Vous êtes sur la page 1sur 74

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard dan
kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke
tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat
disekitarnya. Penelitian menunjukkan kejadian stroke terus meningkat di berbagai
negara berkembang, termasuk Indonesia (Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk.,
2013).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain
itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar
glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara
patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan
pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat
stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang
merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di
Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah
pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan
perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan
lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan
data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke
di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1
per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke
tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi

1
Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke
antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).
Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya di Kota Makassar menyebutkan
bahwa faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku merokok,
penyalahgunaan obat, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat
hiperkolesterolemia. Variabel jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko
kejadian stroke pada dewasa awal. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2013)
menyebutkan bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit stroke
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui definisi, etiologi, prognosis, manifestasi klnis,
klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan dari penyakit stroke.
b. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan dan web of caution dari penyakit stroke.
c. Untuk mengetahui tren dan issue keperawatan dari penyakit stroke
1.3 Manfaat
1. Manfaat praktis:
a. Bagi penulis
Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada penyakit
stroke
b. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat memberikan informasi
baru mengenai asuhan keperawatan penyakit stroke.

2
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan di otak.
Biasanya mengenai penderita pada umur <45 tahun sebanyak 11,8 persen, pada
umur 45-65 tahun sebanyak 54,2 persen dan pada umur >65 tahun sebanyak 33,5
persen. Pada umumnya angka kejadian pada laki- laki lebih banyak daripada
perempuan. Stroke terjadi tanpa adanya gejala- gejala prodroma atau gejala dini,
dan muncul begitu mendadak. Stroke adalah penyebab kematian dan kecacatan
yang utama di seluruh dunia. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi
penyandangnya, namun juga bagi keluarganya.(Pinzon, 2009).
Stroke menurut World Health Organization (WHO, 2005) adalah tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke merupakan suatu
sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang
dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler.
Definisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke iskemik), pendarahan
intraserebal (PIS) non traumatic, pendarahan intraventrikuler dan beberapa kasus
pendarahan subarachnoid (PSA) (Soeharto, 2004).

2.2 Etiologi
Penyebab utama stroke diantaranya pasien stroke yang terbiasa
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang menimbulkan
aterosklerosis, yaitu menyempitnya pembuluh arteri disebabkan lemak yang
menempel pada dinding arteri. Para ahli menganggap bahwa aterosklerosis

3
merupakan penyebab utama stroke pada umumnya. Dijaman sekarang,
pengobatan dan pencegahan stroke sudah semakin maju walaupun masih tetap
mahal (Yugiantoro, 2006).
Menurut Adam dan Victor (2009) , penyebab kelainan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan stroke, antara lain :

1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
7. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus paranasal, dan
wajah.
8. Kelaianan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor
pembekuan darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik trombositopenia
purpura, trombositosis, limpoma intravaskular.
9. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
10. Angiopati amiloid
11. Kerusakan aneuriisma aorta
12. Komplikasi angiografi

2.3 Prognosis
neurologis, fungsional, kognitif, dan kualitas hidup (QOL) dipastikan pada
sekitar 90 hari pasca stroke pada subset pasien yang setuju untuk berpartisipasi
dalam bagian wawancara studi BASIC. Wawancara hasil ditambahkan pada bulan
November 2008, dan dengan demikian porsi analisis ini terbatas pada periode
waktu dari November 2008 hingga Juni 2012. Hasil dipastikan melalui
wawancara langsung, metode yang sebelumnya telah dipublikasikan.14 Jika
pasien tidak dapat menanggapi, wawancara proksi dilakukan. Hasil neurologis

4
diukur dengan Skala Stroke Skala Kesehatan Nasional (NIHSS) yang dikelola
oleh koordinator studi yang terlatih. Hasil fungsional diukur menggunakan
serangkaian pertanyaan yang dilaporkan sendiri menilai Kegiatan Kehidupan
Sehari-hari (ADL) dan Aktivitas Instrumental Kehidupan Sehari-hari (IADL).
Tanggapan diberikan pada skala Likert; tanggapan kemudian dirata-ratakan untuk
menghasilkan skor ADL / IADL untuk pasien mulai dari 1 hingga 4 (skor yang
lebih tinggi menunjukkan hasil fungsional yang lebih buruk). Hasil kognitif
dinilai menggunakan Modified Mini-Mental State Examination, yang
menghasilkan skor mulai dari 0 hingga 100 (skor yang lebih tinggi menunjukkan
fungsi kognitif yang lebih baik). QOL dinilai menggunakan skala pendek-Stroke-
Specific Quality of Life (SS-QOL), yang telah divalidasi dalam populasi kami.15
SS-QOL berkisar dari 1 hingga 5 (skor yang lebih tinggi mewakili kualitas hidup
yang lebih baik). Proxy memberikan informasi pada hasil fungsional dan kualitas
QOL tetapi tidak memberikan informasi tentang hasil kognitif, dan dengan
demikian pasien yang memerlukan proxy dikeluarkan dari analisis endpoint
kognitif (lihat suplemen Online).

Stroke Kambuh dan Semua Penyebab Mortalitas

Peristiwa berulang dipastikan melalui surveilans DAS dan termasuk setiap


stroke (iskemik atau perdarahan intraserebral) yang diidentifikasi setelah stroke
iskemik pertama. Semua penyebab kematian dipastikan dari Departemen
Kesehatan dan Layanan Manusia Texas dan terkait dengan data BASIC
menggunakan nama depan dan belakang, tanggal lahir, jenis kelamin, ras-etnis,
dan informasi alamat tempat tinggal. Baik rekurensi dan mortalitas dipastikan
untuk seluruh periode waktu studi. Untuk titik akhir terulang, kasus disensor saat
kematian atau akhir masa tindak lanjut. Untuk kematian, kasus disensor pada
akhir masa tindak lanjut.

Sembilan Puluh Hari Hasil Stroke

Selama periode waktu ketika hasil 90 hari dikumpulkan, ada 891 stroke iskemik.
Dari 891, 126 meninggal sebelum 90 hari, 65 tidak dapat ditemukan untuk

5
wawancara, dan 74 menolak hasil wawancara, meninggalkan 626 memenuhi syarat
untuk wawancara 90 hari. Ukuran sampel akhir adalah 599 untuk hasil neurologis dan
fungsional dan 497 untuk hasil kognitif. Di antara pasien yang bertahan hidup hingga
90 hari, dengan pengecualian hasil kognitif, partisipasi sedikit lebih tinggi untuk
kelompok usia yang lebih tua (80% -81%) dibandingkan dengan kelompok paruh
baya (75% -76%). Untuk hasil kognitif, partisipasi lebih rendah pada kelompok usia
yang lebih tua dibandingkan dengan kelompok paruh baya karena pengecualian
tambahan kasus yang membutuhkan proxy dan orang-orang dengan disfungsi bahasa,
yang lebih sering terjadi pada kasus yang lebih tua. QOL tidak dipastikan sampai titik
waktu kemudian, menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil untuk hasil ini. Di
antara mereka yang berusia 45-64 tahun, skor rata-rata ADL / IADL adalah 1,98
(IQR: 1,27-2,73); skor 2 mewakili "beberapa kesulitan" melakukan tugas-tugas ADL
/ IADL. Median skor NIHSS (kisaran 0-44, skor yang lebih tinggi hasil neurologis
yang lebih buruk) pada mereka 45-64 tahun adalah 2 (IQR: 0-4), skor Modian Mini-
Mental Pemeriksaan Rata-rata (rentang 0-100, skor yang lebih tinggi, fungsi kognitif
yang lebih baik) ) adalah 92 (IQR: 85-96), dan median SS-QOL (kisaran 1-5, skor
yang lebih tinggi kualitas hidup yang lebih baik) adalah 3,33 (IQR: 2,58-4,29).
Semua hasil 90-hari secara signifikan lebih baik pada mereka yang berusia 45-64
tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia 65 tahun atau lebih setelah
disesuaikan untuk jenis kelamin dan ras-etnis, dengan pengecualian QOL di mana
tidak ada perbedaan dicatat. Penyesuaian tambahan untuk pendidikan memiliki
sedikit dampak pada asosiasi.

2.4 Manifestasi klinis

Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai,
terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda
atau kesulitan melihat pada satu atau dua mata; bingung mendadak; tersandung
selagi berjalan; pusing bergoyang; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan
nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas (Price dan Wilson, 2002).

6
Mual dan muntah terjadi, khususnya stroke yang mengenai batang otak dan
serebelum (Fitzsimmons, 2007). Aktivasi kejang biasanya bukan sebagai gelaja
stroke. Nyeri kepala diperkirakan pada 25% pasien stroke iskemik, karena dilatasi
akut pembuluh kolateral (Simon, 2009).
Perkembangan gejala neurologis tergantung dari mekanisme stroke iskemik dan
derajat aliran darah kolateral. Pada semua subtipe infark, dari embolik ke lakunar,
terdapat gejala fluktuatif setelah onset, memperlihatkan variasi derajat aliaran darah
kolateral ke jaringan iskemik. TIA dijumpai pada 20% kasus infark iskemik,
walaupun TIA lebih berhubungan dengan aterosklerosis, TIA dijumpai pada subtipe
yang lain. Diperkirakan 10-30% pasien stroke iskemik akut, defisit neurologik yang
progresif pada 24-48 jam pertama yang disebut stroke in evolution (Fitzsimmons,
2007).
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak mungkin
berkaitan dengan gejala dan tanda berikut yang disebut sindrom neurovaskular.
Walaupun perdarahan di daerah vaskular yang sama mungkin menimbulkan banyak
efek yang serupa, gambaran klinis keseluruhan cenderung berbeda karena, dalam
perluasannya ke arah dalam, perdarahan dapat mengenai teritorial dari lebih satu
pembuluh. Selain itu, perdarahan menyebabkan pergeseran jaringan dan
meningkatkan tekanan intra kranial (TIK) (Price dan Wilson, 2002).

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi modifikasi Marshall, stroke dibagi atas :

1. Stroke Iskemik
 Transient Ischemic Attack
 Trombosis serebri
 Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
 Perdarahan intraserebral
 Perdarahan subaraknoid

7
Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu

 Transient Ischemic Attack


 Stroke in evolution
 Completed stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah

 Sistem karotis
 Sistem vertebro-basiler

2.6 Patofisiologi
Stroke iskemik terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran darah ke
otak dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai suber energi agar
fungsinya tetap baik. Aliran drah otak atau Cerebral Blood Flow (CBF) dijaga pada
kecepatan konstan antara 50-150 mmHg (Price, 2008).

Aliran darah ke otak dipengaruhi oleh :

a. Keadaan pembuluh darah

Bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh trombus atau
embolus maka aliran darah ke otak terganggu.

b. Keadaan darah

Viskositas darah meningkat, polisitemia menyebabkan aliran darah ke otak lebih


lambat, anemia yang berat dapat menyebabkan oksigenasi otak menurun.

c. Tekanan darah sistemik

Autoregulasi serebral merupakan kemampuan intrinsik otak untuk


mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.

8
d. Kelainan jantung

Kelainan jantung berupa atrial fibrilasi, blok jantung menyebabkan menurunnya


curah jantung. Selain itu lepasnya embolus juga menimbulkan iskemia di otak akibat
okulsi lumen pembuluh darah.

Jika CBF tersumbat secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung
menderita karena kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik.
Infark otak, kematian neuron, glia, dan vaskular disebabkan oleh tidak adanya
oksigen dan nutrien atau terganggunya metabolisme (Robbins, 2008).

Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan


subaraknoid. Insiden perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke
hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subaraknoid dan
perdarahan intraserebral (Caplan, 2009).

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma


(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah
subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh
arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada
dinding pembuluh darah tersebut berupa degenerasi lipohialinosis, nekrosis fibrinoid
serta timbulnya aneurisma Charcot Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan
tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan pecahnya penetrating arteri. Keluarnya
darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2009).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena
darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi
darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Caplan, 2009).
Perdarahan subaraknoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subaraknoid.

9
Perdarahan subaraknoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau
perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM) (Caplan, 2009).

2.7 Komplikasi

Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain atau


komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat membahayakan nyawa.
Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:

 Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah


di tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai
deep vein thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot
tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu.
Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein
thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
 Hidrosefalus. Sebagian penderita stroke hemoragik dapat mengalami
hidrosefalus. Hidrosefalus adalah komplikasi yang terjadi akibat
menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak (ventrikel). Dokter bedah
saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan
yang menumpuk tersebut.
 Disfagia. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks
menelan, akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran
pernapasan. Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia.
Disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya, tidak ada penemuan diagnostik laboratorium pada infark
serebral. Tetapi pada semua pasien, dapat dinilai dengan pemeriksaan darah
lengkap, prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), basic

10
metabolic panel (Chem-7), kadar gula darah, dan ezim jantung (Fitzsimmons,
2008).
Pemeriksaan darah lengkap digunakan untuk mendeteksi anemia,
leukositosis, jumlah platelet yang abnormal. Anemia mungkin terjadi akibat
adanya perdarahan gastrointestinal, dimana dapat meningkatkan resiko
trombolisis, antikoagulasi, dan kejadian terapi antiplatelet. Anemia dapat juga
berhubungan dengan keganasan, dimana dapat menghasilkan hiperkoagulasi, atau
menghasilkan gejala neurologis sebagai hasil metastasis.Inflamasi dan kelainan
kolagen pembuluh darah, dimana menyebabkan anemia, juga sebagai penyebab
jarang dari stroke iskemik. Platelet jurang dari 100.000/mm3 merupakan
kontraindikasi pengobatan stroke dengan intravenous recombinant tissue
plasminogen activator (IV rt-PA) (Fitzsimmons, 2008).
Pemeriksaan PT dan aPTT diperlukan dalam penentuan penatalaksanaan
stroke. Peningkatan yang signifikan pada PT atau aPTT merupakan kontraindikasi
absolut dalam terpai IV rt-PA. Peningkatan PT dapat terjadi pada pengobatan
menggunakan warfarin jangka panjang, indikasi dari itu mungkin berhubungan
dengan etiologi stroke iskemik (Fitzsimmons, 2008).
Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya diperiksa pada semua pasien dengan gejala
stroke akut, karena keadaan hipoglikemia kadang dapat memberikan gejala defisit
neurologik fokal tanpa iskemik serebral akut (Fitzsimmons, 2008).
Pemeriksaan enzim jantung, seperti troponin jantung, enzim CK-MB menilai
adanya iskemik miokard. Diperkirakan 20-30% pasien dengan stroke iskemik akut
memiliki riwayat gejala penyakit jantung koroner (Fitzsimmons, 2008).
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi otak memberikan informasi diagnostik paling baik
pada penilaian dan penatalaksanaan pasien dengan stroke iskemik akut. CT scan dan
MRI dapat memberikan konfirmasi defenitif bahwa keadaan stroke iskemik telah
terjadi, juga menyimgkirkan tentang adanya perdarahan atau proses intrakranial
nonvaskular (Adams dan Victor, 2009).

11
Kemajuan teknologi meningkatkan penilaian klinis pada pasien stroke,
pencitraan ini dapat memperlihatkan lesi serebral dan pembuluh darah yang terkena.
CT memperlihatkan secara akurat lokasi perdarahan kecil, darah subaraknoid, clots
dan aneurisma, kelainan bentuk arterivena, dan memperlihatkan area infark (Adams
dan Victor, 2009).

Magnetic resonance imaging (MRI) punya keuntungan dapat memperlihatkan


lesi yang dalam pada lakunar kecil di hemisfer dan abnormalitas pada batang otak.
Tetapi, keuntungan utama memulai teknik diffusion-weighted magnetic resonance,
dimana dapat mendeteksi lesi infark dengan waktu beberapa menit setelah stroke,
lebih cepat dibandingkan CT scan dan sekuens MRI lainnya (Adams dan Victor,
2009).

Angiografi, digunakan dengan proses pencitraan digital, secara akurat


menperlihatkan stenosis dan penyumbatan pembuluh darah intrakranial dan
ekstrakranial seperti aneurisma, malformasi pembuluh darah, dan penyakit pembuluh
darah lainnya seperti arteritis dan vasospasme (Adams dan Victor, 2009).

2.9 Penatalaksanaan

Terapi Farmakologi
Penilaian umum dan penggunanan obat antitrombolitik (antiplatelet dan
antikoagulan) dan obat trombolitik merupakan terapi medical utama dari stroke
iskemik akut (Biller, 2009).
1. Antiplatelet. Obat antiplatelet seperti aspirin, clopidogrel, dan kombinasi
dipiridamole dengan aspirin memiliki peran yang besar dalam pencegahan sekunder
kejadian aterotrombotik. Terapi antiplatelet mimiliki efektivitas yang tinggi dalam
resiko kejadian vaskular dan direkomendasikan setelah warfarin untuk stroke
kardioembolik (Biller, 2009).
a. Aspirin. Mekanisme aksi dari aspirin yaitu menghambat fungsi platelet
melalui inaktivasi COX (Cyclooxygenase) secara irreversible. Meta analisis
memperlihatkan aspirin menurunkan resiko stroke, infark miokardium, dan kematian

12
vascular. U.S. Food and Drug Administration merekomendasikan dosis aspirin 50-
325 mg per hari pada pasien stroke. Efek samping utama ketidaknyamanan pada
lambung.

b. Clopidogrel. Clopidogrel merupakan antagonis reseptor ADP (adenosine


diphosphate) platelet. Penelitian pada 19.000 pasien dengan penyakit atherosclerosis
vascular bermanisfestasi seperti stroke iskemik, infark miokard, atau penyakit arteri
perifer simptomatis, 75 mg clopidogrel lebih efektif (8,7% penurunan resiko relative)
daripada 325 aspirin dalam menurunkan resiko stroke, miokard infark, atau penyakit
arteri perifer lainnya.

c. Ticlodipine. Ticlodipine mempunyai mekanisme menghambat jalur


adenosine diphosphate (ADP) dari membran platelet. Dosis yang direkomendasi dari
ticlodipine 250 mg dalam dua kali pemberian per hari. Ticlodipine memiliki efek
samping lebih banyak dibandingkan aspirin, termasuk diare, mual, dispesia,

d. Dipiridamol dengan aspirin. Dipiridamol merupakan cyclic nucleotide


phosphodiesterase inhibitor. The Second European Stroke Prevention Study (ESPS-2)
merandomisasi 6.602 pasien dengan riwayat TIA atau stroke untuk ditatalaksana
dengan aspirin (25 mg dua kali per hari), dipiridamol (200 mg dua kali per hari),
kombinasi keduanya, atau plasebo. Peneliti melaporkan peningkatan efek dipiridamol
(37%) ketika dikombinasikan dengan aspirin.
1. Antikoagulan
Percobaan randomisasi unfractionated heparin (UFH), low-molecular weight heparin
(LMWH), atau heparinoid untuk penatalaksanaan stroke iskemik akut menunjukkan
tidak ada keuntungan dalam menurunkan morta;itas, morbiditas akibat stroke,
rekurensi stroke atau prognosis stroke, kecuali pada kasus trombosis vena (Biller,
2009).
2. Trombolitik
Terapi trombolisis menstimulasi jalur intrinsik fibrinolisisuntuk mngendalikan
patologi trombosis National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS)

13
rt-PA (recombinant tissue plasminogen activator) Stroke Study Group menunjukkan
terpai dengan intavena rt-PA pada tiga jam setelah onset stroke iskemik
meningkatkan hasil klinis dari pengobatan selama 3 bulan (Biller, 2009).

14
15
16
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan
penurunan tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan

17
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
b. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
a. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus
II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).
b. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).

18
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1. Inspeksi : Bentuk simetris
2. Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
3. Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4. Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop.
f. Abdomen
1. Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2. Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
3. Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

PEMERIKSAAN SARAF-SARAF CRANIAL

1. N.I (olfaktorius)

19
Normal : sebagai saraf sensori untuk penghiduan dan tidak bersifat iriatif
Abnormal : bila pasien tidak mampu menyebutkan aroma yang dihidu disebut
dengan anosmia.
1. N.II (optikus)
Normal : sebagai saraf sensori penglihatan
Abnormal : katarak, inflamasi, penglihatan kabur, atau keabnormalitasan yang
lain.
2. N.III (okulomotorius)
Normal : ukuran kedua pupil dan pergerakan pupil normal dan jika diberi
rangsangan akan terjadi kontriksi
Abnormal : ukuran kedua pupil dan pergerakan pupil tidak normal dan jika
diberi rangsangan tidak akan terjadi kontriksi
3. N.IV (troklear)
Normal : untuk pergerakan mata ke arah inferior dan medial terkontrol
Abnormal : pergerakan mata ke arah inferior dan medial tidak terkontrol
4. N.V (trigeminal)
Normal : untuk pemeriksaan fungsi motorik dengan menggerakan kedua dagu
kesisi atau tersenyum, semua gerakan dapat dilakukan. Dan untuk
pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan dengan cara menyentuhkan kapas
lembut yang steril ke kornea atau sentuhan agak keras pada kelopak mata,
normalnya reaksi mata akan berkedip.
Abnormal : untuk pemeriksaan fungsi motorik dengan menggerakan kedua
dagu kesisi atau tersenyum, semua gerakan tidak dapat dilakukan. Dan untuk
pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan dengan cara menyentuhkan kapas
lembut yang steril ke kornea atau sentuhan agak keras pada kelopak mata,
normalnya reaksi mata tidak akan berkedip.
5. N.VI (abdusen)
Normal : mengontrol pergerakan bola mata ke arah lateral. Bersama N.III dan
N.IV dapat dikaji 6 posisi kardinal dari penglihatan.

20
Abnormal : mengontrol pergerakan bola mata ke arah lateral. Bersama N.III
dan N.IV tidak dapat dikaji 6 posisi kardinal dari penglihatan.
6. N. VII (fasial)
Normal : mengontrol ekspresi wajah dengan cara minta pasien untuk
mengerutkan dahi, tersenyum, mengembungkan pipi, menaikan alis mata dan
memejamkan mata dengan rapat dan rasakan adanya tahanan pada saat
membuka mata
Abnormal : merasa kaku atau merasa adanya tahanan pada saat dikaji
pengontrolan ekspresi wajah
7. N. VIII (vestibulokoklear)
Normal : koklear untuk pendengaran dengan cara meminta pasien untuk
mendengar bisikan lalu minta untuk melaporkan apa yang di dengarkan atau
dengarkan bunyi garpu tala. Dan vestibular untuk membantu mempertahankan
keseimbangan melalui koordinasi otot-otot mata,leher dan ekstremitas dapat
dilakukan dengan cara romberg test,calori test (okolovestibular reflex) dan
eloctronystagmography
Abnormal : dapat disebabkan oleh meniere,s syndrome dan neuroma acoustic.
8. N. IX (glosofaringeus) dan N. X (vagus)
Normal : kedua saraf ini masuk ke faring maka pengkajian kedua saraf ini
bersamaan dengan cara minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar sambil
menyebutkan “ah”, observasi posisi dan pergerakan dari uvula dan palatum,
normalnya berada di garis tengah. Kaji refleks gag dengan cara sentuh bagian
faring dengan spatel lidah maka akan didaptkan respon gag (respon muntah).
Kaji respon menelan dengan memberikan pasien sedikit minum. Kaji 1/3
bagian belakang lidah terhadap rasa.
Abnormal : pemeriksaan saraf sensorik dan motorik pada saat dikaji tidak
mengeluarkan atau sulit mengeluarkan respon. Baik respon gag dan respon
menelan.
9. N.XI (aksesorius spinal)

21
Normal : sraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas dari otot trapezius.
Abnormal : pasien tidak dapat menaikan bahu tanpa tahanan, pasien tidak
dapat memutar kepala kedua sisi secara bergantian, pasien tidak dapat
mendorong dagu kebelakang ke arah garis lurus, dan tidak dapat mendorong
kepala kedepan dan tidak dapat melawan tahanan
10. N. XII (hipoglosus)
Normal : saraf motorik yang mempersarafi lidah dapat dikaji dengan cara
minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar dan lidah dikeluarkan dan
dengan cepat lidah digerakan kekiri kanan, keluar kedalam amati adanya
deviasi. Minta pasien untuk mendorong lidahnya ke daerah pipi dan apakah
ada tekanan di daerah luar.
Abnormal : dapat disebabkan kerusakan pembuluh darah besar di daerah
leher.

3.2 Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan Kategori Subkategori


1. Resiko perfusi serebral tidak Fisiologis Sirkulasi
efektif (D.0017)
2. Perfusi perifer tidak efektif Fisiologis Sirkulasi
(D.0009)
3. Nyeri akut (D.0077) Psikologis Nyeri dan
kenyamanan
4. Pola napas tidak efektif Fisiologis Respirasi
(D.0005)
5. Konfusi akut (D.0064) Fisiologis Neurosensori
6. Defisit nutrisi (D.0019) Fisiologis Nutrisi dan Cairan
7. Gangguan presepsi sensori Psikologis Integritas Ego
(D.0085)

22
8. Bersihan jalan napas tidak Fisiologis Respirasi
efektif (D.0001)
9. Gangguan mobilitas fisik Fisiologis Aktivitas/istirahat
(D.0054)
10. Gangguan komunikasi Relasional Interaksi Sosial
verbal (D.0119)
11. Gangguan menelan (D.0063) Fisiologis Neurosensori
12. Resiko hipovolemia (D.0034) Fisiologis Nutrisi dan Cairan
13. Resiko jatuh (D.0143) Lingkungan Keamanan dan
proteksi
14. Resiko gangguan integritas Lingkungan Keamanan dan
kulit (D.0139) proteksi

23
3.3 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC RASIONAL
1. 1. Perfusi jaringan serebral : Manajemen Edema Serebral Manajemen Edema Serebral
Risiko Perfusi Serebral Tidak Kecakupan aliran darah melalui Observasi Observasi
efektif (D.0017) pembuluh darah otak untuk 1. Monitor adanya kebingungan, 1. Untuk mengetahui perubahan
Kategori : fisiologis mempertahankan fungsi otak. perubahan pikiran, keluahan pikiran dan keluhan yang
Subkategori : sirkuasi pusing, pingsan dirasakan klien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui tanda –
Definisi : Beresiko mengalami keperawatan dalam waktu …..x24 tanda vital klien
penurunan sirkulasi darah ke jam diharapkan risiko perfusi
otak serebral tidak efektif dapat teratasi Tindakan Mandiri Tindakan Mandiri
dengan kriteria hasil: 1. Posisikan tinggi kepala tempat 1. Untuk menjaga kenyamanan
Faktor Risiko : 1. Tekanan intrakranial (teratasi dari tidur 30 derajat atau lebih klien
1. Tumor otak skala 1 – skala 5) 2. Dorong keluarga / orang yang
2. Cedera kepala 2. Tekanan darah sistolik (teratasi penting untuk bicara pada 2. agar klien tidak merasa
3. Hipertensi dari skala 1 – skala 5) pasien sendiri dan dapat
4. Neuroplasma otak 3. Tekanan dara diastolic (teratasi meningkatkan komunikasi
5. Sindrom sick sinus dari skala 1 – skala 5) 3. Buat saran komunikasi : umum
6. Penyalahgunaan zat 4. Kegelisahan (teratasi dari skala 1 pertanyaan tertutup ya atau 3. pasien bisa merasakan
7. Efek samping tindakan (mis. – skala 5) tidak; sediakan papan tulis, frustasi saat mereka tidak
Tindakan operasi bypass) 5. Kelesuan (teratasi dari skala 1 – kertas dan pensil, papan bisa berkomunikasi dengan

24
skala 5) gambar, flash-card, alat cara yang sederhana
Kondisi Terkait : 6. Kongnisi terganggu (teratasi dari VOCAID
1. Stroke skala 1 – skala 5)
2. Cedera kepala 7. Refleks saraf terganggu (teratasi Kolaborasi
3. Infark miokard akut dari skala 1 – skala 5) 1. Berikan anti kejang sesuai Kolaborasi
4. Diseksi arteri Keterangan kebutuhan 1. untuk mencegah agar tidak
5. Embolisme 1) Berat terjadi kejang
6. Endokarditis infektif 2) Besar
7. Fibrilasi atrium 3) Sedang
8. Hiperkolestrolemia 4) Ringan
9. Hipertensi 5) Tidak ada
10. Dilatasi kardiomiopati
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif NOC NIC Rasional
(D.0009) 1. Perfusi Jaringan : Kecukupan Manajemen Sensasi Perifer Manajemen Sensasi Perifer
aliran darah melalui organ tubuh Observasi Observasi
Kategori : Fisiologis untuk berfungsi pada tingkat sel 1. Monitor sensasi tumpul atau 1. Untuk mengetahui sensasi
tajam dan panas dan dingin tumpul, panas dan dingin
Subkategori : Sirkulasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan [yang dirasakan pasien] yang dirasakan pasien
keperawatan dalam waktu …..x24 2. Monitor kemampuan untuk 2. Untuk mengetahui
Definisi : Penurunan sirkulasi jam diharapkan Ketidakefektifan BAB dan BAK kemampuan pasien untuk
darah pada level kapiler yang Perfusi Jaringan Perifer dapat teratasi BAB dan BAK.

25
dapat mengganggu metabolism dengan kriteria hasil:
tubuh. 1. Mati rasa (teratasi dari skala 1 – Tindakan Mandiri Tindakan Mandiri
skala 5) 1. Gunakan alat yang dapat 1. Agar tidak terjadi cedera pada
Penyebab : 2. Kelemahan oto (teratasi dari skala mengurangi penekanan yang pasien
1. Hiperglikemia 1 – skala 5) sesuai
2. Penurunan kosentrasi 3. Kram otot (teratasi dari skala 1 –
hemoglobin skala 5) Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
3. Peningkatan tekanan darah Keterangan : Observasi Observasi
4. Kekulangan volume cairan 1) Berat 1. Monitor kalori dan asupan 1. Untuk mengetahui kalori dan
5. Penurunan aliran artri dan / 2) Cukup berat makanan asupan makanan yang
atau vena 3) Sedang dikonsumsi oleh pasien
6. Kurang terpapar informasi 4) Ringan 2. Monitor kecenderungan 2. Untuk mengetahui terjadinya
tentang faktor pemberat (mis. Tidak ada terjadinya penurunan dan penurunan dan kenaikan berat
Merokok, gaya hidup kenaikan berat badan badan pada pasien
monoton, trauma, obesitas,
asupan garam, imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi Tindakan Mandiri Tindakan Mandiri
tentang proses penyakit (mis. 1. Tentukan status gizi pasien dan 1. Zat gizi adalah bahan kimia
Diabetes mellitus, kemampuan [pasien] untuk yang terdapat dalam bahan
hiperlipidemia) memenuhi kebutuhan gizi pangan yang dibutuhkan
8. Kurang aktivitas fisik tubuh untuk menghasilkan

26
energi, membangun dan
Gejala dan Tanda Mayor : memelihara jaringan, serta
Subjektif : (tidak tersedia) mengatur proses kehidupan.
Obejektif : Tidak hanya orang sehat yang
1. Pengisian kapiler > 3 detik membutuhkan gizi melainkan
2. Nadi perifer menurun atau juga pasien yang berada di
tidak teraba rumah sakit. Kebutuhan gizi
3. Akral teraba dingin pada pasien tersebut diatur
4. Warna kulit pucat dalam bentuk diet untuk
5. Turgor kulit menurun membantu mempercepat
kesembuhan pasien sehingga
Gejala dan Tanda Minor : masa perawatan dapat
Subjektif : diperpendek. Pengaturan gizi
1. Parastemia pasien tersebut bertujuan
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi bukan hanya untuk
intermiten) meningkatkan atau
Objektif : mempertahankan status
1. Edema nutrisi pasien tetapi juga
2. Indeks ankle-brachial < 0,90 untuk meningkatkan atau
3. Bruit femoral mempertahankan daya tahan
tubuh dalam menghadapi

27
Kondisi klinik terkait : penyakit persyaratan gizi
1. Trombolebitis 2. Ciptakan lingkungan yang 2. Lingkungan yang optimal
2. Diabetes mellitus optimal pada saat dapat membuat klien merasa
3. Anemia mengonsumsi makanan (mis, nyaman dan terhindar dari
4. Gagal jantung congenital bersih, berventilasi, santai, dan berbagai macam penyakit
5. Kelainan jantung kongenital bebas dari bau yang sehingga klien tidak merasa
6. Trombosis arteri menyengat) terganggu.
7. Varises
8. Thrombosis vena dalam Health Education Health Education
9. sindrom kompartemen 1. Instruksikan pasien mengenai 1. Menginstruksikan mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu: kebutuhan nutrisi (yaiut:
membahas pedoman diet dan membahas pedoman diet dan
piramida makanan) pyramid makanan)

3. NYERI AKUT D.0077 NOC NIC Rasional


Kategori : Kategori: Psikologis 1. kontrol nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
Subkategori : Nyeri dan 2. tingkat nyeri Observasi Observasi
kenyamanan 1. Observasi TTV : Dalam 1. pengukuran tanda vital
Tujuan : Setelah di lakukan melakukan pengkajian merupakan aspek yang sangat
Defenisi : tindakan keperawatan selama... X 24 terhadap pasien, penting. Untuk mengetahui
pengalaman sensorik atau jam, di harapkan pasien memenuhi keadaan klien dan

28
emosional yang berkaitan kriteria hasil sebagai berikut : menentukan intervensi apa
dengan kerusakan jaringan 1. pasien mampu mengenali yang akan dilakukan
aktual fungsional,dengan onset kapan nyeri terjadi selanjutnya Perubahan tanda
mendadak atau lambat dan 2. pasien mampu vital dapat menunjukkan
berinsitas ringan hingga berat menggambarkan faktor perubahan pada kondisi
yang berlangsung kurang dari 3 penyebab kesehatan pasien.
bulan. 3. pasien mampu melaporkan 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Agar dapat memberikan
nyeri yang dirasakan komperhensif yang meliputi tindakan keperawatan yang
Penyebab berkurang lokasi,karakteristik,onset atau tepat sesuai dengan
1. Agen pencedara fisikologis 0 : tidak nyeri durasi,frekwensi,kualitas,inten menajement nyeri yang
(mis. 1-3 : nyeri ringan sitas,atau beratnya nyeri,dan dirasakan pasien dan
Inflamasi,iskemia,neoplasma) 4 -6 : nyeri sedang faktor pencetus menentukan tindakan
2. Agen pencedara kimiawi 7 – 10 : nyeri berat keperawatan yang sesuai
(mis.terbakar,bahan kimia dengan keluhan yang pasien
iritan) sampaikan
3. Agen pencedera fisik Mandiri Mandiri
(mis.abses,amputasi,terbakar,t 1. Gunakan tindakan terapi 1. Jurnal kesehatan
erpotong,mengangkat musik untuk membantu pengaruh terapi musik
berat,prosedur penurunan nyeri : Terapi ini terhadap respon nyeri pada
operasi,trauma,latihan fisik diharapkan mampu mereduksi pasien
berlebihan) efek ketergantungan analgetik. (april 2015)

29
Hasil : pemberian terapi musik
Gejala dan tanda mayor: dapat terjadi pengalihan
Subjek perhatian sehingga dapat
1. Mengeluh nyeri menurunkan presepsi nyeri
Objektif dengan menstimulasi sistem
1. Tampak meringis kontrol desenden, yang
2. Bersikap proyektif ( mengakibatkan lebih sedikit
mis.waspada ,posisi stimuli nyeri yang
menghindar nyeri) ditransmisikan ke otak.
3. Gelisah 2. Kendalikan faktor lingkungan 2. Menurunkan faktor-faktor
4. Frekuensi nadi meningkat yang dapat mempengaruhi yang dapat mempengaruhi
5. Sulit tidur respon pasien terhadap nyeri nyeri. Ketika seseorang
(misalnya, suhu, ruangan, mengalami nyeri dan
Gejala dan tanda mayor pencahayaan, suarang bising) : menjalani perawatan di rumah
Objektif sakit adalah hal yang sangat
1. Tekanan darah meningkat tak tertahankan, karena nyeri
2. Pola nafas berubah adalah perasaan tidak nyaman.
3. Nafsu makan berubah Secara terus-menerus klien
4. Proses berfikir terganggu kehilangan kontrol dan tidak
5. Menarik diri mampu untuk mengontrol
6. Berfokus pada diri sendiri lingkungan yang dapat

30
7. Diaforesi memicu nyeri
Kolaborasi
Kondisi kliKondisi klinis terkait 1. Kolaborasikan dengan Dokter Kolaborasi
1. Kondisi pembedaan dan Tim Kesehatan lain 1. untuk mengurangi nyeri yang
2. Cedera memberikan terapi farmakolgi dirasakan oleh pasien dengan
3. Infeksi untuk mengurangi rasa nyeri melibatkan dokter dan tim
4. Sindrom koroner akut kesehatan lainnya dalam
pemberian obat-obatan
Health Education
1. Jelaskan pada pasien tentang Health Education
sebab-sebab timbulnya nyeri 1. agar pasien dapat menghindari
penyebab-penyebab yang
dapat memicu nyeri itu dating
2. Berikan informasi mengenai 2. agar pasien dapat mengontrol
nyeri dan berapa lama nyeri rasa nyeri yang timbul dan
dirasakan dan antisipasi padat mengatasi
ketidaknyamanan akibat ketidaknyamanan yang
prosedur ditumbulkan akibat prosedur
yang tilakukan oleh tim
kesehatan

31
4. Pola napas tidak efektif NOC NIC Rasional
(D.0005) 1. Status pernapasan : Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
Kategori:fisiologis ventilasi Observasi : Observasi :
Subkategori:respirasi Keluar masuknya udara dari 1. Monitor status penapasan dan 3. Mengetahui status pernapasan
Definisi : dan ke dalam paru oksigenasi sebagaimana pasien dan kecukupan oksigen
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang mestinya
tidak memberikan ventilasi 2. Status pernpasan :
adekuat kepatenan jalan napas: Mandiri : Mandiri :
Penyebab Saluran trakeabrnkeal yang 1. Buang secret dengan 1. Agar mengurangi secret yang
1. Depresi pusat pernapasan terbuka dan lancar untuk memotivasi pasien untuk berlebihan yang berada pada
2. Hambatan upaya napas pertukaran udara melakukan batuk atau jalan napas pasien
3. Deformitas dinding dada menyedot lender
4. Deformitas tulang dada Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Posisikan untuk meringankan 2. Agar pasien merasa nyaman
5. Gangguan keperawatan selama …x 24 jam Pola sesak napas dan dapat bernapas dengan
neuromuskular napas tidak efektif dapat teratasi baik
6. Gangguan neurologis dengan kriteria hasil : Healt aducation: Healt aducation:
7. Imaturitis neurologis 1. Frekunsi napas normal 1. Instruksikan bagaimana agar 2. Agar pasien termotivasi untuk
8. Nurunan energy 2. Irama napas normal bisa melakuakan batuk efektif mengeuarkan secret
9. Obesitas 3. Kemampuan untuk
10. kecemasan mengeluarkan secret normal Monitor pernapasan Monitor pernapasan
Gejala dan tanda mayor 4. Kedalaman inspirasi dalam Observasi :

32
Subjektif : rentang normal 1. Monitor 1. Untuk mengetahui irama dan
1. dispnea 5. Volume tidal normal kecepatan,irama,kedalam dan pernapasan pada pasien
Objektif : 6. Suara perkusi normal kesulitan bernapas 2. Agar dapat memonitr suara
1. penggunaan otot bantu 7. Hasil rontgen dada dalam 2. Monitor suara napas tambatan napas tambahan pada pasien
pernapasan rentang normal seperti ronkhi dan mengi
2. fase ekspirasi 3. Monitor kemampuan batuk 3. Untuk mengetahui dan
memenjang efektif pasien menukur ingkat keefektifan
3. pola napas abnormal batuk efektif pasien
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Mandiri : Mandiri :
1. ortopnea 1. Auskutasi suara napas,catat 1. Untuk mengetahui tidak
Objektif: area dimana terjadi penurunan adanya pertukaran gas dan
1. pernapasan cuping atau tidak adanya ventilasi suara napas tambahan
hidung dan keberadaan suara napas
2. ventilasi semenit tambahan 2. Menjaga jalan napas pasien
menurun 2. Posisikan pasien miring dan mengurangi sesak napas
3. kapasitas vital menurun sesuai indikasi untuk yang akan diderita pasien
4. tekanan ekspirasi mencegah aspirasi
menurun
5. tekanan inspirasi Healt education: Healt education:
menurun 1. Ajarkan pasien untuk terapi 1. Untuk mengurangi

33
kondisi kinis terkait napas dalam jika diperlukan ketidakefektifan pola napas
1. depresi system saraf
pusat
2. cedera kepala
3. trauma toraks
4. stroke
5. intoksikasi allkohol
5. Konfusi akut (D. 0064) NOC NIC Rasional
Kategori : fisiologis 1. orientasi kognitif Manajemen delirium
Subkategori : neurosensori kemampuan untuk Observasi
mengidentifikasi orang, 1. monitor statur neurologi 1. Tujuanya agar status
Definisi : tempat, dan waktu secara secara berkala neurologi pasien terobservasi
Gangguan kesadaran, perhatian, akurat
kognitif dan persepsi yang 2. Tingkat Delirium Mandiri
reversible, berlangsung tiba-tiba kepasrahan dari gangguan 1. identifikasi factor 1. Tujuannya agar dapat
dan singkat. yang berkembang pada penyebab terjadinya membantu perawat atau ahli
kesadaran dan kognisi delirium misalnya cek medis dalam menentukan
Penyebab selama periode waktu yang saturasi oksigen intervensi
1. Delirium singkat dan bisa kembali hemoglobin
2. demensia seperti semula. 2. persiapkan pasien dengan 2. Tujuannya yaitu agar pasien
3. Flukturasi siklus tidur perubahan yang akn terjadi tidak akan merasa cemas

34
bangun Tujuan : Setelah dilakukan tindakan terhadap rutinitas dan ketika terjadi perubahan pada
4. Usia lebih dari 60 tahun keperawatan selama … x24 jam lingkungan sebelum pasien diri
konfusi akut pada pasien dapat terpapar denan perubahan
Gejala dan tanda mayor teratasi dengan tersebut
Subjektif kriteria hasil : 3. berkomunikasilah dengan 3. Tujuannya agar pasien dapat
1. Kurang motivasi untuk bahasa yang sederhana cepat paham apa yang
memulai/menyelesaikan Orientasi Kognitif langsung dan jelas dikatakan oleh perawat
perilaku berorientasi 1. mengidentifikasi diri
tujuan sendiri (skala 1-5) Health Education
2. Kurang motivasi untuk 2. mengidentifikasi 1. berikan pengobatan 1. Tujuannya agar kecemasan
memulai/menyelesaikan peristiwa saat ini yang sesering mungkin terkait pada pasien cepat teratasi.
perilaku terarah signifikan (skala 1-5) dengan kecemasan atau
Objektif keterangan : agitsi yang dialami pasien
1. Flukturasi aktivitas  1 ( sangat terganggu) akan tetapi batasi
psikomotorik  2 (banyak terganggu) pemberian pada pasien
 3 ( cukup terganggu) yang mengalami efek
Gejala dan tanda minor  4 (sedikit terganggu) samping anti kolinergik.
Subjektif  5 (tidak terganggu)
1. Salah persepsi
Objektif Tingkat Delirium
1. Gelisah 1. Disorientasi waktu (skala 1-

35
5)
2. Aktivitas psikomotorik
(skala 1-5)
3. Gangguan kognisi (1-5)
Keterangan :
 1 (berat )
 2 (cukup berat)
 3 (sedang )
 4 (ringan)
5 (tidak ada)

36
6. Defisit nutrisi (D.0019) NOC NIC Rasional
Kategori :fisiologis 1. Status nutrisi Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
Subkategori :nutrisi dan 2. Status menelan Observasi : Observasi :
cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Mnitor kalori dan asupan 1. Mengetahui asupan makanana
keperawatan … X 24 jam. Deficit makanan dan kalori yang dibutuhkan
Definisi : nutrisi dapat diatasi dengan kriteria oleh pasien
Asupan nutrisi tidak cukup hasil : 2. Monitor terjadinya 2. Agar dapat mengukur
untuk memenuhi kebutuhan - Asupan kalori normal penurunan berat badan penurunan berat badan yang
metabolisme - Asupan protein normal signifikan pada pasien
Penyebab : - Asupan lemak normal Mandiri : Mandiri :
1. Ketidakmampuan - Asupan karbohidrat normal 1. Tentukan jumlah kalori 1. Dapat nentukan jenis nutrisi
menelan makanan - Kemempuan mengunyah dan jenis nutrisi yang yang dapat dikomsumsi oleh
2. Ketidakmampuan normal dibutuhkan untuk pasien untuk memenuhi
mencerna makanan memenuhi persyaratan gizi persyaratan status gizi
3. Ketidakmampuan 2. Tentukan status gizi pasien 2. Melihat kemempuan pasien
mengabsorbsi nutrisi dan kemempuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
4. Meningkatkan kubutuhan untuk memenuhi gizi yang diperlukan oleh
metabollisme kebutuhan gizi tubuhnya.
5. Faktor ekonami (mis, 3. Anjurkan pasien terkait 3. Untuk meningkatkan nutrisi
finansial tadak dengan kubuhutan yang dibutuhkan pasien
mencukupi) makanan tertentu

37
6. Faktor fisikologis (mis, berdasarkan perkembangan
stress, keenggalan untuk
makan) Health Education :
Gejala dan tanda mayor 1. Anjurkan keluarga untuk Health Education
Subjektif membawah makanan 1. Agar nafsu makan pasien
1. (tidak tersedia) favorit pasien semntara neningkat dan dapat
Objektif pasien berada dirumah memenuhi kebutuhan nutrisi
1. Berat badan menurun sakit tubuh saat dirumah sakit.
minimal 10% dibawah Terapi nutrisi
rentang ideal Observasi: Terapi nutrisi
Gejala dan tanda minor 1. Monitor intake Observasi:
Subjektif makanan/cairan dan hitung 1. Untuk mengetahui jumlah
1. Cepat kenyang setelah masukan kalori kalori yang masuk dalam
makan perhari,sesuai kebutuhan tubuh pasien
2. Kram/nyeri abdomen 2. Monitor hasil laboratorium
3. Nafsu makan menurun 2. Untuk mengetahui hasil lebih
lanjut
Kondisi Klinik Terkait : Mandiri :
1. Stroke 1. Tentukan jumah kalori dan
2. Parkinson nutrisi yang diperukan Mandiri :
3. Mobius syndrome untuk memenuhi 1. Agar dapat mengetahui

38
4. Cerebral palsy kebutuhan nutrisi jumlah kalori dan nutrisi yang
5. Cleft lip 2. Motivasi pasien untuk diperlukan.
6. Cleft palate mengkomsumsi makanan 2. Untuk memberikan motifasi
7. Kerusakan dan minuman yang tinggi pada pasien agar nutrisi pasien
neuromuscular kaium sesuai kebutuhan dapat normal kembali
8. Luka bakar
9. Kanker Kolaborasi :
10. Infeksi 1. Tentukan jumah kalori dan Kolaborasi :
11. AIDS nutrisi yang diperukan 1. Untuk mengetahui nutrisi
12. Penyakit crohns untuk memenuhi yang dibutuhkan pasien
13. Enterookolitis kebutuhan nutrisi dengan melibatkan ahi gizi
14. Fibrosis kistik berkolaborasi dengan ahli
gizi
2. Pilih suplemen nutrisi
sesuai kebutuhan 2. Agar nutrisi terpenuhi

Health Education :
1. Berikan pasien dan Health Education :
keluarga contoh tertulis 1. Agar keluarga dapat
mengenai diet yang mengetahui apa-apa saja
dianjurkan nutrisi yang dibutuhkan pasien

39
7. Gangauan Persepsi Sensori NOC NIC Rasional
(D.0085) 1. Fungsi sensori :Gangguan Perawatan Telinga Perawatan Telinga
Kategori : psikologis pendengaran Observasi Observasi
Subkategori : integritas ego 2. Fungsi sensori : penglihatan 1. Monitor struktur anatomi 1. Mencegah terjadinya infeksi
3. Fungsi sensori : Pengecap dan telinga untuk tanda dan gejala pada telinga
Definisi : perubahan persepsi Pembau infeksi (misalnya, jaringan
terhadap stimulus baik internal Tujuan : Setelah dilakukan tindakan terinflamasi/meradang dan
maupun eksternal yang disertai keperawatan selama … x 24 jam, adanya drainase)
dengan respon yang kurang, diharapkan fungsi sensori : 2. Monitor tanda dan gejala 2. Agar jika terjadi nyeri, gatal

40
berlebihan atau terdistorsi. Gangguan persepsi sensori teratasi disfungsi yang dilaporkan klien dan perubahan pendengaran
dengan kriteria hasil : (misalnya, nyeri, lunak, gatal, dapat diatasi dengan cepat
Penyebab : 1) Mengenali adanya kemerahan perubahan pendengaran
1. Gangguan penglihatan (teratasi dengan skala 1-5) tinnitus dan vertigo)
2. Gangguan pendengaran 2) Mengenali adanya nyeri 3. Monitor kejadian otitis media 3. Mencegah terjadinya otitis
3. Gangguan penghiduan (teratasi dengan skala 1-5) kronik (misalnya, dengan media kronik pada klien
4. Gangguan perabaan 3) Respon terhadap stimulus penggunaan standar dan
5. Hipoksia resebral pandangan (teratasi dengan perawatan untuk uapaya
6. Penyalahgunaan zat skala 1-5) pencegahan)
7. Usia lanjut 4) Pandangan kabur Penglihatan
8. Pemajan toksin lingkungan terganggu (teratasi dengan Mandiri Mandiri
skala 1-5) 1. Lakukan tes pendengaran 1. Untuk memastikan apakah
Tanda dan gejala mayor 5) Indra penciuman berkurang dengan tepat klien terjadi gangguan
Subjektif : terganggu (teratasi dengan terhadap pendengarannya
1.Mendengarkan suara bisikan skala 1-5) 2. Tekankan pada klien akan 2. Agar klien mau melakukan
atau melihat bayangan pentingnya tes pendengaran tes pendengaran dengan
2.Merasakan sesuatu melalui Keterangan : secara tahunan teratur
indera perabaan, penciuman, 1) Berat
perabaan atau pengecapan 2) Besar Health Education Health Education
Objektif : 3) Sedang 1. Instruksikan klien untuk 1. Untuk memberikan edukasi
1.Distorsi sensori 4) Ringan membersihkan telinga pada klien cara

41
2.Respon tidak sesuai 5) Tidakada membersihkan telingan
Gejala dan tanda minor dengan tepat dan manfaat dari
Subjektif : membersihkan telinga
1.Menyatakan kesal 2. Instruksikan klien mengenai 2. Agar klien mampu mengenali
Objektif : tanda dan gejala yang perlu tanda dan gejala yang dialami
1.Konsentrasi buruk dilaporkan pada petugas
kesehatan

Kolaborasi Kolaborasi
1. Berikan obat tetes telinga jika 1. Obat tetes telinga berfungsi
diperlukan untuk mencegah dan
mengobati infeksi, serta
menghilangkan kotoran
telinga
2. Rujuk klien pada spesialis 2. Mencegah terjadinya
telinga jika diperlukan keparahan telinga

Perawatan mata Perawatan mata


Observasi Observasi
1. Monitor kemerahan eksudat, 1. Untuk mengetahui apakah
atau ulserasi pada mata lensa mata terkena infeksi

42
atau tidak
2. Monitor reflex kornea 2. Untuk mengetahui keadaan
fatal yang bisa menyebabkan
kebutaan

Mandiri Mandiri
1. Pakai penutup mata yang 1. Untuk melindungi lensa mata
sesuai dari cahaya yang berlebih

Kolaborasi Kolaborasi
1. Pakai obat tetes mata yang 1. Untuk mengurangi resiko
tepat terhadap infeksi

Health education
Health education
1. Untuk tidak memperparah
1. Anjurkan pasien untuk tidak
keadaan lensa mata
menggosok mata

Perawatan Hidung
Perawatan Hidung
Observasi :
Observasi :
1. Untuk mengidentifikasi

43
1. Kaji perubahan penciuman perubahan penciuman yang
yang terjadi terjadi

Mandiri :
Mandiri : 1. Dengan bau-bauan hidung
1. Orientasikan kurangi faktor akan merasakan rangsangan
faktor penyebab 2. Untuk mencegah keparahan
2. Kurangi faktor–faktor infeksi
penyebab

8. Bersihan Jalan Napas Tidak NOC NIC Rasional


Efektif 3. Status pernpasan : Monitor pernapasan Monitor pernapasan
Kode : D.0050 kepatenan jalan napas: Observasi :
Kategori : Fisiologis Saluran trakeabrnkeal yang 1. Monitor 1. Untuk mengetahui irama
Subkategori : ERespirasi terbuka dan lancar untuk kecepatan,irama,kedalam dan pernapasan pada
pertukaran udara dan kesulitan bernapas pasien
Definisi : 2. Monitor suara napas 2. Agar dapat memonitr
Ketidakmampuan 4. Status pernapasan : tambatan seperti ronkhi dan suara napas tambahan
membersihkan secret atau ventilasi mengi pada pasien
bstruksi jalan napas untuk Keluar masuknya udara dari
mempertahankan jaan napas dan ke dalam paru 3. Untuk mengetahui dan

44
Penyebab : 3. Monitor kemampuan batuk menukur ingkat
Fisilogis Tujuan : Setelah dilakukan efektif pasien keefektifan batuk efektif
1. Spasme jalan napas tindakan selama x 24 jam, pasien
2. Hipersekresi jalan napas diharapkan tidak terjadi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler tidak efektif dengan kriteria hasil : Mandiri : Mandiri :
4. Benda asing dalam jalan 1. Frekunsi napas normal 1. Auskutasi suara napas,catat 1. Untuk mengetahui tidak
napas 2. Irama napas normal area dimana terjadi adanya pertukaran gas
5. Adanya jalan napas 3. Kemampuan untuk penurunan atau tidak dan suara napas
buatan mengeluarkan secret normal adanya ventilasi dan tambahan
6. Sekresi yang tertahan 4. Kedalaman inspirasi dalam keberadaan suara napas
7. Hiperpasia dinding jalan rentang normal tambahan
napas 5. Volume tidal normal 3. Posisikan pasien miring 3. Menjaga jalan napas
8. Proses infeksi 6. Suara perkusi normal sesuai indikasi untuk pasien dan mengurangi
9. Respon alergi 7. Hasil rontgen dada dalam mencegah aspirasi sesak napas yang akan
10. Efek agen farmakologis rentang normal diderita pasien
(mis . anastesi)
Situasional Healt aducation: Healt aducation:
1. Merokok aktif 1. Ajarkan pasien untuk terapi 1. Untuk mengurangi
2. Merokok pasif napas dalam jika ketidakefektifan pola
3. Terpajan polutan diperlukan napas
Gejala dan tanda mayor :

45
1. Subyektif : Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
 (tidak tersedia) Observasi : Observasi :
2. Objektif : 1. Monitor status penapasan 1. Mengetahui status
 Batuk tidak dan oksigenasi pernapasan pasien dan
efektif sebagaimana mestinya kecukupan oksigen
 Tidak mampu
batuk
 Sputum berlebih Mandiri : Mandiri :

 Mengi,wheezing 1. Buang secret dengan 1. Agar mengurangi secret

dan/atau ronkhi memotivasi pasien untuk yang berlebihan yang

kering melakukan batuk atau berada pada jalan napas

 Mekonium di menyedot lender pasien

jalan napas (pada 2. Posisikan untuk 2. Agar pasien merasa

neoonatus) meringankan sesak napas nyaman dan dapat

Gejala tanda minor : bernapas dengan baik

1. Subjektif :
 Dispnea Healt aducation: Healt aducation:
1. Instruksikan bagaimana 1. Agar pasien termotivasi
 Sullit bicara
agar bisa melakuakan batuk untuk mengeuarkan
 Ortopnea
efektif secret
2. Objektif :

46
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas
menurun
 Frekuensi napas
berubah
 Pola napas
berubah
Kondisi klinik terkait :
1. Gullian barre syndrome
2. Sklerosis multiple
3. Depresi system saraf
pusat
4. Cedera kepala
5. Stroke
6. Kuadriplegia
7. Sindrom aspirasi
mekonium
Infeksi sauran napas

47
9. Gangguan mobilitas fisik NOC NIC
D.0054 1. Keseimbangan Perawatan tirah baring Rasional
Kategori : fisiologi Kemampuan untuk menjaga Observasi
Subkategori : aktivitas/istirahat keseimbangan tubuh 1. Monitor kondisi kulit 1. hal ini dilakukan untuk
2. Penampilan mekanik pasien mengetahui adanya
Definisi : keterbatasan dalam tubuh kelainan yang timbul
gerakan fisik dari satu atau lebih tindakan pribadi untuk pada kulit pasien
ekstremitas secara mandiri menjaga keselarasan tubuh 2. Monitor komplikasi dari 2. tujuan tirah baring untuk
yang tepat dan untuk tirah baring mencegah komplikasi
Penyebab. mencegah ketegangan dan mempercepat proses
1. Kerusakan integritas musculoskeletal penyembuhan
struktur tulang Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
2. Penurunan massa otot keperawatan dalam waktu ….. x24 Mandiri
3. Penurunan kekuatan otot jam diharapkan gangguan mobilitas 1. Hindari kain linen kasur 1. Hal ini dilakukan agar
4. Gangguan fisik dapat teratasi dengan tetap bersih, kering, dan pasien tetap merasa
musculoskeletal bebas kerutan nyaman
5. Gangguan 1. Keseimbangan 2. Gunakan alat ditempat tidur 2. Penggunaan yang benar
sensoripersepsi untuk melindungi pasien dari kursi roda, tongkat,
1. Mempertahankan bar transfer, dan bantuan
Gejala dan tanda mayor kesseimbangan saat duduk lainnya dapat
Subjektif tanpa songkongan pada meningkatkan aktivitas

48
1. Mengeluh sulit punggung (skala 1-5) dan mengurangi bahaya
menggerakkan 2. Mempertahankan jatuh.
Objektif kesseimbangan saat duduk 3. Bantu menjaga kebersihan 3. Tujuan dilakukannya
1. Kekuatan otot menurun ke posisi berdiri ( skala 1-5) misalnya, dengan agar pasien tetap merasa
2. Rentan gerak (ROM) 3. Mempertahankan menggunakan deodorant nyaman
MENURUN keseimbangan ketika atau parfum.
berjalan (skala 1-5) 4. Aplikasikan aktivitas sehari 4. Tujuannya agar pasien
Gejala dan tanda minor Keterangan : hari tidak merasakan bosan
Subjektif  1 (sangat terganggu) dan tetap merasa seperti
1. Enggan melakukan  2 ( banyak terganggu) sebelumnya
gerakan  3 ( cukup terganggu) Health education
2. Nyeri saat bergerak  4 (sedikit terganggu) 1. Jelaskan alasan dilakukan 1. Tujuannya agar proses
3. Merasa cemas saat  5 (tidak terganggu) tirah baring penyembuhan dapat
bergerak menjadi cepat Istirahat

2. Penampilan mekanik menurunkan mobilitas usus


Objektif tubuh juga menurunkan laju
1. Sendi kaku metabolisme dan infeksi
2. Gerakan tidak 1. Melakukan latihan yang
terkoordinasi dianjurkan untuk Peningkatan mekanika tubuh
3. Gerakan terbatas mencegah cedera (skala Observasi
4. Fisik lemah 1-5) 1. Monitor perbaikan postur 1. Hal ini dilakukan agar

49
2. Mempetahankan tubuh/ mekanika tubuh pasien tidak mengalami
fleksibilitas sendi (skala pasien cedera
1-5)
Mandiri
Keterangan 1. Bantu pasien untuk 1. Hal ini dilakukan untuk
1. 1 (tidak pernah memilih aktivitas bertujuan agar pasien
menunjukan) pemanasan sebelum merasa diperhatikan
2. 2 (jarang menunjukan) memulai latihan
3. 3 (kadang-kadang 2. bantu pasie/keluarga untuk 2. Tujuannya agar
menunjukan) mengidentifikasi latihan pasien/keluarga dapat
4. 4 ( sering menunjukan) postur tubuh yang sesuai melakukan sendiri tanpa
5. 5 (secara konsisten harus terus bergantung
menunjukan ) 3. kaji komitmen pasien untuk pada ahli medis.
belajar dan menggunakan 3. Tujuannya agar pasien
postur tubuh yang benar tidak akan mengalami
cedera fisik
Health Education
1. educasi pasien tentang 1. Hal in dilakukan untuk
penggunaan postur tubuh menghindari pasien
atau mekanika tubuh untuk melakukan aktivitas yang
mencegah injuri saat dapat menyebabkan

50
melakukan berbagai terjadinya injuri
aktivitas

Kolaborasi
1. kolaborasikan dengan 1. Berkolaborasi dengan ahli
fisioterapi dalam medis dapat mempercepat
mengembangkan proses penyembuhan.
peningkatan mekanika
tubuh sesuai indikasi

51
10. Gangguan Komunikasi NOC NIC Rasional
Verbal (D.0119) 1. Komunikasi : Penerimaan, Peningkatan Komunikasi : Peningkatan Komunikasi :
interpretasi, ekspresi lisan, Kurang Bicara Kurang Bicara
Kategori : Relasional tertulis, dan vesan non verbal Observasi Observasi
Subkategori : Interaksi Sosial 2. Komunikasi : Mengekspresikan 1. Monitor kecepatan bicara, 1. Untuk melihat sejauh mana
: Ekspresi yang bermakna kuantitas volume, dan diksi perkembangan kecepatan
Definisi : Perlambatan, atau mengenal pesan verbal dan / atau bicara klien
ketiadaan kemampuan untuk non verbal 2. Monitor pasien dengan 2. Untuk melihat adanya
menerima, memproses, 3. Komunikasi Penerimaan : perasaan frustasi, kemarahan, gangguan kemampuan
mengirim, dan / atau Penerimaan dan penafsiran depresi, atau respon-respon lain berbicara klien
menggunakan sistem simbol. terhadap pesan verbal dan/atau disebabkan karena adanya
non verbal gangguan kemampuan
Penyebab : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan berbicara
1. Gangguan neuromuskuler keperawatan dalam waktu …..x24
2. Gangguan muskuloskeletal jam diharapkan gangguan
3. Hambatan fisik (mis. komunikasi verbal dapat teratasi Tindakan Mandiri Tindakan Mandiri
Terpasang trakheostomi, dengan kriteria hasil: 1. Kenali emosi dan perilaku fisik 1. Agar perawat dapat
intubasi, krikotiroidektomi) 1. Menggunakan bahasa tertulis [pasien] sebagai bentuk mengetahui emosi dan
4. Hambatan individu (mis. (teratasi dari skala 1 – skala 5) komunikasi [mereka] perilaku fisik pasien
Ketakutan, kecemasan, 2. Menggunakan bahasa lisan 2. Sediakan metode alternatif 2. Membatu untuk memenuhi
merasa malu, emosional, (teratasi dari skala 1 – skala 5) untuk berkomunikasi dengan kebutuhan komunikasi sesuai

52
kurang privasi) 3. Menggunakan foto dan gambar berbicara (misalnya, menulis dengan kemapuan klien
5. Hambatan psikologis (mis. (teratasi dari skala 1 – skala 5) di meja, menggunakan kartu, karena pasien mungkin
Gangguan psikotik, 4. Menggunakan bahasa isyarat kedipan mata, papan memiliki keterampilan
gangguan konsep diri, harga (teratasi dari skala 1 – skala 5) komunikasi dengan gambar dengan banyak bentuk
diri rendah, gangguan 5. Menggunakan bahasa non verbal dan huruf, tanda dengan tangan komunikasi, namun mereka
emosi) (teratasi dari skala 1 – skala 5) atau postur, dan menggunakan akan menyukai satu metode
6. Hambatan lingkungan (mis. computer) untuk komunikasi penting
Ketidakcukupan informasi,
ketiadaan orang terdekat, Health Education Health Education
ketidaksesuaian budaya, 1. Instruksikan pasien untuk 1. Besarnya kemampuan
bahasa asing) bicara pelan intonasi berbicara tidak
Gejala dan Tanda Mayor : meningkatkan kemampuan
Subjektif : (tidak tersedia) pasien dan pendekatan ini
Objektif : member pasien lebih banyak
1. Tidak mampu berbicara atau saluran melalui mana
mendengar informasi dapat
11. 2. Menunjukan respon tidan dikomunikasikan
sesuai
Gejala dan Tanda Minor : Kolaborasi Kolaborasi
Subjektif : (tidak tersedia) 1. Kolaborasi bersama keluarga 1. Melatih klien belajar bicara
Objektif : dan ahli / terapis bahasa secara mandiri dengan baik

53
1. Afasia patologis untuk dan benar
2. Dispasia mengembangkan rencana agar
3. Apraksia berkomunikasi secara efektif
4. Disleksia
5. Disartria NOC
6. Afonia 1. Status menelan
7. Pelo Jalan lintasan yang aman
8. Gagap untuk cairan atau makanan
9. Tidak ada kontak mata padat dari mulut sampai
10. Sulit memahami keperut Rasional
komunikasi NIC
11. Sulit menggunakan ekspresi 2. Mencegah aspirasi Pencegahan Aspirasi 1. Tujuan dilakukannya
wajah atau tubuh Tindakan personal untuk Observasi yaitu agar terobservasi
mencegah masuknya cairan 1. Monitor tingkat tingkat kemampuan
Gangguan menelan (D.0063) dan partikel padat kedalam kesadaran,reflex batuk, gag pasien dalam menelan
Kategori : fisiologi paru paru reflex, kemampuan menlan 2. Untuk mencegah
Subkategori : neurosensori terjadinya aspirasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor status pernapasan
Definisi : keperawatan selama … x24 jam
Fungsi menelan abnormal gangguan menelan pada pasien 1. Hal ini dilakukan untuk
akibat deficit struktur atau dapat teratasi dengan Mandiri mencegah terjadinya

54
fungsi oral, faring atau kriteria hasil : 1. Hindari pemberian cairan aspirasi
esophagus atau penggunaaan zat yang
1. Status menelan kental
Gejala dan tanda mayor
Subjektif 1. menangani sekresi mulut Terapi Menelan 1. Tujuannya untuk
1. mengeluh sulit menelan (skala 1-5) Observasi menghindari terjadinya
2 Refleks menelan sesuai 1. Monitor tanda dan gejala aspirasi
objektif dengan waktunya (skala 1-5) aspira 2. Untuk mengindari
1. tersedak Keterangan : 2. Monitor tanda tanda kelelahan dalam makan
2. makanan tertinggal 1. 1 ( sangat terganggu) kelelahan makan, minum pada pasien.
dirongga mulut 2. 2 (banyak terganggu) dan menlan
3. 3 ( cukup terganggu)
gejala dan tanda minor 4. 4 (sedikit terganggu) 1. Tujuannya untuk
subjektif 5. 5 (tidak terganggu) Mandiri mencegah kelelahan pada
1. oral 1. Sediakan periodde istirahat pasien
2. Mencegah aspirasi makan/latihan untuk 2. Tujuannya agar dapat
objektif 1. Mengidentifikasi factor- mencegah kelelahan diobservasi proses
1. refluks nasal faktor resiko (skala 1-5) 2. Hindari penggunaan mkana, minumdan
2. sulit mengunyah 2. Menghindari factor-faktor sedotan untuk minuman menelan pasien
3. makanan jatuh dari resiko (skala 1-5)
mulut Keterangan :

55
4. tidak mampu 1. 1 (tidak pernah 1. Tujuannya yaitu agar
membersihkan rongga dilakukan) Health education pasien/keluar paham
mulut 2. 2 (jarang dilakukan) 1. Jelaskan rasionalisasi manfaat dari latihan
3. 3 ( kadang-kadang latihan menelan pada menelan
duluan) pasien atau kelurga
4. 4 (sering dilakukan) 1. program yang khusus
5. 5 (dilakukan secara Kolaborasi dapat dikembangkan
konsisten) 1. Konsultasikan dengan untuk menemukan
terapis atau dokter untuk kebutuhan yang
meningkatkan konsistensi berarti/menjaga
makanan pasien secara kekurangan tersebut
bertahap. dalam keseimbangan,
koordinasi dan kekuatan
2. program yang khusus
dapat dikembangkan
2. Kolaborasikan dengan ahli untuk menemukan
terapi wicara untuk kebutuhan yang
menginstruksikan pada berarti/menjaga
keluarga pasien mengenai kekurangan tersebut
program latihan menelan. dalam keseimbangan,
koordinasi dan kekuatan

56
12. Resiko hipovolemia NOC NIC Rasional
(D.0034) 1. Keseimbanagan cairan Manejemen cairan Manejemen cairan
Kategori : fisiologi Keseimbanagan cairan didalam Observasi Observasi
Subkategori : nutrisi dan ruang intraseluler dan 1. Monitor pemsukan cairan 1. Untuk mengetahui volume
cairan ekstraseluler tubuh cairan yang masuk dalam
tubuh
Definisi : berisiko Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor status hidrasi 2. untuk mengetahui adanya

57
mengalami penurunan keperawatan dalam waktu ….. x24 tanda-tanda dehidrasi dan
volume cairan intravascular, jam diharapkan hipovolemia dapat mencegah syok hipovolemik
interstisial, dan/atau teratasi dengan Kriteria Hasil :
intraselular. 1. Kenseimbangan intake dan Mandiri Mandiri
output dalam 24 jam (teratasi 1. Berikan cairan yang tepat 1. Agar pasien tidak mengalami
Factor resiko : dari skala 1 – skala 5) dehidrasi
1. Kehilangan cairan secara 2. Edema perifer (teratasi dari 2. Jaga intake/asupan yang akurat 2. Membantu dalam
efektif skala 1 – skala 5) dan catat output [pasien] menganalisa keseimbangan
2. Gangguan absorbs cairan 3. Kehausan (teratasi dari skala 1 – cairan dan derajat kekurang
3. Status hipermetabolik skala 5) cairan
4. Evaporasi 4. Kram otot (teratasi dari skala 1 –
5. Kegagalan mekanisme skala 5) Kolaborasi Kolaborasi
regulasi Keterangan : 1. Konsultasi dengan dokter jika 1. Untuk mengetahui dengan
1. Sangat terganggu tanda-tanda dan gejala dan segera seberapa jauh
kondisi klinis terkait 2. Banyak terganggu gejalah volume cairan menetap perjalanan penyakit serta
1. Trauma/pendarahan 3. Cukup terganggu atau memburuk mengetahui kelainan yang
2. Penyakit Addison 4. Sedikit terganggu terjadi.
3. Colitis ulseratif 5. Tidak terganggu
4. Penyakit crohn Manajemen hipovolemi Manajemen hipovolemi
5. Muntah Observasi Observasi
6. Diare 1. Monitor adanya sumber- 1. Agar dapat memantau

58
sumber cairan keseimbangan cairan dalam
tubuh, mengontrol
peningkatan energy, menjaga
fungsi ginjal dan melawan
beberapa penyakit serta
meningkatkan system
peredaran darah.
2. Monitor asupan dan 2. Untuk mengetahui jumlah
pengeluaran masukan dan pengeluaran
cairan, pengeluaran cairan
yang banyak dari dalam
tubuh tanpa diimbangi
pemasukan cairan yang
memandai dapat
mengakibatkan dehidrasi

Mandiri Mandiri
1. Hitung kebutuhan cairan 1. Agar cairan yang masuk ke
didasarkan pada area tubuh klien sesuai dengan
permukaan tubuh dan ukuran kebutuhan yang dibuthkan
tubuh oleh klien dilihat dari area

59
permukaan tubuh dan ukuran
tubuh.
2. Dukung asupan cairan oral 2. Karena cairan berfungsi
(misalnya,berikan cairan lebih untuk mengatur suhu tubuh,
dari 24 jam dan berikan cairan melancarakan peredaran
dan makanan). darah, membuang racun dan
sisa makanan.dan juga
asupan cairan yang baik
untuk menghindari terjadinya
dehidrasi

Healt Education Healt Education


1. Instruksikan pada pasien 1. Untuk mengumpulkan dan
dan/atau keluarga untuk menganalisis data pasien
mencatat intake,dan output, untuk menjaga keseimbangan
dengan tepat cairan.

13. Resiko jatuh (D.0143) NOC NIC Rasional


Kategori : lingkungan 2. Kejadian jatuh Manajemen lingkungan :
Subkategori : keamanan dan Jumlah banyaknya pasien jatuh keselamatan
proteksi 1. Keparahan cedera fisik Observasi 1. Untuk Melihat apa

60
Keparahan dari tanda dan gejala 1. Monitor lingkungan penyebab terjadinya pasien
Definisi : berisiko mengalami dari cedera tubuh terhadap tejadinya terjatuh
kerusakan fisik dan gangguan perubahan status
kesehatan akibat terjatuh. Setelah dilakukan tindakan keselamatan
keperawatan selama … x24 jam
Faktor resiko resiko jatuh pada pasien dapat Mandiri 1. Menghindari terjadinya hal-
teratasi dengan 1. Identifikasi hal-hal yang hal yang dapat
1. Usia ≥65 tahun (pada membahayakan mebahayakan keselamatan
dewasa) Kriteria Hasil : dilingkungan pasien
2. Perubahan fungsi (misalnya,[bahaya] fisik,
kognitif biologi, kimiawi. 2. Untuk menghindari pasien
 Kejadian jatuh 2. Bantu pasien dalam mengalami kejadian
Kondisi klinis terkait melakukan pepindahan berbahaya misalkan terjatuh
- Jatuh saat berdiri kelingkungan yang lebih saat melakukan aktivitas
1. Osteoporosis - Jatuh saat berjalan aman (missalnya, rujukan rumah tangga
- Jatuh saat dikamar mandi untuk mempunyai asisten
Catatan: rumah tangga) 3. Untuk menghindari
- 1 (10 dan lebih) 3. Memodifikasi lingkungan kejadian berbahaya yang
- 2 (7-9) untuk meminimalkan bahan akan terjadi pada pasien
- 3 (4-6) berbahaya dan beresiko
- 4 (1-3)

61
- 5 (tidak ada) Health education
 Keparahan cedera fisik 1. Agar pasien dapat
- Lecet pada kulit 1. Edukasi individu dan mengetahui apa saja hal
- Memar kelompok yang beriko dilingkungan yang
- Keseleo tulang punggung tinggi terhadap bahaya yang sangat beriko terjadinya
- Ekstremitas keseleo ada dilingkungan jatuh
- Fraktur ekstremitas
Catatan Kolaborasi 1. Untuk mendaptkan
- 1 (berat) 1. Kolaborasikan dengan penanganan yang optimal
- 2 (cukup berat) lembaga lain untuk ketika kejadian jatuh
- 3 (sedang) meningkatkan keselamatan tersebut terjadi
- 4 ( ringan ) lingkungan (misalnya, dinas
5 (tidak ada) kesehatan)

Pencegahan jatuh
Observasi 1. untuk mengetahui
1. Monitor gaya berjalan tindakan selanjutnya
(terutama kecepatan), yang akan dilakukan.
keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi 2. Untuk mengetahui
2. Monitor kemampuan untuk kemampuan pasien dalam

62
berpindah dari tempat tidur melakukan aktivitas kecil
ke kursi dan sebaliknya. yang bisa ia lakukan

Mandiri 1. Untuk meminimalkan


1. Bantu kelurga resiko jatuh pada pasien
mengidentifikasi bahaya ketika pasien berada
dirumah dan memodifikasi dirumah
(bahaya tersebut) 2. untuk mengetahui
2. Identifikasi kekurangan tindakan selanjutnya
baik kognitif atau fisik dari yang akan dilakukan.
pasien yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
pada lingkungan tertentu 3. Untuk meminimalkan
3. Identifikasi karakteristik resiko jatuh pada pasien
dari lingkungan yang karena kondisi
mungkin meningkatkan lingkungannya
potensi jatuh (misalnya,
lantai licin dan tangga
terbuka)

Health education 1. Betujuan agar keluarga

63
1. Ajarkan anggota keluarga dapat mengetahui apa
mengenai faktor resiko saja yang menyebabkan
yang berkontribusi terhadap resiko pasien jatuh dan
adanya kejadian jatuh dan cara menangani pasien
bagaimana cara ketika sebelum dibawa
menurunkan resikonya kerumah sakit

Kolaborasi 1. Bertujuan agar pasien


1. Berkolaborasi dengan tim mendapatkan penanganan
kesehatan lainnya untuk yang optimal selama
meminimalkan efek menjalani perawatan
samping dari pengobatan
yang berkontribusi pada
kejadian jatuh (misalnya,
hipotensi ortostatik dan
cara berjalan (terutama
kecepatan) yang tidak
mantap/seimbang

64
14. Resiko gangguan integritas NOC NIC Rasional
kulit (D.0139) 1. status sirkulasi Perawatan luka tekan
Kategori : lingkungan aliran darah yang searah dan Observasi 1. hal ini bertujuan untuk
Subkategori : keamanan dan tidak terhambat dengan aliran 1. monitor tanda dan gejala menghindari parahnya
proteksi yang tepat melalui pembuluh infeksi diarea luka dari luka
darah besar sirkuit sistemik dan 2. monitor status nutrisi 2. agar proses penyembuhan
Definisi : paru menjadi cepat
Berisiko mengalami kerusakan 3. monitor suhu, udem,warna, 3. untuk menghindari
kulit (dermis dan/atau Setelah dilakukan tindakan kelembaban dan kondisi terjadinya infeksi pada
epidermis) atau jaringan keperawatan selama … x24 jam area sekitar luka luka dan mempercepat
(membrane mukosa, kornea, resiko gangguan kerusakan integritas proses penyembuhan
fasia, otot, tendon, tulang, kulit pada pasien dapat teratasi
kartilago, kapsul sendi dan/atau dengan Mandiri 1. tujuan dilakukannya agar
ligamen) kriteria hasil : 1. catat karakteristik luka dapat terobservasi secara
tekan setiap hari, meliputi terus menerus
Factor resiko 1. saturasi oksigen (skala 1-5) ukuran (panjang x lebar x karakteistik luka pasien
1. penurunan mobiitas 2. tekanan darah sistol dan dalam), tingkat luka (I-IV)
2. perubahan sirkulasi diastole (skala 1-5) lokasi eksudat, granulasi
3. factor mekanisme (mis. keterangan : atau jaringan nekrotik, dan
Penekanan, gesekan)  1 (deviasi berat dari kisaran epilepsasi
atau factor elektris normal) 2. ubah posisi setiap 1-2 jam 2. menurunkan resiko

65
(elektrodiatermi, energy  2 (deviasi yang cukup besar sekali untuk mencegah terjadinya iskemia
listrik bertegangan dari kisaran norma) penekanan jaringan akibat sirkulasi
tinggi)  3 (Deviasi sedang dari darah yang jelek pada
4. proses penuaan kisaran normal) daerah yang tertekan
 4 (deviasi ringan dari kisaran 3. untuk menghindari
kondisi klinis terkait normal ) 3. berikan pelembab yang terhambatnya suplai
1. imobilisasi  5 (tidak ada deviasi dari hangat disekitar area luka oksigen dan perfusi
2. gagal jantung kongestif kisaran normal) untuk meningkatkan perfusi darah.
3. kateterisasi jantung darah dan suplai oksigen

health education 1. Tujuan agar pasien tidak


1. ajarkan pasien dan keluarga akan merasakan cemas
akan adanya tanda kulit ketika terjadi perubahan
pecah-pecah pada diri.
2. Tujuannya agar pasien
2. ajarkan pasien dan keluarga ataupun keluarga dapat
mengenai perawatan luka melakukannya ketika
pasien sudah tidak berada
di rumah sakit

66
BAB IV
TREND & ISSUE KEPERAWATAN

Trend dan issue dalam keperawatan pada penyakit Strok yaitu pemberian
terapi musik pada klien dengan penyakit strok.
Stroke menjadi penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Di Indonesia,
diperkirakan dalam setiap tahunnya ada 500.000 penduduk yang terkena serangan
stroke. Pasien stroke mengalami depresi cenderung tidak bisa melakukan kegiatan
apapun, semua kegiatan hariannya dibantu oleh keluarga atau perawat. Upaya untuk
menurunkan tingkat depresi pada penderita stroke dengan terapi alternatif yaitu
dengan memberikan terapi musik.
Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif dalam
usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya baik fisik, motorik, sosial, emosional, maupun mental intelegency
(Suryana, 2012, hlm.15). Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi
sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan
fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki
beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat
rileks, berstruktur, dan universal (Eka, 2011).
Terapi musik diyakini memiliki potensi untuk penyembuhan diri yang
dimiliki oleh klien sebagai individu dan adanya efek terapeutik yang memungkinkan
memperoleh kekuatan yang disalurkan secara eksternal melalui terapi. Musik dapat
menstimulus tubuh untuk memproduksi molekul nitric oxide (NO). molekul ini
bekerja pada tonus pembuluh darah yang dapat mengurangi tekanan darah.
Penelitian terkait terapi musik dilakukan oleh Suhartini (2008), hasil
penelitian menunjukkan 90% responden mengalami perubahan penurunan tekanan
darah sistol, 95% responden mengalami perubahan penurunan tekanan darah diastole,
60% responden mengalami perubahan penurunan respirasi, 100 % responden
mengalami perubahan penurunan nadi.

67
Salah satu jenis terapi musik yang paling sering digunakan adalah terapi
musik klasik. Terapi musik klasik adalah usaha untuk meningkatkan kualitas fisik
dan mental dengan rangsangan nada atau suara yang mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan yang merupakan suatu karya sastra zaman kuno yang bernilai tinggi
yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental. Irama pada musik klasik memiliki nada-nada yang bervariasi, terkadang dari
lambat ke cepat dan kadang sebaliknya. Musik klasik juga mempunyai kategori
frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz. Frekuensi tersebut dapat merangsang tubuh
dan pikiran menjadi rileks sehingga merangsang otak menghasilkan hormon
serotonin dan endorfin yang menyebabkan tubuh menjadi rileks dan membuat detak
jantung menjadi stabil. Hal inilah yang mendukung otak dapat berkonsentrasi dengan
optimal dalam membangun jaringan-jaringan sipnasis dengan lebih baik (Irawaty,
2013).
Rehabilitasi untuk pasien strok harus dimulai sedini mungkin dengan cara
menggabungkan musik dan gerakan untuk meningkatkan keadaan fisik dan
psikologis pasien strok.
Dari beberapa jurnal pendukung yang kami temukan dapat disimpulkan
bahwa pemberian terapi musik pada penderita strok dapat meningkatkan kualitas fisik
dan psikologi klien.

68
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang
terjadi secara tiba-tiba dan cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan
di otak. Biasanya mengenai penderita pada umur <45 tahun sebanyak 11,8
persen, pada umur 45-65 tahun sebanyak 54,2 persen dan pada umur >65
tahun sebanyak 33,5 persen. Pada umumnya angka kejadian pada laki- laki
lebih banyak daripada perempuan. Stroke terjadi tanpa adanya gejala- gejala
prodroma atau gejala dini, dan muncul begitu mendadak. Stroke adalah
penyebab kematian dan kecacatan yang utama di seluruh dunia. Kecacatan
akibat stroke tidak hanya berdampak bagi penyandangnya, namun juga bagi
keluarganya.(Pinzon, 2009).
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark
miokard dan kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia.
Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh
keluarga dan masyarakat disekitarnya. Penelitian menunjukkan kejadian
stroke terus meningkat di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia
(Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk., 2013).
Penyebab utama stroke diantaranya pasien stroke yang terbiasa
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang menimbulkan
aterosklerosis, yaitu menyempitnya pembuluh arteri disebabkan lemak yang
menempel pada dinding arteri.
Stroke adalah penyakit yang menakutkan sebagai penyebab kecacatan
nomor satu. Dari laporan Riskesdas kondisi stroke diindonesia semakin
meningkat. Tercatat prevalensi stroke tidak hanya menyerang usia lanjut
namun juga menyerang usia produktif.

69
3.2 Saran
Dengan disusunnya laporan ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan dari penyakit stroke.

70
DAFTAR PUSTAKA

Afandi A. Terapi Musik Instrumental Classic: Penurunan Tekanan Darah Pada


Pasien Stroke. The Sun 2015; Vol. 2(2).

Damhudi D. Efektifitas Pengkajian. Pengkajian nervus I-XII pada stroke.


lib.ui.ac.id/file?file=digital/126570...Efektifitas%20pengkajian-
Literatur.pdf. dipublikasikan 2013. Diakses 20 November 2018.

Glen Y. C. R. Kabi, Rizal Tumewah, Mieke A. H. N. Kembuan. Gambaran Faktor


Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi .
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado . Periode Juli 2012 - Juni 2013.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015

Jun E, Hwa Roh Y, Ja Kim M. The Effect of Music-Movement Therapy On Physical


and Psychological Statesof Sroke Patients. Clinical Nursing 2012;
10.1111/j.1365-2702.2012.04243.

Lynda D. Lisabeth, PhD, Jonggyu Baek, PhD, Lewis B. Morgenstern, MD, Darin B.
Zahuranec, MD, Erin Case, BA, and Lesli E. Skolarus, MD. Prognosis of
Midlife Stroke. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, Vol. no,
2 2017: pp

Murtisari Y, Ismonah, Supriyadi. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik


Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Di Rsud Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan
2014; S1877-0657.

Rukmana A, Udani G. Tekanan Darah Pada Penderita Stroke Non Hemoragi dengan
Terapi Musik. Jurnal Keperawatan 2013; Volume Ix, No. 2 1907 – 0357.

Siti Alchuriyah1, Chatarina Umbul Wahjuni2. Faktor Risiko Kejadian Stroke Usia
Muda Pada Pasien Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. The Factors that

71
Affect Stroke at Young Age in Brawijaya Hospital Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari 2014, hlm. 13-23

Villeneuve M, Penhune V, Lamontagne A. A Piano Training Program to Improve


Manual Dexterity and Upper Extremity Function in Chronic Stroke
Survivors. Frontiers in Human Neuroscience 2014; Volume 8: 6622

72
.

73
74

Vous aimerez peut-être aussi