Vous êtes sur la page 1sur 8

A.

Pengertian HIV

AIDS adalah infeksi (atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat dari infeksi virus HIV. Virus HIV (Human
Imunodeficiency Virus) yaitu virus yang memperlemah sistem kekebalan tubuh
manusia biasanya hanya salah satu dari sua jenis virus (HIV-1 atau HIV-2) yang
secara progresif merusak sel-sel darah putih (limfosit) sehingga menyebabkan
berkurang atau gagalnya sistem kekebalan tubuh (Zulkoni, 2010:99).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit
infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2007:08).

B. Etiologi
AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua
cairan tubuh(semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata ). Virus ini
masuk kedalam pembuluh darah kemudian menyerang sel darah putih jenis
Lymphosit tepatnya sel T helper CD 4. penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui
cara penularan sebagai berikut :
1. Lewat Cairan Darah
Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV. Lewat
pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian
tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna
Narkotika Suntikan. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam
kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk
yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.
2. Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus),
tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan
sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau
tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam
hubungan seks lewat anus.
3. Lewat air susu Ibu
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini
berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif
kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. Secara langsung
(transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar
HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll)
yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV
dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria


maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
C. Klasifikasi
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodedeficiency Virus (HIV) yang sudah di dapat dipastikan tanpa
keadaan dalam kategori klinis B dan C.
a. Infeksi Human Immunodedeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpadenopati generalisata yang persisten.
c. Infeksi HIV primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi
HIV yang akut.

2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori kinis B mencakup:
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaringeal/vulvaginal
c. Displasia Serviks (Karinoma Serviks)
d. Gejala konstitusional seperti panas (38,5˚C) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang berbeda/terjadi pada lebih
dari satu dermton saraf.
f. Penyakit Inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tuba Varii

3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup:
a. Kandidiasis bronkus, trakea/paru-paru, esophagus
b. Kanker serviks invasive.
D. Patofisiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebanyakan kasus
munculnya penyakit AIDS ini seslalu didahului dengan adanya virus HIV di
dalam tubuh. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa, dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup
120. pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun
sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya funsi sel B dan makrofag dan menurunnya funsi
sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dapat


tetap tidak memperlihatkan gejala asimtomatik selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum
infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster


dan jamur oportunistik ) muncul, jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berpolimerasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumah sel T4 jatuh di
bawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi oportuistik, kanker atau
dimensia AIDS (Zulkoni, 2010:104).
E. Manifestasi Klinis
Pasien AIDS secara khas mempunyai riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) primer akut yang lamanya
1-2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan di saat fase supresi
imun simptomatik ( 3 tahun ) pasien akan mengalami demam, keringat di
malam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

a. Gejala Mayor
1. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan .
2. Diare kronis
3. Demam memanjang tanpa sebab.
4. Tuberkolosis.

b. Gejala Minor
1. Limfadenopati Generalisata.
2. Kandidiasis Oral
3. Batuk menetap.
4. Distres pernapasan / Pneumonia.
5. Infeks berulang.
6. Infeksi generalisata(Zulkoni,2010:103).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1. ELISA
2. Western blot
3. P24 antigen test
4. Kultur HIV
b. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1. Hematokrit.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
G. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
ImmunodeficiencyVirus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
6. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu:
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat
antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >
500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan
aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini
adalah :
- Didanosine
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin
dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus
perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Zulkoni,
2010:111).
H. Asuhan keperawatan
I. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.
Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji
status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1. Kerusakan Respon Imun Seluler (Limfosit T ) Terapi Radiasi, Defisiensi
Nutrisi, Penuaan, Aplasia Timik, Limpoma, Kortikosteroid, Globulin Anti
Limfosit, Disfungsi Timik Congenital.
2. Kerusakan Imunitas Humoral (Antibodi) Limfositik Leukemia Kronis,
Mieloma, Hipogamaglobulemia Congenital, ProteinLiosing Enteropati
(Peradangan Usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif)
- Aktifitas/Istirahat
Gejala : Penyembuhan yang Lambat (Anemia), Perdarahan Lama
pada Cedera.
Tanda : Perubahan TD Postural, Menurunnya Volume Nadi Perifer,
Pucat/Sianosis, Perpanjangan Pengisian Kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan Kehilangan, Mengkuatirkan
Penampilan, Mengingkari Diagnosa, Putus Asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, Cemas, Depresi, Takut, Menarik Diri, Marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare Intermitten, Terus–Menerus, Sering Dengan atau Tanpa
Kram Abdominal, Nyeri Panggul, Rasa Terbakar Saat Miksi
Tanda : Feces Encer Dengan atau Tanpa Mucus atau Darah, Diare
Pekat dan Sering, Nyeri Tekan Abdominal, Lesi atau Abses Rectal,
Perianal, Perubahan Jumlah, warna, dan Karakteristik Urine.
- Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual Muntah, Disfagia Tanda : Turgor Kulit Buruk,
Lesi Rongga Mulut, Kesehatan Gigi dan Gusi yang Buruk, Edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, Kurang Perawatan Diri.
- Neurosensoro
Gejala : Pusing, Sakit Kepala, Perubahan Status Mental, Kerusakan
Status Indera, Kelemahan Otot, Tremor, Perubahan Penglihatan.
Tanda : Perubahan Status Mental, Ide Paranoid, Ansietas, Refleks
Tidak Normal, Tremor, Kejang, Hemiparesis, Kejang. Nyeri /
Kenyamanan Gejala : Nyeri Umum / Local, Rasa Terbakar, Sakit
Kepala, Nyeri Dada Pleuritis. Tanda : Bengkak Sendi, Nyeri Kelenjar,
Nyeri Tekan, Penurunan Rentan Gerak, Pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK Sering atau Menetap, Napas Pendek Progresif, Batuk,
Sesak pada Dada.
Tanda : Takipnea, Distress Pernapasan, Perubahan Bunyi Napas,
adanya Sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat Jatuh, Terbakar, Pingsan, Luka, Transfuse Darah,
Penyakit Defisiensi Imun, Demam Berulang, Berkeringat Malam.
Tanda : Perubahan Integritas Kulit, Luka Perianal/Abses, Timbulnya
Nodul, Pelebaran Kelenjar Limfe, Menurunya Kekuatan Umum, Tekanan
Umum.
- Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku Seks Beresiko Tinggi, Menurunnya Libido,
Penggunaan Pil Pencegah Kehamilan.
Tanda : Kehamilan, Herpes Genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh Diagnosis, Isolasi,
Kesepian, adanya Trauma AIDS
Tanda : Perubahan Interaksi Penyuluhan / Pembelajaran
- Seksualitas
Gejala : Kegagalan dalam Perawatan, Prilaku Seks Beresiko Tinggi,
Penyalahgunaan Obat-obatan IV, Merokok, Alkoholik.

II. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan


pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.

Vous aimerez peut-être aussi