Vous êtes sur la page 1sur 14

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS PENDIDIKAN ILMU ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS BHAKTI YUDHA DEPOK

Nama : Anak Agung Ayu Mita Astari Tanda tangan


Nim : 11-2016-311
Topik : Anestesi Spinal pada Sectio Caesaria ………………

Dr. Pembimbing : dr. Amelia Martira, Sp.An

…………………….

I. IDENTITAS PASIEN

Nomor rekam medis :


Nama : Ny. H
Umur : 37 thn
Pekerjaan : IRT (ibu rumah tangga)
Alamat : Pondok Terong, Citayem
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Suku : Indonesia
Tanggal masuk ruangan: 1/11/18
Ruangan : Aster
II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2/11/2018 pada jam 09.15 WIB
 Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 1 hari SMRS.
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien hamil 38 minggu G3P2A0, datang ke RS Bhakti Yudha dengan keluhan
pusing sejak 1 hari SMRS dan memang sudah waktunya untuk control ke poli
kandungan. BAB lancer, BAK semakin sering sejak 1 minggu SMRS sehari sampai 6
kali, terutama saat malam hari waktu tidur.
 Riwayat penyakit dahulu :
1. Pasien pernah mengalami hal yang sama yaitu pusing-pusing saat hamil.
Riwayat melahirkan anak pertama tahun 2005 spontan pervaginam saat
memasuki kehamilan 9 bulan pasien mengalami hipertensi. Anak kedua tahun
2012 sectio caesaria dan saat kehamilan memasuki 9 bulan pasien mengalami
hipertensi. Riwayat kejang, asma, alergi obat dan makanan disangkal oleh
pasien.
Riwayat Kebiasaan
 Pasien tidak mengkonsumsi merokok,namun tidak mengkonsumsi alkohol dan
obat - obatan.
 Riwayat penyakit keluarga
2. Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat darah tinggi dan jantung yaitu
ayahnya. Riwayat kencing manis, riwayat sakit kuning, riwayat penyakit
jantung, riwayat bengek, riwayat pengobatan TB/ minum obat selama 6
bulan, riwayat keganasan disangkal pasien.
 Riwayat operasi, anestesi, pengobatan, dan alergi:

3. Pasien sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi tahun 2012 dan


pasien menyangkal adanya kesulitan dalam hal pembiusan. Paien
mengkonsumsi vitamin, asam folat dan diberikan obat hipertensi nifedipin,
pasien tidak mengkonsumsi obat seperti pengencer darah. Pasien juga tidak
memiliki riwayat alergi.

 Riwayat puasa :

 Pasien puasa makan dan minum dari jam 12 malam


III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tinggi badan : 157 cm
 Berat badan : 77 kg
 Status Gizi : Baik
 Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: 120/80mmHg
2. Nadi : 86x/menit
3. Suhu : 36,5 derajat celcius
4. Pernapasan : 20x/menit

Status generalis
 Kepala : Normosefalik, rambut dbn, oedem -/-
 Mata : CA -/-, SI -/-,. Simetris
 Hidung : Simetris, deviasi septum -, konka normal
 Telinga : Normotia, simetris, serumen -, secret -, darah -, MT intak
 Mulut : Simetris, gigi geligi normal, gusi normal
Malampati : 1
 Leher : Panjang dan besar relative normal, tonsil T1/T1, massa -, nyeri -
 Thorax : Bentuk simetris, gerak simetris, retraksi sela iga -, sonor di kedua
lapang paru, SN vesicular +/+, ronki dan wheezing -/-
 Jantung ; BJ I-II regular, murni, murmur-, gallop -
 Abdomen : TFU sesuai Usia kehamilan.
 Punggung : kelainan bentuk tulang (-), ruam -, deformitas -
 Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, udem (+) kaki kanan dan kaki kiri
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 nopember 2018

Hemoglobin : 11,5 g/dl


Hematokrit : 34 %

 3
Lekosit : 9.810 /mm

 3
Trombosit : 343.000 ribu/mm


Waktu perdarahan : 3,2 menit

Waktu pembekuan : 11,2 menit
 Protein urin : +1
 Glukosa : +4
Disarankan untuk pemeriksaan
 Ureum:
 Kreatinin:
 Glukosa sewaktu:

Pemeriksaan EKG 1 nopember 2018:


SNR susp. LVH

V. STATUS FISIK ASA :


ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang (Hipertensi, susp.DM).

VI. DIAGNOSA KERJA


G3P2AO kehamilan 38 minggu dengan preeklampsia

VII. RENCANA TINDAKAN BEDAH


Sectio Caesaria

VIII. RENCANA TINDAKAN ANESTESI


Anestesi spinal (SAB)
Obat anestesi SAB (Bunascan 0,5 % 12,5 mg)
PREOPERASI
 Menyiapkan alat-alat
Handscoen no. 7, Needle Spinal no.27, Monitor, spuit 3 cc, 5 cc, 10cc, Kassa
alcohol, , botol betadine
 Menyiapkan obat-obatan
 Yang digunakan : Bunascan 0,5 % 12,5 mg
 Obat lainnya : Ondansentron 4 mg, Tofedex 50 mg
 Emergency : Ephedrine 50mg/ml dengan aquades 9cc
dalam spuit 10cc

1. Memastikan identitas pasien sesuai dengan yang tertulis pada rencana operasi.
2. Memastikan pasien sudah mengenakan pakaian operasi dan tutup kepala.
3. Memastikan apakah pasien sudah puasa 6-8 jam.
4. Menanyakan apakah ada alergi obat atau makanan.
5. Menanyakan apakah ada riwayat asma
6. Menanyakan apakah ada riwayat penyakit kronis lainnya (hipertensi, dm, dll)
7. Menanyakan apakah pasien memakai gigi palsu, kacamata, lensa kontak, alat
bantu dengar
8. Lakukan pemeriksaan fisik
9. Alat disiapkan dan pemasangan manset, nasal kanul 2L/menit, saturasi.
10. Pasien dengan posisi duduk dengan kepala menunduk, memastikan kondisi
pasien stabil dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, memastikan cairan
infuse.
11. Tindakan sepsis antisepsis pada bagian punggung yang akan ditusuk.
12. Penusukan jarum introducer Quincke no. 25 sedalam kira-kira 2cm ke arah sefal,
kemudian memasukkan jarum spinal beserta mandrinnya ke lubang jarum
terssebut.
13. Setelah memastikan adanya cairan LCS yang keluar lewat jarum spinal, pasang
spuit yang berisi obat anestesi. Setelah keluar cairan serebrospinal disuntikan
bupivakain (Bunascan 0,5 % HCL 12,5 mg).
14. Tindakan aspirasi dilakukan terlebih dahulu, setelah itu memasukkan obat secara
perlahan dengan kecepatan stabil.
15. Setelah obat anestesi masuk, baringkan pasien setelah itu operasi dapat dimulai.
INTRA OPERASI
Lama pembiusan : 55 menit
Lama operasi : 45 menit
1. Tanda-tanda vital dimonitor termasuk tekanan darah, frekuensi pernapasan, nadi
dan saturasi oksigen.
2. Obat ondansentron 4 mg (IV) dan tofedex 50 mg (drip) dimasukkan melalui
intravena ketika operasi hampir selesai.
3. Cairan masuk
Ringer laktat : 1000 cc (2 kolf)
4. Cairan keluar
Pendarahan : sesuai dokter operasi
Urin : 240 ml
5. Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang PACU.

POST OPERASI
Post Anesthesi Care Unit (PACU)
← Keluhan : -
Kesadaran : sadar penuh
Tekanan darah : 137/95 mmHg
Suhu : 36,7°C
Pernafasan : spontan
Nadi : 97 kali per menit
Frekuensi nafas : 20 kali per menit
Aldrete Score =
Kesadaran :2
Respirasi :2
Sirkulasi :2
Warna kulit :2
Aktivitas :2
Total :10
VAS = 0

Penatalaksanaan:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perdarahan
2. Dapat pindah ruangan bila aldrete score > 8 dan VAS < 3
3. Pantau rasa nyeri dari pasien, lalu tentukan derajat nyeri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Anestesi secara umum adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Namun, obat-obat anestesi tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga
menghilangkan kesadaran. Selain itu, juga dibutuhkan relaksasi otot yang optimal agar
operasi dapat berjalan lancar.
Anestesi spinal ialah pemberian pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid. Anestesia spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam
ruang subaraknoid. Teknik ini sederhana, cukup efektid dan mudah dikerjakan.

Anestesi Spinal
INDIKASI
 Prosedur bedah di bawah umbilicus.
 Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya dikombinasi dengan anestesi
umum ringan.
KONTRAINDIKASI ABSOLUT
 Pasien menolak
 Infeksi pada temapt suntikan
 Hipovolemia berat, syok
 Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
 Tekanan intrakranial meninggi
 Fasilitas resusitasi minimal.
KONTRAINDIKASI RELATIF
 Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
 Infeksi sekitar tempat suntikan
 Kelaianan neurologis
 Kelainan psikis
 Bedah lama
 Penyakit jantung
 Hipovolemia ringan
 Nyeri punggung kronis

Persiapan Anestesi Spinal


Pada dasarnya persiapan untuk anestesi spinal seperti persiapan pada anestesi umum.
Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain intu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Informed consent
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia spinal.
2. Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung dan lain-lainnya.
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, hematokrit, PT (Prothrombin time), dan PTT (partial thromboplastin
time).

Faktor yang mempengaruhi penyebaran obat anestetik:


1. Faktor utama
a. Berat jenis anestetika
b. Posisi pasien
c. Dosis dan volume anestetik
2. Faktor tambahan
a. Ketinggian suntikan
b. Kecepatan suntikan/barbotase
c. Ukuran jarum
d. Keadaan fisik pasien
e. Tekanan intrabdominal.

Komplikasi Tindakan
1. Hipotensi berat
Akibat blok simpatis, terjadi “venous pooling”. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
2. Bradikardi
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T2.
3. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas.
4. Trauma pembuluh darah
5. Trauma saraf (jarang)
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi, atau spinal total.

Derajat Blok Motorik Anestesi Spinal


Tabel 1.1 Derajat blok motorik anestesia spinal

Derajat Blok Motorik Kriteria Bromage Presentase Skor


1. Tidak ada blok Menekuk sempurna lutut dan kaki 0
2. Blok parsial Hanya mampu menekuk lutut, pergerakan kaki 33
sempurna
3. Hampir lengkap Tidak dapat menekuk lutut fleksi parsial kaki 66
4. Lengkap Tidak mampu menggerakan tungkai atau kaki 100
Obat-obat yang digunakan
LIDOKAIN
Anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan
suntikan. Lidokain merupakan prototip dari anestetik lokal golongan amida. Anestetik ini
efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorpsi dan toksisitassnya
bertambah dan masa kerjanya lebih pendek.
Onset kerja: cepat
Dosis: 3-5 mg/kgBB
Durasi kerja: pendek 60-180 menit tergantung penggunaan
Efek samping: mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma,
bangkitan.
Metabolisme: di hati (n-dealkylation yang diikuti dengan hidrolisis untuk menghasilkan
metabolit yang diekskresi di urin).

BUPIVAKAIN
Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade
terhadap sensorik lebih besar daripada motorik.
Onset kerja: blok nervus 40 menit, epidural 15-20 menit, intratekal 30 detik.
Durasi kerja: blok saraf sampai 24 jam, epidural 3-4 jam, intratekal 2-3 jam.
Dosis: 2 mg/kgBB. Maks.150 mg.
Efek samping: lebih cenderung mengakibatkan toksisitas kardiak dibandingkan obat
anestesi lokal lainnya.
Eliminasi: n-dealkylation menjadi pipecolyoxylidine dan metabolit laiinya yang
diekskresikan di urin.

FENTANYL
Opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor µ.
Onset kerja: 2-3 menit.
Durasi kerja: 20-30 menit
Dosis: 1-3 mcg/kgBB
Efek samping: mual, muntah, kekakuan otot, gatal, mengurangi heart rate, menurunkan
tekanan darah.
Ekskresi: di hati (n-dealkylation yang diikuti dengan hidrolisis untuk menghasilkan
metabolit yang diekskresi di urin).

TRAMADOL
Analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor µ yang lemah. Tramadol sama
efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan hingga sedang.
Dosis: 50-100 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam dengan dosis maksimal 400 mg per hari.
Efek samping: mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit kepala.
Metabolisme: metabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal dengan masa paruh eliminasi 6
jam untuk tramadol dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya.

Pasca Anestesia
Karena pada anestesi spinal pasien masih sadar, maka pasien dapat langsung dipindahkan ke
ruang pemulihan dan terus diobservasi dengan cara menilai Aldrette’s score nya, nilai 8-10
bisa dipindahkan ke ruang perawatan, 5-8 observasi secara ketat, kurang dari 5 pindahkan ke
ICU, penilaian meliputi:
Hal yang dinilai Nilai
1. Kesadaran:
Sadar penuh 2
Bangun bila dipanggil 1
Tidak ada respon 0
2. Respirasi:
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk 2
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan 1
Apnoe 0
3. Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi
Perbedaan +- 20 2
Perbedaan +- 50 1
Perbedaan lebih dari 50 0
4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:
4 ekstremitas 2
2 ekstremitas 1
Tidak dapat 0
5. Warna kulit
Normal 2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik 1
Cyanotic 0
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke ruang operasi lalu dipersiapkan, sebelum mulai operasi pasien
sudah dilakukan anamnesis mulai dari identitas perempuan usia 37 tahun, keluhan utama
dengan pusing sejak 1 hari SMRS dengan kehamilan 38 minggu G3P2A0, riwayat penyakit
sekarang didapati pasien pusing dan sering BAK sehari sampai 6 kali terutama saat malah
hari, riwayat operasi sebelumnya tahun 2012 sectio caesaria anak ke2 dengan riwayat
hipertensi memasuki usia kehamilan 9 bulan, apakah pada pembiusan ada masalah pasien
tidak ada masalah, riwayat pengobatan yaitu mengkonsumsi obat vitamin, asam folat dan
nifedipin dan pasien tidak meiliki riwayat alergi makanan, oabat maupun asma, riwayat
penyakit kronis tidak ada, penyakit dikeluarga pada pasien yaitu dari ayah pasien memiliki
hipertensi dan jantung, pasien tidak merokok, alkohol tidak dan riwayat puasa terakhir
makan minum jam 12 malam. Pada pemeriksaan fisik terdapat udem pada kaki kanan dan
kiri. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan didapati hasil protein urin +1, glukosa urin +4
dan pada hasil EKG susp. LVH. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang disimpulkan status fisik pasien ASA II dengan penyakit sistemik sedang
hipertensi pada kehamilan dan susp. Diabetes mellitus sehingga pasien dipantau lebih
intensive untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Karena pasien direncanakan tindakan section caesaria maka dari itu pemilihan teknik
anestesi secara spinal analgesia atau subarachnoid block, indikasi pemilihan teknik tersebut
karena prosedur bedah di bawah umbilicus dan pada bedah abdomen atas. Komplikasi dari
tindakan spinal analgesia yaitu mual muntah pasca operasi maka dari itu pasien diberikan
antiemetik ondansentron 4 mg IV. Pemberiaan obat yaitu bupivakain karena merupakan
anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap
sensorik lebih besar daripada motorik. Lalu setelah obat masuk, beri perintah pada pasien
untuk mengangkat kaki pelan-pelan untuk mengetahui derajat blok motorik. Pada saat
operasi menuju selesai diberikan analgetik yaitu tofedex 50 mg drip.
Sepanjang operasi pasien dimonitor terutama tekanan darah, nadi, saturasi pasien.
Pada pasien dipasang nasal canul oksigen sebanyak 2L/menit. Lalu diberikan cairan
kristaloid yaitu RL karena konsentrasi RL hampir sama dengan darah, untuk mencegah jika
terjadi perdarahan dapat diguyur dengan RL. Pada tetesan jangan di loading karena pada
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien udem pada kaki kanan dan
kiri dengan penyakit sistemik hipertensi dan diabetes mellitus mencegah terjadinya
komplikasi gagal organ yang paling utama adalah gagal ginjal.
Jika jumlah kebutuhan cairan pemeliharaan untuk dewasa = 4 : 2: 1
Maka untuk pasien dengan BB: 77 kg,
10 kg I = 4 x 10 = 40
10 kg II = 2 x 10 = 20
III = 1 x 57 = 57
= 117 cc / jam

Selama operasi yang berlangsung selama 55 menit,


= 58.5 : jam I yaitu 50 % dari 117 cc/jam
= 58.5 + 117 = 175.5 cc/jam

Jadi, total kebutuhan cairan pemeliharaan selama operasi adalah 175.5 cc


Daftar Pustaka
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 2011.
2. Omoigui S. Buku saku obat-obatan anestesia. Edisi ke-2 Jakarta: EGC; 2012.
3. Desai AM. General Anesthesia. Accessed on Mey 21 2014. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall.
4. Gwinnut CL. Catatan kuliah anestesi klinis. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.
5. Dachlan R. Petunjuk praktis anestesiologi. Jakarta: FKUI; 2002.

Vous aimerez peut-être aussi