Vous êtes sur la page 1sur 19

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Oleh :

Andi Egar (1810341072)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


(UNISMUH PALU)
FAKULTAS HUKUM
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih

memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah

ini dengan judul “Hak dan Kewajiban Warga Negara” berdasarkan UUD 1945”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hak, pengetian

kewajiban, pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak kewajiban warga

Negara berdasarkan UUD 1945.

Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,

dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan

khususnya pembaca pada umumnya.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya

harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain

dan pada waktu mendatang.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………….…………..…………………………................………….

Daftar Isi ……………………………………………………………...............………..

BAB I................................................................................................................................

Pendahuluan.........................................................................................................

Latar belakang......................................................................................................

BAB II Pembahasan.........................................................................................................

I. Bagaimana struktur pemerintahan Indonesia.................................................

II. Sistem ketatanegaraan RI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.................

III. Fungsi konstitusi.............................................................................................

IV. Hubungan antara pembukaan dengan pasal UUD 1945................................

V. Hubungan pancasila dengan UUD 1945.........................................................

VI. Lima prinsip dasar etika politik indonesia.....................................................

VII. Pancasila sebagai idelogi................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana struktur pemerintahan Indonesia?
2. sistem ketatanegaraan RI berdasarkan pancasila dan UUD 1945?
3. fungsi konstitusi
4 hubungan antara pembukaan dengan pasal UUD 1945
5 hubungan pancasila dengan UUD 1945
6 5 prinsip dasar etika politik indonesia
7 pancasila sebagai idelogi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Indonesia.
2. Untuk mengetahui struktur pemerintahan Indonesia.
3. Untuk mengetahui tugas, fungsi dan wewenang lembaga negara.
BAB II
PEMBAHASAN

I. STRUKTUR PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT UUD 1945


AMANDEMEN

A. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (MPR)


Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah salah satu lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggotaDewan Perwakilan Daerah. Dahulu sebelum Reformasi MPR merupakan Lembaga
Negara Tertinggi, yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Utusan Daerah,
dan Utusan Golongan. Jumlah anggota MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang, terdiri
atas 560 Anggota DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun,
dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Tugas dan wewenang MPR antara lain:
1. Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945), (Undang-
Undang Dasar)
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi) untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
5. Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
6. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya.
Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD,
menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak protokoler.
Setelah Sidang MPR 2003, Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat tidak
lagi oleh MPR. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
Sidang MPR sah apabila dihadiri:
1) sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden,
2) sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan UUD,
3) sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya.
Putusan MPR sah apabila disetujui:
1) sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden,
2) sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus perkara
lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Alat kelengkapan MPR terdiri atas:
a. Pimpinan
Pimpinan MPR terdiri atas seorang ketua dan 4 orang wakil ketua yang dipilih dari dan
oleh Anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR. Pimpinan MPR periode 2009–2014 adalah:
1. Ketua: Taufiq Kiemas (F-PDIP)
2. Wakil Ketua: Hajriyanto Y. Thohari (F-PG)
3. Wakil Ketua: Melani Leimena Suharli (F-PD)
4. Wakil Ketua: Lukman Hakim Saifudin (F-PPP)
5. Wakil Ketua: Ahmad Farhan Hamid (Kelompok DPD)
b. Panitia Ad Hoc
Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit 5% (lima persen) dari
jumlah anggota dan paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah anggota yang
susunannya mencerminkan unsur DPR dan unsur DPD secara proporsional dari setiap fraksi
dan Kelompok Anggota MPR.

B. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

A. Presiden
Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu
oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutifuntuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat
selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu
kali masa jabatan.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
2. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, danAngkatan
Udara
3. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.
4. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
5. Menetapkan Peraturan Pemerintah
6. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
7. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR
8. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
9. Menyatakan keadaan bahaya.
10. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
11. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
12. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
13. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
14. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU
15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
16. Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui
DPR
17. Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah
Agung
18. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
B. Wakil Presiden
Wakil Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Wakil Presiden Republik Indonesia)
adalah pembantu kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia yang bersifat luar
seorang presiden sebagai kepala negara. Sebagai pembantu kepala pemerintahan, Wakil
Presiden adalah pembantu presiden yang kualitas bantuannya di atas bantuan yang diberikan
oleh Menteri, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-
tugas pemerintah sehari-hari yang didelegasikan kepadanya. Wakil Presiden menjabat selama
5 tahun, dan biasa dan istimewa. Sebagai pembantu kepala negara, Wakil Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di duniayang kualitas tindakannya sama dengan kualitas
tindakan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa
jabatan.

C. DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPR)


Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraanIndonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang
kekuasaan membentukUndang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih
berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR periode 2009–2014 berjumlah 560 orang.
Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR
yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
olehPresiden pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta yang
kemudian dijadikan sebagai hari lahir DPR RI.
A. Tugas dan Wewenang DPR
1. Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
2. Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang
3. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah
6. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
8. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian
anggota Komisi Yudisial
9. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
10. Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk ditetapkan;
11. Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima
penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti
dan abolisi
12. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
13. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
14. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
15. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

II. SISTEM KETATANEGARAAN RI BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945

INDONESIA SUMBER HUKUM KETATANEGARAAN REPUBLIK

Negara adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sekumpulan masyarakat yang
mempunyai keinginan untuk bersatu yang diatur dalam sebuah organisasi yang berbentuk
pemerintahan yang mengatur berbagai kehidupan bersifat mengikat dan memaksa dan
bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang aman, tertib, damai, sejahtera.

Hukum Ketatanegaraan di Indonesia telah disebutkan dan dijelaskan dalam UUD


atau Konstitusi Negara Indonesia. Ada dua perbedaan pendapat dalam memaknai istilah UUD
dan Konstitusi. Menurut tokoh paham kaum lama, Herman Heller menyatakan bahwa UUD
dan Konstitusi itu berbeda, konstitusi memiliki 3 pengertian, yaitu:

1) Konstitusi merupakan kehidupan politik dalam bermasyarakat.

2) Kegiatan mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang berlaku dan dijadikan
sebagai kaidah hukum, maka konstitusi disebut dengan UUD (Rechverfassung).
3) Tulisan naskah sebagai undang-undang dasar tertinggi dalam suatu
Negara.Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa UUD adalah bagian dari
konstitusi. Sedangkan menurut tokoh paham modern, Oliver Cromwell, UUD dan konstitusi
digunakan sebagai landasan hukum bangsa. Pereseran makna konstitusi muncul karena
adanya civil law yang menganut kodifikasi (penyatuan) yang berujuan untuk mencapai
kesatuan hukum, kepastian hukum, dan keserhanaan hukum.

Dimasa penjajahan sudah diterapkan berbagai peraturan ketatanegaraan di Hindia-


Belanda. Ada dua system yang diterapkan yaitu, sistem Regeling Reglement (RR) pada
sistem ini adalah sistem peraturan pemerintah yang dibuat oleh gurbernur jendral, akan tetapi
karena sistem ini dirasa terdiri dari satu pihak saja maka setelah itu sistem ini dirubah
menjadi Indischee Staatsregeling (IS) pada sistem ini tidak hanya diberlakukan peraturan
yang setingkat UU yang dibuat oleh gurbernur jendral Ordonantie saja, namun juga harus
melalui persetujuan parlemen Volksraad. Sumber hukum ketatanegaraan Indonesia
mengalami perubahan sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Setelah Indonesia merdeka
tanggal 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 oleh PPKI
yang telah dirancang oleh BPUPKI dan bertahan 4 tahun.
III. FUNGSI KONSTITUSI DALAM NEGARA DEMOKRASI

1. pembatasan.
2. distribusi.
3. taat hukum

hakikat isi konstitusi :

 organisasi.
 hak dan kewajiban warga negara.
 negara dan lembaga negara.
 negara dengan warga negara.
 prosedur pengubah undang-undang.
fungsi konstitusi dalam negara komunis :

 cerminan kemenangan masyarakat komunis.


 catatan formal dari perjuangan.
 dasar hukum untuk perubahan
dinamika pelaksanaan konstitusi :

 uud1945.
 konstitusi RIS
 UUDS
 UUD 45Tuesday, October 23, 2012
 Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer
 Kalau lima prinsip itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu
bukan sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena
Pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika
politik modern (yang belum ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan
hidup).
 1.Pluralisme
 Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk
hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat
yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan
sekelompok orang. Lawan pluralism adalah intoleransi, segenap paksaan dalam hal
agama, kepicikan ideologis yang mau memaksakan pandangannya kepada orang lain.
 Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan
bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh didisriminasikan karena keyakinan
religiusnya. Sikap ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif
bangsa.
 2.HAM
 Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab.
Mengapa? Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
 Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:
 Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
 Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
 Dibedakan tiga generasi hak-hak asasi manusia:
 Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan
wajar di depan hokum.
 Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
 Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-
minoritas etnik).
 Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku
dan ras. Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).
 3. Solidaritas Bangsa
 Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok agama,
kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan.
Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam
kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh
korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung-jawab, sikap
objektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Korupsi membuat
mustahil orang mencapai sesuatu yang mutu.
 4. Demokrasi
 Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk
menentukan dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang
lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau
dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi
demokrasi memrlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
 Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
 Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
 Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hokum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi
(karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
 5. Keadilan Sosial
 Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud
baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan
penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat
pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang
paling-paling bisa survive di hari berikut.
 Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan,
keadilan social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada
dalam masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu
bersifat structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak
pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para
pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur
politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala
kemiskinan. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap
perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
 Dalam pendapat penulis, tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang
adalah:
 Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan social.
 Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana
mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat
mereka pada masyarakat.
 Korupsi.

IV. Hubungan pembukaan Dengan UUD 1945


Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut
terangkum di dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di
mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut
terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-
undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea 4,
 Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945.
 Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula
cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi
Undang-Undang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia
bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan
bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil
mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan pengakuan
bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan
dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-
cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
 Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan
kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan
keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
dalam wadah Negara Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan
negara dan dasar negara. Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar
belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam
bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam
bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar negara secara
umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi
Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai
ideologi bangsa Indonesia.
 IV.Hubungan Pembukaan dengan pasal UUD 1945
 Pada bagian penjelasan UUD 1945, dinyatakan bahwa Pokok Pikiran yang ada pada
pembukaan merupakan suasana kebatinan dari Undang Undang Dasar Negara
Indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis
(UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (konvensi). Pokok Pikiran tersebut
kemudian dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945.Berdasarkan hal tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945 memiliki hubungan yang bersifat
kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, karena isi yang ada dalam
Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-pasalnya. Oleh karenanya Pembukaan yang
memuat falsafah Negara Pancasila merupakan satu kesatuan dengan Undang Undang
Dasar, bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung Pokok-Pokok Pikiran yang
intisarinya merupakan penjelmaan dari dasar filsafat Pancasila, memancarkan nilai-
nilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada UUD 1945.Semangat
dari UUD 1945 serta yang disemangati yaitu pasal-pasal UUD 1945 serta
penjelasannya , pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang bersifat
kausal organis. Hubungan antara masing-masing bagian yang ada pada alinea
Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, dapat diuraikan sebagai berikut :
 1. Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan “kausal organis” dengan Batang Tubuh
UUD 1945
 2. Bagian keempat Pembukaan UUD 1945 yang mempunyai hubungan “kausal
Organis” dengan Batang Tubuh UUD 1945. Adapun hubungan tersebut sebagai
berikut :
 a. Pembukaan memerintahkan diadakannya UUD (Batang Tubuh)
 b. UUD (Batang Tubuh) mengatur tentang pembentukan pemerintahan Negara yang
memnuhi pelbagai persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggaraan Negara
 c. Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
 d. Ditetapkannya dasar kerohanian Negara (dasar filsafat Negara)
 e. Pokok-Pokok Pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan dijabarkan di dalam
Batang Tubuh (Pasal- Pasal) yang ada.
 Adanya hubungan yang begitu erat dan merupakan satu kesatuan antara Pembukaan
dengan Batang Tubuh dapat ditarik beberapa makna penting bahwa :
 1. Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Batang Tubuh UUD
1945
 2. Adanya Batang Tubuh (Pasal-Pasal) karena atas perintah Pembukaan UUD 1945
 3. Pasal-Pasal yang ada dalam Batang Tubuh tidak boleh menyimpang apalagi
bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945.

V. Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal,
dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya
dengan Pancasila.

Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut
terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-
undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea 4,

V. Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi, 1998).
Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan
Pancasila.

Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma
ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya,
seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya.
Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4,

Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945.

Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula cita-cita
luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang
Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah
hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua
menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan
yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan
pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan
cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan


kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan
keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam
wadah Negara Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar
negara. Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan,
pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok pikiran
sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai
Philosofische grondslag atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945
sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD
1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.

VI. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer

Kalau lima prinsip itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan
sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki
logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum
ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).

1.Pluralisme

Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang. Lawan pluralism
adalah intoleransi, segenap paksaan dalam hal agama, kepicikan ideologis yang mau
memaksakan pandangannya kepada orang lain.

Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di
Indonesia tidak ada orang yang boleh didisriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap
ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif bangsa.

2.HAM

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab. Mengapa?
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib
tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia.

Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:

Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,


melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam
oleh Negara modern.

Dibedakan tiga generasi hak-hak asasi manusia:

Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan wajar di
depan hokum.

Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial

Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-minoritas
etnik).

Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku dan ras.
Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu
dilanggar dengan kasar oleh korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran,
tanggung-jawab, sikap objektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Korupsi
membuat mustahil orang mencapai sesuatu yang mutu.

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa
yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan
rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi demokrasi memrlukan sebuah system penerjemah
kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:

Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.

Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hokum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena
mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik
apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan
terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua
bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari
berikut.

Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide,
ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan sosialisme.
Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan social
diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di
mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat structural, bukan
pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap
kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-
struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas. Ketidakadilan
structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala kemiskinan. Ketidakadilan
struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi
atas dasar ras, suku dan budaya.

VII. PANCASILA SEBAGAI IDELOGI

Pengertian Ideologi PancasilaIdeologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan


religius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Jadi, Ideologi pancasila adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila
pancasila.Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara, sehingga tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas,
dan memudahkan timbulnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara
mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.

 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara

Menyatukan bangsa Indonesia, memperkokoh dan memelihara kesatuan dan persatuan.


Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia unutk mencapai tujuannya.
Memberikan kemauan untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia
Menerangi dan mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya untuk mewujudkan
cita-cita yang terkandung di dalam pancasila.
Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam upaya menjaga keutuhan negara
dan memperbaiki kehidupan dari bangsa Indonesia.
Makna Ideologi Pancasila
Pancasila selain berkedudukan sebagai dasar negara, juga berkedudukan sebagai Ideologi
Nasional bangsa Indonesia.
Sehingga makna pancasila dari ketetapan tersebut bahwa nilai-nilai yang tercamtum dalam
ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.

 Pancasila sebagai ideologi mempunyai makna sebagai berikut:


Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan
bernegara.
Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan
oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.
3 Dimensi Ideologi Pancasila :

1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercamtum di ideologi tersebut


mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi itu ada untuk
pertama kalinya.Pelajari juga: Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pancasila (Lengkap)

2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut
bisa memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat mengenai masa depan
yang lebih baik.

3. Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan


menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan


Keadilan. Inilah nilai dasar untuk kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terselip nilai lainnya secara
lengkap dan harmonis, baik nilai nilai vital, material, nilai kebenaran(kenyataan) , nilai etis,
nilai estetis, maupun nilai religius.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi sendiri bersifat objektif dan subjektif.


Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif maksudnya:

Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang ter-dalam.
Pancasila yang tersimpan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang
mendasar.
Inti dari nilai Pancasila akan terus ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif menjelaskan bahwa keberadaan nilai-
nilai Pancasila bergantung pada bangsa Indonesia sendiri. Dapat dijelaskan sebab:

Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia.


Nilai-nilai Pancasila di dalamnya memuat nilai- nilai kerohanian.
Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila di dalamnya merupakan nilai yang digali , tumbuh dan berkembang dari
budaya bangsa Indonesia
Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan UUD memuat isi yang mewajibkan pemerintah,
penyelenggara Negara termasuk juga pengurus partai dan golongan fungsional untuk menjaga
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
Fungsi paling dasar dari konstitusi sebnarnya adalah mengatur batasan kekuasaan yang ada
dalam sebuah negara. Konstitusi dalam sebuah negara sangatlah penting karena konstitusi
merupakan sebuah aturan dasar dari adanya penyelenggaraan negara, sehingga yang terjadi di
Indonesia sudah beberapa kali terjadi perubahan konstitusi. Berikut merupakan beberapa
fungsi konstitusi dari para ahli:
Fungsi Kontitusi Menurut Prof. Bagir Manan

Fungsi kontitusi menurut Prof. Bagir Manan merupakan sekelompok ketentuan yang
mengatur sebuah organisasi negara beserta susunan pemerintahan sebuah negara.
Fungsi Konstitusi Menurut Henc Van Maarseveen Dan Ger Van Der Tang

Fungsi konstitusi menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang adalah sebagai akta
berdirinya sebuah negara (constitution as a birt certificate). sehingga konstitusi dapat
dijadikan sebagai bukti otentik akan eksistensi dari sebuah negara sebagai sebuah badan
hukum (rechtpersoon). Agar fungsi ini terpenuhi maka setiap negara di seluruh dunia harus
berusaha untuk memiliki sebuah konstitusi.

Fungsi Konstitusi Dalam Undang – Undang Dasar

Fungsi konstitusi dalam Undang – Undang Dasar bila dilihat dari segi waktu adalah sebagai
sebuah persyaratan beridirinya sebuah negara untuk negara yang belum terbentuk atau bisa
disebut sebagai akte berdirnya negara sebagai negara yang sudah terbentuk.
Sehingga dari penjelasan datas dapat kita simpulkan bahwa fungsi konstitsi merupakan
sebuah dokumen formal nasional, dasar pembagian kekuasaan yang ada di dalam negara,
dasar organisasi negara, sebuah jaminan kepastian hukum dengan prakteknya dalam
penyelenggaraan negara, pengaturan pemerintah serta pengaturan lembaga – lembaga.
Kedudukan Konstitusi Dalam Sebuah Negara

Kontitusi dalam kedudukannya sebagai kehidupan ketatanegaraan sebuah negara menjadi hal
yang paling utama karena menjadi sebuah parameter kehidupan dalam bernegara dan
berbangsa. Kedudukan kontitusi dalam kehidupan ketatanegaraannya adalah sebagai berikut:
1. Konstitusi Sebagai Hukum Dasar

Kontitusi dalam hal ini menjadi aturan pokok dalam penyelengraan negara yang mana
konstitusi memberikan cara bagaimana pemakaian kekuasaan dalam tubuh pemerintahan.
2. Konstitusi Sebagai Hukum Yang Paling Tinggi

Kontitusi dalam hal ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketentuan lainnya dalam konteks tata hukum sebuah negara. Sebuah konstitusi tidak boleh
bertentangan dengan yang lain dan harus sesuai dengan sebagian ketentuan yang terdapat
dalam konstitus
Hubungan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
Posted by Fresh Channel » Konstitusi » Thursday, October 12, 2017
Pada bagian penjelasan UUD 1945, dinyatakan bahwa Pokok Pikiran yang ada pada
pembukaan merupakan suasana kebatinan dari Undang Undang Dasar Negara Indonesia serta
mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum
dasar tidak tertulis (konvensi). Pokok Pikiran tersebut kemudian dijelmakan dalam pasal-
pasal UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto. Pendidikan Kewarganegaraan.2007. Madyan Press. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Winata, Ngadimin. Kewarganegaraan RI. 2005. Bumi Aksara. Yogyakarta.

Suharyanto. Pendidikan kewarganegaraan untuk SMA kelas XI .1992. Erlangga。

Vous aimerez peut-être aussi