Vous êtes sur la page 1sur 11

EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT


PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, TBK

Nastiti Rizkia Hayuningtyas, Gen Norman Thomas


Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530

nastitirizkia@gmail.com

ABSTRACT

BCA offers loans in the form of working capital loans. The procedures and customer credit policies
are needed to know. This study was conducted to determine the procedures and policies of working
capital loan which is KUK and SME credit in the BCA KCU Solo Slamet Riyadi as well as to
determine the internal controls that run in the BCA is already in line with the internal control in
accordance with COSO. The research method performed by field research and library research.
Fieldwork was conducted by means of direct observation to the company, conduct interviews and
questionnaires, as well as documentation. Library research done by reading, understanding, and
collecting books, literature, journals, and previous research. Constraints in credit supply, namely the
lack of information about the debtor and the credit limit negotiations. Interviews, observations, and
questionnaires showed that lending policies and procedures are clear and comprehensively written.
For internal control is accordance with COSO and already implemented. However, there are still
weaknesses such as no special unit monitoring and risk management unit. NRH

Keywords: working capital loans, internal control

ABSTRAK

BCA menawarkan peminjaman dana berupa kredit modal kerja. Adapun prosedur dan kebijakan kredit
yang nasabah perlu ketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prosedur dan kebijakan
pemberian kredit modal kerja yaitu kredit KUK dan SME pada BCA KCU Solo Slamet Riyadi serta
untuk mengetahui pengendalian internal yang berjalan di BCA apakah sudah sesuai dengan
pengendalian internal menurut COSO. Metode peneilitian dilakukan dengan penelitian lapangan dan
penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi langsung ke perusahaan,
melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, serta melakukan dokumentasi. Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara membaca, memahami, dan mengumpulkan buku, literatur, jurnal, dan
penelitian terdahulu. Kendala dalam pemberian kredit yaitu kurangnya informasi mengenai debitur
dan negosiasi plafon kredit. Hasil wawancara, observasi, dan kuesioner menunjukkan bahwa prosedur
dan kebijakan pemberian kredit sudah jelas dan tertulis secara lengkap. Untuk pengendalian internal
telah sesuai dengan COSO dan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun masih terdapat kelemahan
yaitu tidak ada unit khusus monitoring dan unit manajemen risiko. NRH

Kata kunci : kredit modal kerja, pengendalian internal


PENDAHULUAN

Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 dan sejak saat itu dunia
perbankan selalu mengalami permasalahan yang tak kunjung usai. Beberapa bank banyak dilikuidasi,
dan kepercayaan nasabah terhadap bank apalagi bank swasta menurun dengan pesat dan menyebabkan
Bank BCA mengalami rush besar-besaran. Namun kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah
mulai meningkat dan kepercayaan serta kesetiaan nasabah terhadap Bank BCA juga ikut meningkat.

Dengan meningkatnya perekonomian Indonesia maka semakin banyak nasabah yang


memakai jasa perbankan untuk menyimpan dalam bentuk tabungan atau deposito, atau meminjam
sejumlah uang dalam bentuk kredit dan produk peminjaman uang yang ditawarkan oleh bank, serta
nasabah juga akan mendapatkan bunga dari bank tersebut. Dalam melakukan peminjaman pada bank
akan ada batas waktu dan jaminan yang ditentukan oleh bank, salah satunya peminjaman dalam
bentuk kredit.

Bank dengan nasabah memiliki hubungan yang saling menguntungkan, sumber dana bank
diperoleh dari kegiatan menyimpan uang oleh nasabah, kemudian nasabah akan mendapatkan
keuntungan seperti bunga, sedangkan dana yang sudah masuk ke bank tersebut akan dijadikan dana
kredit. Contoh sederhana kredit seperti hampir setiap nasabah di Bank BCA memiliki kartu kredit agar
saat bertransaksi nantinya akan menjadi mudah dan sederhana, tidak perlu membawa sejumlah uang
yang banyak, hanya dengan menggunakan kartu kredit nasabah dapat melakukan transaksi dengan
efektif dan efisien. Ada juga nasabah yang meminjam kredit untuk modal usaha. Usaha dari nasabah
dapat berupa usaha kecil ataupun menengah. Namun harus diketahui apakah nasabah tersebut dapat
membayar kembali tagihan kartu kreditnya, atau apakah nasabah dapat dipercaya untuk
mengembalikan modal usaha tersebut kepada bank, karena apabila bank tidak menganalisa nasabah
terlebih dahulu maka dapat terjadi nasabah tidak dapat membayar tagihan atau modal tersebut yang
biasanya disebut dengan kredit macet. Dalam prakteknya pemberian kredit untuk nasabah ini sering
kali ditemui kendala seperti kredit macet tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan nasabah tidak mau
atau tidak dapat membayar serta melunasi kredit yang telah diterima. Juga peruntukkan kredit dan
kebutuhan modal kerja yang tidak sesuai, yang berkaitan dengan kurang telitinya analisa yang
dilakukan oleh account officer baik dalam analisa laporan keuangan dan kegiatan usaha ataupun saat
menganalisa karakter nasabah seperti dalam prinsip 5C serta pengawasan yang kurang.

Untuk mengatasi ini maka bank akan menerapkan suatu prosedur untuk nasabah mengajukan
kredit usaha kecil (KUK) dan kredit small and medium enterprise (SME). Prosedur tersebut harus
memenuhi standar perbankan dan juga harus sudah sesuai dengan pengendalian intern yang
diterapkan oleh bank. Selain menerapkan dan memperhatikan standar prosedur dan pengendalian
intern, bank juga harus memperhatikan prinsip 5C yaitu Character, Capital, Collateral, Capacity, dan
Condition of Economy. Prinsip ini sangat penting karena prinsip ini juga menjadi pertimbangan bank
dalam memberikan persetujuan pemberian credit. Juga dengan diterapkannya pengendalian intern
dalam bank maka akan mencegah atau meminimalisir terjadinya kredit macet yang dapat berpengaruh
pada kesehatan dan kelangsungan bank. Setelah melakukan semua prosedur maka untuk selanjutnya
account officer harus melakukan pengawasan, tidak hanya mengawasi laporan keuangan dan kegiatan
bisnisnya saja, namun account officer harus mengunjungi tempat usaha (on the spot) untuk memeriksa
kebenaran kegiatan usaha serta transaksi-transaksi yang terjadi sehingga account officer dapat
menganalisa dan menimbang apakah nasabah tersebut dapat diberikan pinjaman kredit.

Selanjutnya setelah permohonan kredit dari nasabah diterima maka nasabah tersebut dapat
menerima pinjaman kreditnya. Tidak sampai disitu saja, setelah bank memberikan kredit kepada
nasabah maka akan dilakukan pengendalian internal atas pemberian kredit tersebut. Dalam
pelaksanaan pengendalian internal tersebut akan dilakukan pengawasan kepada nasabah dan akan
ditelusuri apakah ada nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit dan juga akan di temukan apa
saja yang menyebabkan nasabah tidak dapat mengembalikan kreditnya atau disebut kredit macet serta
solusi dari kendala tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kiranya penulis ingin meneliti mengenai apa saja
prosedur bank dalam memberikan kredit, dan apakah prosedur tersebut sudah sesuai dengan
pengendalian intern bank, maka penulis mengambil penelitian berjudul “EVALUASI
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT PT. BANK
CENTRAL ASIA, TBK”.
Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME
kepada nasabah?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses pemberian kredit KUK dan
SME?

3. Apakah pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada Bank BCA telah
sesuai dengan pengendalian internal oleh COSO?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengerti serta memahami kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian
kredit KUK dan SME kepada nasabah.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses
pemberian kredit KUK dan SME.

3. Untuk mengevaluasi prosedur dan pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit
Bank BCA.

Tinjauan Pustaka

Berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Iza Azmi A (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim),
penelitian ini menjelaskan bahwa sistem pengendalian internal pada PT BPR Nusumma Jatim sudah
baik dan sesuai dengan prosedur ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Namun tetap
ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara prosedur yang berlaku dengan kenyataan pada lapangan
untuk hal-hal tertentu seperti pemberian kredit dengan jumlah yang kurang dari yang ditentukan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penulis adalah prosedur yang terdapat pada BCA
KCU Solo Slamet Riyadi sudah tertulis dengan jelas dan konsisten sehingga tidak terjadi
ketidakkonsistenan prosedur dengan lapangan. Apabila terjadi maka pihak manajemen akan segera
memberikan peringatan.

Penelitian oleh Febriana Marcha (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
Terhadap Proses Pemberian Kredit Mikro Pada Bank DKI dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal pada pemberian kredit mikro telah memadai setelah dibandingkan dengan komponen
pengendalian internal dari COSO. Hasil penelitian juga menemukan kelemahan-kelemahan seperti
grup auditor internal belum terlibat dalam analisis dan penilaian risiko terhadap proses pemberian
kredit, kemudian Bank DKI seharusnya melakukan tukar informasi dengan debitur agar memperlancar
dan mengamankan kegiatan usaha bank serta untuk menghindari risiko debitur yang mempunyai
reputasi buruk. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, internal auditor pada BCA KCU Solo
Slamet Riyadi akan terlibat setelah kredit cair. BCA KCU Solo Slamet Riyadi memang tidak
melakukan tukar menukar informasi debitur dengan bank lain dikarenakan bank juga harus menjaga
kerahasiaan mengenai seluruh informasi debitur.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan jenisnya penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dan Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu :

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

1. Inquiries of the client

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dilakukan wawancara atau tanya jawab
langsung kepada narasumber yaitu Senior Account Officer atau Account Officer untuk
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai gambaran umum perusahaan dan
prosedur pemberian kredit.

2. Observation

Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi yaitu pengamatan terhadap prosedur
kredit yang dijalankan perusahaan mulai dari pemasaran produk kredit, pengolahan data
debitur, pemantauan, dan yang terakhir relationship.

3. Documentation

Metode dokumentasi ini untuk mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan


penelitian seperti dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pemberian kredit, contoh :
form Daftar (Calon) Debitur Potensial, form Perencanaan Kunjungan, dll.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian dilakukan dengan membaca, memahami, dan mengumpulkan buku-buku, literatur,


jurnal, dan penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan erat serta relevan dengan skripsi ini.
Penelitian kepustakaan ini juga dilakukan agar peneliti mendapatkan berbagai referensi untuk
mendukung skripsi ini.

HASIL DAN BAHASAN


Berdasarkan objek penelitian, maka evaluasi pengendalian internal yang akan dibahas adalah evaluasi
pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit pada BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet
Riyadi.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Level top management atau manajemen puncak berperan penting untung menentukan
pengendalian internal yang akan diberlakukan di perusahaan dengan cara memperhatikan
seluruh tindakan operasi perusahaan dan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan karena
perilaku manajemen dapat mencerminkan bagaimana keadaan organisasi tersebut. Menurut
COSO lingkungan pengendalian dapat diuraikan menjadi beberapa subkomponen yaitu :

1. Intergritas dan nilai etika


Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa Bank Central Asia telah memiliki
integritas dan nilai etika, diantaranya sikap narasumber yang bersedia meluangkan
waktunya diantara kesibukannya untuk wawancara serta mengisi kuesioner
mengenai topik skripsi yang akan dibahas. Bank Central Asia memiliki buku
pedoman (manual of operation) mengenai pemberian kredit lengkap mulai dari
kebijakan umum sampai detailnya. Buku pedoman tersebut juga sudah memadai
untuk pelaksanaan pemberian kredit. Bank Central Asia memiliki budaya
perusahaan yang baik dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME. Dalam
Bank Central Asia biasa disebut dengan Tata Nilai BCA.
2. Komitmen terhadap kompetensi
Bank Central Asia berkomitmen untuk menjaga kepercayaan dan harapan nasabah,
serta senantiasa memberikan layanan dan solusi terbaik untuk nasabahnya. Salah
satunya yaitu memberikan layanan pemberian kredit KUK dan SME. Demi
mencapai visi dan misi perusahaan , BCA dituntut untuk memiliki komitmen saling
mendukung antar sumber daya manusia yang telah dimiliki yang kemudian
dikembangkan dalam diri masing-masing karyawan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia serta kompetensi para karyawan. Dalam hal proses pemberian
kredit maka yang bertanggung jawab melaksanakan pemberian kredit adalah AO
(Account Officer). Bank Central Asia mewajibkan setiap Account Officer untuk
training dalam setahun minimal menjalani 2 (dua) kali training dan diperbolehkan
untuk training lebih dari 2 (dua) kali.
3. Dewan komisaris dan komite audit
Pada saat pemberian kredit KUK dan SME dewan komisaris dan komite audit tidak
ikut berperan serta dalam proses pemberian kredit dari awal sampai kredit cair.
Namun setelah kredit disetujui dan diberikan kepada debitur maka dewan komisaris
dan komite audit akan melakukan review terhadap kinerja pemberian kredit KUK
dan SME. Sebelum permohonan kredit sampai kepada pemutus kredit, kredit
dianalisis terlebih dahulu oleh reviewer kemudian dianalisa kembali oleh Kepala
Pengembangan Bisnis Cabang, sehingga permohonan kredit tersebut melewati
beberapa tahap sebelum diberikan kepada debitur. Komite audit akan mengevaluasi
kinerja setelah pemberian kredit dan juga mengaudit pemberiannya.
4. Filosofi dan gaya operasi manajemen
Bank Central Asia memiliki filosofi dan gaya operasi manajemen yang terdapat
dalam visi dan misi yang menjadi tolak ukur prestasi manajemen. Sesuai dengan visi
dan misi yang dimiliki, filosofi yang ditetapkan Bank Central Asia lebih
memfokuskan kepada nasabah, yaitu dapat memahami kebutuhan nasabah dan
memberikan layanan terbaik demi tercapainya kepuasan nasabah. Dengan begitu
nasabah akan menaruh kepercayaan kepada BCA dan BCA menjadi bank pilihan
utama setiap nasabah. Filosofi perusahaan akan disampaikan kepada para karyawan
melalui gaya operasional manajemen.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi telah diatur sedemikian rupa agar perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan pemantauan kegiatan operasi perusahan dapat berjalan dengan
lancar dan efektif. Bank Central Asia telah memiliki struktur organisasi yang baik
dan jelas serta pemisahan tugas sesuai dengan divisi dan tim masing-masing. Semua
struktur organisasi dan pemisahan tugas sudah tertulis di buku pedoman. Untuk
struktur organisasi kantor cabang telah diatur oleh kantor pusat dan struktur
organisasi tersebut berlaku bagi seluruh kantor cabang BCA di Indonesia.
6. Penetapan wewenang dan Tanggung jawab
Dapat diartikan bahwa penetapan wewenang dan tanggung jawab termasuk
bagaimana dan siapa yang menjalankan wewenang dan tanggung jawab tersebut
untuk seluruh kegiatan entitas. Penetapan wewenang dan tanggung jawab
merupakan perluasan lebih lanjut dari struktur organisasi. Dengan penetapan tugas
dan tanggung jawab yang jelas dan sesuai maka perusahaan akan dapat
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dengan optimal dan tujuan perusahaan
dapat tercapai. Kepala Kantor Cabang Utama bertanggung jawab dengan kantor
wilayah, dan juga Kepala KCU berperan sebagai pejabat tinggi dalam pengambilan
keputusan.
7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Setiap personel yang terlibat dalam proses pemberian kredit KUK dan SME
pastinya terlebih dahulu diberikan pelatihan dan pengarahan mengenai kebijakan
dan prosedur pemberian kredit yang telah berlaku. Tujuan pelatihan dan pengarahan
dilakukan agar para analis kredit (AO) dapat menganalisis kredit yang diajukan oleh
debitur. Untuk BCA AO diwajibkan untuk mengikuti training agar kompetensi AO
dapat berkembang dan dapat menaikkan prestasi serta kinerja.

2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)


Penilaian risiko kredit dilakukan dengan metode kualitatif (yang tidak dapat diukur) dan
kuantitatif (yang dapat diukur). Metode kualitatif diukur dengan cara menganalisa debitur
sesuai prinsip 5C dalam kredit yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition of
economy. Dalam analisa kualitatif terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam kendali perusahaan
sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar perusahaan dan
perushaan tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk mengendalikan faktor tersebut.
Sedangkan untuk metode kuantitatif diukur menggunakan rasio-rasio seperti liquidity ratio,
return on investment (ROI), return on asset (ROA), profitability ratio, juga menggunakan
laporan keuangan dan angka-angka kemampuan debitur. Untuk sistem penilaian risiko BCA
telah menggunakan aplikasi sehingga pemutusan kredit lebih cepat dan efektif. Pada saat
penandatanganan perjanjian kredit disaksikan oleh pihak yang berwenang dan biasanya
debitur akan datang ke kantor untuk menandatangani perjanjian tersebut sehingga dapat
meminimalisir risiko manipulasi tanda tangan.
Dari hasil analisis 5C yang dilakukan oleh AO maka selanjutnya AO akan menginput
informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan kepada suatu aplikasi yaitu
ICOS KUK/SME. Aplikasi ini dapat menghitung risiko atau credit risk rating setiap debitur
yang telah dianalisa oleh AO. Sistem ini dirancang untuk mendukung proses persetujuan
kredit. Proses persetujuan yang didukung oleh komputer akan menghasilkan suatu
pendekatan risiko standar atau terpadu di lingkungan bank. Proses teresbut juga akan
menentukan bobot risiko pada pinjaman.
Berdasarkan informasi yang AO berikan, sistem permohonan untuk kredit KUK atau SME
akan menetapkan salah satu dari tiga kode warna yang dipertimbangkan dari segi risiko
kredit. Kepala KCU atau Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) akan memberi keputusan
berdasarkan wewenangnya. Tiga kode warna yaitu :
1. Putih (White), risiko yang dapat diterima atau disetujui.
2. Abu-abu (Grey), analisa lebih lanjut diperlukan, dikirim ke Grup Analisa Risiko Kredit.
3. Hitam (Black), risiko yang tidak dapat diterima atau ditolak.
Hasil input oleh AO kemudian akan di review oleh Kepala Pemasaran Cabang. Pejabat
mempunyai wewenang yang berbeda tergantung hasil dari tiga kode warna tersebut. Apabila
hasilnya White maka Kepala KCU dan/atau Kakanwil akan memberi keputusan dari sisi
bisnis. Apabila hasilnya Grey maka keputusan diberikan oleh Senior Credit Analyst/Credit
Advicer dan Kepala KCU dan/atau Kakanwil. Apabila hasilnya Black maka secara sistem
harus ditolak, namun untuk kasus tertentu dapat dianalisa lebih lanjut dan diputuskan oleh
Senior Credit Analyst/Credit Advicer dan Kakanwil.
Dalam pemutusan pemberian kredit BCA telah menetapkan prinsip four eyes principles. Jadi
pemutusan kredit tidak dilakukan oleh satu orang saja, namun minimal dilakukan oleh dua
orang atau dua sisi yaitu sisi marketing dan sisi bisnis. Proses persetujuan kredit melewati
beberapa pejabat bank untuk di review terlebih dahulu sehingga apabila terdapat
permasalahan dapat dideteksi lebih awal.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activity)


1. Authorization Control
Otorisasi proses pemberian kredit yang dilakukan oleh BCA Kantor Cabang Utama Solo
Slamet Riyadi dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwewenang. Peraturan mengenai
persetujuan kredit telah tertulis pada buku pedoman pemberian kredit. Proses otorisasi
kredit dimulai dari pejabat-pejabat yang berwenang melakukan review kembali atas
permohonan pemberian kredit debitur yang telah di analisa oleh AO. Semua dokumen-
dokumen akan diperiksa kelengkapannya dan analisa AO di cek kembali untuk
mengetahui layak tidaknya seorang debitur. Setelah mendapatkan hasil baik dari hasil
analisa, pengolahan, dan hasil credit scoring kemudian pejabat yang berwenang akan
memberikan keputusan kredit. Pejabat-pejabat yang berwenang yaitu Kakanwil, Kepala
KCU, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang dan Senior AO.
2. Segregation of Duties
Dalam pemisahan fungsi pada BCA sudah cukup baik dalam proses pemberian kredit.
Pemisahan fungsi yaitu untuk proses pemberian kredit dari pemasaran hingga
monitoring dilakukan oleh AO, untuk wewenang pemberi keputusan pemberian kredit
diberikan kepada pejabat-pejabat bank yang terkait seperti Kepala KCU dan Kepala
Pengembangan Bisnis Cabang. Setelah kredit disetujui maka semua dokumen-dokumen
dan hasil pengolahan akan di dokumentasikan oleh bagian administrasi kredit. Bagian
administrasi kredit juga bertugas untuk mengoreksi data yang telah masuk ke dalam
aplikasi ICOS, dan yang menangani kegiatan pengurusan surat perjanjian hingga tanda
tangan oleh debitur dan notaris. Dan yang terakhir adalah teller. Fungsi teller pada
pemberian kredit adalah melakukan pelayanan terhadap penarikan dana oleh debitur dan
menerima pembayaran kembali dana oleh debitur.
3. Information Processing Control
Bank melaksanakan verifikasi terhadap akurasi dan kelengkapan dari transaksi dan
melaksanakan prosedur otorisasi, sesuai dengan ketentuan internal. Kegiatan
pengendalian pemrosesan informasi pada BCA mulai dari permohonan kredit dari
debitur, kemudian pengumpulan informasi dan dokumen-dokumen yang terkait dengan
analisis kredit akan didokumentasikan oleh bagian administrasi kredit, berkas-berkas dan
perjanjian kredit disiapkan juga oleh administrasi kredit. Fungsi administrasi kredit ini
untuk memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit,
apakah dokumen tersebut sudah lengkap dan sesuai dengan prosedur internal perusahaan
serta memastikan data-data yang dimasukkan pada aplikasi ICOS sudah akurat.
4. Physical Controls
Pengendalian fisik meliputi pengamanan yang memadai, fasilitas dijaga dengan baik,
otoritas akses ke program komputer, dan pengarsipan data. Pengendalian fisik
dilaksanakan untuk menjamin keamanan terhadap aset bank. BCA telah memiliki
pengendalian aset fisik yang memadai karena seluruh dokumen penting telah
didokumentasikan dengan lengkap dan disimpan aman oleh bagian administrasi kredit.
Untuk salinan dokumen penting tersebut diberikan dan disimpan oleh AO dalam bentuk
dosir. Dosir adalah sekumpulan dokumen yang berkaitan dengan proses kredit dan
analisa. Setiap satu AO memegang dosir debitur masing-masing. Semua dokumen dalam
dosir sebelumnya akan dibandingkan dahulu dengan dokumen yang asli. Akses untuk
dokumen penting tersebut juga terbatas mulai dari Kepala KCU sampai administrasi
kredit.
5. Performance Review
Evaluasi yang dilakukan oleh BCA dapat dikatakan baik, dilihat dari pejabat-pejabat
bank yang selalu melakukan review pemberian kredit kepada debitur. Sehingga analisa
kredit dan hasil pengolahan yang dilakukan oleh AO melewati beberapa reviewer
terlebih dahulu dan dapat diteliti. Apabila terdapat penyimpangan dapat segera diatasi.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Sistem informasi yang telah dilaksanakan pada BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet
Riyadi berupa akses berbasis web yang berisi informasi mengenai berbagai SOP dan berita-
berita mengenai BCA. Laman web tersebut yaitu mybca.co.id dan hanya dapat diakses oleh
karyawan-karyawan BCA seluruh Indonesia. Apabila karyawan BCA merasa kesulitan dalam
melakukan suatu aktivitas perbankan maka dapat melihat atau mengunduh SOP pada website
tersebut. Untuk proses pemberian kredit BCA menggunakan aplikasi ICOS yang digunakan
untuk menghitung risiko atas pemberian kredit. Pengaksesan aplikasi ICOS terbatas yaitu
hanya untuk AO, Administrasi Kredit, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang, dan pejabat-
pejabat yang me-review pemberian kredit seperti yang sudah dijelaskan pada subbab
sebelumnya.

BCA juga mempunyai komite yang bertanggung jawab terhadap sistem informasi dan
komunikasi yang dijalankan di BCA yaitu divisi Sistem Informasi Wilayah atau Management
Information System (MIS) yang sebagai pengolah data dalam hal perkreditan misalnya divisi
MIS ingin menarik data mengenai kredit, contoh informasi mengenai jatuh tempo kredit per
cabang, per kantor wilayah, ataupun per AO dan contoh lain menarik data tentang rata-rata
pemakaian kredit per-AO.

5. Pemantauan (Monitoring)
Pada proses pemberian kredit, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tetap
melakukan pemantauan debitur yang kreditnya sudah cair, pemantauan tersebut dilakukan
oleh AO dan unit-unit lain yang mendukung seperti Tim Pengendalian Kualitas Kredit dan
Pengawasan Internal Cabang. Pada dasarnya apabila debitur memiliki kredit yang lancar
tidak akan dipantau, AO hanya sekedar menanyakan kabar dan keadaan debitur tersebut, dan
dapat dilihat dari rekening korannya apakah debitur tersebut memiliki kredit yang lancar.
Apabila debitur sudah memiliki kesulitan dan bermasalah dalam pelunasan pinjaman kredit
maka AO yang bersangkutan akan terus memantau debitur tersebut dan berusaha agar debitur
tersebut melunasi kreditnya. Kategori kredit bermasalah berdasarkan tingkat kolektibilitas
yang ditetapkan BCA adalah sebagai berikut :
1. Kolektibilitas 1, yakni kategori Lancar (L). Dalam kolektibilitas kategori ini debitur
melakukan transaksi, baik pengambilan dana maupun pengembalian dana, secara
tertib, dan disiplin hingga masa jatuh tempo kredit.
2. Kolektibilitas 2, yakni kategori Dalam Perhatian Khusus (DPK). Dalam
kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi oleh debitur mulai dari sehari
sebelum jatuh tempo kredit hingga 60 hari kemudian (<1 hari – 60 hari).
3. Kolektibilitas 3, yakni kategori Kurang Lancar (KL). Dalam kolektibilitas kategori
ini, tidak terjadi transaksi debitur sejak 60 hari setelah jatuh tempo hingga 90 hari
kemudian (> 60 hari – 90 hari).
4. Kolektibilitas 4, yakni Diragukan (D). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi
transaksi debitur sejak 90 hari setelah jatuh tempo kredit hingga 180 hari kemudian
(> 90 hari – 180 hari).
5. Kolektibilitas 5, yakni Macet (M). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi
transaksi debitur hingga lebih dari 180 hari setelah jatuh tempo.

Kendala-kendala dalam Proses Pemberian Kredit :


Kurangnya informasi mengenai nasabah dan kurangnya pengalaman dari AO di lapangan. Apabila
terjadi kredit macet dapat disebabkan oleh usahanya turun, ada masalah keluarga, ditipu, tempat
usahanya terbakar, dsb maka solusinya adalah agunan debitur akan dijual atau dilelang. Tergantung
negosiasi debitur dengan bank. Dapat juga debitur meminjam uang kepada kerabatnya dahulu untuk
melunasi kredit di bank, atau dapat pinjam ke bank-bank tertentu yang berani mengambil risiko lebih
tinggi. Risiko kredit macet dan uangnya tidak kembali adalah kreditnya dihapus kemudian
dimasukkan biaya dan mengurangi laba. Untuk nasabah yang terkena bencana alam, BCA memberi
pinjaman dengan sumber dana dari pihak ketiga dengan prinsip pinjaman harus kembali. Keringanan
yang diberikan seperti potongan-potongan, keringanan denda, pelunasan bertahap, dsb.

Temuan Penelitian :

1. BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit manajemen risiko
sendiri.
2. AO (Account Officer) memiliki peran ganda sebagai analis dan marketing.
3. Penolakan permohonan kredit KUK dan SME dilakukan secara lisan oleh AO yang
bersangkutan kepada debitur dengan membawa SPK dan mengembalikan dokumen-dokumen
debitur.
4. BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit khusus untuk melakukan
monitoring.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan data-data hasil wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit KUK dan SME
pada Bank Centra Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi dapat disimpulkan bahwa :

1. Kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME adalah
KUK mempunyai plafon kredit tidak melampaui Rp 500.000.000,- sedangkan SME
mempunyai plafon kredit mulai dari Rp 500.000.000,- sampai Rp 10M. Adapun prosedur
pemberian kredit KUK dan SME yaitu AO mencari calon debitur melalui database bank,
kemudia mendatangi calon debitur yang telah ditunjuk. Calon debitur yang berminat
mengajukan permohonan kredit selanjutnya melakukan formulir pengisian SPK,
kemudian diserahkan kepada AO yang berwenang untuk menangani permohonan
kreditnya dilengkapi dengan dokumen yang dibutuhkan. Seluruh dokumen yang telah
diserahka calon debitur akan di cek kelengkapannya, apabila dokumen belum lengkap
maka akan dikembalikan untuk dilengkapi. AO melakukan identifikasi dengan
mengumpulkan informasi calon debitur dengan cara BI Checking dan dari pihak ketiga.
Setelah semua informasi terkumpul AO akan melakukan analisa 5C dan four eyes
principle. Setelah melakukan analisa, data akan diolah oleh aplikasi ICOS untuk
mengetahui risiko kredit yang ditimbulkan kemudian akan direview oleh pejabat bank
yang berwenang. Dan yang terakhir kredit akan di setujui oleh Kepala KCU atau Kepala
Pengembangan Bisnis Cabang. Otorisasi kredit berdasarkan hasil risiko.
2. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pemberian kredit adalah
a. Kurangnya informasi yang diberikan oleh calon debitur. Dokumen yang diberikan
kurang lengkap, latar belakang debitur, tidak banyak referensi mengenai calon
debitur. Solusi dari bank adalah melakukan probing, yaitu menelusuri lebih dalam
informasi mengenai calon debitur dengan cara mencari informasi dari sumber lain
atau pihak ketiga.
b. Permintaan plafon kredit dan agunan. Terkadang debitur menginginkan plafon yang
besar namun dari pihak bank tidak dapat memberikan karena bank
mempertimbangkan batasan antara bisnis dan risiko. Solusi yang diberikan oleh
bank yaitu menawarkan jasa yang lain atau dapat diberikan fasilitas kefleksibilitas
transaksi.
c. Experience atau pengalaman kerja AO. Apabila AO masih baru maka kemampuan
analisis masih belum sekuat dan seteliti AO yang pengalaman lapangannya banyak.
Solusi yang diberikan oleh bank yaitu mengadakan training agar dapat
meningkatkan kinerja dan kemampuan menganalisa.
d. Terjadi kredit macet. Kredit macet dapat disebabkan beberapa hal yaitu omset
usahanya turun, ada masalah keluarga, ditipu, tempat usahanya kebakaran, dsb.
Solusi yang diberikan oleh bank adalah agunan debitur akan dijual atau dilelang.
Dapat juga debitur meminjam dana dari kerabat atau dari bank lain.
e. Debitur mengalami bencana alam seperti kebakaran, kebanjiran, dsb. Solusi yang
diberikan bank adalah bank akan memberikan pinjaman dengan sumber dana dari
pihak ketiga dengan prinsip pinjaman harus kembali.
3. Pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada BCA sudah sesuai
dengan pengendalian internal menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, aktivitas pengendalian, infomasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian
internal akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Dalam lingkungan pengendalian di BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi
dapat dikatakan memadai karena sudah terdapat pedoman dan standar tertulis yang
mengatur mengenai keseluruhan proses pemberian kredit dan juga kegiatan
operasional bank, kemudian BCA juga memiliki visi, misi, serta tata nilai yang
dijadikan sebagai budaya kerja bagi seluruh karyawan BCA. Struktur organisasi
BCA sudah diatur dengan jelas dan tertulis.
b. Dalam penilaian risiko BCA sudah baik karena sudah memiliki tools atau sarana
untuk menilai risiko kredit yaitu berupa aplikasi ICOS. BCA juga menerapkan
prinsip four eyes principles dan analisis 5C secara ketat dan baik. Namun masih
terdapat kelemahan dalam penilaian risiko yaitu :
1. Tidak terdapat unit manajemen risiko pada BCA Kantor Cabang Utama Solo
Slamet Riyadi. Unit manajemen risiko hanya ada pada kantor pusat saja. Unit
manajemen risiko ini bertugas untuk menilai dan mengawasi risiko pada
pemberian kredit. Apakah seorang debitur layak atau tidak untuk diberikan
kredit.
2. Audit internal tidak ikut serta dalam penilaian risiko dalam proses pemberian
kredit. Grup audit internal hanya akan berperan serta pada saat kredit sudah
dicairkan. Audit internal akan memeriksa segala proses pemberian kredit dan
kualitas kredit, juga disesuaikan dengan standar yang sudah diatur.
c. Aktivitas pengendalian dalam BCA sudah baik dilihat dari setiap bagian yang
berperan di dalam proses pemberian kredit mempunyai uraian tugas dan wewenang
yang jelas, namun masih terdapat kelemahan yaitu adanya penumpukan tugas AO
(Account Officer) mulai dari pemasaran, analisa, hingga pemantauan. Hal ini akan
menyebabkan tertundanya pekerjaan dan proses pemberian kredit akan berjalan
lebih lama dan apabila ada AO yang tidak jujur akan menilai debitur secara
subyektif dan memunculkan kemungkinan adanya konflik kepentingan. Surat
Permohonan Kredit yang hanya satu lembar saja dan kemudian dijadikan arsip bank,
debitur hanya dapat mengisi saja namun tidak dapat menyimpan surat permohonan
kredit tersebut.
d. Untuk informasi dan komunikasi, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi
sudah mempunyai sistem informasi yang baik. BCA memiliki intranet dan
menyediakan laman web mybca.co.id yang hanya dapat diakses oleh karyawan BCA
di seluruh Indonesia. Komunikasi juga berjalan dengan baik dan lancar dengan
diadakaannya rapat secara rutin dan juga melakukan gathering dengan karyawan
juga debitur. Dalam proses pemberian kredit BCA juga sudah memiliki sistem
tersendiri yaitu aplikasi ICOS dan aplikasi tersebut selalu dikembangkan dengan
tools yang baru.
e. Dalam kegiatan pemantauan, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi sudah
cukup memadai. Dilihat dari debitur yang selalu dipantau setelah kredit cair dan
apabila debitur terlambat membayar akan segera diketahui kemudian langsung
dihubungi. Untuk pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh AO dan didukung oleh
Tim Pengawasan Internal Cabang dan Audit Internal. Unit-unit tersebut akan saling
membantu satu sama lain dan juga bertukar informasi mengenai aktivitas debitur.
Namun masih terdapat kelemahan dalam pemantauan ini yaitu BCA tidak memiliki
unit khusus yang bertugas untuk melakukan pemantauan saat proses pemberian
kredit dan pada saat kredit cair. Seluruh pemantauan dilakukan oleh AO dan unit-
unit pendukung.

Saran

Berdasarkan evaluasi yang sudah dilaksanakan masih terdapat beberapa kelemahan dari
kesimpulan yang telah diuraikan diatas. Untuk langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh
Bank Central Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi demi menanggulangi
kelemahan yang ditemukan dalam evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian
kredit KUK dan SME, penulis ingin memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat untuk BCA, antara lain sebagai berikut :
1. Sebaiknya BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi memiliki unit manajemen
risiko agar kedepannya dapat membantu AO dalam menganalisis dan menilai risiko
pemberian kredit suatu debitur.
2. BCA sebaiknya melakukan pemisahan fungsi AO dari pemasaran, analisa, dan
pemantauan sehingga proses pemberian kredit dapat dilakukan dengan lebih efektif, AO
tidak mengalami work overload, dan penilaian atas pemberian kredit bisa lebih objektif.
Hal ini dilakukan untuk menghindarkan adanya suatu kekeliruan pada saat pelaksaan
pemberian kredit (human error) dan juga conflict of interest.
3. Pada saat kredit calon debitur ditolak, sebaiknya pihak bank tidak hanya menyampaikan
dengan lisan saja. Hendaknya informasi penolakan kredit tersebut disertai dengan surat
penolakan resmi dari bank untuk calon debitur.
4. Diharapkan BCA memiliki unit khusus independent yang bertugas dan bertanggung
jawab untuk mengawasi proses pemberian kredit dan juga untuk memantau debitur yang
kreditnya sudah cair. Sehingga dapat mendeteksi lebih cepat apabila terjadi suatu
kejanggalan dalam proses maupun terjadi debitur tidak dapat membayar kewajibannya.
Unit khusus pengawasan ini dimaksudkan sebagai unit yang melakukan kegiatan
preventif untuk mencegah atau meminimalisir kemungkinan debitur tidak dapat
membayar kewajibannya.

REFERENSI
Alfinovita, Iza Azmi. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit
UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim). Malang : Universitas Brawijaya
Arens, Alvin A. Beasley, Mark S. Elder, Randal J. (2015). Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach. 15th Edition. New Jersey: Pearson Education
Boynton, William C. Johnson, Raymond N. (2006). Modern Auditing. 8th Edition. USA: JWS
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Mengelola Bank Komersial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ikatan Bankir Indonesia. (2013). Memahami Bisnis Bank, Modul Sertifikasi Tingkat 1, General
Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Irmayanto, Juli dkk. (2009). Bank dan Lembaga Keuanangan. Jakarta: Universitas Trisakti
Jopie, Jusuf. (1997). Panduan Dasar Untuk Account Officer. Jakarta : Intermedia
Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Lampiran SE No. 55/22/DPNP tanggal 29 September 2003 Bank Indonesia tentang Pedoman Standar
Sistem Pengendalian Intern Bagi Bank Umum.
Lazerson, Jeffrey M. (2008). Credit/Financing Process. http://google.com/patents/US7366694 diakses
pada 23 Januari 2015.
Marcha, Febriana. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Terhadap Proses Pemberian Kredit
Mikro Pada PT. Bank DKI. Jakarta : Universitas Bina Nusantara
Octavia, Evi. Yuliani, Ria. (2011) Role of Internal Audit in Supporting Effectiveness of Internal
Control Micro Credit, http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1950 diakses
pada 23 Januari 2015
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor : 5/8/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Priyono, Joko. Syarbini, Husin. (2014). UKM Naik Kelas. Jakarta : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Rivai V., Viethzal A.P., Viethzal A.P. (2013). Credit Management Handbook, Manajemen Perkreditan
Cara Mudah Menganalisis Kredit: Teori, Konsep, Prosedur, Aplikasi, serta Panduan Praktis
Bankir, Mahasiswa, dan Nasabah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Saraswati, Rosita Ayu. (2012). Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C Calon
Debitur dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektifitas Pemberian Kredit Pada PD BPR Bank
Pasar Kabupaten Temanggung. Jurnal Nominal/Volume 1 Nomor 1. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Zainul, Yuswar. Nugroho, Mahendro. (2009). Usaha mikro, kecil, dan menengah : dinamika dan
pengembangan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.

RIWAYAT PENULIS
Nastiti Rizkia Hayuningtyas lahir di kota Solo pada 06 Juli 1993. Penulis menamatkan pendidikan
S1 di Universitas Bina Nusantara dalam jurusan Akuntansi pada tahun 2015.

Vous aimerez peut-être aussi