Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
nastitirizkia@gmail.com
ABSTRACT
BCA offers loans in the form of working capital loans. The procedures and customer credit policies
are needed to know. This study was conducted to determine the procedures and policies of working
capital loan which is KUK and SME credit in the BCA KCU Solo Slamet Riyadi as well as to
determine the internal controls that run in the BCA is already in line with the internal control in
accordance with COSO. The research method performed by field research and library research.
Fieldwork was conducted by means of direct observation to the company, conduct interviews and
questionnaires, as well as documentation. Library research done by reading, understanding, and
collecting books, literature, journals, and previous research. Constraints in credit supply, namely the
lack of information about the debtor and the credit limit negotiations. Interviews, observations, and
questionnaires showed that lending policies and procedures are clear and comprehensively written.
For internal control is accordance with COSO and already implemented. However, there are still
weaknesses such as no special unit monitoring and risk management unit. NRH
ABSTRAK
BCA menawarkan peminjaman dana berupa kredit modal kerja. Adapun prosedur dan kebijakan kredit
yang nasabah perlu ketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prosedur dan kebijakan
pemberian kredit modal kerja yaitu kredit KUK dan SME pada BCA KCU Solo Slamet Riyadi serta
untuk mengetahui pengendalian internal yang berjalan di BCA apakah sudah sesuai dengan
pengendalian internal menurut COSO. Metode peneilitian dilakukan dengan penelitian lapangan dan
penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi langsung ke perusahaan,
melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, serta melakukan dokumentasi. Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara membaca, memahami, dan mengumpulkan buku, literatur, jurnal, dan
penelitian terdahulu. Kendala dalam pemberian kredit yaitu kurangnya informasi mengenai debitur
dan negosiasi plafon kredit. Hasil wawancara, observasi, dan kuesioner menunjukkan bahwa prosedur
dan kebijakan pemberian kredit sudah jelas dan tertulis secara lengkap. Untuk pengendalian internal
telah sesuai dengan COSO dan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun masih terdapat kelemahan
yaitu tidak ada unit khusus monitoring dan unit manajemen risiko. NRH
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 dan sejak saat itu dunia
perbankan selalu mengalami permasalahan yang tak kunjung usai. Beberapa bank banyak dilikuidasi,
dan kepercayaan nasabah terhadap bank apalagi bank swasta menurun dengan pesat dan menyebabkan
Bank BCA mengalami rush besar-besaran. Namun kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah
mulai meningkat dan kepercayaan serta kesetiaan nasabah terhadap Bank BCA juga ikut meningkat.
Bank dengan nasabah memiliki hubungan yang saling menguntungkan, sumber dana bank
diperoleh dari kegiatan menyimpan uang oleh nasabah, kemudian nasabah akan mendapatkan
keuntungan seperti bunga, sedangkan dana yang sudah masuk ke bank tersebut akan dijadikan dana
kredit. Contoh sederhana kredit seperti hampir setiap nasabah di Bank BCA memiliki kartu kredit agar
saat bertransaksi nantinya akan menjadi mudah dan sederhana, tidak perlu membawa sejumlah uang
yang banyak, hanya dengan menggunakan kartu kredit nasabah dapat melakukan transaksi dengan
efektif dan efisien. Ada juga nasabah yang meminjam kredit untuk modal usaha. Usaha dari nasabah
dapat berupa usaha kecil ataupun menengah. Namun harus diketahui apakah nasabah tersebut dapat
membayar kembali tagihan kartu kreditnya, atau apakah nasabah dapat dipercaya untuk
mengembalikan modal usaha tersebut kepada bank, karena apabila bank tidak menganalisa nasabah
terlebih dahulu maka dapat terjadi nasabah tidak dapat membayar tagihan atau modal tersebut yang
biasanya disebut dengan kredit macet. Dalam prakteknya pemberian kredit untuk nasabah ini sering
kali ditemui kendala seperti kredit macet tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan nasabah tidak mau
atau tidak dapat membayar serta melunasi kredit yang telah diterima. Juga peruntukkan kredit dan
kebutuhan modal kerja yang tidak sesuai, yang berkaitan dengan kurang telitinya analisa yang
dilakukan oleh account officer baik dalam analisa laporan keuangan dan kegiatan usaha ataupun saat
menganalisa karakter nasabah seperti dalam prinsip 5C serta pengawasan yang kurang.
Untuk mengatasi ini maka bank akan menerapkan suatu prosedur untuk nasabah mengajukan
kredit usaha kecil (KUK) dan kredit small and medium enterprise (SME). Prosedur tersebut harus
memenuhi standar perbankan dan juga harus sudah sesuai dengan pengendalian intern yang
diterapkan oleh bank. Selain menerapkan dan memperhatikan standar prosedur dan pengendalian
intern, bank juga harus memperhatikan prinsip 5C yaitu Character, Capital, Collateral, Capacity, dan
Condition of Economy. Prinsip ini sangat penting karena prinsip ini juga menjadi pertimbangan bank
dalam memberikan persetujuan pemberian credit. Juga dengan diterapkannya pengendalian intern
dalam bank maka akan mencegah atau meminimalisir terjadinya kredit macet yang dapat berpengaruh
pada kesehatan dan kelangsungan bank. Setelah melakukan semua prosedur maka untuk selanjutnya
account officer harus melakukan pengawasan, tidak hanya mengawasi laporan keuangan dan kegiatan
bisnisnya saja, namun account officer harus mengunjungi tempat usaha (on the spot) untuk memeriksa
kebenaran kegiatan usaha serta transaksi-transaksi yang terjadi sehingga account officer dapat
menganalisa dan menimbang apakah nasabah tersebut dapat diberikan pinjaman kredit.
Selanjutnya setelah permohonan kredit dari nasabah diterima maka nasabah tersebut dapat
menerima pinjaman kreditnya. Tidak sampai disitu saja, setelah bank memberikan kredit kepada
nasabah maka akan dilakukan pengendalian internal atas pemberian kredit tersebut. Dalam
pelaksanaan pengendalian internal tersebut akan dilakukan pengawasan kepada nasabah dan akan
ditelusuri apakah ada nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit dan juga akan di temukan apa
saja yang menyebabkan nasabah tidak dapat mengembalikan kreditnya atau disebut kredit macet serta
solusi dari kendala tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kiranya penulis ingin meneliti mengenai apa saja
prosedur bank dalam memberikan kredit, dan apakah prosedur tersebut sudah sesuai dengan
pengendalian intern bank, maka penulis mengambil penelitian berjudul “EVALUASI
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT PT. BANK
CENTRAL ASIA, TBK”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME
kepada nasabah?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses pemberian kredit KUK dan
SME?
3. Apakah pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada Bank BCA telah
sesuai dengan pengendalian internal oleh COSO?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengerti serta memahami kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian
kredit KUK dan SME kepada nasabah.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses
pemberian kredit KUK dan SME.
3. Untuk mengevaluasi prosedur dan pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit
Bank BCA.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Iza Azmi A (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim),
penelitian ini menjelaskan bahwa sistem pengendalian internal pada PT BPR Nusumma Jatim sudah
baik dan sesuai dengan prosedur ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Namun tetap
ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara prosedur yang berlaku dengan kenyataan pada lapangan
untuk hal-hal tertentu seperti pemberian kredit dengan jumlah yang kurang dari yang ditentukan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penulis adalah prosedur yang terdapat pada BCA
KCU Solo Slamet Riyadi sudah tertulis dengan jelas dan konsisten sehingga tidak terjadi
ketidakkonsistenan prosedur dengan lapangan. Apabila terjadi maka pihak manajemen akan segera
memberikan peringatan.
Penelitian oleh Febriana Marcha (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
Terhadap Proses Pemberian Kredit Mikro Pada Bank DKI dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal pada pemberian kredit mikro telah memadai setelah dibandingkan dengan komponen
pengendalian internal dari COSO. Hasil penelitian juga menemukan kelemahan-kelemahan seperti
grup auditor internal belum terlibat dalam analisis dan penilaian risiko terhadap proses pemberian
kredit, kemudian Bank DKI seharusnya melakukan tukar informasi dengan debitur agar memperlancar
dan mengamankan kegiatan usaha bank serta untuk menghindari risiko debitur yang mempunyai
reputasi buruk. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, internal auditor pada BCA KCU Solo
Slamet Riyadi akan terlibat setelah kredit cair. BCA KCU Solo Slamet Riyadi memang tidak
melakukan tukar menukar informasi debitur dengan bank lain dikarenakan bank juga harus menjaga
kerahasiaan mengenai seluruh informasi debitur.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan jenisnya penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dan Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dilakukan wawancara atau tanya jawab
langsung kepada narasumber yaitu Senior Account Officer atau Account Officer untuk
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai gambaran umum perusahaan dan
prosedur pemberian kredit.
2. Observation
Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi yaitu pengamatan terhadap prosedur
kredit yang dijalankan perusahaan mulai dari pemasaran produk kredit, pengolahan data
debitur, pemantauan, dan yang terakhir relationship.
3. Documentation
Level top management atau manajemen puncak berperan penting untung menentukan
pengendalian internal yang akan diberlakukan di perusahaan dengan cara memperhatikan
seluruh tindakan operasi perusahaan dan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan karena
perilaku manajemen dapat mencerminkan bagaimana keadaan organisasi tersebut. Menurut
COSO lingkungan pengendalian dapat diuraikan menjadi beberapa subkomponen yaitu :
BCA juga mempunyai komite yang bertanggung jawab terhadap sistem informasi dan
komunikasi yang dijalankan di BCA yaitu divisi Sistem Informasi Wilayah atau Management
Information System (MIS) yang sebagai pengolah data dalam hal perkreditan misalnya divisi
MIS ingin menarik data mengenai kredit, contoh informasi mengenai jatuh tempo kredit per
cabang, per kantor wilayah, ataupun per AO dan contoh lain menarik data tentang rata-rata
pemakaian kredit per-AO.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pada proses pemberian kredit, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tetap
melakukan pemantauan debitur yang kreditnya sudah cair, pemantauan tersebut dilakukan
oleh AO dan unit-unit lain yang mendukung seperti Tim Pengendalian Kualitas Kredit dan
Pengawasan Internal Cabang. Pada dasarnya apabila debitur memiliki kredit yang lancar
tidak akan dipantau, AO hanya sekedar menanyakan kabar dan keadaan debitur tersebut, dan
dapat dilihat dari rekening korannya apakah debitur tersebut memiliki kredit yang lancar.
Apabila debitur sudah memiliki kesulitan dan bermasalah dalam pelunasan pinjaman kredit
maka AO yang bersangkutan akan terus memantau debitur tersebut dan berusaha agar debitur
tersebut melunasi kreditnya. Kategori kredit bermasalah berdasarkan tingkat kolektibilitas
yang ditetapkan BCA adalah sebagai berikut :
1. Kolektibilitas 1, yakni kategori Lancar (L). Dalam kolektibilitas kategori ini debitur
melakukan transaksi, baik pengambilan dana maupun pengembalian dana, secara
tertib, dan disiplin hingga masa jatuh tempo kredit.
2. Kolektibilitas 2, yakni kategori Dalam Perhatian Khusus (DPK). Dalam
kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi oleh debitur mulai dari sehari
sebelum jatuh tempo kredit hingga 60 hari kemudian (<1 hari – 60 hari).
3. Kolektibilitas 3, yakni kategori Kurang Lancar (KL). Dalam kolektibilitas kategori
ini, tidak terjadi transaksi debitur sejak 60 hari setelah jatuh tempo hingga 90 hari
kemudian (> 60 hari – 90 hari).
4. Kolektibilitas 4, yakni Diragukan (D). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi
transaksi debitur sejak 90 hari setelah jatuh tempo kredit hingga 180 hari kemudian
(> 90 hari – 180 hari).
5. Kolektibilitas 5, yakni Macet (M). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi
transaksi debitur hingga lebih dari 180 hari setelah jatuh tempo.
Temuan Penelitian :
1. BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit manajemen risiko
sendiri.
2. AO (Account Officer) memiliki peran ganda sebagai analis dan marketing.
3. Penolakan permohonan kredit KUK dan SME dilakukan secara lisan oleh AO yang
bersangkutan kepada debitur dengan membawa SPK dan mengembalikan dokumen-dokumen
debitur.
4. BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit khusus untuk melakukan
monitoring.
Simpulan
Berdasarkan data-data hasil wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit KUK dan SME
pada Bank Centra Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME adalah
KUK mempunyai plafon kredit tidak melampaui Rp 500.000.000,- sedangkan SME
mempunyai plafon kredit mulai dari Rp 500.000.000,- sampai Rp 10M. Adapun prosedur
pemberian kredit KUK dan SME yaitu AO mencari calon debitur melalui database bank,
kemudia mendatangi calon debitur yang telah ditunjuk. Calon debitur yang berminat
mengajukan permohonan kredit selanjutnya melakukan formulir pengisian SPK,
kemudian diserahkan kepada AO yang berwenang untuk menangani permohonan
kreditnya dilengkapi dengan dokumen yang dibutuhkan. Seluruh dokumen yang telah
diserahka calon debitur akan di cek kelengkapannya, apabila dokumen belum lengkap
maka akan dikembalikan untuk dilengkapi. AO melakukan identifikasi dengan
mengumpulkan informasi calon debitur dengan cara BI Checking dan dari pihak ketiga.
Setelah semua informasi terkumpul AO akan melakukan analisa 5C dan four eyes
principle. Setelah melakukan analisa, data akan diolah oleh aplikasi ICOS untuk
mengetahui risiko kredit yang ditimbulkan kemudian akan direview oleh pejabat bank
yang berwenang. Dan yang terakhir kredit akan di setujui oleh Kepala KCU atau Kepala
Pengembangan Bisnis Cabang. Otorisasi kredit berdasarkan hasil risiko.
2. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pemberian kredit adalah
a. Kurangnya informasi yang diberikan oleh calon debitur. Dokumen yang diberikan
kurang lengkap, latar belakang debitur, tidak banyak referensi mengenai calon
debitur. Solusi dari bank adalah melakukan probing, yaitu menelusuri lebih dalam
informasi mengenai calon debitur dengan cara mencari informasi dari sumber lain
atau pihak ketiga.
b. Permintaan plafon kredit dan agunan. Terkadang debitur menginginkan plafon yang
besar namun dari pihak bank tidak dapat memberikan karena bank
mempertimbangkan batasan antara bisnis dan risiko. Solusi yang diberikan oleh
bank yaitu menawarkan jasa yang lain atau dapat diberikan fasilitas kefleksibilitas
transaksi.
c. Experience atau pengalaman kerja AO. Apabila AO masih baru maka kemampuan
analisis masih belum sekuat dan seteliti AO yang pengalaman lapangannya banyak.
Solusi yang diberikan oleh bank yaitu mengadakan training agar dapat
meningkatkan kinerja dan kemampuan menganalisa.
d. Terjadi kredit macet. Kredit macet dapat disebabkan beberapa hal yaitu omset
usahanya turun, ada masalah keluarga, ditipu, tempat usahanya kebakaran, dsb.
Solusi yang diberikan oleh bank adalah agunan debitur akan dijual atau dilelang.
Dapat juga debitur meminjam dana dari kerabat atau dari bank lain.
e. Debitur mengalami bencana alam seperti kebakaran, kebanjiran, dsb. Solusi yang
diberikan bank adalah bank akan memberikan pinjaman dengan sumber dana dari
pihak ketiga dengan prinsip pinjaman harus kembali.
3. Pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada BCA sudah sesuai
dengan pengendalian internal menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, aktivitas pengendalian, infomasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian
internal akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Dalam lingkungan pengendalian di BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi
dapat dikatakan memadai karena sudah terdapat pedoman dan standar tertulis yang
mengatur mengenai keseluruhan proses pemberian kredit dan juga kegiatan
operasional bank, kemudian BCA juga memiliki visi, misi, serta tata nilai yang
dijadikan sebagai budaya kerja bagi seluruh karyawan BCA. Struktur organisasi
BCA sudah diatur dengan jelas dan tertulis.
b. Dalam penilaian risiko BCA sudah baik karena sudah memiliki tools atau sarana
untuk menilai risiko kredit yaitu berupa aplikasi ICOS. BCA juga menerapkan
prinsip four eyes principles dan analisis 5C secara ketat dan baik. Namun masih
terdapat kelemahan dalam penilaian risiko yaitu :
1. Tidak terdapat unit manajemen risiko pada BCA Kantor Cabang Utama Solo
Slamet Riyadi. Unit manajemen risiko hanya ada pada kantor pusat saja. Unit
manajemen risiko ini bertugas untuk menilai dan mengawasi risiko pada
pemberian kredit. Apakah seorang debitur layak atau tidak untuk diberikan
kredit.
2. Audit internal tidak ikut serta dalam penilaian risiko dalam proses pemberian
kredit. Grup audit internal hanya akan berperan serta pada saat kredit sudah
dicairkan. Audit internal akan memeriksa segala proses pemberian kredit dan
kualitas kredit, juga disesuaikan dengan standar yang sudah diatur.
c. Aktivitas pengendalian dalam BCA sudah baik dilihat dari setiap bagian yang
berperan di dalam proses pemberian kredit mempunyai uraian tugas dan wewenang
yang jelas, namun masih terdapat kelemahan yaitu adanya penumpukan tugas AO
(Account Officer) mulai dari pemasaran, analisa, hingga pemantauan. Hal ini akan
menyebabkan tertundanya pekerjaan dan proses pemberian kredit akan berjalan
lebih lama dan apabila ada AO yang tidak jujur akan menilai debitur secara
subyektif dan memunculkan kemungkinan adanya konflik kepentingan. Surat
Permohonan Kredit yang hanya satu lembar saja dan kemudian dijadikan arsip bank,
debitur hanya dapat mengisi saja namun tidak dapat menyimpan surat permohonan
kredit tersebut.
d. Untuk informasi dan komunikasi, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi
sudah mempunyai sistem informasi yang baik. BCA memiliki intranet dan
menyediakan laman web mybca.co.id yang hanya dapat diakses oleh karyawan BCA
di seluruh Indonesia. Komunikasi juga berjalan dengan baik dan lancar dengan
diadakaannya rapat secara rutin dan juga melakukan gathering dengan karyawan
juga debitur. Dalam proses pemberian kredit BCA juga sudah memiliki sistem
tersendiri yaitu aplikasi ICOS dan aplikasi tersebut selalu dikembangkan dengan
tools yang baru.
e. Dalam kegiatan pemantauan, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi sudah
cukup memadai. Dilihat dari debitur yang selalu dipantau setelah kredit cair dan
apabila debitur terlambat membayar akan segera diketahui kemudian langsung
dihubungi. Untuk pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh AO dan didukung oleh
Tim Pengawasan Internal Cabang dan Audit Internal. Unit-unit tersebut akan saling
membantu satu sama lain dan juga bertukar informasi mengenai aktivitas debitur.
Namun masih terdapat kelemahan dalam pemantauan ini yaitu BCA tidak memiliki
unit khusus yang bertugas untuk melakukan pemantauan saat proses pemberian
kredit dan pada saat kredit cair. Seluruh pemantauan dilakukan oleh AO dan unit-
unit pendukung.
Saran
Berdasarkan evaluasi yang sudah dilaksanakan masih terdapat beberapa kelemahan dari
kesimpulan yang telah diuraikan diatas. Untuk langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh
Bank Central Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi demi menanggulangi
kelemahan yang ditemukan dalam evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian
kredit KUK dan SME, penulis ingin memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat untuk BCA, antara lain sebagai berikut :
1. Sebaiknya BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi memiliki unit manajemen
risiko agar kedepannya dapat membantu AO dalam menganalisis dan menilai risiko
pemberian kredit suatu debitur.
2. BCA sebaiknya melakukan pemisahan fungsi AO dari pemasaran, analisa, dan
pemantauan sehingga proses pemberian kredit dapat dilakukan dengan lebih efektif, AO
tidak mengalami work overload, dan penilaian atas pemberian kredit bisa lebih objektif.
Hal ini dilakukan untuk menghindarkan adanya suatu kekeliruan pada saat pelaksaan
pemberian kredit (human error) dan juga conflict of interest.
3. Pada saat kredit calon debitur ditolak, sebaiknya pihak bank tidak hanya menyampaikan
dengan lisan saja. Hendaknya informasi penolakan kredit tersebut disertai dengan surat
penolakan resmi dari bank untuk calon debitur.
4. Diharapkan BCA memiliki unit khusus independent yang bertugas dan bertanggung
jawab untuk mengawasi proses pemberian kredit dan juga untuk memantau debitur yang
kreditnya sudah cair. Sehingga dapat mendeteksi lebih cepat apabila terjadi suatu
kejanggalan dalam proses maupun terjadi debitur tidak dapat membayar kewajibannya.
Unit khusus pengawasan ini dimaksudkan sebagai unit yang melakukan kegiatan
preventif untuk mencegah atau meminimalisir kemungkinan debitur tidak dapat
membayar kewajibannya.
REFERENSI
Alfinovita, Iza Azmi. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit
UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim). Malang : Universitas Brawijaya
Arens, Alvin A. Beasley, Mark S. Elder, Randal J. (2015). Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach. 15th Edition. New Jersey: Pearson Education
Boynton, William C. Johnson, Raymond N. (2006). Modern Auditing. 8th Edition. USA: JWS
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Mengelola Bank Komersial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ikatan Bankir Indonesia. (2013). Memahami Bisnis Bank, Modul Sertifikasi Tingkat 1, General
Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Irmayanto, Juli dkk. (2009). Bank dan Lembaga Keuanangan. Jakarta: Universitas Trisakti
Jopie, Jusuf. (1997). Panduan Dasar Untuk Account Officer. Jakarta : Intermedia
Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Lampiran SE No. 55/22/DPNP tanggal 29 September 2003 Bank Indonesia tentang Pedoman Standar
Sistem Pengendalian Intern Bagi Bank Umum.
Lazerson, Jeffrey M. (2008). Credit/Financing Process. http://google.com/patents/US7366694 diakses
pada 23 Januari 2015.
Marcha, Febriana. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Terhadap Proses Pemberian Kredit
Mikro Pada PT. Bank DKI. Jakarta : Universitas Bina Nusantara
Octavia, Evi. Yuliani, Ria. (2011) Role of Internal Audit in Supporting Effectiveness of Internal
Control Micro Credit, http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1950 diakses
pada 23 Januari 2015
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor : 5/8/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Priyono, Joko. Syarbini, Husin. (2014). UKM Naik Kelas. Jakarta : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Rivai V., Viethzal A.P., Viethzal A.P. (2013). Credit Management Handbook, Manajemen Perkreditan
Cara Mudah Menganalisis Kredit: Teori, Konsep, Prosedur, Aplikasi, serta Panduan Praktis
Bankir, Mahasiswa, dan Nasabah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Saraswati, Rosita Ayu. (2012). Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C Calon
Debitur dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektifitas Pemberian Kredit Pada PD BPR Bank
Pasar Kabupaten Temanggung. Jurnal Nominal/Volume 1 Nomor 1. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Zainul, Yuswar. Nugroho, Mahendro. (2009). Usaha mikro, kecil, dan menengah : dinamika dan
pengembangan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.
RIWAYAT PENULIS
Nastiti Rizkia Hayuningtyas lahir di kota Solo pada 06 Juli 1993. Penulis menamatkan pendidikan
S1 di Universitas Bina Nusantara dalam jurusan Akuntansi pada tahun 2015.