Vous êtes sur la page 1sur 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PRURITUS

Nama Anggota :
1. Iva Susanti 1611022
2. Khusnul Arifianti 1611023
3. Krista Maisari 1611024
4. Leny Pramudya W 1611025
5. Mufarikatul Binti Laili 1611026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2017/2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah III ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu
bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Blitar, 20 Maret 2018

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 5
B. Tujuan ............................................................................................................................... 5
C. Rumusan masalah ............................................................................................................. 5
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT ...................................................................................... 6
A. Definisi ............................................................................................................................ 6
B. Klasifikasi ......................................................................................................................... 6
C. Etiologi ............................................................................................................................. 6
D. Patofisiologi ...................................................................................................................... 8
E. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 10
F. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 10
G. Komplikasi ..................................................................................................................... 12
BAB III KONSEP ASKEP ......................................................................................................... 13
A. Pengkajian ...................................................................................................................... 13
B. Diagnosa ......................................................................................................................... 14
C. Intervensi ........................................................................................................................ 14
BAB IV APLIKASI KASUS SEMU ......................................................................................... 17
BAB V PENUTUP .................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan.
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf
mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea.
Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat iritatif sampai tingkat ringan
atau berat pada inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Keadaan
tersebut menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang
berat mengganggun penampilan pasien. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial atau pruritus sine materia. Pruritus psikologik, merupakan respon garukan
lebih kecil dari derajat gatal subyektif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Setelah mempelajari Asuhan Keperawatan Pruritus ini, mahasiswa mampu
memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Pruritus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pruritus
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari pruritus
c. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis pruritus
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pruritus
e. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pruritus
f. Mahasiswa mampu menjelaskan cara penanganan pruritus
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pruritus
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari pruritus ?
2. Bagaimana pengkajian dari pruritus ?
3. Bagaimana diagnosa dari pruritus ?
4. Bagaimanakah merencanakan tindakan keperawatan dari pruritus ?

4
5. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan dari pruritus ?
6. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan dari pruritus ?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pruritus berasal dari kata Prurire/gatal/rasa gatal/berbagai macam keadaan yang ditandai
oleh rasa gatal. (Kamus Kedokteran Dorland.1996)
Adhi Djuanda, dkk (1993), mengemukakan pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan
menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth,
2002)
B. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
1. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat dalam dan
dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat psikogenik yang disebabkan oleh
kompenen psikogenik yang memberikan stimulasi pada itch centre.
2. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik, pada
pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin tertimbun di cairan interstisium
dibawah kulit. (Djuanda A., 2007)
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Gatal Pruritoseptif, adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya
pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit.
2. Gatal Neuropatik, adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen
penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan serebrovaskuler.
3. Gatal Neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan
patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan kadar
senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal Psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis dan
kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia) dapat
menyebabkan sensasi gatal. (Twycross R et al, 2003)

C. Etiologi
6
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
1. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing), dermatitis
kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi), rangsangan
oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor
lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan
metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis yang
menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis
belum diketahui. (Moscella, 1986)
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab
pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
a. Pruritus Local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas padaarea tertentu di tubuh. Penyebabnya
beragam, diantaranya:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut.
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan, dll.
b. Gangguan Sistemik
Beberapa gangguan sistemik penyebab Pruritus, yaitu :
1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
3) Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia, leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
c. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering, prurigo nodularis,
urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
d. Pajanan terhadap factor tertentu

7
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan
lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu
(topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).
e. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum iinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat
hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan
menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita
mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi
menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus.
Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis,
atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab
pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)

D. Patofisiologi
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen. Faktor eksogen, misalnya
dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing), dermatitis kontak allergen (makanan,
karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga,
tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit lembab
atau kering.Faktor endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan
ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis
yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis
belum diketahui (Moscella, 1986).
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan fisik dan
mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh pruritogen. Penyakit
sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum serum yang berkontribusi sebagai

8
agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti DM, hipertiroidisme dan hipotiroidisme
juga merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain itu penyebab lainnya seperti penyakit
hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan kantung empedu) yang dapat meningkatkan
sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti stress yang juga berpengaruh terhadap timbulnya
pruritus karena stress meningkatkan sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem
imun melepaskan mediator inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P
mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor endogen
lainnya disebabkan karena terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet, perhiasan, pewarna
rambut, balsam, karet) akan mengakibatkan reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein
membentuk antigen lengkap, antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel
langerhans, antigen yang telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan
berploriferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori,
tersebar ke seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh,
dan apabila terpapar bahan allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di
dekat junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut
saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal
melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch reflexes (reflex
garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut saraf C hingga
dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi patofisiologi pruritus yang
disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor
endogen (stress psikologik, hormonal, dan penyakit sistemik). Pruritus merupakan salah satu
ari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologikyang
menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya
dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat
(peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher,
1992dalam Brunner&Suddart 2002).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
yang memperberat pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan menggaruk.
Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya
ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit
apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat,
bisaberat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.Pruritus juga dapat

9
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit (erosi, ekskeriasi)
yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga
karena perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana
hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang
ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan kronik
dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk
yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear pada
kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu dan
menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya
disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.

F. Penatalaksanaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien sebaiknya tetap
dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas. Hindari konsumsi alkohol
dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi
dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara
pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk
mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita,yaitu:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Pengobatan topical

10
1) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
2) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
3) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
4) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik cenderung tidak menimbulkan efek
antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan
penekanan efek inflamasi.
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit
dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah
dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif.
Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
3) Antihistamin:.Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada pruritus
yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah urtikaria.
Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus.
Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik. Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain
antagonis H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis
PAR-2. Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk
gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake
serotonin, dan opioidmiu antagonis atau agonis kappa (Burton G, 2006)
2. Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi
jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika
kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang

11
bersangkutan dengan telapak tangan. Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak
membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi.
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari
bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal. Menjaga
higiene pribadi dan lingkungan.
h. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

G. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

12
BAB III
KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien:
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku atau bangsa, pekerjaan,
bahasa, nomer register, tanggal MRS
b. Riwayat penyakit sekarang:
Adanya keluhan pada penglihatan seperti: penglihatan menurun, mata merah, adanya
nyeri pada daerah mata
c. Riwayat penyakit dahulu:
Apakah klien pernah menderita penyakit ulkus kornea sebelumnya, myopia, retinopati
serta pernahkah klien mengalami trauma post op mata.
d. Riwayat keluarga:
Adakah riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita ulkus
kornea ataupun penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya serta bagaimana
koping mekanisme yang digunakan oleh pasien dalam menghadapi masalah serta
bagaimana tentang kegiatan ibadah yang dilakukan
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan
pemeliharaan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme
3. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien terbatas dan memerlukan bantuan maksimal
4. Pola eliminasi
Pada klien tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi
5. Pola tidur dan istirahat

13
Perubahan aktifitas sehubungan dengan gangguan penglihatan, gangguan istirahat
karena nyeri dan ketidaknyamanan.
6. Intregitas ego
Kecemasan tentang status kesehatan dan tindakan pengobatan.
7. Neurosensor
gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap tentang penglihatan perifer dan lakrimasi.
Kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata.
8. Keamanan
Terjadi trauma karena penurunan penglihatan.
9. Nyeri
Ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai tekanan
pada sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala.
10. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glukoma, DM, gangguan sustem vaskuler, riwayat stress, alergi,
ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi, steroid.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1) warna kulit
2) lokasi
3) keparahan
B. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman
2. Gangguan integritas kulit

C. INTERVENSI

Diagnosa NOC NIC


1 Gangguan rasa Status kenyamanan Manajemen pruritis
nyaman Indikatornya: Aktivitas:
1. Kesejahteraan fisik 1. Tentukan penyebab dari
2. Kontrol terhadap gejala (terjadinya) oruritis (misalnya,
3. Kesejahteraan psikologis dermatitis kontak, kelainan
4. Lingkungan fisik sistemik dan obat-obatan).
5. Suhu ruangan 2. Lakukan pemeriksaan fisik
14
6. Dukungan sosial dari keluarga untuk mengidentifikasi
7. Dukungan social dari teman- (terjadinya)
teman 3. Kerusakan kulit (misalnya, lesi,
8. Hubungan social bula, ulserasi, dan abrasi).
9. Kehidupan spiritual 4. Pasang perban atau balutan
10. Perawatan sesuai dengan pada tangan atau siku ketika
keyakian budaya (pasien) tidur untuk membatasi
11. Perawatan sesuai dengan menggaruk yang tidak
kebutuhan terkontrol, sesuai dengan
12. Mampu mengkomunikasikan kebutuhan.
kebutuhan. 5. Berikan krim dan lotion yang
mengandung obat, sesuai
dengan kebutuhan.
6. Instruksikan pasien untuk tidak
memakai paskaian yang ketat
dan berbahan wol atau sintesis
7. Instruksikan pasien untuk tetap
mempertahankan potongan
kuku dalam keadaan pendek.
8. Instruksikan pasien untuk
meminimalisir keringat dengan
menghindari lingkungan yang
hangat dan panas.

2. Kerusakan Integritas jaringan: Kulit dan Pemberian Obat : Kulit


integritas kulit membrane mukosa Aktivitas-aktivitas :
Indikatornya: 1. Ikuti prinsip 5 benar pemberian
1. suhu kulit obat
2. Sensasi 2. Catat riwayat medis pasien dan
3. Tekstur riwayat alergi
4. Integritas kulit 3. Tentukan pengetahuan pasien
5. Pigmentasi abnormal mengenai medikasi dan
6. Lesi pada kulit pemahaman pasien mengenai
7. Kanker kulit mode pemberian obat.
8. Pengelupasan kulit 4. Tentukan kondisi kulit pasien
9. penebalan kulit diatas area dimana obat akan
diberikan.
5. Buang sisa obat sebelumnya
dan bersihkan kulit.
6. Ukur banyaknya obat topical
dengan benar untuk medikasi
sistemik dengan menggunakan
alat pengukur yang
terstandarisasi.
7. Berikan agen topical sesuai
yang diresepkan.
8. Berikan tambalan transdermal
dan obat topical pada area kulit
15
yang tidak berambut sesuai
kebutuhan.
9. Sebarkan obat diatas kulkt,
sesuai kebutuhan.
10. Rotasikan operasi pemberian
untuk obat topical sistemik.
11. Monitor adanya efek samping
local dan sistemik dari
pengobatan.
12. Ajarkan dan monitor teknik
pemberian mandiri, sesuai
kebutuhan.
13. Dokumentasikan pemberian
obat dan respon pasien, sesuai
dengan protocol institusi.

16
BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU
D. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. NamA : Tn.B
b. Umur : 60 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Buruh
f. Status perkawinan : Menikah
g. Agama : Hindu
h. Suku : Bali
i. Alamat : Br. Ulundesa, Beratan Kediri Tabanan
j. Tanggal masuk : 12 Februari 2015
k. Tanggal pengkajian : 12 Februari 2015
l. Sumber Informasi : Pasien
m. Diagnosa masuk : Dermatitis kontak allergen
2. Status kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama: Gatal di seluruh tubuh.
b. Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini:
Klien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh disertai rash. Pada bagian
lutut pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras.
Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien
menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda. Pasien sebelumnya tidak
pernah memeriksakan gatalnya karena menganggap bahwa gatal akan segera sembuh.
Dalam hal ini, pasien mengatakan bahwa intensitas gatal meningkat pada malam hari
dan gatal tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat lesi akibat garukan, pasien
akhirnya memeriksakan gatalnya ke rumah sakit.
c. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan tidak pernah gatal-gatal
sebelumnya.
Riwayat alergi : Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami riwayat alergi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menular seperti Asma, HIV, dan Hepatitis.

17
e. Riwayat pengobatan atau terpapar zat : Pasien mengatakan tidak pernah
memeriksakan dan mengobati gatalnya karena menganggap bahwa gatal akan segera
sembuh, dan pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu
sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda.
f. Pola Fungsional Gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Pasien mengatakan tidak pernah minum obat sebagai bentuk penanganan terhadap
penyakitnya maupun ke dokter untuk mengkonsultasikan gatalnya. Pasien
mengatakan tidak mengetahui penyebab spesifik dari penyakit yang dialaminya.
Dalam hal menghadapi penyakit, pasien dan keluarga jarang berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan dan lebih sering pergi ke balian untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi, namun pasien tidak mengetahui cara mengatasi agar rasa
gatalnya berkurang. Pasien juga binggung saat melihat beberapa bagian kulitnya
berwarna kemerahan. Masalah keperawatan: Defisiensi Pengetahuan
2) Nutrisi atau metabolik:
Pasien mengatakan pola makan pasien baik, pasien dapat menghabiskan 1 porsi
makanan orang dewasa sebanyak 2-3 kali sehari dan pasien dapat menghabiskan
air kurang lebih 6 gelas perhari atau sekitar 1500ml/hari.
3) Pola eliminasi:
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatan, dan pasien mengatakan BAK 5-6x /hari dengan kosistensi warana
kuning darah (-), nyeri (-).
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan aktivitas. Pasien sehari-hari
menjalankan aktivitas sebagai buruh dimulai dari pukul 08.00 WITA, beristirahat
selama 30 menit dari pukul 12.00 WITA dan kembali ke rumah pukul 17.00
WITA, dan pasien mengatakan saat dia bekerja (melalukan aktivitas) rasa gatalnya
tidak terasa.
5) Pola tidur dan istirahat:
Pasien mengatakan pada saat aktivitasnya berkurang (malam hari), pasien merasa
bahwa gatal pada kulitnya memiliki intensitas yang meningkat.
6) Pola kognitif-perseptual
Pasien mengatakan tidak memiiki masalah pada panca inderanya seperti perabaan,
penghidu, pengecap, penglihatan dan pendegaran pasien.
7) Pola persepsi diri/konsep diri
Citra diri : pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuh pasien, terutama
bagian rambut yang hitam. Namun, semenjak pasien mengalami gatal-gatal, ia
merasa kesal saat melihat kulitnya yang kemerahan terutama bagian yang
terkelupas karena digaruk.
Identitas : pasien mengenal dengan jelas dirinya, dimana pasien tinggal, serta
mengenal setiap anggota keluarganya.

18
Peran : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga, ia berperan sebagai kepala
rumah tangga yang memimpin, mengayomi, dan menafkahi keluarga. Namun,
dalam masyarakat, pasien berperan sebagai anggota banjar yang cukup aktif
terutama dalam menghadiri rapat.
Ideal diri : pasien sempat bercerita bahwa ia bercita-cita untuk bisa diterima
bekerja di kota. Namun, untuk saat ini, salah satu keinginan pasien adalah sembuh
dari gatal-gatal yang dialaminya sehingga ia bisa kembali bekerja.
Harga diri : pasien mengatakan malu dengan penyakitnya sehingga pasien selalu
memakai kemeja panjang untuk menutupi kulitnya.
8) Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan sudah menikah dan berjenis kelamin laki-laki. Dalam hal ini,
pasien dianugerahi 2 anak dalam pernikahannya. Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit pada organ reproduksi, misalnya gatal hingga urin berwarna
tidak normal.
9) Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit hubungan dengan keluarganya
baik. Keluarga mendukung pasien terutama dalam penyembuhan ke tenaga
kesehatan.
10) Pola manajemen koping stress
Pasien mengatakan ia dapat mengalihkan masalah yang dihadapinya dan saat
pasien tidak nyaman, pasien mampu untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut.
Dalam hal keluhannya saat ini, pasien tidak mengalami stress psikologis yang
berarti walaupun ia merasa tidak nyaman dengan gatal-gatal yang dialaminya.
11) Pola keyakinan-nilai
Pasien mengatakan bahwa ia menganut agama hindu dan sembahyang secara rutin
yaitu 1-2x sehari. Saat ditanya berkaitan dengan kepercayaan, pasien memiliki
kepercayaan bahwa balian dapat menyembuhkan penyakit. Namun, berkaitan
dengan kepercayaan yang dapat mengganggu kesehatannya misalnya larangan
memotong rambut dan kuku selama sakit, pasien dan keluarganya cukup percaya
akan tetapi belum pernah menerapkan larangan tersebut selama ia gatal-gatal.
g. Pengkajian 7 ciri lesi kulit
1) Pasien gatal-gatal pada seluruh tubuh dan terdapat rash. Pada bagian lutut pasien
terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras.
2) Pasien mengatakan tidak menderita alergi, asma sebelumnya.
3) Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien
menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda, sehingga pasien terdapat
bintik kemerahan pada kulitnya.
4) Pasien mengatakan terjadi bintik-bintik kemerahan dan rasa gatal pada kulitnya.
Pasien tidak tahan dengan gatalnya sehingga pasien menggaruk-garuk kulitnya
sehingga terdapat lesi pada lututnya.
5) Lesi pasien tersebut muncul akibat garukan yang terlalu kontinu dan keras

19
6) Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan sabun dengan merek yang berbeda
sejak 1 bulan yang lalu.
7) Pasien mengatakan bekerja di bawah paparan sinar matahari tetapi pasien tidak
pernah gatal-gatal pada kulitnya. Pasien juga mengatakan sejak mengganti merek
sabun yang berbeda sejak 1 bulan yang lalu pasien menjadi gatal-gatal pada
tubuhnya.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Hitung darah lengkap (CBC)
2) Kadar vitamin B12 serum
3) TIBC (Total Iron Binding Capacity)
4) BUN (Blood Urea Nitrogen), serum kreatinin
5) AFP Bilirubin direk, indirek
6) USG Abdomen
7) Level TSH, T3-bebas
8) Chest Radiography

E. DIAGNOSA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Terpapar bahan allergen Kerusakan Integritas Kulit
 Pasien mengeluh gatal (sabun mandi)
dan intensitas gatal
bertambah di malam
hari. Reaksi imunologi: allergen
 Pasien mengatakan terikat dengan protein
selalu menggaruk membentuk antigen lengkap
bagian yang gatal.
 Pasien mengatakan
jika gatal menggaruk Antigen ditangkap dan
dengan kuku, namun diproses
terkadang juga dengan oleh makrofag dan sel
telapak tangan. Langerhans
 Pasien mengatakan
bahwa telah 1 bulan
menggunakan sabun Dipresentasekan oleh sel T
mandidengan merk
baru dan sejak itu
sering merasakan gatal Sel T berdiferensiasi
yang hilang timbul. membentuk sel T efektor dan
DO: tersensitisasi seecara
 Pada inspeksi kulit, spesifik dan sel memori
terlihat adanya ruam di
tangan, kaki, hingga
kulit abdomen. Tersebar ke sirkulasi dan

20
 Pada bagian sekitar sensitivitas sama di seluruh
lutut, ditemukan kulit.
adanya eksoriasi
(goresan).
Terpapar allergen kembali
Menimbulkan ruam dan lesi

2. DS: Kulit kering Gangguan Rasa Nyaman


 Pasien mengatakan
rasa gatal yang
meningkat di malam Kerusakan kulit oleh prurito-
hari menyebabkan sulit gen penyakit sistemik
tidur.
 Pasien mengatakan
tidak mampu untuk Terpapar bahan allergen
relaks. (sabun mandi)
DO:
 Pasien terkadang
tampak merintih Reaksi imunilogi :allergen
karena lesi pada terikat oleh protein
bagian lutut. membentuk antigen lengkap
 Pasien tampak gelisah
karena pruritus yang
dirasakannya. Antigen ditangkap dan
diproses oleh makrofag dan sel
langerhans

Dipresentasikan oleh sel T

Sel T berdiferensisasi
membentuk sel T efektor dan
tersentifikasi secara spesifik
dan sel memori

Tersebar kesirkulasi dan


sentivitas sama diseluruh kulit

Terpapar allergen kembali

21
F. INTERVENSI
No MASALAH NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Integritas jaringan : kulit dan Pemberian obat kulit
Kulit membran mukosa Aktivitas aktivitas
Dipertahankan pada skala 3 1. Ikuti prinsip 5 benar
ditingkatkan pada skala 5 pemberian obat
Indikasi : 2. Catat riwayat medis
1. Suhu kulit pasien dan riwayat alergi
2. Sensasi 3. Tentukan kondisi kulit
3. Integritas kulit pasien dimana obat akan
4. Lesi pada kulit diberikan
4. Sebarkan obat diatas kulit
sesuai kebutuhan
5. Rotasikan lokasi
pemberiaan untuk obat
topikal sistemik
6. Monitor adanya efek
samping lokal dan
sistemik dari pengobatan
7. Ajarkan dan monitor
teknik pemberian mandiri
sesuai kebutuhan
8. Dokumentasikan
pemberian obat dan
respon pasien sesuai
dengan protokol institusi
2. Gangguan Rasa Satatus Kenyamanan Manajemen Pruritus
Nyaman Indikator : Aktivitas aktivitas
1. Kesejahteraan fisik 1. Menentukan penyebab
2. Kontrol terhadap gejala terjadinya pruritus(misal
3. Lingkungan fisik dermatitis kontak,
4. Suhu ruangan kelainan obat-obatan).
5. Perawatan sesuai dengan 2. Melakukan pemeriksaan
keyakinan budaya fisik seperti : lesi, bula,
6. Perawatan sesuai dengan ulserasi, dan abrasi)
kebutuhan 3. Melakukan pemasangan
perban untuk mengurangi
gerakan mengaruk garuk
yang tidak terkontrol.
4. Berikan krim yang sesuai
dengan kebutuhan.
5. Intruksikan pasien untuk
mempertahankan kuku
tetap pendek.
6. Intruksikan pasien untuk
meminimalisir keringat
22
dengan menghindari
lingkungan hangat/panas.
7. Intruksikan pasien untuk
mengaruk mengunakan
telapak tangan atau
mencubit mengunakan
ibu jari untuk mengurangi
rasa sakit.

23
BAB V
KESIMPULAN
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin,
mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan dalam kulit, membran
mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk
(Djuandha, Adhi, 1993 : 268).
Diagnosa yang muncul pada klien dengan pruritus adalah, sebagai berikut : nyeri (akut) b/d
kerusakan jaringan kulit, kerusakanintegritaskulit b/d adanyalesi, erosi, gangguancitratubuh b/d
adanyakerusakanintegritaskulitdanresikoterhadapinfeksi b/d adanyalesi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.

25

Vous aimerez peut-être aussi