Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBELAJARAN TERMOKIMIA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Strategi Pembelajaran Kimia
Dosen Pengampu:
Dr. Sri Wardani, M.Si
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Rofiatun Najah 4301416010
2. Afifa Chandra Wibowo 4301416015
3. Rosika Harmiasri 4301416025
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai berada di jalan-Nya.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya kepada semua pihak yang telah banyak
membimbing, menasehati penulis dalam bersikap yang baik dalam menuntut ilmu dan
memberikan banyak pengajaran dalam menyelesaikan tugas yang di berikan kepada penulis
selama ini dan orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat dalam
meraih cita-cita yang diinginkan oleh penulis serta teman-teman sekalian yang telah membantu
baik bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
di tentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar harapan penulis jika ada
kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar
pengembangan tata bahasa penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat dalam
menyelesaikan makalah ini tidak secara gegabah ataupun egois semata.
Harapan paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-mudahan apa yang
penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin
membaca dan menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. I
KATA PENGANTAR ........... ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 :PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
BAB 2 :PEMBAHASAN
2.1 Definisi Discovery Learning ............................................................. 4
5
2.2 Karakteristik Model Discovery Learning ............. ...........................
6
2.3 Tujuan Penggunaan Discovery Learning ..........................................
7
2.4 Macam- Macam Model Discovery Learning .................................... 8
2.5 Kelebihan dan kekurangan Model Discovery Learnig .....................
BAB 3 : PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
14
3.2 Saran...................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Discovery learning (pembelajaran penemuan)
merupakan salah satu pembelajaran yang disarankan oleh pemerintah untuk diterapkan dalam
implementasi kurikulum 2013. Discovery learning menurut Syah (2010) adalah suatu
pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru tidak menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain guru hanya
menyajikan sebagian bahan saja. Proses selebihnya akan diserahkan kepada siswa untuk
mencari dan menentukan sendiri. Sebagai salah satu pembelajaran yang disarankan untuk
diterapkan dalam implementasi kurikulum 2013, discovery learning harapannya akan efektif
diterapkan pada setiap mata pelajaran termasuk didalamnya mata pelajaran Kimia.
Maka posisi discovery disini sangat penting dan harus diperhatikan oleh guru dalam
menjalankan pembelajarannya ke peserta didik untuk menjadikan suatu pembelajaran yang
efektif. Melalui konsep belajar penemuan (discovery learning) pada dasarnya menjelaskan
mengenai proses pembentukan belajar dengan jalan menggali dan mencari sendiri
pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep secara mandiri. Konsep belajar
penemuan (discovery learning) pada penerapannya dapat diterapkan pada pembelajaran.
Discovery Learning mempunyai peranan atau arti penting dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dikelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Maka model pembelajaran dengan discovery learning penting dibahas
karena akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan mengapa ia
melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu. Maka dalam
menggunakan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi model Discovery Learning harus dapat
menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Bruner
1
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
melalui makalah ini akan dijelaskan bagaimana model pembelajaran dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia pada materi termokimia. Melalui makalah ini dijelaskan mulai dari
pengertian hingga langkah-langkah dalam pembelajaran discovery learning.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Dapat menjelaskan definisi discovery learning
2. Dapat menjelaskan karakteristik discovery learning
3. Dapat menjelaskan tujuan penggunaan discovery learning
4. Dapat menyebutkan macam-macam model discovery learning
5. Dapat menyebutkan Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan model discovery
learning
6. Dapat menjelaskan kendala dalam penggunaan discovery learning
7. Dapat menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran discovery learning
8. Dapat menjelaskan penerapan discovery learning dalam pembelajaran kimia
2
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan bacaan dan informasi bagi pembaca
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran Discovery
Learning
3
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam
pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk
terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka
sendiri.
Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery learning. Belajar penemuan dari
Jerome Bruner adalah model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara
mandiri. Siswa terlibat aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalaui
pemecahan masalah atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong dan
memotivasi siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatian yang
memungkinkan mereka untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika
untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa.
4
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning
adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa
belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
5
16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.
Dari teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori kontruktivisme tersebut dapat
melahirkan strategi discovery learning.
6
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam
situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasi tambahan yang diberikan
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide
orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih
bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
1. Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan
tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar
yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa.
Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik
kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini
hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan
pada kelas yang pandai
2. Penemuan Terbimbing
7
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi
pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan,
pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan
(menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru. Generalisasi atau kesimpulan
yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada
pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar
menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media
konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif,
merumuskan dan membuat kesimpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan
kepada siswa secara individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat
meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat
menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
8
7. Strategi itu berpusat pada siswa,tidak pada guru.Guru hanya sebagai teman
belajar saja,membantu bila diperlukan
9
3. Kendala yang paling berpengaruh adalah apabila guru dan siswa ini sudah terbiasa
menggunakan teknik pengajaran atau pembelajaran secara tradisional,maka sangat sulit
bagi mereka untuk menggunakan discovery learning ini
4. Juga dalam tekhnik ini menghambat siswa untuk berpikir secara kreatif
5. Dalam suatu pembelajaran,tidak semua topik yang bisa menggunakan metode discovery
learning ini,misalnya opik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan
dengan Model Penemuan Terbimbing.
10
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa
perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna ammembangun
siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Sebagaimna pendapat
Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s answer. This help prove to
them that exploration can be both rewarding and safe. And it is thus a valuable
technique for building life long discovery habits in the student (Norman dan Richard
Sprinthall, 1990:248).
c. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22). Konsekuensi dari tahap
ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki
d. Data processing (pengolahan data)
menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (pentahkikan/pembuktian)
11
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41). Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut atau berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak (Djamarah, 2002:22).
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana
berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu (Djamarah, 2002:22).Yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik kesimpulan
adalah proses generalisasi menekankan pentingnya penguasaan pelajar atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta
pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu
(Slameto, 2003:119). Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat sifat umum yang
terdapat dalam sejumlah hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)
12
(Voigt ; 1996) belajar konsep-konsep teoritis di sekolah, tidak cukup hanya dengan
memfokuskan pada individu siswa yang akan menemukan konsep-konsep, tetapi perlu
adanya social impuls di sekolah sehingga siswa dapat mengkonstruksikan konsep-konsep
teoritis seperti yang diinginkan. Interaksi dapat terjadi antar guru dengan siswa tertentu,
dengan beberapa siswa, atau serentak dengan semua siswa dalam kelas. Tujuannya untuk
saling mempengaruhi berpikir masing-masing, guru memancing berpikir siswa yaitu dengan
pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan
mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar
menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah. Dengan model discovery learning ini
siswa akan menerima pembelajaran termokimia melalui sebuah penemuan berkelompok.
Berikut merupakan skenario pembelajaran kimia materi termokimia menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning yang terdapat pada lampiran.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan dalam pendekatan saintifik. Pembelajaran discovery learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Pembelajaran discovery learning memliki beberapa kelebihan,
diantaranya berpusat pada siswa, membangkitkan keingintahuan siswa, pengetahuan yang
diperoleh sangat pribadi dan ampuh menguatkan ingatan, pengertian dan
transfer. Pembelajaran discovery learning juga mempunyai beberapa kelemahan, di
antaranya menyita banyak waktu, tidak berlaku untuk semua topik dan tidak semua siswa
dapat melakukan penemuan.
3.2 Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi
tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih
dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses
belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja,
karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa
14
DAFTAR PUSTAKA
Affan, Gaffar. 1990. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi
Aksara
Budiningsih. 2005. Model Discovery Learning. Jakarta : Pustaka Mandiri
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University Press
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2010. Model pembelajaran Discovery Learning. Bandung : Pustaka Belajar
Winddhiharto. 2004. Model – model pembelajaran. Jakarta : Gema Pena
15