Vous êtes sur la page 1sur 15

Ukhti Nuray

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Februari 11, 2018

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

A. Definisi Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien sakit maupun sehat. Respon-
respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami
klien. Masalah kesehatan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses
kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya
dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis
keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan (Christensen & Kenney,
2009; McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

B. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan

International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi
yang disebut dengan International Nurses Council International Classification for Nursing Practice (ICNP).
Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan.
Sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-terminologi keperawatan yang
digunakan di berbagai negara diantaranya seperti Clinical Care Classification (CCC), North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA), Home Health Care Classification (HHCC), Systematized
Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), International Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF), Nursing Diagnostic System of the Centre for Nursing Development and
Research (ZEFP) dan Omaha System (Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen,
1998).

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi lima kategori , yaitu Fisiologis, Psikologis, Perilaku,
Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998). Kategori dan subkategori diagnosis keperawatan
dapat dilihat pada Skema 3.1.

Skema 3.1. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan

C. Jenis Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis Positif (Lihat
Skema 3.1). Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami
sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang
bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan
Diagnosis Risiko. Sedangkan Diagnosis Positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis Promosi
Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005)

Skema 3.2. Jenis Diagnosis Keperawatan

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Carpenito, 2013; Potter &
Perry, 2013)

1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang
menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan
divalidasi pada klien.

2. Diagnosis Risiko

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang
dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor
dan minor pda klien, namun klien memiliki faktor resiko mengalami masalah kesehatan.

3. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi
kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.

D. Komponen Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu Masalah (Problem) atau Label Diagnosis
dan Indikator Dignostik. Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:

1. Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan
Fokus Diagnostik (Lihat Tabel 3.1).

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi. Beberapa
deskriptor yang digunakan dalam diagnosis keperawatan diuraikan pada Tabel 3.2 di bawah ini.

2. Indikator Diagnostik

Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor risiko dengan uraian sebagai berikut.

a. Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.


Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu: a) Fisiologis, Biologis atau Psikologis; b) Efek
Terapi/Tindakan; c) Situasional (lingkungan atau personal), dan d) Maturasional.
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan posedur diagnostik, sedangkan gejala merupakan data
subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.

Tanda/gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

- Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk validasi diagnosis.

- Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan
diagnosis.

c. Faktor Risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien mengalami
masalah kesehatan.

Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis
risiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki faktor risiko. Sedangkan pada diagnosis
promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai
kondisi yang lebih optimal.

E. Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan

Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) atau mendiagnosis merupakan suatu proses yang
sistematis yang terdiri atas tiga tahap, yaitu analisis data, identifikasi masalah dan perumusan diagnosis.

Pada perawat yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan secara simultan, namun pada
perawat yang belum memiliki pengalaman yang memadai maka perlu melakukan latihan dan
pembiasaan untuk melakukan proses penegakan diagnosis secara sistematis.

Proses penegakan diagnosis diuraikan sebagai berikut.

1. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Bandingkan data dengan nilai normal


Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai normal dan identifikasi
tanda/gejala yang bermakna (significant cues).

b. Kelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi
respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas,
nyeri/kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan/perkembangan, kebersihan diri,
penyuluhan/pembelajaran, interaksi sosial, dan keamanan/proteksi. Proses pengelompokan data dapat
dilakukan baik secara induktif maupun deduktif, Secara induktif dengan memilah data sehingga
membentuk sebuah pola, sedangkan secara deduktif dengan menggunakan kategori pola kemudian
mengelompokkan data sesuai kategorinya.

2. Identifikasi Masalah

Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah aktual, risiko
dan/atau promosi kesehatan. Pernyataan masalah kesehatan merujuk ke label diagnosis keperawatan.

3. Perumusan diagnosis keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis keperawatan. Terdapat dua
metode perumusan diagnosis, yaitu:

a. Penulisan Tiga Bagian (Three Part)

Metode penulisan ini terdiri atas Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala. Metode penulisan ini hanya
dilakukan pada diagnosis aktual, dengan formulasi sebagai berikut:

Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d. dan ‘dibuktikan dengan’ dapat disingkat d.d.

Contoh penulisan:

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas dibuktikan dengan batuk
tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea, gelisah.

b. Penulisan Dua Bagian (Two Part)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi kesehatan, dengan formula
sebagai berikut:
1) Diagnosis Risiko

Contoh penulisan diagnosis:

Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

2) Diagnosis Promosi Kesehatan

Contoh penulisan diagnosis:

Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah
dan karakteristik urin normal.

Komponen-komponen diagnosis pada masing-masing jenis diagnosis keperawatan dan metode penulisan
diagnosisnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

F. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Diagnosis-diagnosis keperawatan dalam SDKI diuraikan sebagai berikut:

Kategori: Fisiologis

Subkategori: Respirasi

D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

D.0002 Gangguan Penyapihan Ventilator

D.0003 Gangguan Pertukaran Gas

D.0004 Gangguan Ventilasi Spontan

D.0005 Pola Napas Tidak Efektif


D.0006 Risiko Aspirasi

Subkategori: Sirkulasi

D.0007 Gangguan Sirkulasi Spontan

D.0008 Penurunan Curah Jantung

D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif

D.0010 Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan

D.0011 Risiko Penurunan Curah Jantung

D.0012 Risiko Perdarahan

D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif

D.0014 Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif

D.0015 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

D.0016 Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif

D.0017 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

Subkategori: Nutrisi dan Cairan

D.0018 Berat Badan Lebih

D.0019 Defisit Nutrisi

D.0020 Diare

D.0021 Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

D.0022 Hipervolemia

D.0023 Hipovolemia

D.0024 Ikterik Neonatus

D.0025 Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan

D.0026 Kesiapan Peningkatan Nutrisi


D.0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

D.0028 Menyusui Efektif

D.0029 Menyusui Tidak Efektif

D.0030 Obesitas

D.0031 Risiko Berat Badan Lebih

D.0032 Risiko Defisit Nutrisi

D.0033 Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

D.0034 Risiko Hipovolemia

D.0035 Risiko Ikterik Neonatus

D.0036 Risiko Ketidakseimbangan Cairan

D.0037 Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit

D.0038 Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

D.0039 Risiko Syok

Subkategori: Eliminasi

D.0040 Gangguan Eliminasi Urin

D.0041 Inkontinensia Fekal

D.0042 Inkontinensia Urin Berlanjut

D.0043 Inkontinensia Urin Berlebih

D.0044 Inkontinensia Urin Fungsional

D.0045 Inkontinensia Urin Refleks

D.0046 Inkontinensia Urin Stres

D.0047 Inkontinensia Urin Urgensi

D.0048 Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin

D.0049 Konstipasi
D.0050 Retensi Urin

D.0051 Risiko Inkontinensia Urin Urgensi

D.0052 Risiko Konstipasi

Subkategori: Aktivitas dan Istirahat

D.0053 Disorganisasi Perilaku Bayi

D.0054 Gangguan Mobilitas Fisik

D.0055 Gangguan Pola Tidur

D.0056 Intoleransi Aktivitas

D.0057 Keletihan

D.0058 Kesiapan Peningkatan Tidur

D.0059 Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi

D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas

Subkategori: Neurosensori

D.0061 Disrefleksia Otonom

D.0062 Gangguan Memori

D.0063 Gangguan Menelan

D.0064 Konfusi Akut

D.0065 Konfusi Kronis

D.0066 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

D.0067 Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer

D.0068 Risiko Konfusi Akut

Subkategori: Reproduksi dan Seksualitas


D.0069 Disfungsi Seksual

D.0070 Kesiapan Persalinan

D.0071 Pola Seksual Tidak Efektif

D.0072 Risiko Disfungsi Seksual

D.0073 Risiko Kehamilan Tidak Dikehendaki

Kategori: Psikologis

Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan

D.0074 Gangguan Rasa Nyaman

D.0075 Ketidaknyamanan Pasca Partum

D.0076 Nausea

D.0077 Nyeri Akut

D.0078 Nyeri Kronis

D.0079 Nyeri Melahirkan

Subkategori: Integritas Ego

D.0080 Ansietas

D.0081 Berduka

D.0082 Distres Spiritual

D.0083 Ganguan Citra Tubuh

D.0084 Gangguan Identitas Diri

D.0085 Gangguan Persepsi Sensori

D.0086 Harga Diri Rendah Kronis

D.0087 Harga Diri Rendah Situasional

D.0088 Keputusasaan
D.0089 Kesiapan Peningkatan Konsep Diri

D.0090 Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

D.0091 Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas

D.0092 Ketidakberdayaan

D.0093 Ketidakmampuan Koping Keluarga

D.0094 Koping Defensif

D.0095 Koping Komunitas Tidak Efektif

D.0096 Koping Tidak Efektif

D.0097 Penurunan Koping Keluarga

D.0098 Penyangkalan Tidak Efektif

D.0099 Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko

D.0100 Risiko Distres Spiritual

D.0101 Risiko Harga Diri Rendah Kronis

D.0102 Risiko Harga Diri Rendah Situasional

D.0103 Risiko Ketidakberdayaan

D.0104 Sindrom Pasca Trauma

D.0105 Waham

Subkategori: Pertumbuhan dan Perkembangan

D.0106 Gangguan Tumbuh Kembang

D.0107 Risiko Gangguan Perkembangan

D.0108 Risiko Gangguan Pertumbuhan

Kategori: Perilaku

Subkategori: Kebersihan Diri


D.0109 Defisit Perawatan Diri

Subkategori: Penyuluhan dan Pembelajaran

D.0110 Defisit Kesehatan Komunitas

D.0111 Defisit Pengetahuan

D.0112 Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

D.0113 Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

D.0114 Ketidakpatuhan

D.0115 Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

D.0117 Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

Kategori: Relasional

Subkategori: Interaksi Sosial

D.0118 Gangguan Interaksi Sosial

D.0119 Gangguan Komunikasi Verbal

D.0120 Gangguan Proses Keluarga

D.0121 Isolasi Sosial

D.0122 Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua

D.0123 Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga

D.0124 Ketegangan Peran Pemberi Asuhan

D.0125 Penampilan Peran Tidak Efektif

D.0126 Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua

D.0127 Risiko Gangguan Perlekatan

D.0128 Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif


Kategori: Lingkungan

Subkategori: Keamanan dan Proteksi

D.0129 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

D.0130 Hipertermia

D.0131 Hopotermia

D.0132 Perilaku Kekerasan

D.0133 Perlamabatan Pemulihan Pascabedah

D.0134 Risiko Alergi

D.0135 Risiko Bunuh Diri

D.0136 Risiko Cedera

D.0137 Risiko Cedera pada ibu

D.0138 Risiko Cedera pada Janin

D.0139 Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

D.0140 Risiko Hipotermia

D.0141 Risiko Hipotermia Perioperatif

D.0142 Risiko Infeksi

D.0143 Risiko Jatuh

D.0144 Risiko Luka Tekan

D.0145 Risiko Mutilasi Diri

D.0146 Risiko Perilaku Kekerasan

D.0147 Risiko Perlambatan Pemulihan Pascabedah

D.0148 Risiko Termoregulasi Tidak Efektif

D.0149 Termoregulasi Tidak Efektif


Sumber: PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANATOMI DASAR

Januari 13, 2018

ANATOMI DASAR Anatomi manusia adalah ilmu yang berhubungan dengan struktur tubuh manusia.
Istilah anatomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti "memotong". Sebagian besar istilah anatomi
berasal dari bahasa Yunani atau Latin. Jadi ilmu anatomi mempelajari struktur tubuh manusia lapis demi
lapis dengan cara menguraikan dan memotong bagian-bagiannya.

Nomenciatur yang digunakan berbahasa latin, yang untuk pertama kali disepakati pada tahun 1895 di
Basel, disebut Nomina Anatomica Baseli. Pada tahun 1935 disepakati Nomina Anatomica Jenai dan pada
tahun 1980 diterbitkan Nomina Anatomica baru, yang merupakan "A Revision by the International
Anatomical Nomenclatur Committee apporoved by the Elevent International Congress of Anatomists in
Mexico, 1980.

Sebagai dasar untuk menentukan tempat dan arah dipakai SIKAP ANATOMI, yaitu suatu sikap yang
berdiri tegak, kepala tegak, mata memandang lurus ke depan, kedua lengan bergantung bebas ke bawah
dan berada disamping tubu…

BACA SELENGKAPNYA

STRUKTUR ANATOMI TUBUH MANUSIA

Januari 13, 2018

STRUKTUR ANATOMI MIKROSKOPIS

Struktur anatomi mikroskopis adalah struktur yang tidak dapat dilihat tanpa bantual alat, dengan
batasan melihat struktur sel (mikroskopis cahaya), melihat tingkat molekul tingkat sitologi (mempelajari
struktur sel), dan histologi (mempelajari jaringan) dengan mikroskop elektron.

Sel tersusun atas dasar substansi kimia dengan berbagai kombinasi. Atom merupakan bagian yang
paling kecil dalam penyusunan hidup yang merupakan ion-ion yang bermuatan positif yang disebut
proton, dan yang tidak bermuatan disebut netron, dan elektron mengitari proton. Contohnya, atom
(hidrogen, nitrogen, oksigen, dan magnesium). Atom dapat bergabung satu sama lain dapat membentuk
senyawa air (H2O), yang terdiri dari atom hidrogen dan oksigen. Sel merupakan unit dasar dari mahluk
hidup, bagian terkecil dari mahluk hidup (tubuh manusia) yang tidak dapat dilihat dengan mata
melainkan dengan mikroskop.

Jaringan adalah sekumpulan sel dengan struktur yang sama dan serupa bent…

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

https://www.shutterstock.com/image-photo/beautiful-cherry-blossom-sakura-spring-time-573329749

Translate

Vous aimerez peut-être aussi