NAMA NIM 1. Agus Susanto (010217A040) 2. Andina Ema Retang (010217A003) 3. Ayunda Amalia (010217A005) 4. Christin Yuliani Bombing (010217A006) 5. Darwin Benmardon Yulius (010217A007) 6. Diryanto Bastian D. (010217A010) 7. Dyah Tri Utami (010217A011) 8. Eka Dewa Airlangga (010217A012) 9. Emiliana Tawuru May (010217A013) 10. Eulalia Marcia De Lima (010217A014)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2018 Role Play FGD Peran : 1. Moderator : Ayunda Amalia 2. Fasilitator : Eulalia Marcia 3. Observer : Agus Susanto 4. Warga : 1. Andina Ema Retang 2. Christin Yuliani Bombing 3. Darwin Benmardon 4. Diryanto Bastian 5. Dyah Tri Utami 6. Eka Dewa Airlangga 7. Emiliana Tawuru May KASUS KOMUNITAS
Desa Bugangan merupakan bagian kelurahan Candirejo yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Ungaran. Secara struktural Desa Bugangan teridiri atas 7 RT dengan jumlah penduduk 766 orang, terdiri dari 332 laki-laki dan 434 perempuan. Jumlah balita di desa tersebut 85 orang. Dari pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK Universitas Ngudi Waluyo, 75 % mengalami diare. Desa tersebut baru saja mendapatkan musibah banjir 1 minggu yang lalu. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas belum berjalan seperti biasa. Yang ada hanya posko kesehatan di pengungsian. Untuk membantu mengatasi permasalahan ini mahasiswa melakukan pengkajian kepada ibu-ibu yang anaknya mengalami diare di pengungsian. Adapun metode pengumpulan data oleh mahasiswa saat pengkajian adalah focus group discuussion (FGD). Mahasiswa berperan sebagai moderator, fasilitator, dan observer/notulen. Peserta FGD ini terdiri dari 7 orang, yaitu para warga dengan anak yang mengalami diare. FGD ini dilakukan di posko pengungsian pada hari Sabtu, 1 Desember 2018. Dimulai pukul 10.00 – 12.00 WIB.
Moderator : “Assalamu’alaikum. Selamat pagi bapak-bapak dan ibu-ibu
sekalian” Para Warga : “Wa’alaikumsalam.” Moderator : “Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berdiskusi mengenai diare. Selanjutnya diskusi ini akan dipimpim oleh saudari Eulalia. Kepada saudari Lia saya persilahkan.” Fasilitator : “Terima kasih atas kesempatannya. Ibu-ibu yang luar biasa, apa yang ibu ketahui tentang diare.” Ibu Andin : “Diare itu mencret-mencret dek. BABnya sering. Terus cair.” Fasilator : “Bagus sekali pendapat Ibu Andin. Baiklah kalau menurut Ibu Itin, gimana?” Ibu Itin : “Kalau melihat anak saya, anak saya mules, suka keluar keringat dingin, dan keliatan pucat.” Fasilitator : “Benar sekali bu, beberapa gejala diare seperti yang ibu sebutkan tadi, ada lagi yang ingin memberikan pendapat?” Ibu Dyah : “Saya dek. Anak saya itu sekarang rewel terus males makan.” Ibu Emil : “Iya dek, anak saya juga gitu. Kenapa ya dek?” Fasilitator : “Kira-kira ada yang tahu penyebabnya?” Pak Mardon : “Kalau saya perhatikan semenjak banjir, anak-anak pada suka berenang di tempat banjir.” Pak Eka : “Betul tuh. Anak saya itu susah banget disuruh berhenti kalau sudah main air.” Ibu Dyah : “Kalau saya langsung saya cubit biar dia berhenti main air.” Fasilitator : “Terima kasih pendapatnya bapak-bapak dan ibu-ibu. Diare itu buang air besar yang lebih dari tiga kali dalam sehari dengan bentuk tinja cair dengan atau tanpa adanya darah. Tanda dan gejalanya seperti yang ibu sebutkan tadi seperti lemes, makannya sedikit, keluar keringat dingin, rewel, biasanya juga cepat haus. Penyebabnya bisa karena anak yang suka berenang di banjir. Air banjirkan kotor banyak kumannya. Terus ada yang tahu gak penyebab yang lainnya?” Pak Ribas : “Mungkin karena makanan ya dek. Soalnya makanya di dapur umum. Yah adek tahu sendirilah gimana cara masaknya.” Ibu Itin : “Iya bu, disini air bersihnya susah didapet. Jadi kami suka nyuci piring pake air banjir. Yah mau gimana lagi.” Fasilitator : “Oke, yang ibu sebutkan tadi bisa juga menyebabkan diare. Sekarang apa dong yang harus kita lakukan untuk mengatasi diare?” Pak Eka : “Kalo anak saya, saya paksa makan. Makanan dari dapur umum saya haluskan pake sendok.” Pak Ribas : “Kalo saya sih, saya kasih perutnya pake minyak gosok biar anget.” Fasilitator : “Benar sekali bu. Ada lagi yang tahu cara mengatasinya?” Ibu Itin : “Kalo anak saya, saya kasih teh manis. Karena kalo dikasih makanan dia muntahin lagi.” Ibu Emil : “Dek, saya pernah denger, katanya sih kalau diare dikasih oralit. Oralit itu apa dek?” Fasilitator : “Bagus sekali pertanyaannya bu. Ada yang tahu apa itu oralit?” Pak Mardon : “Setahu saya itu oralit itu yang bungkus abu-abu itu loh. Terus tinggal di tambah air.” Ibu Andin : “Saya kemarin sempet nanya ke posko kesahatan. Katanya persedian oralitnya sudah habis.” Fasililator : “kira-kira ada yang tahu gak, kalau oralit itu bisa kita buat sendiri. ada yang tahu cara buatnya.” Ibu Emil : “Oh.. oralit bisa kita buat sendiri. saya baru tahu loh.” Fasilitator : “Jadi, ibu-ibu belum ada yang tahu ni. Baiklah kalau begitu saya ajarkan cara membuatnya. Pertama masukan 3 sendok makan gula kedalam gelas yang berisi air. Lalu tambahkan 1 sendok teh garam. Mudahkan ibu-ibu.” Ibu Itin : “Oh ternyata mudah ya dek.” Pak Eka : “Iya yah bahannya mudah didapatkan.” Ibu Andin : “Saya mau tanya, itu airnya pake air biasa atau air hangat dek?” Fasilitator : “Itu pake air hangat. Diaduk sampe larut ya. Jangan lupa, diiring dengan minum air putih. Karena kalau diare cairan tubuhnya berkurang. Makanya harus diimbangi dengan minum air putih.” Pak Mardon : “Oh gitu ya. Terus kalau makanannya gimana dek?” Fasilitator :“Makanan yang lembut. Jangan yang pedas-pedas. Terus makannya musti teratur 3 kali sehari. Jangan dikasih makan mie dulu ya bu. Terus anaknya diperhatikan untuk tidak main air banjir. Untuk anak yang belum terkena diare, pencegahan apa yang harus dilakukan?” Ibu Emil : “Makan makanan yang bersih.” Ibu Andin : “Anak tidak boleh main di air kotor.” Ibu Dyah : “Dek, kalau boleh kasih saran, adakan program bermain untuk anak di pengungsian. Jadi mereka tidak main air banjir lagi.” Fasilitator : “Baiklah saya tampung sarannya. Nanti kami coba kami ajukan lagi untuk program selanjutnya. Terus juga jangan lupa, yang paling penting jangan lupa cuci tangan sebelum dan setelah makan, sesudah buang air besar dan kecil, dan setelah bermain. Ada yang tahu cara cuci tangan yang benar?” Ibu Dyah : “Cuci tangannya pake sabun, terus bilas dengan air.” Fasilitator : “Benar sekali bu. Selanjutnya saya peragakan ya cara cuci tangan yang benar. Bapak-bapak dan ibu-ibu ikuti ya” (memperagakan cara cuci tangan) Ibu Andin : “Oh gini ya cara cuci tangan yang benar. Nanti saya mau ajarkan ke anak-anak saya.” Fasilitator : “Baiklah. Cukup sekian diskusi kita pada hari ini. Saya kembalikan kepada moderator.” Moderator : “Menarik sekali ya diskusi kita pada hari ini ini. Selanjutanya kepada observer untuk menyimpulkan diskusi kita pada hari ini.” Observer : “Baiklah, kesimpulan dari diskusi kita pada hari ini yaitu, diare adalah BAB yang lebih dari 3 kali sehari dengan tinja yang cair. Tanda dan gejalanya meliputi lemas, sakit perut, mudah haus, nafsu makan menurun, panas, dan lain-lain. Cara mengatasinya dengan istirahat yang cukup, minum oralit diiringi dengan minum air putih, dan makan secara teratur. Adapaun pencegahan yang dilakukan yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air keci dan besar, dan sesudah bermain. Selanjutnya makan makanan yang bersih. Hindari bermain air kotor.” Moderator : “Itulah kesimpulan dari diskusi kita pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih juga kepada bapak- bapak dan ibu-ibu yang sudah berpartisipasi dalam diskusi ini. Saya tutup dengan Assalamu’alaikum.” Para Warga : “Wa’alaikumsalam.”