Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bermain dan bergerak merupakan fenomena universal manusia. Bermain dan bergerak
merupakan pemicu awal yang dapat menggerakkan keseluruhan aspek pertumbuhan dan
perkembangan. Melalui penjas, dorongan keinginan untuk bergerak misalnya melalui bermain
dikemas sedemikian rupa sehingga nilai-nilai sosial dapat terinternalisasi dalam kepribadian
anak. Melalui pemberian pengalaman konkret dalam kegiatan bergerak, berbagai nilai-nilai
sosial dapat diadopsi dan terinternalisasikan dalam kehidupan anak. Hal-hal yang dapat
memberikan pengalaman konkret tentang berbagai makna nilai-nilai sosial, seperti nilai saling
menghargai, kerjasama, berkompetisi, tidak kenal lelah, pantang menyerah, dan bersahabat,
merupakan nilai-nilai sosial yang dapat diinternalisasikan melalui program penjas.
B. Kebutuhan Anak
Berbagai macam kebutuhan anak, khususnya anak usia SD, sebagai berikut :
• Kebutuhan dasar anak-anak
Kebutuhan anak yang paling mendasar adalah keinginannya berbuat sesuatu sebagai pengaruh
lingkungannya, maka kebutuhan alamiah inilah yang menjadi bahan untuk mengembangkan
kurikulum penjas.
• Kebutuhan gerak
Program penjas harus memenuhi kebutuhan gerak anak-anak. Bergerak bagi mereka merupakan
kebutuhan hidup.
• Kebutuhan untuk berhasil dan dihargai
Anak-anak perlu mendapat dukungan moral, dan hasil gerak harus dihargai.
• Kebutuhan untuk mendapat pengakuan dan kemampuan sosial
• Kebutuhan untuk bekerja sama dan bersaing
Anak-anak umumnya senang bersaing dalam kemampuan fisik karena mereka mempunyai
kesempatan untuk menang dalam kompetisi. Berikan pengalaman bersaing dan bekerja sama
secara seimbang.
• Kebutuhan akan kesegaran jasmani dan tampil menarik
Program penjas wajib memberikan motivasi terapi diri kepada mereka yang lemah dengan cara
sistem reward dan pembuktian bahwa kegiatan fisik tertentu dapat meningkatkan kebugaran
jasmani sekaligus meningkatkan penampilan fisik.
• Kebutuhan untuk berpetualang
Petualangan merupakan kegiatan yang menantang anak, sehingga perlu diakomodasi dengan
merancang kegiatan yang mengandung unsur program penjas.
• Kebutuhan akan rasa kreatif.
• Kebutuhan akan irama
Program penjas wajib memberikan kegiatan yang mengandung irama gerakan hingga mereka
memperoleh rasa kepuasan tersendiri.
• Kebutuhan rasa ingin tahu.
Unit II
Subunit II
2. Berjalan
Pola perkembangan penguasaan gerakan berjalan :
a. Irama, gerakan yang cepat dan terkontrol, bisa dilakukan kapan saja sesuai irama yang
dikehendaki.
b. Bentuk gerakan kedua kaki yang melangkah tidak mengangkang mendekati garis lurus, sudut
kedua telapak kaki menyempit
c. Ayunan langkah menjadi semakin otomatis, sudah mampu berjalan seperti gerakan orang
dewasa pada umumnya.
4. Melompat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh ke suatu titik ke titik lain yang lebih jauh
dengan ancang-ancang lari cepat arau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan
kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik.
Alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat dapat berupa tali yang direntangkan melintang
untuk dilompati. Gerak dasar lompat juga terkait dengan gerak dasar lari, yaitu melakukan gerak
awalan. Dalam gerak lompat terdapat sejumlah komponen yang dapat diaktifkan secara
maksimal, yaitu kecepatan, kelincahan, kelenturan, dan daya tolak otot tungkai.
a. Contoh pengembangan gerak lompat
1. Lompat jauh
Tujuan pengembangan gerak lompat adalah mengajarkan siswa melompat ke depan dengan sikap
gerak lompat yang benar. Jika siswa ingin mendarat dengan dengan benar di saat melakukan
gerak lompat maka ia harus melakukan gerak mengeper untuk menyerap kekuatan, lutut
dibengkokan, dan melakukan pendaratan dengan kedua kaki.
2. Melompat tanpa gerak awalan
a. Tolakan dengan dua kaki : sambil membengkokan lutut ke depan, kedua tangan diayunkan
kebelakang, badan agak di condongkan ke depan, tumit diangkat. Sambil menolakkan kedua kaki
ke atas depan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melewati samping badan.
Pada waktu mendarat kedua lutut ditekuk supaya mengeper, kedua tangan ke depan, berat badan
ke depan. Pandangan ke depan.
b. Tolakan dengan 1 kaki : berdiri dengan salah satu kaki di depan lurus, kaki yang lainnya di
belakang dengan lutut agak ditekuk ke depan. Kedua tangan ke belakang, berat badan berada
pada kaki kanan
3. Melompat dengan gerakan awalan
Yang perlu diperhatikan :
1. Pelaksanaan latihan melompat harus dilakukan pada bak lompatan yang berisi pasir.
2. Guru harus terus mengawasi setiap anak yang melakukan latihan.
3. Segera perbaiki bila ada yang salah melakukannya.
4. Apabila telah benar-benar menguasai keseimbangan, berikan berbagai variasi dan kombinasi
di dalam melakukan lompatan.
Manfaat dari gerakan melompat ini :
a. Meningkatkan kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai
b. Meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh.
c. Mengembangkan koordinasi gerak mata, lengan dan tungkai.
b. Proses pembelajaran
1. Pendahuluan : siswa dalam formasi 2 bersyaf membentuk lingkaran. Seorang anak ditunjuk
sebagai pelari dan seorang sebagai pengejar. Anak yang terbelakang dari saf yang disentuh harus
menjadi pelari. Apabila pelari terkena sentuh, dia balik menjadi pengejar.
2. Lari melompati teman yang membungkuk.
3. Mengayun lengan berirama : ayunkan lengan ke belakang dengan rentangan penuh. Setelah
melompat, ulurkan kedua lengan tersebut ke arah luar/sejauh-jauhnya. Saat akan mendarat,
ayunkan kedua lengan tersebut ke depan.
4. Melompat dengan tali.
5. Melompat tali yang berbentuk V : lakukan gerakan lengan dan bengkokan lutut saat gerak
awalan. Apabila ingin melompat sejauh-jauhnya, rentangkan lengan, tungkai, dan ankel saat
melayang di udara.
5. Meloncat
Loncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh
dengan ancang-ancang lari cepat/lambat dengan menumpu dua kaki dan mendarat dengan
kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik. Tujuan pembelajaran meloncat
adalah untuk meningkatkan kemampuan fisik seperti melatih kekuatan, daya tahan, kelincahan,
kecepatan, dan ketangkasan.
6. Melempar
Melempar adalah gerakan mengarahkan satu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan
tangan ke arah tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan tangan dan lengan
serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan. Pengembangan kemampuan gerak dasar
melempar dapat dilakukan dengan menggunakan bola kasti, tenis, atau bola plastik. Yang perlu
diperhatikan waktu anak melempar antara lain, mengenai sikap berdiri pada saat akan melempar,
perpindahan berat badan waktu akan melempar, gerakan melempar bola, dan gerakan lanjutan
dari melempar bola tersebut.
Subunit II
Berbagai Gerakan Dasar 2
A. Berjingkat
Berjingkat adalah gerakan meloncat dimana loncatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki dan
mendarat dengan satu kaki yang sama. Pada saat kaki tumpu meloncat, kaki yang diangkat
mengayun ke depan menunjang lajunya gerakan.
• Mencongklang dan lompat tali : gerakan mencongklang merupakan variasi dari gerakan
erjalan/berlari dengan meloncat, sedangkan lompat tali terbentuk dari kombinasi gerakan
melangkah dengan berjingkat.
B. Menyepak
Gerakan menyepak bisa dilakukan dengan ayunan kaki. Menyepak berupa ayunan ke depan,
langsung dari posisi menapak dengan awalan yang berupa gerak mengayun ke belakang sebelum
diayun ke depan.
C. Menangkap
Awal dari usaha untuk menangkap yang dilakukan adalah berupa gerakan tangan untuk
menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda yang berada di dekatnya.
D. Memantul-mantulkan bola
Gerakan ini terbentuk mula-mula dari gerakan menjatuhkan bola yang dipegang. Penguasaan
gerakan memantulkan bola menggunakan satu tangan berkembang lebih awal jika di bandingkan
menggunakan satu tangan karena cara tersebut membutuhkan koordinasi dan snkronisasi antara
tangan kanan dan tangan kiri.
E. Memukul
Gerakan memukul, misalnya memukul bola mulai tampak pada usia yang makin bertambah, dan
memukul akan semakin timbul dan berkembang apabila anak memperoleh kesempatan untuk
melakukannya berulang-ulang.
F. Berenang
Berenang merupakan kegiatan yang bisa dilakukan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk
membiasakan diri bermain-main di air.
G. Koordinasi gerakan
Koordinasi dasar gerakan terdiri dari beberapa komponen :
1. Struktur dasar gerakan
2. Irama gerakan
3. Hubungan gerakan
4. Luas gerakan
5. Kelancaran gerakan
6. Kecepatan gerakan
7. Ketepatan gerakan
8. Kekonstanan gerakan
Subunit III
Kombinasi Gerak Dasar
A. Kombinasi Gerak Dasar
Pelaksanaan kombinasi gerak dasar antara lain:
1. Berbagai Kombinasi Jalan dan Lari
a. Jalan biasa dengan jarak beberapa meter.
b. Jalan dengan langkah panjang, kemudian lari secepat-cepatnya.
c. Jalan dengan ujung kaki, kemudian lari secepat-cepatnya.
d. Jalan dengan mengangkat lutut tinggi, kemudian lari secepat-cepatnya.
2. Kombinasi lari dan lompat
a. Lari pelan-pelan, pada batas yang telah ditentukan lompat ke atas setinggi-tingginya.
b. Lari beberapa langkah, kemudian melompat sejauh-jauhnya ke atas depan.
c. Lari secepat-cepatnya, kemudian lompat sejauh-jauhnya ke depan.
3. Kombinasi lari dan lempar
a. Lari beberapa langkah sambil membawa bola kasti/bola plastik.
b. Lari secepat-cepatnya sambil membawa bola. Pada batas yang telah di tentukan lemparkan
bola sejauh-jauhnya.
4. Kombinasi jalan, lari, dan lompat.
5. Kombinasi jalan, lari, dan lempar.
6. Kombinasi gerakan togok, lengan, bahu dan kaki.
7. Gerak dasar dalam berbagai bentuk gerak jalan
Tujuan gerakan ini adalah agar siswa mampu melakukan eksplorasi gerak dengan cara jalan yang
benar dalam situasi yang menyenangkan dan diharapkan siswa memiliki keuletan, ketekunan,
percaya diri, kerja sama dan berani mengambil keputusan.
a. Proses pembelajaran ( pendahuluan atau pemanasan)
1. Eksplorasi gerakan berjalan
2. Permainan penguluran ( gerakan ini mengarah pada peregangan otot-otot besar dan tendon
otot secara bebas, tetapi menyeluruh.
b. Pengembangan keterampilan
1. Anak diberi kesempatan mengkreasikan cara jalan untuk menempuh jarak tertentu.
2. Anak diberi kesempatan secara bersama-sama mendemonstrasikan hasil kreasinya.
3. Beberapa anak diminta mengulang cara berjalannya secara bergantian.
4. Anak diberi kesempatan mengkreasikan cara jalan seperti biasa yang dilakukan orang dengan
profesi khusus di masyarakat.
c. Kegiatan puncak
Masing-masing siswa diminta mendemonstrasikan cara jalan yang efektif untuk tujuan-tujuan
tertentu.
d. Pendinginan/kegiatan penutup
1. Sambil istirahat, anak diajak mendiskusikan kegiatan yang telah mereka peroleh dan mereka
lakukan.
2. Siswa diberi kesempatan menyampaikan penghargaan kepada temannya.
3. Guru memberi penghargaan kepada siswa yang sukses dalam mengikuti proses pembelajaran.
Usia awal sekolah sekitar 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1,2 dan 3 SD menunjukan
beberapa ciri perkembangan penting. Pada kelas-kelas awal SD aspek perkembangan yang
menonjol berkenaan dengan harapan-harapan sosial anak memasuki sekolah. Perkembangan
intelektual anak pada usia ini beralih dari intelegensi sensori motor ke intelegensi konseptual.
Perkembangan fisik dan kemampuan motorik pada anak di kelas-kelas awal memerlukan
perhatian khusus. Sebab pada usia prasekolah, hampir seluruh aktivitas anak di dalam rumah, di
lingkungan sekitar maupun di TK dihabiskan melalui aktivitas bermain. Itu berarti hampir
seluruh aktivitas dicurahkan untuk memberi kesempatan kepada pengembangan kematangan
fisik dan kemampuan motorik. Sementara memasuki kelas-kelas awal SD, yaitu kelas 1,2 dan 3,
sebagian aktivitas bermain anak mulai diganti dengan aktivitas formal, yaitu aktivitas belajar
yang ditunjukan untuk pengembangan aspek intelektual, kesadaran moral dan sikap sosial.
Keseluruhan aktivitas pendidikan, bimbingan dan pengembangan disipiln di kelas-kelas awal SD
seyogyanya diarahkan kepada pengembangan moralitas konven-sional pada anak. Upaya-upaya
pengembangan disipin anak usia kelas awal, seperti disipilin sekolah, disipilin belajar dalam
kelas, disiplin di perpustakaan, disiplin bermain di sekolah, disiplin belajar dan bermain di
rumah, disiplin belajar dan bermain dengan teman sebaya, merupakan bagian dari strategi
pengembangan moralitas konven-sional pada anak.
Tujuannya ialah agar anak dapat menunjukan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dan
norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannnya. Kepatuhan untuk menjalankan aturan-
aturan itu bukan karena hukuman fisik, tetapi agar terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan
sosial. Karena itu strategi pengembangan disiplin diarahkan kepada proses belajar mengenal
aturan-aturan dan kepatuhan untuk menjalankan aturan itu secara konsisten. Konsistensi guru
dan para pembimbing untuk menjalankan aturan, serta pengawasan yang kontinyu terhadap
perilaku disiplin anak dalam pembentukan disiplin; pada gilirannya hal ini akan bermuara pada
peningkatan kesadaran dan perilaku moral anak.