan menyusun jenis evaluasi


 Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
 Mengadministrasikan hasil evaluasi.
4) Mengembangkan sistem pembelajaran

 Mengoptimalkan potensi peserta didik


 Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
 Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut

Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas
(1999) sebagai berikut:
1) Mengembangkan kepribadian
2) Menguasai landasan kependidikan
3) Menguasai bahan pelajaran
4) Menyusun program pengajaran
5) Melaksanakan program pengajaran
6) Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan
7) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
8) Menyelenggarakan program bimbingan
9) Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
10) Menyelenggarakan administrasi sekolah.

Merekonstruksi Masyarakat dan Kebudayaan Melalui Pengubahan Sistem


Pengelolaan Pendidikan di Sekolah
Perananan sekolah dalam merekonstruksi masyarakat berarti sekolah merekonstruksi
berbagai tata nilai yang telah ada dalam masyarakat, yang oleh Malindoski disebutkan
sebagai upaya mengembangkan kebudayaan. Ada tujuh sistem nilai atau kebudayaan
yang secara universal dikembangkan, yaitu (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem
mata pencaharian hidup dan ekonomi, (4) organisasional, (5) sistem pengetahuan, (6)
religi, dan (7) kesenian.

Jabatan Profesional dan Tantangan Guru dalam Pembelajaran


Jabatan guru merupakan jabatan profesional yang menghendaki guru harus bekerja
secara profesional. Bekerja sebagai seorang yang profesional berarti bekerja dengan
keahlian, dan keahlian hanya dapat diperoleh melalui pendidikan khusus.
Kondisi dan asas untuk bealajar yang berhasil meliputi: persiapan sebelum mengajar,
sasaran belajar, susunan bahan ajar, perbedaan individu, motivasi, sumber pengajaran,
keikutsertaan, balikan, penguatan, latihan dan pengulangan, urutan kegiatan belajar,
penerapan, sikap mengajar, penyajian di depan kelas.

Kompetensi Profesionalisme Guru


Kompetensi guru adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki guru, yang
diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas
profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang berhubungan dengan
keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat
atau lingkungannya (sosial).
Kompetensi guru profesional menurut pakar pendidikan seperti Soediarto menuntut
dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan
memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu
menguasai antara lain: (a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran,
(b) bahan ajar yang diajarkan, (c) pengetahuan tentang karakteristik siswa, (d)
pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, (e) pengetahuan serta penguasaan
metode dan model mengajar, (f) penguasaan terhadap prinsip teknologi pembelajaran,
(g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna
kelancaran proses pendidikan.

Reformasi Pendidikan
Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan
sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan
dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air. Mengapa demikian? Karena
sistem birokrasi selalu menempatkan kekuasaan sebagai faktor yang paling menentukan
dalam proses pengambilan keputusan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul sebagai paradigma baru pengelolaan
pendidikan. MBS bermaksud “mengembalikan” sekolah kepada pemiliknya, yaitu
masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggung jawab kembali sepenuhnya
terhadap pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Paradigma MBS beranggapan bahwa satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju
peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas
pendidikan. Kepala sekolah, guru, dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala keputusan mengenai
penanganan persoalan pendidikan pada tingkatan mikro harus dihasilkan dari interaksi
ketiga pihak tersebut.
Untuk sampai pada kemampuan untuk mengurus dan mengatur penyelenggaraan
pendidikan di setiap satuan pendidikan, diperlukan program yang sistematis dengan
melakukan capacity building. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
setiap satuan pendidikan secara berkelanjutan, baik untuk melaksanakan peran-peran
manajemen pendidikan maupun peran-peran pembelajaran. Namun, kegiatan capacity
building tersebut perlu dilakukan secara sistematis melalui penahapan sehingga menjadi
proses yang dilakukan secara berkesinambungan arahnya menjadi jelas (straight
foreward) dan terukur (measurable). Terdapat empat tahapan pokok yang perlu dilalui
dalam melaksanakan capacity building bagi setiap satuan pendidikan, yaitu: tahap
praformal, tahap formalitas, tahap transisional, dan tahap otonomi.

Peran Teknologi dalam Perkembangan Pendidikan di Indonesia


Salah satu komponen pendidikan yang perlu dikembangkan adalah kurikulum yang
berbasis pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar. Kemampuan-kemampuan
seperti memecahkan masalah, berpikir secara alternatif, dan menilai sendiri hasil
karyanya dapat dibelajarkan melalui pendidikan teknonologi. Untuk itu, pembelajaran
pendidikan teknologi perlu didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran, yaitu
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran di Era Teknologi


Komunikasi dan Informasi
Klasifikasi media pembelajaran sebagai berikut:
1. Media yang tidak diproyeksikan (non projected media), jenis media: Realita, model,
bahan grafis (graphical material), display.
2. Media yang diproyeksikan (projected media), jenis media: OHT, slide, opaque.
3. Media audio (Audio), jenis media: Audio kaset, audio vision, active audio vision.
4. Media video (video), jenis media: video.
5. Media berbasis komputer (computer based media), jenis media: Computer Assisted
Instruction (CIA), Computer Managed Instruction (CMI).
6. Multimedia Kit, jenis media: perangkat praktikum.
Benang Kusut Pendidikan di Era Otonomi Pendidikan
Pada saat ini pendidikan nasional masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
menonjol: (1) masih rendahnya pemerataan untuk memperoleh pendidikan, (2) masih
rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen
pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu
pengetahuan dan teknologi di kalangan akademisi. Ketimpangan pemerataan
pendidikan juga terjadi di antarwilayah geografis, yaitu antara perkotaan dan pedesaan,
serta antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), dan
antartingkat pendapatan penduduk ataupun atargender.
Kondisi yang sangat memprihatinkan tentang kualitas pendidikan di Indonesia
tercermin pada hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD)
yang dilaksanakan oleh organisasi International Education Achievement (IEA) yang
menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara
peserta studi. Sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), studi untuk
kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari
42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya berada pada
urutan ke-40 dari 42 negara peserta.

BUKU III
BAB II
GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK

A. GURU SEBAGAI TENAGA PENDIDIKAN


Pada hakikatnya jabatan guru merupakan profesi tenaga pendidik pada lembaga
pendidikan. Guru adalah salah satu sumber daya yang sangat penting dalam
pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapaian hasil pendidikan sebagaimana yang
diharapkan, diperlukan kegiatan pengembangan menajemen sumber daya guru. Masih
ada anggapan bahwa jabatan tenaga kependidikan belum sepenuhnya dapat
dikategorikan sebagai profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang berpendapat bahwa
guru merupakan sebuah jabatan semi profesional atau profesi yang baru
muncul/emerging profession karena belum semua ciri profesi dapat dipenuhi (Etzoni,
1985)
1. Apakah “Profesi” itu?
Secara etimologis, istilah “profesi” diambil dari bahasa inggris profession yang
diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur untuk memperoleh
nafkah, yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan khusus dibidang pendidikan dan
keguruan.
2. Kriteria-kriteria Suatu Profesi
Usaha suatu jenis pekerjaan atau jabatan untuk memperoleh status dan pengakuan
sebagai suatu profession tidaklah mudah.
Ketiga kategori itu diperinci menjadi 10 kriteria bagi profesi sebagai berikut:
Kategori pertama: memiliki spesialisasi dengan latar belakang yang luas, mencakup:
1) pengetahuan umum yang luas. 2) keahlian khusus yang mendalam.
Kategori kedua: merupakan karier yang dibina secara organisator, mencakup: 1)
keterikatan dalam organisasi profesional. 2) memiliki otonomi jabatan. 3) mempunyai
kode etika jabatan. 4) merupakan karya bakti selama hidup
Kategori ketiga: diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesi,
mencakup: 1) memperoleh dukungan masyarakat. 2) mendapat pengesahan dan
perlindungan hukum. 3) mempunyai persyaratan kerja yang sehat. 4) mempunyai
jaminan hidup yang layak.
3. Profesinalisasi Jabatan Guru
Bagi profesi guru di Indonesia yang pembinaanya pertama-tama oleh dan dari guru
yang bersangkutan, hendaklah senantiasa berjuang agar terpenuhi kriteria profesional
tersebut, serta berusaha terus meningkatkannya. Dalam rangka ini profesionalisasi
dibidang kependidikan atau pendidikan (seperti PGRI/Persatuan Guru Republik
Indonesia dan lain-lain.

B. PROFESIONALISME GURU
1.Pengertian Profesionalisme
Istilah profesionalisme berasal dari kata profesional yang dasar katanya adalah
profession. Menurut Purwanto (2002) profesional berarti persyaratan yang memadai
sebagai suatu profesi. Tilaar (1999) menyatakan pengertian profesional memiliki tiga
makna yaitu: (1) sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya
(lawan dari amatir)
Usman (2001) menyatakan istilah profesional dapat diartikan sebagai “usaha untuk
emnjalankan salah satu profesi berdasarkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki
seseorang, maka ia mendapat imbalan pembayaran berdasarkan standar profesi”.
Selanjutnya istilah profesi dapat diketahui dari empat sumber makna, yaitu makna
etimologi, makna terminologi, makna sosiologi, dan makna ideologi yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa Inggris profession atau dalam
bahasa latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.
b. Secara terminologi, profesi dapat dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
mensyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang penekanannya pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.
c. Secara sosiologi Carr-Saunders (dalam Law dan Glover, 2000)
mengemukakan bahwa: “Profession may perhaps be defined as an accupation
based upon specialized intellectual study and training.
d. Secara ideologi, pekerjaan profesi menekankan pada tanggung jawab dan
pelayanan tertentu, bukan sekedar pekerjaan yang mendatangkan keuntungan
pribadi.
Dari definisi yang telah dikemukakan diatas penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud denagn profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang bukan dilakukan dnegan
mengandalkan kekuatan fisik, tetapi menuntut pendidikan yang tinggi bagi orang-orang
yang memasukinya, sera dilandasi oleh ilmu dan keterampilan khusus dan mendapat
pengakuan dari orang lain.

2.Karakteristik Profesionalisme
Uraian tentang profesi, profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi yang
atas sebenarnya sudah memberikan gambaran secara nyata tentang sifat khas atau
karakteristik dari profesi. Telaah tentang karakteristik profesi telah banyak dilakukan
para pakar yang meminatiny, namun menurut Law dan Glover (2000) “Tidak ada
kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karakteristik sebuah
profesi.”
PENILAIAN TERHADAP BUKU

KELEBIHAN BUKU

1. Isi buku dan penjelasan dalam buku kedua, dan ketiga sudah lengkap, karena ia
mengupas tuntas semuanya dan Ia juga membahasnya semua satu per satu sehingga pembaca
dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut. Isi buku lebih banyak menggunakan
pengertian-pengertian menurut para ahli
2. Buku kedua, dan ketiga ini bisa menjadi buku pedoman yang baik bagi para
mahasiswa untuk menambah pengetahuan yang lebih baik lagi. Dan juga bisa jadi pedoman
bagi Pengajar , dibandingkan juga dengan buku profesi kependidikan dalam manajemen
dengan bab nya memiliki hubungan yang bisa juga digunakan oleh seorang pengajar dalam
mengajarkan yang dilakunkan seorang guru atau pendidik.
3. Sampul/cover yang digunakan pada buku, kelihatan simple tetapi tetap menarik dan
sederhana. Dan juga buku pembandingnya memilki cover yang cukup baik.
4. Buku ini cocok digunakan untuk seorang pendidik sebagai panduan dan pedoman
untuk menambah pengetahuan tentang profesi seorang guru. Buku ini juga bisa dijadikan
sebagai dasar pengetahuan Calon Pendidik, Mahasiswa sebagai seorang Pendidik. Dan
didalam buku pembanding juga dapat dilakukan seorang Pendidik sebagai pedomannya.
Keterkaitan Antar Bab
Dalam buku tersebut memiliki keterkaitan antar bab, dimana buku ini menjelaskan
hubungan mengenai Profesi Kependidikan dalam mengajarkan mulai dari pengertian, Fungsi,
Penjelasan,Ruang Lingkup tentang Profesi Kependidikan yang akan diterapkan untuk
Pendidik. Dan juga keterkaitan dengan Profesi Kependidikan sekolah dasar yang antar bab
nya memiliki hubungan sehingga dengan membaca buku tersebut kita dapat mengetahui
bagaimana cara seorang Pendidik sekolah untuk memberikan pembelajaran tentang materi
tersebut.
Kemutahiran Isi buku
Kegunaan buku tersebut dapat menjadi salah satu buku pedoman dan salah
satu menjadi petunjuk untuk menjadi seorang Pendidik. Terutama Profesi Kependidikan
KELEMAHAN BUKU
Dalam buku Profesi Kependidikan yang saya bandingkan dengan Buku diktat Profesi
Kependidikan maka terdapat kelemahan diantara nya adalah :
 Pada akhir Bab sebaiknya dibuat kata motivasi tentang pendidikan yang akan besar
pengaruhnya bagi pelajar dan termotivasi dengan motivasi tersebut.
 Penjabaran Materi nya kurang padat dan jelas.
 Setiap materi dirasa terlalu panjang atau bertele-tele
 Ada beberapa kata-kata yang luput dari koreksi.
 Tidak terdapat rangkuman bab nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menilai diantara buku yang satu dan buku yang lainnya dibandingkan
maka secara umum juga kita ketahui bahwasannya yang namanya manusia tidak luput dari
kesalahan tersebut dan juga tidak ada yang sempurna.Sehingga Dalam buku yang dilihat
maka dapat pembanding antara buku yang satu dengan buku lainnya.Dimana antara ketiga
buku tersebut memliki kelebihan dan kelemahan , akan tetapi buku tersebut memiliki
kesamaan terhadap buku yang satu dengan buku yang lainnya . Demikian pula peran pendidik
di dalam memberikan materi atau pemahaman mengenai Profesi Kependidikan dapat di
pelajari dari Ketiga buku tersebut. Banyak materi yang dikembangkan dari hasil ketiga buku
tersebut, di antaranya pengertian dari Profesi Kependidikan itu sendiri , serta penjelasan
bagaimana cara untuk mempelajari buku tersebut.
Buku ini dapat menjadi pedoman pembelajaran tetapi dalam buku ini masih terdapat
kata-kata yang kurang efektif.. Dalam buku ini dapat kita ketahui arti Profesi Kependidikan
dan peran-peran profesi dalam kehidupan sehari-hari serta implikasi kepada
pendidik,mahasiswa sebagai bahan materi perkulihannya. Dan juga ketiga buku tersebut
bertujuan untuk memudahkan proses pembelajaran di dalam pendidikan seorang guru yang
profesional.

B. Saran
Buku ini dapat di revisi ulang untuk memperbaiki kata-kata yang kurang efektif. Dan
ketiga buku tersebut dapat menjadi buku tambahan bagi Dosen,Guru,Mahasiswa dalam
pemebelajaran Profesi Kependidikan. Maka ketiga buku ini juga dapat digunakan.

Vous aimerez peut-être aussi