Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
ini dengan judul “Hak dan Kewajiban Warga Negara” berdasarkan UUD 1945”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
kewajiban, pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak kewajiban warga
Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,
dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
BAB I................................................................................................................................
Pendahuluan.........................................................................................................
Latar belakang......................................................................................................
BAB II Pembahasan.........................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana struktur pemerintahan Indonesia?
2. sistem ketatanegaraan RI berdasarkan pancasila dan UUD 1945?
3. fungsi konstitusi
4 hubungan antara pembukaan dengan pasal UUD 1945
5 hubungan pancasila dengan UUD 1945
6 5 prinsip dasar etika politik indonesia
7 pancasila sebagai idelogi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Indonesia.
2. Untuk mengetahui struktur pemerintahan Indonesia.
3. Untuk mengetahui tugas, fungsi dan wewenang lembaga negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Presiden
Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu
oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutifuntuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat
selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu
kali masa jabatan.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
2. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, danAngkatan
Udara
3. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.
4. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
5. Menetapkan Peraturan Pemerintah
6. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
7. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR
8. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
9. Menyatakan keadaan bahaya.
10. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
11. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
12. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
13. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
14. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU
15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
16. Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui
DPR
17. Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah
Agung
18. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
B. Wakil Presiden
Wakil Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Wakil Presiden Republik Indonesia)
adalah pembantu kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia yang bersifat luar
seorang presiden sebagai kepala negara. Sebagai pembantu kepala pemerintahan, Wakil
Presiden adalah pembantu presiden yang kualitas bantuannya di atas bantuan yang diberikan
oleh Menteri, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-
tugas pemerintah sehari-hari yang didelegasikan kepadanya. Wakil Presiden menjabat selama
5 tahun, dan biasa dan istimewa. Sebagai pembantu kepala negara, Wakil Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di duniayang kualitas tindakannya sama dengan kualitas
tindakan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa
jabatan.
Negara adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sekumpulan masyarakat yang
mempunyai keinginan untuk bersatu yang diatur dalam sebuah organisasi yang berbentuk
pemerintahan yang mengatur berbagai kehidupan bersifat mengikat dan memaksa dan
bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang aman, tertib, damai, sejahtera.
2) Kegiatan mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang berlaku dan dijadikan
sebagai kaidah hukum, maka konstitusi disebut dengan UUD (Rechverfassung).
3) Tulisan naskah sebagai undang-undang dasar tertinggi dalam suatu
Negara.Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa UUD adalah bagian dari
konstitusi. Sedangkan menurut tokoh paham modern, Oliver Cromwell, UUD dan konstitusi
digunakan sebagai landasan hukum bangsa. Pereseran makna konstitusi muncul karena
adanya civil law yang menganut kodifikasi (penyatuan) yang berujuan untuk mencapai
kesatuan hukum, kepastian hukum, dan keserhanaan hukum.
1. pembatasan.
2. distribusi.
3. taat hukum
organisasi.
hak dan kewajiban warga negara.
negara dan lembaga negara.
negara dengan warga negara.
prosedur pengubah undang-undang.
fungsi konstitusi dalam negara komunis :
uud1945.
konstitusi RIS
UUDS
UUD 45Tuesday, October 23, 2012
Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer
Kalau lima prinsip itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu
bukan sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena
Pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika
politik modern (yang belum ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan
hidup).
1.Pluralisme
Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk
hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat
yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan
sekelompok orang. Lawan pluralism adalah intoleransi, segenap paksaan dalam hal
agama, kepicikan ideologis yang mau memaksakan pandangannya kepada orang lain.
Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan
bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh didisriminasikan karena keyakinan
religiusnya. Sikap ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif
bangsa.
2.HAM
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab.
Mengapa? Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
Dibedakan tiga generasi hak-hak asasi manusia:
Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan
wajar di depan hokum.
Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial
Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-
minoritas etnik).
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku
dan ras. Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok agama,
kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan.
Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam
kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh
korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung-jawab, sikap
objektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Korupsi membuat
mustahil orang mencapai sesuatu yang mutu.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk
menentukan dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang
lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau
dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi
demokrasi memrlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hokum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi
(karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud
baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan
penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat
pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang
paling-paling bisa survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan,
keadilan social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada
dalam masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu
bersifat structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak
pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para
pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur
politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala
kemiskinan. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap
perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Dalam pendapat penulis, tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang
adalah:
Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan social.
Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana
mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat
mereka pada masyarakat.
Korupsi.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal,
dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya
dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut
terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-
undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea 4,
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi, 1998).
Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan
Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma
ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya,
seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya.
Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4,
Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula cita-cita
luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang
Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah
hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua
menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan
yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan
pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan
cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Kalau lima prinsip itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan
sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki
logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum
ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).
1.Pluralisme
Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang. Lawan pluralism
adalah intoleransi, segenap paksaan dalam hal agama, kepicikan ideologis yang mau
memaksakan pandangannya kepada orang lain.
Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di
Indonesia tidak ada orang yang boleh didisriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap
ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif bangsa.
2.HAM
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab. Mengapa?
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib
tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia.
Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan wajar di
depan hokum.
Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-minoritas
etnik).
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku dan ras.
Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu
dilanggar dengan kasar oleh korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran,
tanggung-jawab, sikap objektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Korupsi
membuat mustahil orang mencapai sesuatu yang mutu.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa
yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan
rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi demokrasi memrlukan sebuah system penerjemah
kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hokum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena
mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik
apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan
terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua
bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari
berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide,
ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan sosialisme.
Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan social
diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di
mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat structural, bukan
pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap
kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-
struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas. Ketidakadilan
structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala kemiskinan. Ketidakadilan
struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi
atas dasar ras, suku dan budaya.
2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut
bisa memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat mengenai masa depan
yang lebih baik.
Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terselip nilai lainnya secara
lengkap dan harmonis, baik nilai nilai vital, material, nilai kebenaran(kenyataan) , nilai etis,
nilai estetis, maupun nilai religius.
Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri mempunyai makna yang ter-dalam.
Pancasila yang tersimpan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang
mendasar.
Inti dari nilai Pancasila akan terus ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif menjelaskan bahwa keberadaan nilai-
nilai Pancasila bergantung pada bangsa Indonesia sendiri. Dapat dijelaskan sebab:
Fungsi kontitusi menurut Prof. Bagir Manan merupakan sekelompok ketentuan yang
mengatur sebuah organisasi negara beserta susunan pemerintahan sebuah negara.
Fungsi Konstitusi Menurut Henc Van Maarseveen Dan Ger Van Der Tang
Fungsi konstitusi menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang adalah sebagai akta
berdirinya sebuah negara (constitution as a birt certificate). sehingga konstitusi dapat
dijadikan sebagai bukti otentik akan eksistensi dari sebuah negara sebagai sebuah badan
hukum (rechtpersoon). Agar fungsi ini terpenuhi maka setiap negara di seluruh dunia harus
berusaha untuk memiliki sebuah konstitusi.
Fungsi konstitusi dalam Undang – Undang Dasar bila dilihat dari segi waktu adalah sebagai
sebuah persyaratan beridirinya sebuah negara untuk negara yang belum terbentuk atau bisa
disebut sebagai akte berdirnya negara sebagai negara yang sudah terbentuk.
Sehingga dari penjelasan datas dapat kita simpulkan bahwa fungsi konstitsi merupakan
sebuah dokumen formal nasional, dasar pembagian kekuasaan yang ada di dalam negara,
dasar organisasi negara, sebuah jaminan kepastian hukum dengan prakteknya dalam
penyelenggaraan negara, pengaturan pemerintah serta pengaturan lembaga – lembaga.
Kedudukan Konstitusi Dalam Sebuah Negara
Kontitusi dalam kedudukannya sebagai kehidupan ketatanegaraan sebuah negara menjadi hal
yang paling utama karena menjadi sebuah parameter kehidupan dalam bernegara dan
berbangsa. Kedudukan kontitusi dalam kehidupan ketatanegaraannya adalah sebagai berikut:
1. Konstitusi Sebagai Hukum Dasar
Kontitusi dalam hal ini menjadi aturan pokok dalam penyelengraan negara yang mana
konstitusi memberikan cara bagaimana pemakaian kekuasaan dalam tubuh pemerintahan.
2. Konstitusi Sebagai Hukum Yang Paling Tinggi
Kontitusi dalam hal ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketentuan lainnya dalam konteks tata hukum sebuah negara. Sebuah konstitusi tidak boleh
bertentangan dengan yang lain dan harus sesuai dengan sebagian ketentuan yang terdapat
dalam konstitus
Hubungan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
Posted by Fresh Channel » Konstitusi » Thursday, October 12, 2017
Pada bagian penjelasan UUD 1945, dinyatakan bahwa Pokok Pikiran yang ada pada
pembukaan merupakan suasana kebatinan dari Undang Undang Dasar Negara Indonesia serta
mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum
dasar tidak tertulis (konvensi). Pokok Pikiran tersebut kemudian dijelmakan dalam pasal-
pasal UUD 1945.
DAFTAR PUSTAKA