Vous êtes sur la page 1sur 16

ASAS PENDIDIKAN JASMANI Subunit 1

Wednesday, April 18, 2012 4:15:05 AM

Hakikat Pendidikan Jasmani


A. Konsep pendidikan Jasmani di SD
Untuk memberikan gambaran dan pengertian tentang penjas diberikan beberapa pengertian dari
beberapa ahli:
1. Beley dan Field
Penjas sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian dari belajar gerak, neuro-
muscular, intelektual, sosial, kebudayaan, baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul
sesuai pilihannya melalui aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh.
2. J.B Narsh
Penjas sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan menekankan pada
aktivitas fisik yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular,
kekuatan intelektual, dan pengendalian emosi.
3. Cholik dan Lutan
Penjas adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani
untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang pada hakekatnya
adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik dengan lingkungan yang
dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik untuk meningkatkan keterampilan motorik
dan nilai-nilai fungsional yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan sosial. Penjas pada anak usia
SD ibarat tanah liat dan mereka siap dibentuk, karena proses tumbuh kembang kemampuan
motorik anak berhubungan dengan proses tumbuh kembang kemampuan gerak anak.
Sumbangan unik pendidikan jasmani yaitu memperkaya rangsangan kepada anak agar tumbuh
dan berkembang secara wajar dan meningkatkan bakat, minat, maupun kemampuan belajarnya.
Pendidikan jasmani merupakan landasan yang menentukan irama dan pertumbuhan berikutnya.
Apabila penjas di SD dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan diarahkan, dibimbing, dan
dikembangkan secara wajar maka akan dapat menjadi bagian yang sangat penting bagi
kehidupan anak dan juga akan bermanfaat dalam pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penjas tidak hanya meliputi aspek perkembangan jasmani, tetapi juga aspek lainnya seperti
moral, mental, dan sosial.
B. Nilai-nilai Sosial Pendidikan jasmani
Penjas dapat meumbuhkan kepuasan intelektual dan apresiasi keindahan. Penjas juga bertujuan
untuk aspek fisik, mental, emosi, dan sosial pada setiap individu ke arah yang positif.
Pengetahuan, keterampilan fisik, dan sikap yang diperoleh melalui pelajaran penjas
merupakandasar yang dapat dialihkan ke dalam kegiatan olahraga.

Bermain dan bergerak merupakan fenomena universal manusia. Bermain dan bergerak
merupakan pemicu awal yang dapat menggerakkan keseluruhan aspek pertumbuhan dan
perkembangan. Melalui penjas, dorongan keinginan untuk bergerak misalnya melalui bermain
dikemas sedemikian rupa sehingga nilai-nilai sosial dapat terinternalisasi dalam kepribadian
anak. Melalui pemberian pengalaman konkret dalam kegiatan bergerak, berbagai nilai-nilai
sosial dapat diadopsi dan terinternalisasikan dalam kehidupan anak. Hal-hal yang dapat
memberikan pengalaman konkret tentang berbagai makna nilai-nilai sosial, seperti nilai saling
menghargai, kerjasama, berkompetisi, tidak kenal lelah, pantang menyerah, dan bersahabat,
merupakan nilai-nilai sosial yang dapat diinternalisasikan melalui program penjas.

Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan dalam mewujudkan pengetahuan kesehatan


dengan menolong siswa mengetahui batas kesanggupan dan keterbatasan dirinya dengan cara
memberikan pengetahuan bagaimana ia dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan
dirinya, dan dengan memberikan pengetahuan tentang beberapa kegiatan olahraga yang dapat
digunakan untuk memelihara tingkat dan kebugaran jasmaninya. Selain itu, melalui pendidikan
jasmani juga dapat :
1. Penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan prinsip-prinsip perkembangan
hidup.
2. Penjas dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan kepribadian ke arah
yang diinginkan, melalui situasi emosi yang terjadi dan tekanan penggemar.
3. Program penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan sikap kooperatif (kerja
sama).
4. Penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan budi luhur yang dapat
manifestasinya dengan memperlakukan lawan secara adil dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan apresiasi dan pemeliharaan
kehidupan keluarga.
6. Penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan sikap untuk melaksanakan
demokrasi di rumah.
7. Penjas dapat membantu mencapai tujuan sebagai warga dunia melalui pelajaran tentang cita-
cita Olympic Games, dimana persaudaraan antar bangsa diutamakan, tanpa membedakan suku,
warna kulit, dan paham politik.
8. Penjas dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan watak untuk patuh terhadap
pelaksanaan UU.
9. Penjas dapat dijadikan sebagai laboraturium untuk pengembangan kualitas demokrasi yang
diinginkan bila siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan
tentang tindakan yang dilakukan oleh tim.

C. Filsafat Pendidikan jasmani


Filsafat merupakan pegangan hidup untuk mencari fakta-fakta yang nyata dan nilai-nilai
kehidupan dengan alam dunia, dan mengevaluai serta menginterpretasi fakta dan nilai tersebut
dengan pemikiran yang jujur. Filsafat penjas memiliki komponen-komponen utama :
1. Metafisika
Mengkaji kenyataan dari sesuatu yang berkaitan dengan manusia dan alam dunia. Ia berupaya
menjawab pertanyaan tentang prinsip-prinsip kehidupan, seperti : pengalaman pendidikan
jasmani apakah yang harus diberikan kepada anak-anak agar mampu menghadapi dunia nyata?
2. Epistemologi
Berkaitan dengan metode untuk mendapatkan pengetahuan dan macam pengetahuan yang dapat
diperoleh. Dalam pendidikan jasmani, epistemologi akan mencari kebenaran tentang peran
aktivitas fisik dan pengaruhnya terhadap perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
3. Aksiologi
Berupaya menentukan apa kegunaan atau kebenaran yang dicari. Ia mempertanyakan bagaimana
menentukan apakah sesuatu memiliki nilai dan kriteria. Aksiologi yang mengkaji tujuan dan nilai
dari masyarakat sangat penting dalam penjas, karena tujuan dan nilai yang terjadi di masyarakat
akan menjadi basis kurikulum yang digunakan di sekolah.
4. Etika
Membantu untuk mendefinisikan karakter moral dan menyediakan kode etik tingkah laku bagi
seseorang.
5. Logika
Berupaya menyediakan metode hidup dan berpikir secara sehat dan inteligen bagi manusia.
6. Estetika
Adalah pengkajian dan penentuan kriteria tentang keindahan alam dan seni.
Filsafat pendidikan jasmani memiliki dua fungsi yaitu :
a. Fungsi Sintesis, yaitu untuk menyusun hipotesis yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengenali hakikat individu dan pengalamannya.
b. Fungsi Analitis filsfat, yaitu dapat menentukan konsep-konsep kunci dalam bidang pendidikan
jasmani dan sekaligus mempelajari metode penelitiannya.
Ada 5 aliran filsafat yang telah berkembang dan mempengaruhi Pendidikan jasmani (Cholik, dan
Lutan, 1997) : idealisme, realisme, pragmatisme, naturalisme, dan eksistensialisme. Filsafat
modern penjas memberikan arahan program yang menekankan pada butir-butir :
• Individu sebagai manusia unik yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang bervariasi.
• Nilai kemanusiaan termasuk kecintaan dan ketulusan.
• Pengajaran berpusat pada anak.
• Aktivitas yang bervariasi.
• Suasana kelas yang tidak kaku.
• Minat kebutuhan anak dan masyarakat.
• Guru sebagai motivator dan fasilitator.
• Pengembangan kepribadian seutuhnya.
• Modifikasi pembelajaran.
• Siswa aktif belajar.
• Evaluasi diri dalam rangka penumbuhan disiplin diri dan tanggung jawab pribadi.
• Kurikulum harus dan menghindari spesialisasi terlalu dini.
• Komunikasi dan kerja sama dengan berbagai pihak.
Falsafah penjas sebagai landasar berfikir sebagai berikut :
a. Falsafah penjas menjelaskan manfaatnya.
b. Falsafah penjas berpengaruh terhadap pengembangan pelaksanaan pendidikan.
c. Pentingnya falsafah penjas terhadap pengembangan profesionalitas pelaksana.
d. Falsafah penjas memberi bimbingan pelaksana untuk bertindak.
e. Falsafah penjas akan memberi arah pengembangan profesi
f. Kesadaran masyarakat dalam penjas dipengaruhi oleh sumbangan nilai-nilai yang terkandung
dalam falsafah penjas.
g. Falsafah penjas menjelaskan hubungan dengan pendidikan secara umum.
Subunit II
Tujuan Pendidikan Jasmani
A. Pengertian Pendidikan Jasmani
Beley dan Field mendefinisikan penjas sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian
dari belajar gerak, neuro-muscular, intelektual, sosial, kebudayaan, baik emosional dan etika
sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang baik melalui aktivitas fisik yang
menggunakan sebagian besar otot tubuh.
Menurut UU no. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran pasal 9, maka :
“Penjas yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan
merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat
lahir batin, diberikan pada jenis sekolah”. Dalam penjelasan masih dapat dijumpai hal-hal berikut
:
1. Pertumbuhan jiwa dan raga harus mendapat tuntutan yang menuju kearah keselarasan agar
tidak timbul berat sebelah kearah intelektualisme.
2. Perkataan keselarasan menjadi pedoman pula untuk menjaga agar jasmani tidak mengasingkan
diri dari keseluruhan pendidikan.
3. Pendidikan jasmani sebagai bagian dari tuntunan terhadap pendidikan pertumbuhan jasmani
dan rohani, dengan demikian tidak terbatas pada jam pelajaran yang diperuntukkan baginya.
Sebagai kesimpulan keseluruhan, dan untuk mendapatkan pedoman sementara yang definitif,
dapat diajukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pendidikan Jasmani lebih memusatkan kepada anak didik.
b. Menekankan pada aspek pendidikan.
c. Kegiatan jasmaniyah hanya merupakan sarana untuk turut membantu tercapainya tujuan
pendidikan.
d. Tujuannya adalah perkembangan optimal sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan
peserta.

B. Tujuan Pendidikan Jasmani.


1. Tujuan untuk percaya terhadap diri sendiri, mengembangkan daya ingatan, keterampilan
dalam proses fundamental untuk berbicara, menulis dan berhitung; penglihatan dan pendengaran,
memperoleh pengetahuan kesehatan, pengembangan kebiasaan hidup sehat, mengenal kesehatan
masyarakat; pengembangan untuk hiburan, intelegensi, perhatian terhadap keindahan, dan
pengembangan budi pekerti yang baik.
2. Tujuan yang berhubungan dengan kemanusiaan, saling menghormati, persahabatan, kerja
sama, berbudi bahasa luhur, menghargai keluarga dan bersikap demokrasi di rumah.
3. Tujuan untuk efisien ekonomi: menghormati pekerjaan, berkemampuan menyaring hal-hal
yang berhubungan dengan informasi, berhubungan dengan efisiensi, berhubungan dengan
apresiasi, ekonomi pribadi, pertimbangan terhadap pemakai, efisiensi dalam belanja, dan
perlindungan terhadap pemakai.
4. Tujuan yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan
berkeadilan sosial, pengertian terhadap masyarakat, penilaian terhadap kritik, toleransi,
kelestarian lingkungan, aplikasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, sebagai warga
duniayang baik, waspada terhadap hukum ekonomi, terhadap pembaca dan menulis politik
kewarganegaraan, dan taat terhadap demokrasi.

C. Prinsip-prinsip Pendidikan Jasmani


Dr. Delbert Obertuffer dari Ohio State University (dalam Cholik dan Lutan,1997)
memperkenalkan dasarpedoman penjas. Yaitu :
1. Pelaksanaan penjas selalu mengakui pengetahuan dan membuktikan fakta-fakta tentang
organisme manusia.
2. Dalam semua penjas ada satu sel tujuan, satu dasar penilaian, dan satu kriteria untuk
mengukur manfaat pelaksanaan bagi kebaikan individual.
3. Dalam pendidikan jasmani terdapat potensi besar untuk belajar menanamkan pantulan pikiran
dan kecerdikan memilih.
4. Bahwa dalam mengajar penilaian moral-etik, harus direncanakan dan yang mempunyai
kepastian jelas bagi keterampilan tersebut.
5. Penjas banyak memberikan ilmu pengetahuan sosial yang hasilnya dapat diukur dalam
hubungan dengan tingkah laku kelompok.
6. Bahwa kegiatan dan metode untuk mencapai tujuan harus memancarkan kesadaran lebih
mementingkan lahiriah, lebih disenangi dari pada bakat individual yang mementingkan diri
sendiri.
7. Penjas jauh dari unsur-unsur asing yang memisahkan diri. Kurikulum penjas berisi unsur-
unsur serupa/ sama dengan ungkapan perasaan seni yang lain.
8. Penjas sebagai profesi berdiri kuat diatas kaki sendiri berdasarkan ilmu pengetahuan,
kebudayaan bangsa dan tidak berkewajiban terhadap profesi lain, tetapi siap bekerja sama
dengan profesi lain untuk kebaikan manusia.
9. Dalam penjas yang utama diinginkan adalah kualitas kepemimpinan yang tinggi seperti halnya
pada profesi yang lain.

D. Nilai-nilai dalam Pendidikan Jasmani


1. Pengetahuan tentang ketangkasan dan keterbatasan fisik seseorang danbagaimana
menyelaraskannya.
2. Keyakinan terhadap kemampuan motorik dan body mekanik dari aktivitas hidup.
3. Penyesuain diri terhadap tuntutan dan keinginan kelompok dalam menerima tugas yang
ditentukan kelompok.
4. Paham dan hormat terhadap fair play dan terhadap pertimbangan kelemahan atau hasil yang
berlawanan.
5. Hormat terhadap kekuasaan yang telah dilimpahan kepada kapten tim, panitia perlombaan,
pelatih, atau kepala sekolah.
6. Orang dewasa dapat berpartisipasi dalam keterampilan, pengetahuan, dan perhatian terhadap
beberapa olahraga rekreasi.
7. Mengerti terhadap maksud nilai-nilai fisik penjas.
8. Suatu kondisi optimal dari kebugaran jasmani dalam hal kekuatan, kecepatan, kelincahan dan
daya tahan.
9. Suatu kesempatan untuk berapresiasi dan merupakan program yang dibutuhkan bagi
masyarakat untuk memelihara kesehatan dan kebugaran.
10. Pengalaman dalam pendidikan bersama terhadap kegiatan rekreasi yang bersifat aktif dan
setengah aktif.
11. Pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk latihan fisik, bilamana suasana tidak
mengizinkan berpartisipasi dalam rekreasi yang memerlukan kekuatan.
12. Pengetahuan mekanis keterampilan olahraga, bagaimana cara mempelajari keterampilan
yang baru, dan bagaimana meningkatkan prestasi.
13. Memahami olahraga sebagai warisan dan menempatkanya dalam kebudayaan.
14. Pengalaman dalam memimpin teman, misal sebagai kaptem tim, pencatat waktu, manajer
peralatan, atau pengurus organisasi.
Di setiap lapisan masyarakat seharusnya dikembangkan kesempatan untuk melakukan
pendidikan jasmani. Untuk pelaksanaan penjas sekolah yang baik hendaknya membuat pedoman
pelaksanaan, berbagai program yang seimbang, fasilitas untuk kegiatan di luar dan di dalam
gedung, peralatan dan alat pelajaran lainnya cukup tersedia agar program dapat terlaksana
sepenuhnya. Anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar dan di sekolah lanjutan seharusnya
tidak dipisahkan dalam perkembangan fisik dan sosialnya. Pendidikan jasmani memberikan
banyak sumbangan terhadap perkembangan tersebut.
Subunit III
Pertumbuhan Dan Perkembangan

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik dan Gerak


1. Perkembangan Usia
Individu anak dikelompokkan dalam berbagai cara berdasarkan usia. Cara yang paling umum
dengan penaksiran berdasarkan usia kronologis, anatomis, fisiologis, dan mental. Usia
kronologis mewakili usia seorang anak dalam hitungan tahun dan bulan berdasarkan kalender..
usia anatomi biasanya dikaitkan dengan tingkat pengerasan jaringan tulang. Kadang-kadang,
tahapan dalam pertumbuhan gigi pun bisa dipakai untuk menentukan usia anatomis ini. Usia
fisiologis dikaitkan dengan masa pubertas. Pengelompokan terakhir, yaitu usia mental, yang
ditentukan melalui test yang mengukur derajat kemajuan dan penguasaan terhadap upaya
penyesuaian dengan lingkungan serta kemampuannya dalam memecahkan masalah yang di
hadapi.
2. Pertumbuhan Fisik dan Gerak dalam Berbagai Tingkatan
• Masa Bayi (Infancy)
Selama masa pra-kelahiran, janin di dalam rahim tumbuh dengan cepat. Dari kelahiran hingga
mencapai usia 18 bulan, ukuran kepala anak lebih besar dari proporsi tubuh sebenarnya
perkembangan terjadi dengan mengikuti pola tertentu.
Pola pertama adalah pola perkembangan cephalocaudal, yaitu pola arah perkembangan yang
berlangsung dari kepala ke bawah. Pola berikutnya adalah pola proximodistal yang
menggambarkan arah perkembangan yang terjadi dari arah poros tubuh ke arah samping ke
bagian anggota tubuh. Kaitan antara pola tersebut, banyak pendidik yang mengklaim bahwa
perhatian utama bagi anak selama tahun-tahun pertumbuhan ditekankan pada kegiatan otot besar.
Hal ini didasarkan pada premis koordinasi otot-otot halus berkembang setelah otot-otot besar.
Implikasi lain untuk penjas adalah mencakup pengetahuan tentang tulang rangka anak kecil.
Pemeliharaan yang tepat harus dilakukan untuk mencegah perubahan bentuk dan kesulitan postur
tubuh.
• Usia pra-sekolah
Selama tahun-tahun pra-sekolah anak mengembangkan keterampilan fisik yang bermacam-
macam. Keterampilan tersebut tidak hanya membantu perkembangan fisik, tapi juga memberikan
dasar untuk perkembangan hubungan sosial. Selama periode ini, anak merasakan kesenangan
yang besar dalam bergerak, sehingga mampu mempengaruhi kehidupan emosi anak, termasuk
merangsang keyakinan diri anak ketika ia mampu menguasai kemampuan tertentu dalam
kegiatan fisiknya. Pembelajaran gerak diakui sebagai hal penting untuk semua anak dan penting
pula bagi kehidupan sosial dan emosionalnya. Pembelajaran itu menolong anak menjadi mandiri
seta menjadi bagian penting dalam perkembangan intelektualnya. Melalui keterampilan gerak
anak menguasai konsep ukuran dan berat, serta menemukan berbagai hukum yang berlaku dalam
gerak. Dari sudut aspek emosional keterampilan gerak membantu anak memecahkan masalah
yang berkaitan dengan kemarahan atau kebingungan.
• Periode sekolah dasar
Selama usia sekolah dasar anak berkembang secara sosial, membuat kontak pertamanya dengan
pihak lain melalui kegiatan gerak. Mereka belajar untuk tidak bergantung dengan mempelajari
cara melakukan sesuatu secara sendiri-sendiri sambil meningkatkan pengetahuannya yang
berkaitan dengan lingkungan. Selama tahun-tahun di SD anak laki-laki lebih superior
dibandingkan anak perempuan dalam kegiatan seperti berlar, melompat, dan melempar. Dalam
tahun-tahun masa remajanya, tingkat dan frekuensi kegiatan fisik anak cenderung menurun.
Penurunan ini merupakan akibat dari meningkatnya minat anak dalam pekerjaan, penurunan
jumlah jenis kegiatan, serta akibat dorongan minat dan tekanan sosial yang semakin kuat.
• Periode Pasca-Remaja
Kematangan fisiologis manusia biasanya dicapai pada periode ini. Pada masa ini anak
menumbuhkan keyakinan dan idealismenya yang kuat, sejalan dengan mengentalnya prasangka
dan perlawanan, mendalamnya persahabatan, dan banyak pemikirannya dicurahkan pada masa
depan. Pada usia-usia ini dikenal pula adanya kebutuhan dari anak-anak pasca remaja untuk
selalu mengetahui kesehaatannya, berpraktek dalam merencanakan berbagai kegiatan sosial,
mendapat kesempatan untuk menambah keterampilan dan kompetensi dalam bidang kegiatan
yang dipilihnya, serta mempraktekan cara berpikir kritis dan pemecahan masalah.

3. Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan


• Gelang panggul anak perempuan lebih besar dari pada anak laki-laki.
• Anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan, terutama dalam bagian gelang bahunya.
• Titik tubuh anak perempuan lebih rendah dari pada anak laki-laki.
• Dalam kaitanya dengan berat tubuh, tingkat kekuatan otot anak perempuan lebih lemah dari
anak laki-laki.
• Dalam hubungannya dengan kekuatan, beberapa hasil riset menunjukkan bahwa anak
perempuan kurang merespon positif terhadap proses latihan.
• Suhu tubuh anak perempuan meningkat 20 – 30 lebih tinggi dari anak laki-laki sebelum proses
berkeringat dan pendinginannya dimulai.
• Anak perempuan lututnya lebih stabil dari pada anak laki-laki.
• Panjang tulang dari anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan, dan rata-rata anak laki-laki
akan lebih tinggi dan berat.
• Anak perempuan biasanya mengalami masa ledakan pertumbuhan pada usia antara 8,5 - 11,5
tahun, yang mencapai puncaknya pada usia 12,5 tahun dan menurun kembali pada usia 15 – 16
tahun. Pada anak laki-laki masa ledakan pertumbuhan terjadi sekitar usia 10,5 – 14,5 tahun dan
mencapai puncaknya pada usia14,5 tahun.

4. Prinsip Umum Berkaitan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Anak yang normal memerlukan 2 – 6 jam kegiatan dalam stu hari.
b. Di samping karena pengaruh bawaan dan lingkungan bernutrisi, sistem organis tubuh manusia
hanya dapat berkembang melalui kegiatan yang merangsang otot.
c. Karena kelembutan tulanganak kecil, perhatian khusus harus diberikan pada pencegahan
keabnormalan postur tubuh.
d. Usia fisiologis anak merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis program
penjas yang sesuai.
e. Kegiatan yang melibatkan otot-otot besar penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
individu.
f. Pertumbuhan dann perkembangan intelektual, emosional, dan sosial ditingkatkan melalui
kegiatan gerak.
g. Program pembelajaran keterampilan memperhitungkan tingkat kematangan anak.
h. Penyakit, malnutrisi, dan kurangnya latihan merupakan sebab utama terjadinya penyimpangan
pertumbuhan anak.
i. Keterampilan yang dipergunakan dalam kehidupan dewasa lebih sering dikuasai pada masa
anak-anak.
j. Penguasaan keterampilan membantu anak yang kikuk mendapatkan kepuasaan dan keriangan
melalui keikutsertaan dalam kegiatan olahraga.
k. Anak laki-laki dan perempuan hanya berpartisipasi dalam program penjas yang disesuaikan
dengan kebutuhan mereka dan kondisi fisiologisnya.

B. Kebutuhan Anak
Berbagai macam kebutuhan anak, khususnya anak usia SD, sebagai berikut :
• Kebutuhan dasar anak-anak
Kebutuhan anak yang paling mendasar adalah keinginannya berbuat sesuatu sebagai pengaruh
lingkungannya, maka kebutuhan alamiah inilah yang menjadi bahan untuk mengembangkan
kurikulum penjas.
• Kebutuhan gerak
Program penjas harus memenuhi kebutuhan gerak anak-anak. Bergerak bagi mereka merupakan
kebutuhan hidup.
• Kebutuhan untuk berhasil dan dihargai
Anak-anak perlu mendapat dukungan moral, dan hasil gerak harus dihargai.
• Kebutuhan untuk mendapat pengakuan dan kemampuan sosial
• Kebutuhan untuk bekerja sama dan bersaing
Anak-anak umumnya senang bersaing dalam kemampuan fisik karena mereka mempunyai
kesempatan untuk menang dalam kompetisi. Berikan pengalaman bersaing dan bekerja sama
secara seimbang.
• Kebutuhan akan kesegaran jasmani dan tampil menarik
Program penjas wajib memberikan motivasi terapi diri kepada mereka yang lemah dengan cara
sistem reward dan pembuktian bahwa kegiatan fisik tertentu dapat meningkatkan kebugaran
jasmani sekaligus meningkatkan penampilan fisik.
• Kebutuhan untuk berpetualang
Petualangan merupakan kegiatan yang menantang anak, sehingga perlu diakomodasi dengan
merancang kegiatan yang mengandung unsur program penjas.
• Kebutuhan akan rasa kreatif.
• Kebutuhan akan irama
Program penjas wajib memberikan kegiatan yang mengandung irama gerakan hingga mereka
memperoleh rasa kepuasan tersendiri.
• Kebutuhan rasa ingin tahu.

Unit II
Subunit II

Berbagai Gerak Dasar 1


Pola gerak dasar adalah bentuk geerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi kedalam 3 bentuk
gerak :
1. Gerak lokomotor : dimana bagian tubuh tertentu berpindah tempat. Misalnya : jalan, lari,
loncat.
2. Gerak non-lokomotor : dimana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun
tidak berpindah tempat, misalnya : mendorok, menarik, menekuk, memutar.
3. Manipulatif : dimana ada sesuatu yang dugerakkan, misalnya : memukul, menangkap,
menyepak, dan gerakan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.
Gerak dibedakan atas gerak kasar dan gerak halus. Gerak halus adalah gerak yang memerlukan
ketelitian dan kecerdikan, sedangkan gerak kasar yaitu gerakan seluruh tubuh dan bagian-bagian
tubuh yang besar seperti berpindah tempat.
Dalam mempelajari motorik, yang perlu diperhatikan :
1. Kesiapan belajar
2. Kesempatan belajar
3. Kesempatan berpraktik : anak diberi waktu melakukan latihan sebanyak yang diperlukan
untuk menguasai suatu gerakan.
4. Model yang baik : untuk mempelajari suatu gerakan dengan baik, maka siswa harus
memperoleh contoh yang baik pula.
5. Bimbingan : untuk dapat meniru suatu model dengan benar, siswa membutuhkan bimbingan
yang mengarah kepada perbaikan suatu kesalahan.
6. Motivasi

A. Sikap dan Posisi Tubuh


Kegiatan – kegiatan yang dapat diberikan untuk mendorong siswa memiliki sikap tubuh yang
baik :
1. Upayakan siswa mengerti dan dapat melakukan gerakan yang benar.
2. Jelaskan bahwa setiap siswa berbeda-beda dalam menguasai suatu keterampilan.
3. Sediakan gambar mengenai sikap duduk dan sikap berdiri yang benar.
4. Sediakan cermin besar di seluruh ruangan yang mudah dicapai agar anak dapat melihat dirinya
sendiri dan dapat membandingkan dengan teman-teman lainnya.

B. Berbagai Gerakan Dasar


1. Berbaring :
a. Berbaring telentang
b. Berbaring telungkup : sikap badan dan kedua kaki lurus, perut, dada, paha, punggung kaki
rapat di lantai, kedua tangan di samping badan, kepalla dimiringkan ke samping kiri/kanan.
c. Berbaring miring ke kanan
d. Berbaring miring ke kiri

2. Berjalan
Pola perkembangan penguasaan gerakan berjalan :
a. Irama, gerakan yang cepat dan terkontrol, bisa dilakukan kapan saja sesuai irama yang
dikehendaki.
b. Bentuk gerakan kedua kaki yang melangkah tidak mengangkang mendekati garis lurus, sudut
kedua telapak kaki menyempit
c. Ayunan langkah menjadi semakin otomatis, sudah mampu berjalan seperti gerakan orang
dewasa pada umumnya.

Macam-macam gerakan jalan :


1. Jalan cepat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan : togok (pertahankan badan sedemikian rupa sehingga
tegak. Pundak jangan terangkat sewaktu lengan menganyun), kepala (pada saat berjalan, posisi
kepala menatap ke depan, namun sesekali boleh menggelengkan kepala ke kiri dan kanan), kaki
waktu melangkah (lurus kedepan satu garis dengan garis khayal dari badan si pejalan, tidak
keluar atau ke dalam), lengan dan bahu (lengan mengayun dari depan ke belakang dan siku
ditekuk < 900).
2. Jalan serempak : suatu gerakan jalan berbaris yang dilakukan secara berkelompok.
3. Jalan ditempat : gerakan jalan ditempat memberikan rangsangan kepada anak untuk mau
melakukan gerakan mengangkat lutut. Tujuan gerakan ini memberikan rasa irama langkang yang
terkendali.
4. Jalan mundur : gerakan ini memberikan rangsangan untuk keseimbangan, melatih dan
merangsang rasa kewaspadaan diri terhadap lingkungan sekitar, serta menambah rasa percaya
diri bagi pertumbuhan mental anak.
5. Jalan menyamping
6. Jalan silang : dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu jalan silang maju ke depan dan
jalan silang menyamping. Jalan silang merupakan upaya meningkatkan bobot jalan pada setiap
anak serta memberikan motivasi lain dengan gerakan tersebut.
7. Jalan jinjit
8. Berjalan ke depan : pada waktu berjalan posisi badan tegak, dada dibuka, perut agak ditarik ke
dalam supaya rata, kepala tegak, pandangan ke depan.
9. Berjalan ke samping
Macam-macam gerakan yang menyimpang :
• Jalan ke depan dengan kedua tumitke arah luar. Gerakan jalan ini sering disebut seseorang yang
berjalan dengan kaki bentuk X.
• Jalan ke depan dengan tumit ke arah dalam (bentuk O).
• Jalan lurus ke depan salah satu kakinya dalam posisi jinjit.
• Jalan lurus ke depan dengan salah satu kaki tumitnya ke dalam.
• Jalan lurus ke depan dengan salah satu kaki tumitnya ke luar.
Beberapa variasi pembelajaran gerak dasar jalan yang sangat penting bagi pertumbuhan fisik
anak.
a. Berjalan berkelompok sambil memegang bahu diiringi dengan bernyanyi.
b. Berjalan diatas satu kaki berpasangan.
c. Berjalan sambil berpegangan tangan.
d. Berjalan dan meloncat dilakukan berpasangan.
e. Berjalan diantara rambu-rambu yang terbuat dari balok.
f. Berjalan dengan formasi lingkaran dan melintasi garis tengah dari lingkaran tersebut.
g. Berjalan dengan formasi bmata angin
h. Berjalan dan berlari dengan menggunakan alas-alas kotak dan simpai, dll.
Untuk meningkatkan kondisi fisik yang baik bagi anak usia SD, diperlukan perbaikan sikap
jalan, peningkatan daya tahan, peningkatan keterampilan jalan, dan peningkatan kekuatan. Di
samping kemampuan fisik meningkat maka secara mental diharapkan lebih baik, seperti
meningkatkan rasa percaya diri, keberanian, kebersamaan, dan disiplin diri.
3. Berlari
Tujuan perlunya aktivitas lari bagi siswa :
a. Mampu melakukan eksplorasi cara lari cepat, cara lari sambung, cara start untuk lari cepat,
dan cara memasuki garis akhir dengan situasi yang menyenangkan.
b. Terbentuknya sikap keuletan, ketekunan, percaya diri, mampu bekerja sama dan berani
mengambil keputusan dari anak didik melalui nuansa bermain gerak yang dilakukan.
c. Anak mampu menunjukkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini terhadap perkembangan
badanya.
Alat yang digunakan :
a. Kantong pasir (kantong kain persegi panjang berukuran 5 cm x 7 cm yang di isi pasir).
b. Pita dari tali yang mudah putus dan tidak melukai anak.
Pencapaian perkembangan gerak berlari pada anak SD :
a. Kemampuan kontro untuk mengawali gerakan, berhenti, berputar dengan cepat semakin
meningkat menjadi lebih baik.
b. Keterampilan motorik berlari pada umumnya sudah dikuasai sehingga ia mampu
menggunakan keterampilan berlari secara di dalam aktivitas bermain.
Macam-macam variasi gerak berlari :
1. Lari dengan rintangan
2. Latihan reaksi dengan berlari dari sikap awal yang berbeda : gerakan lari yang terarah dapat
melatih kecepatan bereaksi, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, dan daya tahan. Untuk
melatihkan reaksi dapat dimulai dari sikap awal, yaitu : Duduk selonjor, duduk jongkok, tidur
telentang, tidur telungkup,duduk/jongkok/berdiri membelangi arah lari.
3. Dikejar : dikejar termasuk kegiatan lari yang dibutuhkan untuk meningkatkan kelincahan dan
keberanian mengambil resiko.
4. Mengejar : latihan ini merupakan gabungan dari latihan jalan dan lari, di samping untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan anak manandingi kemampuan anak lain. Ini merupakan
bentuk latihan dariberbagai kemampuan dalam bergerak, termasuk melatih unsur kelincahan,
keseimbangan, daya tahan, dan sosial emosional anak.
5. Mendaki
6. Lari cepat, terdiri atas beberapa gerakan yaitu : pindah tempat, berpindah tempat dengan
kecepatan, lari dengan berubah arah, lari cepat dan berubah arah.
7. Lari sambung terdiri atas permainan estafet dan lomba lari beranting.
8. Pengenalan cara start lari, terdiri atas permainan roti-rotian yang dilakukan secara berdiri
ataupun jongkok, lomba start (siswa di bagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4 anak.
Setiap anak melakukan start jongkok pada garis start), kegiatan puncak ( lomba lari cepat 25 m).

4. Melompat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh ke suatu titik ke titik lain yang lebih jauh
dengan ancang-ancang lari cepat arau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan
kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik.
Alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat dapat berupa tali yang direntangkan melintang
untuk dilompati. Gerak dasar lompat juga terkait dengan gerak dasar lari, yaitu melakukan gerak
awalan. Dalam gerak lompat terdapat sejumlah komponen yang dapat diaktifkan secara
maksimal, yaitu kecepatan, kelincahan, kelenturan, dan daya tolak otot tungkai.
a. Contoh pengembangan gerak lompat
1. Lompat jauh
Tujuan pengembangan gerak lompat adalah mengajarkan siswa melompat ke depan dengan sikap
gerak lompat yang benar. Jika siswa ingin mendarat dengan dengan benar di saat melakukan
gerak lompat maka ia harus melakukan gerak mengeper untuk menyerap kekuatan, lutut
dibengkokan, dan melakukan pendaratan dengan kedua kaki.
2. Melompat tanpa gerak awalan
a. Tolakan dengan dua kaki : sambil membengkokan lutut ke depan, kedua tangan diayunkan
kebelakang, badan agak di condongkan ke depan, tumit diangkat. Sambil menolakkan kedua kaki
ke atas depan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melewati samping badan.
Pada waktu mendarat kedua lutut ditekuk supaya mengeper, kedua tangan ke depan, berat badan
ke depan. Pandangan ke depan.
b. Tolakan dengan 1 kaki : berdiri dengan salah satu kaki di depan lurus, kaki yang lainnya di
belakang dengan lutut agak ditekuk ke depan. Kedua tangan ke belakang, berat badan berada
pada kaki kanan
3. Melompat dengan gerakan awalan
Yang perlu diperhatikan :
1. Pelaksanaan latihan melompat harus dilakukan pada bak lompatan yang berisi pasir.
2. Guru harus terus mengawasi setiap anak yang melakukan latihan.
3. Segera perbaiki bila ada yang salah melakukannya.
4. Apabila telah benar-benar menguasai keseimbangan, berikan berbagai variasi dan kombinasi
di dalam melakukan lompatan.
Manfaat dari gerakan melompat ini :
a. Meningkatkan kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai
b. Meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh.
c. Mengembangkan koordinasi gerak mata, lengan dan tungkai.
b. Proses pembelajaran
1. Pendahuluan : siswa dalam formasi 2 bersyaf membentuk lingkaran. Seorang anak ditunjuk
sebagai pelari dan seorang sebagai pengejar. Anak yang terbelakang dari saf yang disentuh harus
menjadi pelari. Apabila pelari terkena sentuh, dia balik menjadi pengejar.
2. Lari melompati teman yang membungkuk.
3. Mengayun lengan berirama : ayunkan lengan ke belakang dengan rentangan penuh. Setelah
melompat, ulurkan kedua lengan tersebut ke arah luar/sejauh-jauhnya. Saat akan mendarat,
ayunkan kedua lengan tersebut ke depan.
4. Melompat dengan tali.
5. Melompat tali yang berbentuk V : lakukan gerakan lengan dan bengkokan lutut saat gerak
awalan. Apabila ingin melompat sejauh-jauhnya, rentangkan lengan, tungkai, dan ankel saat
melayang di udara.
5. Meloncat
Loncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh
dengan ancang-ancang lari cepat/lambat dengan menumpu dua kaki dan mendarat dengan
kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik. Tujuan pembelajaran meloncat
adalah untuk meningkatkan kemampuan fisik seperti melatih kekuatan, daya tahan, kelincahan,
kecepatan, dan ketangkasan.
6. Melempar
Melempar adalah gerakan mengarahkan satu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan
tangan ke arah tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan tangan dan lengan
serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan. Pengembangan kemampuan gerak dasar
melempar dapat dilakukan dengan menggunakan bola kasti, tenis, atau bola plastik. Yang perlu
diperhatikan waktu anak melempar antara lain, mengenai sikap berdiri pada saat akan melempar,
perpindahan berat badan waktu akan melempar, gerakan melempar bola, dan gerakan lanjutan
dari melempar bola tersebut.

Subunit II
Berbagai Gerakan Dasar 2
A. Berjingkat
Berjingkat adalah gerakan meloncat dimana loncatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki dan
mendarat dengan satu kaki yang sama. Pada saat kaki tumpu meloncat, kaki yang diangkat
mengayun ke depan menunjang lajunya gerakan.
• Mencongklang dan lompat tali : gerakan mencongklang merupakan variasi dari gerakan
erjalan/berlari dengan meloncat, sedangkan lompat tali terbentuk dari kombinasi gerakan
melangkah dengan berjingkat.
B. Menyepak
Gerakan menyepak bisa dilakukan dengan ayunan kaki. Menyepak berupa ayunan ke depan,
langsung dari posisi menapak dengan awalan yang berupa gerak mengayun ke belakang sebelum
diayun ke depan.
C. Menangkap
Awal dari usaha untuk menangkap yang dilakukan adalah berupa gerakan tangan untuk
menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang berada di dekatnya.
D. Memantul-mantulkan bola
Gerakan ini terbentuk mula-mula dari gerakan menjatuhkan bola yang dipegang. Penguasaan
gerakan memantulkan bola menggunakan satu tangan berkembang lebih awal jika di bandingkan
menggunakan satu tangan karena cara tersebut membutuhkan koordinasi dan snkronisasi antara
tangan kanan dan tangan kiri.
E. Memukul
Gerakan memukul, misalnya memukul bola mulai tampak pada usia yang makin bertambah, dan
memukul akan semakin timbul dan berkembang apabila anak memperoleh kesempatan untuk
melakukannya berulang-ulang.
F. Berenang
Berenang merupakan kegiatan yang bisa dilakukan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk
membiasakan diri bermain-main di air.
G. Koordinasi gerakan
Koordinasi dasar gerakan terdiri dari beberapa komponen :
1. Struktur dasar gerakan
2. Irama gerakan
3. Hubungan gerakan
4. Luas gerakan
5. Kelancaran gerakan
6. Kecepatan gerakan
7. Ketepatan gerakan
8. Kekonstanan gerakan
Subunit III
Kombinasi Gerak Dasar
A. Kombinasi Gerak Dasar
Pelaksanaan kombinasi gerak dasar antara lain:
1. Berbagai Kombinasi Jalan dan Lari
a. Jalan biasa dengan jarak beberapa meter.
b. Jalan dengan langkah panjang, kemudian lari secepat-cepatnya.
c. Jalan dengan ujung kaki, kemudian lari secepat-cepatnya.
d. Jalan dengan mengangkat lutut tinggi, kemudian lari secepat-cepatnya.
2. Kombinasi lari dan lompat
a. Lari pelan-pelan, pada batas yang telah ditentukan lompat ke atas setinggi-tingginya.
b. Lari beberapa langkah, kemudian melompat sejauh-jauhnya ke atas depan.
c. Lari secepat-cepatnya, kemudian lompat sejauh-jauhnya ke depan.
3. Kombinasi lari dan lempar
a. Lari beberapa langkah sambil membawa bola kasti/bola plastik.
b. Lari secepat-cepatnya sambil membawa bola. Pada batas yang telah di tentukan lemparkan
bola sejauh-jauhnya.
4. Kombinasi jalan, lari, dan lompat.
5. Kombinasi jalan, lari, dan lempar.
6. Kombinasi gerakan togok, lengan, bahu dan kaki.
7. Gerak dasar dalam berbagai bentuk gerak jalan
Tujuan gerakan ini adalah agar siswa mampu melakukan eksplorasi gerak dengan cara jalan yang
benar dalam situasi yang menyenangkan dan diharapkan siswa memiliki keuletan, ketekunan,
percaya diri, kerja sama dan berani mengambil keputusan.
a. Proses pembelajaran ( pendahuluan atau pemanasan)
1. Eksplorasi gerakan berjalan
2. Permainan penguluran ( gerakan ini mengarah pada peregangan otot-otot besar dan tendon
otot secara bebas, tetapi menyeluruh.
b. Pengembangan keterampilan
1. Anak diberi kesempatan mengkreasikan cara jalan untuk menempuh jarak tertentu.
2. Anak diberi kesempatan secara bersama-sama mendemonstrasikan hasil kreasinya.
3. Beberapa anak diminta mengulang cara berjalannya secara bergantian.
4. Anak diberi kesempatan mengkreasikan cara jalan seperti biasa yang dilakukan orang dengan
profesi khusus di masyarakat.
c. Kegiatan puncak
Masing-masing siswa diminta mendemonstrasikan cara jalan yang efektif untuk tujuan-tujuan
tertentu.
d. Pendinginan/kegiatan penutup
1. Sambil istirahat, anak diajak mendiskusikan kegiatan yang telah mereka peroleh dan mereka
lakukan.
2. Siswa diberi kesempatan menyampaikan penghargaan kepada temannya.
3. Guru memberi penghargaan kepada siswa yang sukses dalam mengikuti proses pembelajaran.

B. Pembentukan togok, lengan, bahu, dan kaki


1. Latihan gerak togok
a. Gerakan membungkuk dan melentingkan badan
b. Meliuk-liukkan badan
c. Memutar badan
2. Latihan pembentukan gerakan lengan, bahu, dan kaki
a. Mengayun lengan ke samping kiri dan kanan
b. Mengayun lengan ke depan dan belakang
c. Memutar lengan ke depan dan ke belakang
d. Latihan mendorong benda yang tidak bergerak (tembok)
e. Dorong mendorong dengan teman
f. Loncat-loncat di tempat
1. 4. Anak usia awal sekolah (6-8 tahun)

Usia awal sekolah sekitar 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1,2 dan 3 SD menunjukan
beberapa ciri perkembangan penting. Pada kelas-kelas awal SD aspek perkembangan yang
menonjol berkenaan dengan harapan-harapan sosial anak memasuki sekolah. Perkembangan
intelektual anak pada usia ini beralih dari intelegensi sensori motor ke intelegensi konseptual.
Perkembangan fisik dan kemampuan motorik pada anak di kelas-kelas awal memerlukan
perhatian khusus. Sebab pada usia prasekolah, hampir seluruh aktivitas anak di dalam rumah, di
lingkungan sekitar maupun di TK dihabiskan melalui aktivitas bermain. Itu berarti hampir
seluruh aktivitas dicurahkan untuk memberi kesempatan kepada pengembangan kematangan
fisik dan kemampuan motorik. Sementara memasuki kelas-kelas awal SD, yaitu kelas 1,2 dan 3,
sebagian aktivitas bermain anak mulai diganti dengan aktivitas formal, yaitu aktivitas belajar
yang ditunjukan untuk pengembangan aspek intelektual, kesadaran moral dan sikap sosial.
Keseluruhan aktivitas pendidikan, bimbingan dan pengembangan disipiln di kelas-kelas awal SD
seyogyanya diarahkan kepada pengembangan moralitas konven-sional pada anak. Upaya-upaya
pengembangan disipin anak usia kelas awal, seperti disipilin sekolah, disipilin belajar dalam
kelas, disiplin di perpustakaan, disiplin bermain di sekolah, disiplin belajar dan bermain di
rumah, disiplin belajar dan bermain dengan teman sebaya, merupakan bagian dari strategi
pengembangan moralitas konven-sional pada anak.
Tujuannya ialah agar anak dapat menunjukan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dan
norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannnya. Kepatuhan untuk menjalankan aturan-
aturan itu bukan karena hukuman fisik, tetapi agar terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan
sosial. Karena itu strategi pengembangan disiplin diarahkan kepada proses belajar mengenal
aturan-aturan dan kepatuhan untuk menjalankan aturan itu secara konsisten. Konsistensi guru
dan para pembimbing untuk menjalankan aturan, serta pengawasan yang kontinyu terhadap
perilaku disiplin anak dalam pembentukan disiplin; pada gilirannya hal ini akan bermuara pada
peningkatan kesadaran dan perilaku moral anak.

Vous aimerez peut-être aussi