Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu
retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika
Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi
166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka
tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain
data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal
kronis) fase awal (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu
penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan
menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian
pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa
bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga
umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per
1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang
mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit
GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007 menunjukkan,
penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian
terbanyak.Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah
terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih
dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki
fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor
penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita
lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai

1
sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti
merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan
dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam.
Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat
antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan,
dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5
liter). (Djoko, 2008).

1.2 Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan GGK
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien GGK
b. Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
GGK
c. Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan GGK
d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata yang sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu
retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
ireversibel (Arif, 1999).

2.2 Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik,
penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia,
penyebab gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis
kronis (Arif, 1999).

2.3 Patofisiologi
Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun
dalam darah sehingga terjadi uremia. Selain itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat
menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak
mampu untuk mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatnya terjadi
retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal
juga menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia yang disertai keletihan, angina, sesak
napas, defisiemsi nutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu
juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.

3
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon akibatnya kalsium
ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

2.4 Manifestasi klinis


Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka
pasien akan memperlihatkan tanda dan gejala
1. Gejala kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas sytem renin angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksik uremik).
2. Gejala Dermatologi
Yang sering terjadi mencakup rasa gatsl yang parah (pruritus), warna kulit abu-abu
mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku tipis dan rapuh, butran uremik, suatu

4
penumpukan kristal urea dikulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan
agresif
3. Gejala gastro intestinal
Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan muntah, nafas bau amonia, ulserasi
dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan diare, perdarahan gastro intestinal.
4. Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
5. Neuromuskular
Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer,
bingung, koma.
6. Hematologi
Anemia, perdarahan meningkat

2.5 Pemeriksaan diagnostik


1. Urin
a. Volume urin : oliguri atau anuria
b. Warna urin : keruh
c. BJ urin : kurang 1,015
d. Osmolalitas urin
e. Klirens kreatinin menurun
f. Natrium meningkat
g. Proteinuria

2. Darah
a. BUN/ kreatinin meningkat
b. Ht dan Hb
c. Natrium serum

2.6 Penatalaksanan
a. Mengoptimalkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Pengawasan terhadap berat badan, cairan dan urin

5
c. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
d. Mencegah dan mengatasi komplikasi
2.7 Komplikasi

Komplikasi yang seringkali ditemui pada penderita PGK adalah:

1. Anemia
2. Osteodistrofi Renal
Kelainan tulang pada PGK yang terjadi akibat gangguan metabolisme mineral disebut sebagai
osteodistrofi renal. Pada keadaan ini, ginjal gagal mempertahankan keseimbangan kadar kalsium
dan fosfat dalam darah.
3. Gagal Jantung
4. Impotensi (disfungsi ereksi)

6
BAB III
KONSEP KEPERAWTAN
3.1 Pengkajian

a. Fokus Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal kronik
menurut Doeges (1999), dan Smeltzer dan Bare (2001) ada berbagai macam, meliputi :
b. Demografi
Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium dan sumber air
tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun,
jenis kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif, gangguan
saluran penyambung, gangguan congenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik
dan neropati obstruktif.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat menderita penyakit
gagal ginjal kronik.
e. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi,
personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin,
oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control tekanan darah dan gula
darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat, peningkatan
berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam
karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi

7
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan
tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada
malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang,
sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas,
takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.

f. Pengkajian fisik
9) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
10) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
11) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA) menurun.
12) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
13) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital.
14) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
15) Hidung : pernapasan cuping hidung
16) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta cegukan,
peradangan gusi.

8
17) Leher : pembesaran vena leher.
18) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
19) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
20) Genital : atropi testikuler, amenore.
21) Ekstremitas : capitally revil > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
22) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada.
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) GDA, PH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau
hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.

9
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan.
e) Magnesium fosifat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan
atau sintesa karena kurang asam amino esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.

3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB): menunjukkan
ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter
dan retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan seljaringan
untuk diagnosis hostologis.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal (keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
h) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan demineralisasi,
kalsifikasi.
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan
bentuk ginjal.
j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi invasif
ginjal

10
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan fatigue nyeri sendi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema pada paru
3. kelebihan volume cairan berhubungan kongesti paru, penurunan curah jantung dan
retensi cairan serta natrium.
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea,
vomitus, mual dan muntah.
5. intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan HB dan oksihemoglobin
6. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas,. (Nanda, 2011)

3.3 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri akut Pain Level, NIC :


berhubungan denganP Pain control, Pain Management
fatigue nyeri sendi Comfort level · Lakukan pengkajian nyeri secara

Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,


Definisi : · Mampumengontrol karakteristik, durasi, frekuensi,
Sensori yang tidak nyeri (tahu penyebab kualitas dan faktor presipitasi
menyenangkan dan nyeri, mampu· Observasi reaksi nonverbal dari
pengalaman menggunakan tehnik ketidaknyamanan
emosional yang nonfarmakologi untuk· Gunakan teknik komunikasi
muncul secara aktual mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
atau potensial mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
kerusakan jaringan · Melaporkan bahwa nyeri· Kaji kultur yang mempengaruhi
atau berkurang dengan respon nyeri
menggambarkan menggunakan · Evaluasi pengalaman nyeri masa
adanya kerusakan manajemen nyeri lampau
(Asosiasi Studi · Mampu mengenali nyeri· Evaluasi bersama pasien dan tim
Nyeri Internasional): (skala, intensitas, kesehatan lain tentang ketidakefektifan
serangan mendadak frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa lampau

11
atau pelan nyeri) · Bantu pasien dan keluarga untuk
intensitasnya dari · Menyatakan rasa mencari dan menemukan dukungan
ringan sampai berat nyaman setelah nyeri· Kontrol lingkungan yang dapat
yang dapat berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
diantisipasi dengan · Tanda vital dalam ruangan, pencahayaan dan kebisingan
akhir yang dapat rentang normal · Kurangi faktor presipitasi nyeri
diprediksi dan · Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dengan durasi (farmakologi, non farmakologi dan
kurang dari 6 bulan. inter personal)
· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Batasan karakteristik menentukan intervensi
: · Ajarkan tentang teknik non
· Laporan secara farmakologi
verbal atau non · Berikan analgetik untuk mengurangi
verbal nyeri
· Fakta dari observasi · Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
· Posisi antalgic · Tingkatkan istirahat
untuk menghindari · Kolaborasikan dengan dokter jika
nyeri ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
· Gerakan berhasil
melindungi · Monitor penerimaan pasien tentang
· Tingkah laku manajemen nyeri
berhati-hati
· Muka topeng Analgesic Administration
· Gangguan tidur · Tentukan lokasi, karakteristik,
(mata sayu, tampak kualitas, dan derajat nyeri sebelum
capek, sulit atau pemberian obat
gerakan kacau, · Cek instruksi dokter tentang jenis
menyeringai) obat, dosis, dan frekuensi
· Terfokus pada diri · Cek riwayat alergi
sendiri · Pilih analgesik yang diperlukan atau

12
· Fokus menyempit kombinasi dari analgesik ketika
(penurunan persepsi pemberian lebih dari satu
waktu, kerusakan · Tentukan pilihan analgesik
proses berpikir, tergantung tipe dan beratnya nyeri
penurunan interaksi · Tentukan analgesik pilihan, rute
dengan orang dan pemberian, dan dosis optimal
lingkungan) · Pilih rute pemberian secara IV, IM
· Tingkah laku untuk pengobatan nyeri secara teratur
distraksi, contoh : · Monitor vital sign sebelum dan
jalan-jalan, menemui sesudah pemberian analgesik pertama
orang lain dan/atau kali
aktivitas, aktivitas · Berikan analgesik tepat waktu
berulang-ulang) terutama saat nyeri hebat
· Respon autonom · Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
(seperti diaphoresis, dan gejala (efek samping)
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
· Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
· Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)

13
· Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Faktor yang
berhubungan :
· Agen injuri
(biologi, kimia, fisik,
psikologis)

2.  Airway Management
Gangguan ·
Respiratory Status : Gas Buka jalan nafas, guanakan teknik
pertukaran gas exchange chin lift atau jaw thrust bila perlu
b/d edema pada paru Respiratory Status ·: Posisikan pasien untuk
ventilation memaksimalkan ventilasi
Definisi : KelebihanVital Sign Status · Identifikasi pasien perlunya
atau kekurangan pemasangan alat jalan nafas buatan
dalam oksigenasi Kriteria Hasil : · Pasang mayo bila perlu
dan atau· Mendemonstrasikan · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pengeluaran ·
peningkatan ventilasi dan Keluarkan sekret dengan batuk atau
karbondioksida di oksigenasi yang adekuat suction
dalam membran· Memelihara kebersihan · Auskultasi suara nafas, catat adanya
kapiler alveoli paru paru dan bebas dari suara tambahan
tanda tanda ·
distress Lakukan suction pada mayo
Batasan karakteristik pernafasan · Berikan bronkodilator bila perlu
: · Mendemonstrasikan · Berikan pelembab udara
· Gangguan ·
batuk efektif dan suara Atur intake untuk cairan
penglihatan nafas yang bersih, tidak mengoptimalkan keseimbangan.
· Penurunan CO2 ·
ada sianosis dan dyspneu Monitor respirasi dan status O2
· Takikardi (mampu mengeluarkan
· Hiperkapnia Respiratory Monitoring

14
· Keletihan sputum, mampu bernafas
· Monitor rata – rata, kedalaman,
· Somnolen dengan mudah, tidak ada irama dan usaha respirasi
· Iritabilitas pursed lips)-Tanda tanda
· Catat pergerakan dada,amati
· Hypoxia vital dalam rentang kesimetrisan, penggunaan otot
· Kebingungan normal tambahan, retraksi otot supraclavicular
· Dyspnoe dan intercostal
· nasal faring · Monitor suara nafas, seperti
· AGD Normal dengkur
· Sianosis · Monitor pola nafas : bradipena,
· warna kulit takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
abnormal (pucat, cheyne stokes, biot
kehitaman)  Catat lokasi trakea
· Hipoksemia · Monitor kelelahan otot diagfragma
· Hiperkarbia ( gerakan paradoksis )
· sakit kepala · Auskultasi suara nafas, catat area
ketika bangun penurunan / tidak adanya ventilasi dan
· frekuensi dan suara tambahan
kedalaman nafas · Tentukan kebutuhan suction dengan
abnormal mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
Faktor faktor yang · Auskultasi suara paru setelah
berhubungan : tindakan untuk mengetahui hasilnya
· ketidakseimbangan Acid Base Managemen
perfusi ventilasi · Monitro IV line
· perubahan · Pertahankanjalan nafas paten
membran kapiler- · Monitor AGD, tingkat elektrolit
alveolar · Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
· Monitor adanya tanda tanda gagal
nafas
· Monitor pola respirasi

15
· Lakukan terapi oksigen
· Monitor status neurologi
· Tingkatkan oral hygiene

3. kelebihan volumeElectrolit and acid base Fluid management


cairan berhubungan balance · Timbang popok/pembalut jika
kongesti paru,Fluid balance diperlukan
penurunan curah · Pertahankan catatan intake dan
jantung dan retensi Kriteria Hasil: output yang akurat
cairan serta natrium. · Terbebas dari edema,· Pasang urin kateter jika diperlukan
efusi, anaskara · Monitor hasil Lab yang sesuai
Definisi : Retensi · Bunyi nafas bersih, tidak dengan retensi cairan (BUN ,Hmt ,
cairan isotomik ada dyspneu/ortopneu osmolalitas urin )
meningkat · Terbebas dari distensi· Monitor status hemodinamik
Batasan karakteristik vena jugularis, reflek termasuk CVP, MAP, PAP, dan
: hepatojugular (+) PCWP
· Berat badan · Memelihara tekanan· Monitor vital sign
meningkat pada vena sentral, tekanan· Monitor indikasi retensi / kelebihan
waktu yang singkat kapiler output cairan (cracles, CVP , edema, distensi
paru,
· Asupan berlebihan jantung dan vital sign vena leher, asites)
dibanding output dalam batas normal · Kaji lokasi dan luas edema
· Tekanan darah · Terbebas dari kelelahan,· Monitor masukan makanan / cairan
berubah, tekanan kecemasan atau dan hitung intake kalori harian
arteri pulmonalis kebingungan · Monitor status nutrisi
berubah · Menjelaskan indikator · Berikan diuretik sesuai interuksi
· peningkatan CVP kelebihan cairan · Batasi masukan cairan pada keadaan
· Distensi vena hiponatrermi dilusi dengan serum Na
jugularis < 130 mEq/l
· Perubahan pada · Kolaborasi dokter jika tanda cairan
pola nafas, berlebih muncul memburuk
dyspnoe/sesak nafas,

16
orthopnoe Fluid Monitoring
· suara nafas · Tentukan riwayat jumlah dan tipe
abnormal (Rales intake cairan dan eliminasi
atau crakles), · Tentukan kemungkinan faktor resiko
kongestikemacetan dari ketidak seimbangan cairan
paru, pleural (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
effusion renal, gagal jantung, diaporesis,
· Hb dan hematokrit disfungsi hati, dll )
menurun · Monitor berat badan
· perubahan · Monitor serum dan elektrolit urine
elektrolit, khususnya · Monitor serum dan osmilalitas urine
perubahan berat · Monitor BP, HR, dan RR
jenis · Monitor tekanan darah orthostatik
· Suara jantung SIII dan perubahan irama jantun
· Reflek · Monitor parameter hemodinamik
hepatojugular positif infasif
· Oliguria, azotemia · Catat secara akutar intake dan output
· Perubahan status · Monitor adanya distensi leher,
mental, kegelisahan, rinchi, eodem perifer dan penambahan
kecemasan BB
· Monitor tanda dan gejala dari odema
Faktor-faktor yang
berhubungan :
· Mekanisme
pengaturan melemah
· Asupan cairan
berlebihan
· Asupan natrium
berlebihan
4. ketidakseimbangan Nutritional Status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari and Fluid Intake · Kaji adanya alergi makanan

17
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : · Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan · Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
nausea, vomitus, berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
mual dan muntah. dengan tujuan · Anjurkan pasien untuk
· Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
Definisi : Intake dengan tinggi badan · Anjurkan pasien untuk
nutrisi tidak cukup · Mampu meningkatkan protein dan vitamin C
untuk keperluan mengidentifikasi · Berikan substansi gula
metabolisme tubuh. kebutuhan nutrisi · Yakinkan diet yang dimakan
· Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
Batasan karakteristik malnutrisi mencegah konstipasi
: · Tidak terjadi penurunan· Berikan makanan yang terpilih
· Berat badan 20 % berat badan yang berarti (sudah dikonsultasikan dengan ahli
atau lebih di bawah gizi)
ideal · Ajarkan pasien bagaimana membuat
· Dilaporkan adanya catatan makanan harian.
intake makanan · Monitor jumlah nutrisi dan
yang kurang dari kandungan kalori
RDA (Recomended · Berikan informasi tentang kebutuhan
Daily Allowance) nutrisi
· Membran mukosa · Kaji kemampuan pasien untuk
dan konjungtiva mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
pucat
· Kelemahan otot Nutrition Monitoring
yang digunakan · BB pasien dalam batas normal
untuk menelan · Monitor adanya penurunan berat
/mengunyah badan
· Luka, inflamasi · Monitor tipe dan jumlah aktivitas
pada rongga mulut yang biasa dilakukan
· Mudah merasa · Monitor interaksi anak atau orangtua
kenyang, sesaat selama makan

18
setelah mengunyah · Monitor lingkungan selama makan
makanan · Jadwalkan pengobatan dan tindakan
· Dilaporkan atau tidak selama jam makan
fakta adanya · Monitor kulit kering dan perubahan
kekurangan pigmentasi
makanan · Monitor turgor kulit
· Dilaporkan adanya · Monitor kekeringan, rambut kusam,
perubahan sensasi dan mudah patah
rasa · Monitor mual dan muntah
· Perasaan · Monitor kadar albumin, total protein,
ketidakmampuan Hb, dan kadar Ht
untuk mengunyah · Monitor makanan kesukaan
makanan · Monitor pertumbuhan dan
· Miskonsepsi perkembangan
· Kehilangan BB · Monitor pucat, kemerahan, dan
dengan makanan kekeringan jaringan konjungtiva
cukup · Monitor kalori dan intake nuntrisi
· Keengganan untuk · Catat adanya edema, hiperemik,
makan hipertonik papila lidah dan cavitas oral
· Kram pada · Catat jika lidah berwarna magenta,
abdomen scarlet
· Tonus otot jelek
· Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
· Kurang berminat
terhadap makanan
· Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
· Diare dan atau
steatorrhea

19
· Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
· Suara usus
hiperaktif
· Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
· Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

5. intoleransi aktifitas NOC : NIC :


berhubungan denganEnergy conservation Energy Management
penurunan HB danSelf Care : ADLs · Observasi adanya pembatasan klien
oksihemoglobin Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
· Berpartisipasi dalam · Dorong anal untuk mengungkapkan
Definisi : aktivitas fisik tanpa perasaan terhadap keterbatasan
Ketidakcukupan peningkatan · Kaji
disertai adanya factor yang
energi secara tekanan darah, nadi dan menyebabkan kelelahan
fisiologis maupun RR · Monitor nutrisi dan sumber energi
psikologis untuk · Mampu melakukan tangadekuat

20
meneruskan atau aktivitas sehari hari · Monitor pasien akan adanya
menyelesaikan (ADLs) secara mandiri kelelahan fisik dan emosi secara
aktifitas yang berlebihan
diminta atau aktifitas · Monitor respon kardivaskuler
sehari hari. terhadap aktivitas
· Monitor pola tidur dan lamanya
Batasan karakteristik tidur/istirahat pasien
:
· melaporkan secara Activity Therapy
verbal adanya · Kolaborasikan dengan Tenaga
kelelahan atau Rehabilitasi Medik
kelemahan. dalammerencanakan progran terapi
· Respon abnormal yang tepat.
dari tekanan darah · Bantu klien untuk mengidentifikasi
atau nadi terhadap aktivitas yang mampu dilakukan
aktifitas · Bantu untuk memilih aktivitas
· Perubahan EKG konsisten yangsesuai dengan
yang menunjukkan kemampuan fisik, psikologi dan social
aritmia atau iskemia · Bantu untuk mengidentifikasi dan
· Adanya dyspneu mendapatkan sumber yang diperlukan
atau untuk aktivitas yang diinginkan
ketidaknyamanan · Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
saat beraktivitas. aktivitas seperti kursi roda, krek
· Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
Faktor factor yang yang disukai
berhubungan : · Bantu klien untuk membuat jadwal
· Tirah Baring atau latihan diwaktu luang
imobilisasi · Bantu pasien/keluarga untuk
· Kelemahan mengidentifikasi kekurangan dalam
menyeluruh beraktivitas
· Ketidakseimbangan · Sediakan penguatan positif bagi yang

21
antara suplei oksigen aktif beraktivitas
dengan kebutuhan · Bantu pasien untuk mengembangkan
· Gaya hidup yang motivasi diri dan penguatan
dipertahankan. · Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

6 kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management


kulit berhubungan Skin and Mucous · Anjurkan pasien untuk
dengan pruritas, Membranes menggunakan pakaian yang longgar
Kriteria Hasil : · Hindari kerutan padaa tempat tidur
· Integritas kulit
yang · Jaga kebersihan kulit agar tetap
baik bisa dipertahankan bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
· Mobilisasi pasien (ubah posisi
temperatur, hidrasi,
pasien) setiap dua jam sekali
pigmentasi)
· Monitor kulit akan adanya
· Tidak ada luka/lesi pada
kemerahan
kulit
· Perfusi jaringan baik · Oleskan lotion atau minyak/baby oil

· Menunjukkan pada derah yang tertekan

pemahaman dalam proses · Monitor aktivitas dan mobilisasi


perbaikan kulit dan pasien
mencegah terjadinya · Monitor status nutrisi pasien
cedera berulang
· Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih, dan
dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama
lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak
seluruhnya disebabkan retensi urea dalam darah.

Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :

1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur
atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LGF),
berdasarkan:
• Kelainan patologik atau
• Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau
urin, atau kelainan pada pemerikasaan pencitaraan.
2. LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.

Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Banyak penyakit ginjal
yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tetapi semuanya sama-sama
menyebabkan destruksi nefron yang progresif pada tabel dibawah dapat dilihat dua
golongan utama penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
2. Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang
ada.
3. Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat dan benar,
sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan penangananya lebih cepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes E, Marilynn, dkk (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan medical bedah jilid 3. Bandung : Yayasan IAPK Pajajaran
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses
penyakit edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah edisi 8.
Jakarta : EGC

Nanda (2015) aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda, Jilid 1.
MediAction

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : Salemba Medika

24

Vous aimerez peut-être aussi