Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah

kesehatan, terutama masalah gizi kurang atau buruk. Hal ini disebabkan karena

pada saat fase balita akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat. Balita juga cenderung susah makan dan asupan zat gizi yang tidak baik.

Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah

tangga ( kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya ),

masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia

mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum

dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di

Indonesia terutama KEP masih lebih tinggi dari pada Negara ASEAN lainnya.

Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat,

Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak,

meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang

menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan

kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Keadaan kesehatan gizi tergantung dari

tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan

tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit

gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk.

Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat

yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk

akibatnya tidak baiknya mutu /jumlah makanan yang tidak sesuai dengan

1
kebutuhan tubuh masing – masing orang. Jumlah kasus gizi buruk pada balita

yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan. Masalah gizi semula

dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan

pengobatan medis/kedokteran. Namun, kemudian disadari bahwa gejala klinis

gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyata adalah tingkatan akhir

yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yangmendahuluinya.

Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan

produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini

sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak

yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan.

Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan

gizi terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan

kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya

kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis

makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang

rapat.

Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok

kecil penduduk dunia berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok

lain masih berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi.

Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak

– anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat

badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata

melampaui orang dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat

ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh/menghitung secara

langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ). Asupan energi dapat

2
diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi yang dikeluarkan. Jumlah

keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan berat badan.

Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang

tumbuh merupakan masalah serius. Keparahan KKP berkisar dari hanya

penyusutan berat badan, terlambat tumbuh sampai ke sindrom klinis yang

nyata. Penilaian antropometris status gizi dan didasarkan pada berat, tinggi

badan, dan usia. Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaa,

ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur. Marasmus biasanya

berkaitan dengan bahan pangan yang sangat parah, semikelaparan yang

berkepanjangan, dan penyapihan terlalu dini, sedangkan kwashiorkor dengan

keterlambatan menyapih dan kekurangan protein. Penanganan KKP berat

dikelompokan menjadi dua yaitu pengobatan awal ditujukan untuk

mengatasi keadaan yang mengancam jiwa dan fase rehabilitasi diarahkan

untuk memulihkan keadaan gizi.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa mampu memahami

dan memberikan asuhan keperawatan keluarga pada balita gizi buruk secara benar

dan tepat.

C. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan ini yaitu menggunakan sistematika penulisan

berdasarkan teori.

D. Manfaat penulisan

Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang gizi buruk pada balita dan

mampu menerapkan teori-teori yang di dapatkan didalam institusi pendidikan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. GIZI
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak dipergunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ
serta menghasilkan energi. (Proverawati, 2009)
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif
bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
kurang dari 5 tahun. (Afriyanto, 2010)
Gangguan kesehatan yang disebabkan kekurangan dan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dengan asupan dan protein. (Rahardjo, 2012)

2. Peranan Gizi
Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Gizi
penting bagi anak tidak hanya dimulai semenjak anak lahir, tetapi sejak dalam
kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, cacat
bawaan, dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah yang dapat
menyebabkan kelainan di masa mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa anak
yang dikandung oleh ibu yang kurang gizi banyak mengalami pertumbuhan otak
dan tubuh yang buruk. Sel-sel otak dapat berkurang secara permanen. (Widodo,
2009)
Tubuh membutuhkan gizi dalam jumlah dan ragam yang sesuai untuk dapat
tumbuh optimal. Ukuran umum kebutuhan gizi dikenal dengan istilah Angka
Kecukupan Gizi (AKG), yang berbeda-beda pada setiap orang karena perbedaan
umur dan berat badan. Pemenuhan gizi yang tepat adalah gizi seimbang, yaitu

4
terpenuhinya bermacam-macam zat gizi sesuai jumlah yang dibutuhkan. (Widodo,
2009)
a. Peranan Gizi Bagi Perkembangan Balita
a). Peranan Gizi terhadap Perkembangan Otak
Apabila asupan makanan balita tidak cukup mengandung zat-zat
gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan dapat
mengakibatkan perubahan metabolisme dalam otak sehingga otak tidak
mampu berfungsi secara normal. Apabila kekurangan gizi ini tetap
berlanjut dam semakin berat maka akan menyebabkan pertumbuhan badan
balita terhambat, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga
kecil sehingga jumlah sel dalam otak berkurang. Keadaan ini yang dapat
berpengaruh pada kecerdasan anak. (Febry, 2013)
b). Peranan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik
Kekurangan gizi pada balita dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan motorik yang meliputi perkembangan emosi, tingkah laku.
Umumnya anak akan mengisolasi dirinya, apatis (hilang kesadaran), pasif
dan tidak mampu berkonsentrasi. Akhirnya perkembangan kognitif anak
akan terlambat. Perilaku ini dapat dilihat pada anak-anak yang menderita
KEP (Kurang Energi Protein). (Febry, 2013)
• Perkembangan Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya
(Rusmil, 2009). Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak –
anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta
mampu menjaga keseimbangan badannya (Administrator, 2010).
• Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat
informal dalam bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

5
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Disamping
itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan
olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll
(Administrator, 2010; Rusmil, 2009).

• Tahap Perkembangan Motorik


Berikut tahapan-tahapan perkembangannya Admin (2010):

Usia 1-2 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

• Merangkak
• mengambil benda kecil dengan ibu
• berdiri dan berjalan beberapa
jari atau telunjuk
langkah
• membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat
bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak
• menyusun menara dari balok
jatuh
• memindahkan air dari gelas ke gelas
• merangkak di tangga
lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda-
• menyalakan TV dan bermain remote
benda berat
• belajar mengupas pisang
• melempar bola

Usia 2-3 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

• melompat-lompat
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit
• menggambar garis tak beraturan
• menendang bola
• memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur
• belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak
• mengancingkan baju
tangga terakhir
• memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki

6
3. Kebutuhan Gizi Bagi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Antara
asupan zat gizi dan pengeluaranya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh
status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak
setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). (Proverawati,
2009)
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhanya masih sangat pesat.
Kecukupanya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhanya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhanya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambanhya usia.
Makanan balita seharusnya berpedoman pada gizi yang seimbang
serta harus memenuhi standar kecukupan gizi balita. Gizi seimbang
merupakan keadaan yang menjamin tubuh memperoleh makanan yang
cukup dan mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan.
Dengan gizi seimbang maka pertumbuhan dan perkembangan balita akan
optimal dan daya tahan tubuhnya akan baik sehingga tidak mudah sakit.
(Febry, 2013)

B. GIZI BURUK PADA BALITA


1. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di
sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).

7
Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang gizi
tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis
marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
Pengertian yang umum kita gunakan selama ini terkait gizi buruk diantaranya
dikemukakan Gibson (2005), yang mengemukakan bahwa gizi buruk merupakan
salah satu klasifikasi status gizi berdasarkan pengukuran antropometri. Sedangkan
pengertian status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat
dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai.

2. Penyebab / Faktor Gizi Buruk Pada Balita


Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita
disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang
bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal (World Bank,
2006). Sementara di Indonesia berdasarkan data Susenas tahun 2005 prevalensi
balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.
• Terdapat dua penyebab langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi yang kurang
dan penyakit infeksi.
• Terdapat 3 faktor pada penyebab tidak langsung, yaitu tidak cukup pangan,
pola asuh yang tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/ pelayanan
kesehatan dasar yang tidak memadai.
• Penyebab mendasar/akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan
serta sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi
balita.

Selain penyebab gizi buruk diatas, ada beberapa faktor penyebab gizi buruk yaitu :

• Keterbatasan Penghasilan Keluarga (Faktor Ekonomi)


Penghasilan keluarga akan sangat menentukan makanan yang disajikan
setiap harinya, baik kualitas maupun kuantitas makanan. Namun, bukan

8
berarti makanan yang memenuhi kebutuhan gizi hanya dapat disajikan di
lingkungan keluarga dengan penghasilan cukup saja, karena pada
kenyataannya tidak demikian.
• Pengetahuan Kesehatan tentang Gizi Makanan
Banyak keluarga dengan penghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan kurang bergizi. Hal ini dikarenaka kurangnya pengetahuan
mengenai gizi makanan sehingga cenderung manyajikan makanan cepat
saji yang kurang sehat.
• Jarak Kelahiran yang tidak Terencana
Penelitian menunjukkan bahwa bayi dan anak yang mengalami gizi buruk
dipicu karena seorang ibu yang sedang hamil lagi saat anaknya yang lain
masih kecil, sehingga kesempatan untuk memperhatikan asupan gizi saat
hamil dan menyusui menjadi terabaikan. Oleh karena itu, sangatlah
penting mengatur jarak kehamilan agar memiliki waktu yang cukup untuk
memperhatikan asupan gizi calon bayi dan anak yang lain.
• Tradisi Pantangan yang Merugikan
Di daerah pedesaan masih terdapat berbagai pantangan makanan, terutama
bagi ibu hamil. Terdapat beberapa makanan yang dianggap tidak boleh
dikonsumsi, padahal makanan tersebut memiliki zat gizi tinggi.
• Kesukaan yang Berlebihan akan Makanan Tertentu
Menyukai makanan tertentu secara berlebihan akan mengakibatkan kurang
bervariasinya makanan sehingga tubuh tidak memperoleh semua zat gizi
yang diperlukan.

3. Tanda dan Gejala Gizi Buruk Pada Balita


Beberpa tanda-tanda klinis gizi buruk diatas menurut (Gibson, 2005), sebagai
berikut:
a. Marasmus : 1). Badan nampak sangat kurus; 2). Wajah seperti orang tua; 3).
Cengeng dan atau rewel; 4). Kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis
sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana
longgar/ ”baggy pants”); 5). Perut cekung; 6). Iga gambang; 7). Sering disertai
penyakit infeksi (umumnya kronis) dan diare

9
b. Kwashiorkor : 1). Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung
kaki; 2). Wajah membulat (moon face) dan sembab; 3). Pandangan mata sayu;
4). Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit dan mudah rontok; 5). Perubahan status mental, apatis, dan
rewel; 6). Pembesaran hati; 7). Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila
diperiksa pada posisi berdiri atau duduk; 8). Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas (crazy pavement dermatosis); 9). Sering disertai penyakit infeksi
(akut), anemia dan diare.
c. Marasmus Kwashiorkor: Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinis
marasmus dan kwashiorkor.

4. Cara Mencegah / Mengatasi Gizi Buruk Pada Balita


• Berikan asupan ASI eksklusif hingga balita berusia 6 bulan. Setelah itu
mulailah kenalkan makanan tambahan untuk pendamping ASI.
• Balita harus diberikan asupan yang bervariasi dan seimbang antara
kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineralnya. Protein
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita.

10
• Sering menimbang dan mengukur tinggi badan balita. Salah satunya dengan
mengikuti program posyandu. Harus dicermati pertumbuhan balita, apabila
ada keganjalan, segeralah berkonsultasi dengan ahli gizi.
• Memaksimalkan peran posyandu, yaitu dengan meningkatkan cakupan
deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu.
• Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di
puskesmas / Rumah Sakit dan rumah tangga.
• Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada
balita kurang gizi dari keluarga miskin.
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan
gizi kepada anak (ASI/MP-ASI).
• Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita

5. Penanggulangan Gizi Buruk


a. Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
o Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
o Perawatan balita gizi buruk
o Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
b. Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
o Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
o Revitalisasi posyandu.
o Pemberian suplementasi gizi.
o Pemberian MP – ASI bagi balita gakin

6. Salah Satu Program Penanggulangan Gizi Buruk


Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh
pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif
dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan
pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK.
PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan
ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan
tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat

11
ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak
balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi
pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan
kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta
yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan
yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat
dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar.
Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan
sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan,
sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya.

7. Skrining Gizi Pada Balita


a. NRS (Nutritional Risk Screening)
Nutritional Risk Screening adalah Langkah pertama dalam pengobatan
penyakit yang berhubungan dengan gizi. Oleh karena itu, harus dilakukan
sudah pada masuk dan diulang secara teratur (Misalnya seminggu sekali)
selama tinggal di rumah sakit. “Sebuah sistem untuk skrining risiko gizi
dijelaskan. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa dukungan nutrisi
diindikasikan pada pasien yang sakit parah dengan kebutuhan gizi meningkat,
atau yang nutrisi cukup. The “Nutrisi Seleksi Risiko Kuesioner “dapat
digunakan untuk mengidentifikasi gizi remaja yang berpotensi terkena risiko
gizi buruk. Itu pertanyaan yang diajukan alamat makan perilaku, pilihan
makanan, makanan sumber daya, berat dan citra tubuh, aktivitas fisik, dan
klien kesiapan untuk membuat perubahan daerah-daerah.
Nutrisi ini penting bagi kesehatan secara keseluruhan, namun sering
diabaikan. Di semua sektor perawatan kesehatan, perawatan gizi yang kurang
dimanfaatkan, yang sering menimbulkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Nutritional Risk Screening adalah sarana untuk dengan cepat dan
mudah mengidentifikasi siapa mungkin memiliki masalah gizi. Ini adalah
langkah pertama dalam program perawatan gizi yang komprehensif yang akan
memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan pasien.
NRS didasarkan pada interpretasi yang tersedia uji klinis. *
Menunjukkan bahwa secara langsung mendukung kategorisasi pasien dengan
12
diagnosis itu. Diagnosa ditampilkan dalam huruf miring didasarkan pada
prototipe yang diberikan di bawah ini. Risiko gizi didefinisikan oleh status gizi
sekarang dan risiko penurunan status ini, karena persyaratan meningkat
disebabkan oleh metabolisme stres pada kondisi klinis.

Sebuah rencana perawatan gizi diindikasikan pada semua pasien yang (1)
sangat kurang (skor = 3), atau (2) sakit parah (skor = 3), atau (3) cukup gizi +
agak sakit (skor 2 +1), atau (4) agak kurang gizi + cukup sakit (skor 1 + 2).

Prototipe untuk keparahan penyakit

Skor = 1: pasien dengan penyakit kronis, dirawat di rumah sakit akibat


komplikasi. Pasien lemah tetapi bisa bangkit dari tempat tidur. Kebutuhan
protein meningkat, tetapi dapat ditutupi dengan diet oral atau suplemen.

Skor = 2: pasien berada di tempat tidur karena sakit, misalnya setelah operasi
besar perut. Kebutuhan protein meningkat secara substansial, tetapi dapat
tertutup, meskipun makanan buatan diperlukan dalam banyak kasus.

Skor = 3: pasien dalam perawatan intensif . Protein dibantu meningkat dan


tidak dapat ditutupi bahkan oleh makanan buatan. Kerusakan protein dan
kehilangan nitrogen dapat secara signifikan dilemahkan.

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. ASKEP KELUARGA DENGAN GIZI BURUK PADA BALITA

PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Senin , 20 November 2018
Waktu : 10.00 WIB
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaaan Fisik
A. IDENTITAS KELUARGA
1. Identitas Keluarga
• Nama KK : Tn. N
• Umur : 33 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pendidikan : SLTP
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Sukasari, Sumedang Jawa barat

2. Komposisi keluarga

No Nama Umur Jenis Agama Hubungan Pekerjaan Pendidikan Status


kelamin dengan kesehatan
KK
1. Ny. 40 P Islam Istri IRT SMA Sehat
N
2. An. T 9 P Islam Anak - SD Sehat
3. An. 3.5 L islam Anak - - Sakit
D

14
3. Genogram

4. Type Keluarga
Keluarga Eksteded ( keluarga inti)
5. Latar Belakang Budaya
Keluarga Tn. N adalah suku sunda, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa sunda, dalam keluarga Tn. N memiliki kepercayaan bahwa saat hamil dan
mempunyai anak balita harus membawa gunting atau benda-benda tajam yang
dipercaya dapat mengusir roh halus.
6. Identifikasi Agama
Agama keluarga Tn. Adalah Islam, mereka sangat taat menjalankan ibadah agama
mereka, Tn. N sendiri sering mengikuti acara keagamaan di lingkungan
masyarakatnya
7. Rekreasi Keluarga
Keluarga jarang mengikuti kegiatan rekreasi keluar rumah, Ny. N Beralasan
karena ekonomi mereka paspasan, sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti
menonton TV bersama-sama.

15
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Riwayat Kesehatan dalam 6 Bulan Terakhir
Dalam beberapa hari ini pipinya bengkak seperti sakit gigi, namun ternyata
terdapat benjolan di langit-langit, yang semakin membuat an. D tidak mau makan.
2. Pemeriksaan Fisik (KK dan seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah)

No Pemeriksaan Tn. N Ny. N An. T An. D


fisik
1. Kepala Posisi wjah Posisi wjah Posisi wjah bengkak
simetris, tdk simetris, tdk simetris, tdk pada sebelah
ada kelaiana ada kelaiana ada kelaiana pipi kiri.
pd wjah pd wjah pd wjah Rambut tipis
dan kering.
2. mata konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak tidak tidak tidak
anemis, anemis, anemis, anemis,
sclera tidak sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik ikterik ikterik ikterik
3. telinga bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan ada kelainan
4. Hidung normal, normal, normal, normal,
lubang lubang lubang lubang
simetris simetris simetris simetris
5. mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lmbab, tdk lmbab, tdk lmbab, tdk lmbab,
ada ada ada langit2
stomatitis, stomatitis, stomatitis, mulut ada
langit2 langit2 langit2 lesi berupa
mulut tdk mulut tdk mulut tdk benjolan.
ada ada ada Gigi
lesi/benjolan lesi/benjolan lesi/benjolan berlubang.
6. Leher tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan

16
JVP JVP JVP JVP
7. Dada simetris, simetris, simetris, simetris,
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
Jantung
8. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara suara suara suara
jantung jantung jantung jantung
tambahan, tambahan, tambahan, tambahan,S1
S1 S2 S1 S2 S1 S2 S2 Norma
Norma Norma Norma
Payudara
9. Posisi Posisi Posisi Posisi
simetris, tdk simetris, tdk simetris, tdk simetris, tdk
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan, tdk tekan, tdk tekan, tdk tekan, tdk
ada lesi, tdk ada lesi, tdk ada lesi, tdk ada lesi, tdk
ada tnda2 ada tnda2 ada tnda2 ada tnda2
prdngn prdngn prdngn prdngn
Abdomen
10. peristaltic peristaltic peristaltic peristaltic
usus (+) usus (+) usus (+) usus (+).
Bentuk
cembung
Genital
11. Tidak Tidak Tidak Tidak terkaji
terkaji terkaji terkaji
Rektium
12. dan Tidak Tidak Tidak Tidak terkaji
anus terkaji terkaji terkaji

C. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak sekolah
2. Riwayat keluarga
An. D sudah menderita BGM sejak kecil hingga berumur 3 tahun dan An. D
sering sakit-sakitan. Dalam penimbangan diketauui bahwa nilai BB An.D

17
termasuk dalam kategori BB di bawah garis normal. An. D sewaktu lahir cukup
bulan. Waktu kecil An. D tidak diberi imunisasi lengkap hanya sewaktu lahir. Ny.
N, mengatakan bahwa Ny memang tidak mengimunisasi karena waktu itu
keadaannya repot. Dari kecil dan mulai bayi, anak D sering sakit-sakitan (batuk,
pilek). Dalam beberapa hari ini pipinya bengkak seperti sakit gigi, namun ternyata
terdapat benjolan di langit-langit mulutnya.
3. Riwayat keluarga sebelumnya
1). Kebersihan Diri
Kebiasaan personal hygiene keluarga untuk mandi biasanya 2-3 x sehari
dengan sabun dan gosok gigi. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
2). Penyakit Yang Pernah Diderita
• Riwayat Penyakit Dahulu
Ny N mengatakan bahwa An. D memang dari kecil sering sakit-sakitan
dan sudah menderitakurang berat badannya sejak kecil.
• Riwayat Penyakit Keturunan
Saat di konformasi untuk riwayat penyakit jantung di derita oleh ayah dari
suami serta untuk diabetes mellitus, ginjal, tidak di temukan ada penyakit
keturunan.
• Riwayat Penyakit Kronis
Ny N. Mengatakan An. D mengalami sakit sakitan sejak kecil.
3). Pola nutrisi
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak
sama. Tn. N makan 3 kali sehari dan minum yang tidak tentu tergantung dari
aktivitas yang dilakukan oleh Tn. N biasanya 5-10 gelas perhari. Untuk Ny.N
juga tidak pasti kadang lebih 3 kali karena harus menghabiskan makanan
anaknya dan untuk minum juga tidak tentu antara 5-8 gelas sehari. Untuk
anak-anak juga tidak pasti mereka akan makan jika lapar namun biasanya
mereka minimal makan 3 kali sehari dan untuk si bungsu (An D) jarang sekali
makan apalagi pada waktu sakit, jika sehat juga terkadang 1-2 kali sehari
dengan jenis makanan yang hanya di sukainya saja. Kebiasaan minum anak
sulung tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya banyak minumnya bisa lebih
dari 6 gelas sehari biasanya berupa air putih, air teh dan susu. Kebiasaan

18
minum an.D tidak terlalu banyak kurang lebih 4 gelas sehari dan tidak
menyukai susu.
4). Pola istirahat
sebisa mungkin Keluarga Tn. N ini tidur siang. Untuk Tn. N tidak tidak siang
karena harus bekerja. Untuk anak dan istri biasanya mereka tidur siang antar
pukul 13.00 – 15.00 WIB. Untuk tidur malam biasanya anak-anak mulai tidur
pukul 21.00 WIB. Ny.N tidur pada pukul 22.00 – 05.00 WIB sedangkan untuk
Tn. N tidur pada pukul 23.00 – 05.00 WIB, begitu pula anaknya tidur sebelum
pukul 21.00 dan bangun pada pukul 05.30.

5). Pola eliminasi

Tn. N biasa BAB 1X/hari, BAK tergantung banyaknya air yang di minum
kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3 X. Ny. BAB 1 x/hari dan
untuk BAK 2-3 kali sehari. Untuk anak-anak tidak pasti An. T BAB 1 kali
sehari, BAK 2-3 kali/hari. An D BAB 2 kali/hari, BAK 3-4 kali sehari. An. D
masih toilet traning BABnya tidak pasti kadang 3 hari sekali, untuk BAK 3-5
kali/hari.

6). Pola aktivitas

Kegiatan yang biasa Tn. N lakukan adalah bekerja sebagai buruh. sedangkan
Ny. N kegiatannya mengurus rumah hari dan mengurus anak-anaknya.
Kegiatan anak pertama yaitu sekolah dan bermain. Anak yang bungsu
kegiatnanya bermain di rumah.
7). Kesehatan Reproduksi
Tn. N mempunyai 2 orang anak. Tn. N sudah tidak merencanakan lagi untuk
memiliki anak.
8). Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Biasa Digunakan Keluarga
Keluarga Tn. N berobat ke puskesmas terdekat. Karena anak D sering sakit
sakitan maka jarang datang keposyandu.

D. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah Tn. N merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 60 m2.
Termasuk rumah permanen, berdinding tembok lantainya dari semen. Mempunyai

19
1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah
sudah mencukupi 10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak sedikit
kotor.
a. Pembuangan Air Kotor
Ada septic tank dan pembuangan air limbah rumah tangga dengan kontruksi
semi permanen yang terletak di belakang rumah. Saluran limbah
menggunakan saluran limbah terbuka.
b. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah keluarga biasanya di letakkan ke dalam plastik kresek
dan tidak di bedakan antara sampah terurai dan tidak terurai kemudian di
buang ke lubanng sampah yang terletak di belakang rumah.
c. Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. N tampak kurang bersih dan tidak memiliki
pekarangan, rumah karena sudah berbatasan denngan jalan kampung.
d. Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga dengan bentuk leher angsa.
e. Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang terletak di luar rumah dengan jarak
antara sumur dengan jamban kurang dari 10 meter. Ini di sebabkan karena
tidak ada pekarangan atau halaman lagi yang bias di manfaatkan.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas rumah
Tetangga Tn. N termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. N.
3. Mobilitas geografis tetangga
Keluarga Tn. N sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan intearaksi dengan masyarakat
Keluarga tn.n sering berkumpul dengan tetangga melalui acara pengajian
5. System pendukung keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan oranng tuanya dan saudara-saudaranya,
namun apabila adamasalah dikeluarga berupa kesehatan,sodara- saudaranya tidak
bisa banyak membantu dikarenakan rumahnya sangat berjauhan.

20
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola proses komunikasi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berkomunikasi dengan bahasa sunda.
Keluarga Tn. N merupakan keluarga yang terbuka, bila ada masalah selalu
dikomunikasikan bersama,
2. Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga cenderung bersifat afektif, kekuasaan / sifat merubah
perilaku keluarga timbul karena ada perasaan saling menyayangi. Dalam
pengambilan keputusan dimusyawarahkan. Sebagai pengambil keputusan setelah
sependapat adalah Tn. N sebagai kepala keluarga.
3. Struktur peran
Peran Tn. N sebagai suami dan tulang punggung keluarga. Ny N sebagai istri dan
sebagai ibu dari anak-anaknya..
4. Nilai atau norma keluarga
Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota
keluarga. Untuk masalah kesehatanpun dalam keluarga tidak ada praktik yang
harus dilakukan semua anggota keluarga. Sistem nilai yang dianut keluarga
dipengaruh status sosial, agama.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Hubungan dalam keluarga Tn. N trjalin akrab, antara satu dengan yang lain saling
mendukung, menghormati, membantu bila ada masalah.
2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab. Dengan masyarakat juga akrab,
saling tolong menolong bila ada masalah.
3. Fungsi Ekonomi
Tn. N sudah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
membiayai sekolah anak-anaknya.Untuk masalah ekonomi mereka berangapan
pas-pasan namun jika di turuti masih kurang.
4. Fungsi Reproduksi
Tn. N mempunyai 2 orang anak, salah satunya masih dalam usia sekolah dan
sserta anak ketiga masih balita

21
5. Fungsi Pendidikan
Tn. N sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, dia berharap kelak
anaknya dapat menempuh pendidikan yang jauh lebih tinggi.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor
Tn. N termasuk kedalam orang yang tidak mudah untuk stress begitu pula dengan
Ny. N
2. Koping
Keluarga mengatakan dan merasakan apa yang terjadi merupakan kehendak tuhan,
dan keluarga hanya bisa pasrah dan bersehardiri. Bila terdapat masalah keluarga
tidak membuatnya semakin tegang agar tidak stress, keluarga berusaha berfikir
dengan pikiran yang dingin dan lebih santai

H. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap kepada petugas tenaga kesehatan untuk dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat,terutama pada keluarga Tn. N

I. ANALISA DATA

No. Data Masalah Penyebab Tipology


1. DS : Resiko - Ketidakmampuan keluarga Aktual
ketidakseimbangan mengenal masalah
- Ny. N mengatakan
pertumbuhan
bahwa An. D Sering - Ketidakmampuan keluarga
sakit – sakitan, merawat anggota keluarga
- Ny. N setelah tidak yang sakit
terdaftar dalam
posyandu jarang dan
hampir tidak pernah
menimbang an. D lagi
- Ny. N tidak tahu BB
an. D

22
DO :

- BB 11 Kg
- LLA 14
- LK 47 cm
- LD 47 cm

2. DS: Nyeri akut - Ketidakmampuan Aktual


mengenal masalah
- Ny. Mengatakan
- Ketidakmampuan
bahwa An. D sakit gigi
mengambil
sampai bengkak
keputusan
pipinya.
- Ketidakmampuan
- Ny. N sudah
menggunkan fasilitas
membelikan obat
kesehatan
paracetamol untuk
anaknya
- Ny. N tidak
memeriksakan ke
pelayanan kesehatan
karena di anggap wajar
dan nantinya sembuh
sendiri
- Ny. N mengatakan
bahwa sudah
membersihkan gigi
anaknya dengan di
sikat.

DO :

- Bengakak pada pipi An


D
- Gigi berlubang

23
J. SKALA PRIORITAS MASALAH

Diagnosa 1:
Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny N mengatakanbawa anaknya
1. sering sakit sakitan, ny. N tidak
mengetahui berat badan an. D
Kemungkinan masalah ½X2 1 Sumber daya keluarga segian ada,
dapat diubah: Sebagian fasilitas kesehatan dekat, dana
2. keluarga kurang, waktu dan tenaga
hampir tidak ada, ketidakmampuan
dalam transportasi
Potensial masalah untuk 3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
dicegah: Tinggi memanfaatkan fasilitas kesehatan
3.
(posyandu), berusaha memenuhi
kecukupan gizi keluarga.
Menonjolnya masalah: 2/2 X 1 1 Keluarga menginkan agar An. D
4. masalah perlu segera segera normal badannya.
ditangani
Jumlah 3 2/3
Diagnosa 2
Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga menggunkan
fasilitas kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : Actual 3/3 X 1 1 An. D sedang sakit gigi dan pipinya
1.
bengkak.
Kemungkinan masalah ½X2 1 Tehnologi kesehatan yang
dapat diubah: Sebagian berkembang pesat, sumber daya dan
2.
dana yang terbatas, pemahaman
keluarga tentang penyakit terbatas ,

24
waktu dan tenaga yang hamper
tidak ada serta ketidakmauan
keluarga dalam hal transportasi
Potensial masalah untuk 3/3 X 1 1 Masalah ini belum lama terjadi dan
dicegah: tinggi keluarga sudah berupaya merawat
3. dan mengobati sendiri anggota yang
sakit dengan memeriksakan diri ke
dokter terdekat
Menonjolnya masalah: 2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalah harus
4. masalah perlu segera segera ditangani agar An. D cepat
ditangani sembuh
Jumlah 4

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut pada An. D anggota keluarga Tn. N
2. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan pada An. D anggota keluarga Tn. N

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Tupan Tupen Kriteria Standar evaluasi Intervensi


o evaluasi
1. Setelah Setelah Aspek Keluarga Jelakan dan
dilakuk dilakukan 2x psikomo memahami tentang diskusikan tentang
an kunjungan tor caries: caries
perawat keluarga
• Pengertian • Pengertian
an dapat
• Tanda dan • Tanda dan
selama mengenal
gejala gejala
1 bulan tentang
• Cara • Cara
nyeri caries, tanda
pencegahan pencegahan
hilang dan gejala
• Penanganan • Penatalaksana
serta
an
penangan

25
dari caries. Keluarga dapat Lakukan pemeriksaan
- Keluarga mengenal masalah gigi
dapat
mengenal
masalah,
Keluarga mampu Motivasi keluarga
- Keluarga
mengambil untuk membawa ke
mampu
keputusan fasilitas kesehatan
mengambil
keputusan.
- Keluarga
Keluarga mampu
mampu
menggunkan
menggunkan
fasilitas kesehatan
fasilitas
kesehatan.
2. Setelah Setelah Aspek keluarga Jelaskan dan
dilakua dilakukan 5x psikomo mengetahui diskusikan mengeani
n kunjungan tor tentang
pertumbuhan dan
perawat keluarga pertumbuhan dan
perkembangan:
an mengetahui perkembangan:
selam 1 tentang
1. Pengertian
1. Pengertia
bulan, pertumbuhan
2. tahap
2. Tahap
BB dan
perkembanng
perkemban
anak perkembang
an
ngan
bertamb an:
3. pertumbuhan
3. Pertumbuha
ah
dan
a. Pengertian n dan
perkemabang
perkemaba
b. Tahap yang normal
ng yang
perkembann
normal
gan

Jelaskan diskusikan
c. Pertumbu
mengenai gizi:
han dan keluarga
perke memahami tentang
1. Pengertian

26
mbangan gizi: 2. Gizi seimbang
yang normal 3. AKG
1. Pengertian
4. Masalah gizi
2. Gizi
seimbang
Setelah
3. AKG
dilakukan Ukur BB, TB, LK,
4. Masalah
kunjungan LD, LLA
gizi
sebanyak 5
kali keluarga
memahami
tentang gizi:

1. Pengertia
n
2. Gizi
seimbang
3. AKG
4. 4. Masalah
gizi

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya
umur dan tumbuh kembang tersebut maka memerlukan energy dan zat-zat gizi
yang melebihi jumlah ASI. Untuk itu dianjurkan untuk mengkonsumsi MP-
ASI.
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan seimbang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia
dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk
pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini
makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui
makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada
orang tua agar bisamemberi makanan yang bergizi kepada anak balita. Untuk
mencegah berbagai dampak yang akan timbul dari ketidakseimbangan gizi
seperti gizi buruk dan penyakit lainnya

28
DAFTAR PUSTAKA

Proverawati, Asfuah S., 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Afriyanto, (2010) Keperawatan Keluarga dengan Kurang Gizi

Widodo, Rahayu. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.

Jakarta : EG

Ayu Bulan Febry,. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan., Yogyakarta : Graha

Ilmu.

https://www.google.com/search?q=Balita+merupakan+salah+satu+kelompok+yang+r
entan+erhadap+masalah+kesehatan%2C+terutama+masalah+gizi+kurang+atau
+buruk.+&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b

29

Vous aimerez peut-être aussi