Vous êtes sur la page 1sur 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan
individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2009).

Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa
ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &
Sundeen, 2008). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai
dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah
mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi,dkk, 2005).
Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas,
takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila
(Hardianto, 2009).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa


(skizofrenia) di dunia pada 2015 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data
tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220
juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan
kejiwaan (Hawari, 2009). Di Indonesia sendiri, penyakit gangguan jiwa tergolong
tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Indonesia 2007 menunjukkan bahwa
penderita gangguan jiwa berat sebanyak 0,46 % atau kurang lebih sejuta orang.

Di Bali diperkirakan jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa


sebanyak 2,3 permil (Riskesdas,2013). Berdasarkan laporan RSJ Provinsi Bali tahun
2016diperoleh bahwa dari 5.981 klien yang dirawat. Terdapat 4.020 (67%) laki-laki
dan 1.961 (33%) perempuan. Diruang Drupadi pasien berjumlah sebanyak 24 orang

1
dengan pasien yang mengalami isolasi sosial sebanyak 6 orang. (Rekam Medis
Provinsi Bali,2016).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2006).

Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap di rumah
sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan
petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh
penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan
pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluarga seperti dukungan pengharapan, dukungan
nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional (Friedman,2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep dasar teori isolasi sosial ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kesehatan pada
pasien gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui tentang konsep dasar isolasi sosial
b. Dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial

D. MANFAAT
1. Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa adalah dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pasien dengan isolasi sosial dan dapat
menerapkan ilmu yang sudah di pelajari selama kuliah.
2. Manfaat bagi instansi pendidikan
Manfaat bagi instansi pendidikan yaitu dapat dijadikan acuan dan refrensi
oleh perawat dalam mengembangkan badan keilmuan keperawatan
khususnya keperawatan jiwa.

2
3. Manfaat bagi profesi keperawatan
Manfaat bagi keperawatan yaitu dapat dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan yang
tepat, khususnya dalam pemberian intervensi keperawatan terkait
keperawatan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial
4. Manfaat bagi Rumah Sakit Jiwa
Manfaat bagi instansi kesehatan atau RSJ Bangli yaitu dapat dijadikan
sebagai rujukan dalam merawat pasien dengan masalah utama isolasi sosial
5. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Manfaat bagi pasien yaitu membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang
lain. Manfaat bagi keluarga yaitu, keluarga dapat mengetahui cara merawat
anggota keluarga dengan isolasi sosial

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya
(Carpenito, 2009).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart
& Sundeen, 2006).

2. Rentang Respon Sosial


Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif
(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung
Gambar 1. Rentang respon sosial

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan


cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.

Menurut Sujono & Teguh (2009) respon adaptif meliputi :

a. Solitude atau menyendiri


Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.

4
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.Individu mampu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.

c. Mutuality atau kebersamaan


Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Interdependen atau saling ketergantungan


Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama
dan masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut
adalah :

a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi
dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.

c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.

Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada


rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.

5
b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan orang lain,
individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain
hanya sebagai objek.
d. Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh
faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial
yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan
seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang
lalu dan sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu
penelitian.
3) Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat
perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan
dan lain-lain.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti, misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik
sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) Stressor Psikologik

6
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.

4. Tanda dan Gejala


Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri
akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul,
menghindari dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien
tidak tampak bercakap-cakap dengan klien atau perawat, tidak ada kontak
mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah,
klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur.Data subjektif
sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi.Beberapa data subjektif
adalah menjawab dengan kata-kata singkat dengan kata-kata “tidak”, “ya”,
atau “tidak tahu”.
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2005) isolasi
sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:
b. Data Obyektif :
1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,
kelompok)
2) Perilaku permusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
5) Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant
6) Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
7) Senang dengan pikirannya sendiri
8) Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
9) Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
12) Sedih, afek tumpul
c. Data Subyektif:
1) Mengekpresikan perasaan kesendirian
2) Mengekpresikan perasaan penolakan
7
3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan
kelompok kultur dominant
7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9) Tidak merasa aman di masyarakat

5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Haloperidol (HPD)
a) Indikasi, Berdaya berat dalam kemampuan, menilai realitas
dalam fungsi internal serta dalam fungsi kehidupan sehari-
hari.
b) Mekanisme kerja, Obat anti psikosi dalam memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinoptik neuron di otak
khususnya system limbik dan system ekstra piramidal.
c) Efek samping, Sedasi gangguan otonomik, gangguan
endokrin.
d) Kontra indikasi, Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, dan
kelainan jantung.
2) Trihexipenidyl (THP)
a) Indikasi, Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca
encephalitis dan idiopatik
b) Mekanisme kerja, Sinergis dengan kinidine, obat anti depresi
dan anti kolinergik lainnya.
c) Efek samping, Mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
mual, muntah, binggung, takikardi, retensi urine.
d) Kontra indikasi, Hipersensitif terhadap trihexipenidyl,
psikosis berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna.
3) Risperidone
a) Indikasi, Untuk skizofreniaakut dan kronik, keadaan psikotik
lain dengan gejala (halusinasi, delusi, curiga, gangguan
emosi) atau mengurangi gejala afektif berhubungan dengan
skizofrenia.

8
b) Efek samping, Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala,
somnolen, lelah, takikardi.
c) Kontra indikasi, Hipotensi, penyakit ginjal, lanjut usia,
Parkinson, epilepsi.
b. Terapi somatic
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan
perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan
klien. Jenis terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi,
dan fototerapi
c. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk
melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.
d. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang
(Grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3
joule) melalui electrode yang ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis
kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
e. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di
ruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi
klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin
terjadi.
f. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien
pada sinar terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan
posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien
diletakkan lampu setinggi mata.
g. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Tetapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi
modalitas antara lain:

9
1) Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk
terapi yang didasarkan pada pembelajaran hubungan
interpersonal. Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat
sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan, atau ketiganya.

2) Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima
tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
h. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi
modalitas lain atau berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi,
gerak, dan musik.

i. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau
pengalaman klien dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan
pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan perilakunya yang
mempengaruhi orang lain.
j. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan
penderita dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di
lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Upaya
terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KLIEN DENGAN MENARIK DIRI
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien

10
dan alamat klien.Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama
kali pada masa pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit
biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari,
tergantung pada orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego. Kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan dicerai suami, putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek Fisik/ biologi
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-
16 % skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri
kemungkinan 0,9-1,8 %,saudara kembar 2-15 %,dan saudara
kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien
akan mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
akan terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatif tentang tubuh . Preokupasi dengan bagian tubuh yang

11
hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun,dan berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan
beraktivitas.
5) Status mental
a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing
baju tidak tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju
terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri
(katalepsia).
d) Emosi
Emosi dangkal
e) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka

12
f) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam.
g) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
h) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
i) Kesadaran
Kesadaran berubah,kemauan mengadakan hubungan serta
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu
pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif)
j) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan
orang.
k) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas dan
tidak tepat.
l) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya,makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran
kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhan sendiri sangat menurun
dalam hal makan,BAB/BAK,mandi,berpakaian,dan istirahat tidur.
7) Data yang perlu dikaji:
Data objektif: klien hanya mengatakan ya dan tidak
8) Data objektif:
a) Gangguan pola makan: tidak ada nafsu makan/minum berlebihan.
b) Berat badan menurun/meningkat drastis
c) Kemunduran kesehatan fisik
d) Tidur berlebihan
e) Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f) Banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan
lingkungan.
g) Aktivitas menurun, mondar-mandir/ sikap mematung, mekakukan
gerakan secara berulang (jalan mondar-mandir).
13
h) Menurunnya kegiatan seksual.
i) Kurang responsif dan minat terhadap orang lain.
j) Kegagalan untuk membina suatu hubungan.
k) Kurangnya kontak mata.

Pohon Masalah

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi


Akibat

Isolasi sosial Defisit


Core Problem
perawatan diri

Etiologi Harga diri rendah

Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
d. Defisit perawatan diri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : ( core problem )
b. Harga diri rendah : ( etiologi )
c. Gangguan sensori persepsi :halusinasi(akibat)
d. Defisit perawatan diri : akibat

14
3. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial

Hari/Tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
Intervensi Rasional
Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 1 x 15 menitpertemuan
15 menitklien klien mampu membina
dapat berinteraksi hubungan saling percaya
dengan orang lain dengan perawat
TUK 1: klien 1. Klien dapat 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
dapat membina mengungkapkan perasaan percaya dengan merupakan langkah awal
hubungan saling dan keberadaannya secara menggunakan prinsip untuk menentukan
percaya (BHSP) verbal komunikasi terapeutik keberhasilan rencana
a. Klien mau menjawab a. Sapa klien dengan selanjutnya
salam ramah, baik verbal
b. Klien mau berjabat maupun norverbal
tangan b. Perkenalkan diri
c. Mau menjawab dengan sopan

15
pertanyaan c. Tanyakan nama
d. Ada kontak mata lengkap dan nama
e. Klien mau duduk panggilan yang disukai
berdampingan dengan pasien
perawat d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan tepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian pada
klien dan perhatikan
kebutuhan klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan Dengan mengungkapkan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang kepada klien untuk perasaan, bisa mengetahui
menyebutkan berasal dari: mengungkapkan penyebab isolasi sosial
penyebab isolasi a. Diri sendiri perasaan penyebab
sosial b. Orang lain isolasi sosial atahu tidak
c. Lingkungan mau bergaul.
2. Diskusikan bersama
klien tentang perilaku

18
menarik diri, tanda dan
gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien Reinforment dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan tentang keuntungan dan meningkatkan harga diri
keuntungan dengan orang lain, misalnya manfaat bergaul dengan
berhubungan banyak teman, tidak sendiri orang lain
dengan orang lain dan bisa diskusi 2. Beri kesempatan kepada
dan kerugian tidak klien untuk
berhubungan mengungkapkan
dengan orang lain perasaannya tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3. Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain
4. Kaji pengetahuan klien

19
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama
klien tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforCment
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak

20
berhubungan dengan
orang lain
TUK 4 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien Mengetahui sejauh mana
melaksanakan kerugian tidak berhubungan membina hubungan pengetahuan klien tentang
hubungan sosial dengan orang lain misalnya dengan orang lain berhubungan dengan orang
secara bertahap sendiri, tidak punya teman dan Dorong dan bantu klien lain.
sepi untuk berhubungan
dengan orang lain
melalui:
a. Klien-perawat
b. Klien-perawat-
perawat lain
c. Klien-perawat-
perawat lain- klien
lain
d. Klien-kelompok
kecil
2. Bantu klien
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain

21
3. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu
4. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
5. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih percaya diri
mengungkapkan mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan untuk berhubungan dengan
perasaannya dengan orang lain perasaannya bila orang lain.
setelah a. klien-perawat berhubungan dengan Mengetahui sejauh mana
berhubungan b. klien-perawat-perawat lain orang lain pengetahuan klien tentang
dengan orang lain c. klien-perawat-perawat lain- 2. Diskusikan dengan klien kerugian bila tidak
klien lain manfaat berhubungan berhubungan dengan orang
d. klien-kelompok kecil dengan orang lain lain
3. Beri reinforCment positif
atas kemampuan klien

22
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain
TUK 6 Klien dapat Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih percaya diri
memberdayakan perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan dan tahu akibat tidak
sistem pendukung dengan orang lain untuk: diri berhubungan dengan orang
atahu keluarga a. Diri sendiri b. Sampaikan tujuan lain.
atahu keluarga b. Orang lain c. Membuat kontrak
mampu d. Explorasi perasaan Mengetahui sejauh mana
mengembangkan Keluarga dapat: keluarga pengetahuan tentang
kemampuan klien a. Menjelaskan 2. Diskusikan dengan membina hubungan dengan
untuk perasaannya anggota keluarga orang lain.
berhubungan b. Menjelaskan cara tentang:
dengan orang lain. merawat klien menarik a. Perilaku menarik diri Klien mungkin dapat
diri b. Penyebab perilaku mengoobati perasaan tidak
c. Mendemonstrasikan menarik diri nyaman, bimbang karena
cara perawatan klien c. Cara keluarga memulai hubungan dengan
menarik diri menghadapi klien orang lain.
d. Berpartisipasi dalam yang sedang menarik Reinforceiment dapat
perawatan klien diri. meningkatkan kepercayaan

23
menarik diri. 3. Dorong anggota keluarga diri klien.
untuk memberikan
dukungan kepada klien Dengan dukungan keluarga,
berkomunikasi dengan klien akan merasa
klien berkomunikasi diperhatikan.
dengan orang lain.
4. Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
secara bergantian
minimal 1x seminggu.
5. Beri reinforceiment atas
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.

24
4. Implementasi
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi social: menarik diri

Isolasi social

SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan tidak berinteraksi dengan pasien.
orang lain 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi social yang dialami
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang pasien beserta proses terjadinya.
lain 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan isolasi social
4. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2 PASIEN SP 2 KELUARGA

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan isolasi
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempratikan cara berkenalan social.
dengan satu orang 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan orang isolasi sosial
lain sebagian salah satu kegiatan harian

25
SP 3 PASIEN SP 3 KELUARGA

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau minum obat (perencanaan pulang)
lebih 2. Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang.
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

5. Evaluasi

Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien menarik diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan menarik diri

a. klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP)


b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
d. klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atahu keluarga atahu keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lai

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN PERAWATAN PADA KLIEN NY. KJ


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG DRUPADI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 4 OKTOBER SAMPAI DENGAN 2018

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2018 di ruang Drupadi RSJ
Provinsi Bali, dengan sumber data yaitu klien, perawat ruangan, catatan medik,
pemeriksaan fisik, dan observasi.
1. Identitas Klien Penagangung Jawab
Ruang Rawat : Drupadi Initial : Tn. A
Initial : Ny. KJ Umur : 55 Tahun
Umur : 32 Tahun Pekerjaan : Guru
Pekerjaan : Tidak bekerja Jenis Kelamin : Laki - laki
Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah
Tanggal Masuk : 6 September 2018 Pendidikan :-
No. RM : 009969 Hubungan : Kakak pasien
Status : Belum menikah
Pendidikan : Tidak Sekolah
2. Alasan Masuk
a. Keluhan Utama saat MRS
Pasien dikatakan teriak-teriak
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Pasien terlihat duduk menyendiri, saat ditanya pasien hanya menunduk
dan tidak menjawab pertanyaan

27
c. Riwayat Penyakit
Pasien dating tanggal 6 September 2018 ke UGD RSJ Bangli diantar oleh
keluarga dan polisi, saat diwwancarai oleh perawat di UGD pasien tampak
seperti orang bingung, saat ditanya tentang identitas pasien tidak
menjawab. Pasien hanya berkata ingin makan dan mandi. Pasien
dikatakan dirumah sering marah-marah apabila keinginannya tidak
terpenuhi. Saat pasien marah-marah pasien akan memecahkan kaca, pot
dan barang-barang. Pasien tidak suka bersosialisai sejak usia 3 tahun.
Pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Bangli karena dirumah ada mau
upacara pernikahan. Pasien dikatakan dirumah sering teriak-teriak tetapi
tidak pernah menyerang orang. Pasien dikatakan dulu pernah dibawa
berobat ke RSJ Bangli, setelah pulang pasien tidak pernah dibawa berobat
lagi karena menurut keluarga tidak ada perubahan. Pasien dikatakan sejak
kecil tidak pernah disekolahkan karena pasien kalau diajak berbicara tidak
nyambung. Pasien dikatakan tidak pernah kejang dari kecil. Pasien
dikatakan setiap malam hari sering begadang dan tidurnya disiang hari.
Pasien dikatakan selama ini mau merawat dirinya seperti mandi, makan.
Pasien dikatakan tidak merokok, ataupun mengkonsumsi alcohol
dikeluarga ibu pasien ada yang yang seperti pasien yang sering berteriak-
teriak.

3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Ya.
Pasien dikatakan sejak usia 3 tahun sudah tidak suka bersosialisasi, dan
pasien berteriak-teriak seperti ini sejak 20 tahun yang lalu.
b. Pengobatan sebelumnya ? Kurang berhasil.
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena setelah pulang pasien
tidak pernah dibawa untuk berobat (control) lagi karena menurut keluarga
pasien, pasien tidak ada perubahan.
c. Penolakan dari Lingkungan ? Tidak.

28
Pasien dikatakan tidak mengalami penolakan dari lingkungan, pasien
diterima oleh keluarga, teman serta masyarakat sekitar.
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ya.
Keluarga ibu pasien ada yang seperti pasien yang gejala teriak-teriak
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Sejak kecil pasien tidak pernah disekolahkan karena pasien kalau diajak
bicara tidak nyambung.
f. Faktor presipitasi
Pasien mengalami kekambuhan karena pasien putus obat
g. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda vital
- Tensi : 109/65 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Respirasi : 18x/menit
- Suhu : 36,50C
2). Ukuran
- BB : 48 Kg
- TB : 150 cm
3). Keluhan Fisik
KU : tenang
Kesadaran komposmentis
4). Pemeriksaan Kepala-Kaki
a). Kepala

I: Warna rambut hitam, pendek,terdapat bekas luka


P: Tidak ada benjolan

b). Mata

I: Mata kanan kiri simetris, pandangan kurang fokus


P: Tidak ada nyeri tekan pada palpebra

c). Hidung

29
I: Hidung kanan kiri simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung

d). Mulut
I: Mukosa lembab, ada hipersaliva, tidak ada bibir sumbing

e). Telinga
I: Telinga kanan kiri simetris, telinga kurang bersih

P: Tidak ada nyeri tekan pada tragus

f). Leher
I: Tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada bendungan vena
jugularis
P: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

g). Thorax
I: Tidak ada hiperpigmentasi, pergerakan dinding dada simetris
P: Tidak ada nyeri tekan pada ics
P: Suara perkusi jantung : dallnes, suara paru : sonor
A: Suara paru vesikuler, suara jantung : BJ 1 BJ2 tunggal reguler

h). Abdomen

I: Tidak ada lesi, tidak ada jejas


A: Peristaltik usus normal 10x/menit
P: Tidak ada distensi
P: Suara timpani

i). Ekstremitas
Atas

Tangan kanan dan kiri semetris tidak ada sianosis, tangan


I:
tremor, dan tangan kaku
P:
Tidak ada nyeri tekan,CRT < 2 detik
Ekstremitas
Bawah
I: Kaki kiri dan kanan simetris, tidak ada varises vena, terdapat
bekas luka, cara berjalan kaku
P: CRT < 3 detik

30
h. Psikososial
1). Genogram

X X X X

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Klien

............. : Tinggal serumah

: Hubungan

: Hubungan dekat

Jelaskan

Pasien tinggal bersama kakak tertua dan kakak kelima serta bapak pasien, ibu pasien
sudah meninggal, pasien adalah anak ke-6 dari 6 bersaudara. Dirumah pasien dekat
dengan ayahnya, karena ayahnya yang selama ini membantu merawat pasien.

31
2). Konsep Diri
a). Citra diri
Saat ditanya citra diri (persepsi klien terhadap tubuhnya adalah
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai pasien tidak
menjawab pertanyaan)
b). Identitas diri
Saat ditanya identitas diri pasien hanya diam tidak menjawab
pertanyaan dan menunduk
c). Peran diri
Saat ditanya peran diri (tugas dalam keluarga) pasien hanya diam
dan tidak menjawab
d). Ideal diri
Saat ditanya mengenai ideal diri (harapan terhadap penyakitnya,
terhadap tubuh, keluarganya) pasien hanya terdiam dan tidak
menjawab pertanyaan.
e). Harga diri
Saat ditanya mengenai harga diri (penilaian orang lain terhadap
dirinya) pasien hanya dian dan tidak menjawab pertanyaan
3). Hubungan sosial
a). Orang yang berarti
Saat ditanya orang yang berarti (tempat mengadu, bercerita) pasien
hanya mengulang pertanyaan yang diberikan
b). Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
Saat ditanya kegiatan kelompok (kelomok dan kegiatan yang
diikuti) pasien tidak menjawab pertanyaan. Pasien tampak tidak
pernah mengikuti kegiatan bersih-bersih saat diruangan

c). Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

32
Saat ditanya pasien tidak menjawab, pasien tampak tidak menjalin
interaksi dengan orang lain
4). Spiritual
a). Nilai dan keyakinan
Saat ditaanya (pandangan pasien terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan agama) pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan
b). Kegiatan ibadah
Pasien dikatakan beragama hindu, pasien tampak tidak mengikuti
persembahyangan diruangan.
i. Status Mental
1). Penampilan
Penampilan pasien terlihat kurang rapi, penggunaan baju terkadang
terbalik
2). Pembicaraan
Saat ditamya pasien menjawab dengan satu kata dengan nada cepat
dan keras. Pasien tidak mampu menilai pembicaraan
3). Aktifitas motorik
Badan pasien (tangan dan pergerakan) kaku saat berjalan dan aktifitas
pasien kurang, pasien bergerak jika dibimbing
4). Alam perasaan
Pasien tampak sedih karena jauh dari rumah dan pasien hanya
mengatakan “mulih”
5). Efek dan emosi
Pasien hanya bereaksi apabila ada stimulus emosi yang kuat
6). Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata pasien kurang, pasien terkadang
menunduk dan mengalihkan pandangan
7). Persepsi
Penjelasan : pasien tidak memiliki masalah dalam persepsi sensorik
8). Arus pikir

33
Inkoheren
Pada saat pengkajian pasien terkadang tidak menjawab, dan saat
menjawab pasien hanya mengatakan “mulih” secara berulang, pasien
tampak sulit memahami perkataan orang lain dan sulit untuk bicara
9). Isi pikir
Saat ditanya tentang perasaan dan apa yang dirasakan saat berada di
rumah sakit pasien hanya terdiam
10). Bentuk pikir
Saat ditanya keadaan saat ini pasien hanya terdiam
11). Tingkat kesadaran
Pada saat ditanya dimana ini, tanggal berapa dan siapa nama perawat
pasien tidak mampu menjawab pertanyaan
12). Memori
Saat ditanya, mengenai berapa saudaranya, siapa nama perawat pasien
tidak mampu menjawab pertanyaan
13). Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat pengkajian ketika pasien diminta untuk berhitung 1-10 paen
tidak mampu melakukannya dan pandangan pasien beralih
14). Kemampuan penilaian
Saat ditannya mengenai keuntungan dan kerugian berinteraksi pasien
tidak mampu menjawab pertanyaan, pasien hanya diam
15). Daya tilik diri
Pada saat ditanya mengenai penyakitnya atau penyebab penyakitnya
pasien hanya dian dan mengalihkan pandangannya
j. Kebutuahn persiapan pulang
1). Makan dan minum
Pasien mampu makan dan minum secara mandiri
2). BAB dan BAK
Pasien mampu BAB dan BAK secara mandiri di kamar mandi.
3). Mandi

34
Pasien mampu mandi secara mandiri
4). Istirahat tidur
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan istirahat
tidurnya.
5). Penggunaan obat
Pasien minum obat dengan bimbingan perawat
6). Pemeliharaan kesehatan
saat ditanya “apabila sakit pasien berobat kemana?” pasien hanya diam
7). Aktifitas di rumah
Saat ditanya “kegiatan keseharian dirumah” pasien hanya diam dan
tidak menjawab pertanyaan
8). Aktifitas di luar rumah
Pasien dikatan tidak pernah melakukan aktivitas diluar rumah
9). Mekanisme koping
Saat ditanya mengenai mekanisme koping (respon atau hal yang
dilakukan pasien dalam menghadapi masalah) pasien hanya diam
10). Masalah psikososial dan lingkungan
- Masalah dengan lingkungan kelompok :
Pasien tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok,
pasien diterima oleh keluarganya
- Masalah berhubungan dengan lingkungan :
hubungan pasien denegan lingkungan keluarga dan masyarakat
terjalin baik
- Masalah dengan pendidikan :
Pasien dikatakan tidak pernah sekolah dari kecil
- Masalah dengan perumahan
Pasien dikatakan tidak memiliki masalah perumahan (pasien
memiliki hubungan baik dirumah)
- Masalah dengan ekonomi :

35
Pasien dikatakan tidak memiliki masalah dalam ekonomi, pasien
ditanggung oleh kakaknya
- Masalah dengan pelayanan kesehatan :
Pasien memiliki kartu BPJS
11). Pengetahuan
Pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya
12). Aspek Medis

Diagnosa Medis : RETREDASI MENTAL

Terapi : Depacote 250 mg 2 x ½ tablet

Halloperidol 5 mg 2x ½ tablet

Thihexipenidyl 2 mg 2 x1 tablet

13). Analisa Data

NO Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan

1 Pasien mengatakan mulih - Pasien tampak sering isolasi sosial


tidur menyendiri diatas
.
kursi
- Aktivitas motorik
kurang
- Kontak mata kurang
- Pasien tidak
berinteraksi dengan
pasien lainnya (orang
lain)
- Pasien menunduk

36
2 Pasien dikatakan tidak - Pasien tampak teriak – Regiment
diajak berobat atau putus teriak sebelum MRS terapeutik tidak
obat sejak lama - Terdapat perburukan efektif
gejala
3 Pasien hanya terdiam - Terdapat riwayat Resiko prilaku
pasien mengamuk dan kekerasan
memecahkan kaca dan
pot
- Terdapat riwayat
pasien teriak - teriak
4 Pasien hanya terdiam - Pasien tampak tidak Difisit perawatan
bersih saat makan diri
- Pasien tampak tidak
cuci tangan sebelum
makan
- Baju pasien tampak
kotor dan basah selesai
makan karena terkena
tumpahan air minum

14 . Rumusan Masalah

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core problem Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

Causa Regimen Terapeutik Tidak Efektif

37
II. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Defisit perawatan diri
d. Regimen terapeutik tidak efektif

III . Perencanaan
Prioritas diagnosa
a. Isolasi sosial

38
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN KLIEN PADA Ny K.J


DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG DRUPADI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 4/OKTOBER/2018
Tindakan Keperawatan Evaluasi

Hari/Tanggal : Kamis/4 Oktober 2018 S:


DS: - Pasien hanya diam saat ditanya
- O:
DO: - Pasien tampak tidur diatas kursi
- Pasien tampak tidur menyendiri diatas - Kontak mata tidak ada
kursi - Pasien tidak menjawab pertanyan
- Pasien tidak berinteraksi dengan pasien A:
lainnya (orang lain)
- BHSP belum tercapai
- Aktivitas motorik kurang
- Kontak mata kurang P:
- Ulangi BHSP
- Pasien tampak menunduk

Diagnosa : isolasi soasial : menarik diri

Tindakan :
- Membina hubungan saling percaya
- Menyapa klien dengan ramah, baik
verbal maupun non verbal
- Memperkenalkan diri (nama lengkap,
nama panggilan, asal, hobi dan tujuan
perawat berkenalan)
- Menanyakan nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi pasien
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menunjukkan sikap empati daan
menerima pasien apa adanya

Rencana Tindak Lanjut :

39
Membina hubungan saling percaya
- Menyapa pasien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal
- Memperkenalkan diri dengan sopan
- Menayakan nama lengkap, nama
panggilan, hobi, asal
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menunnjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
Hari/Tanggal : jumat/5 Oktober 2018 S:
- Pasien hanya mengatakan muleh
DS: O:
- - Pasien tampak duduk berdampingan
DO: dengan perawat
- Pasien tampak tidur diatas kursi - Pasien mau berjabat tangan
Diagnosa : Isolasi sosial - Kontak mata ada tapi kurang
- Pasien mudah mengalihkan
Tindakan : pandangan
1). Membina hubungan saling percaya A:
- Menyapa klien dengan ramah, baik - BHSP tercapai
verbal maupun non verbal P:
- Memperkenalkan diri (nama - Lanjutkan SP 1
lengkap, nama panggilan, asal,
hobi dan tujuan perawat
berkenalan)
- Menanyakan nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi pasien
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menunjukkan sikap empati daan
menerima pasien apa adanya

Rencana tindak lanjut


1). SP 1
- Bantu pasien mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial
- Bantu pasien mengenal keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
- Diskudikan dengan pasien kerugian
berinteraksi dengan orang lain

40
- Bantu pasien berkenalan dengan
orang lain
- Anjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Hari/Tanggal : sabtu/6 oktober 2018 S:
- Pasien mengatakan muleh
DS: - Pasien hanya diam saat
- Pasien hanya diam saja
DO: dijelaskan keuntungan atau
- Pasien tanpak tidur menyendiri diatas kerugian berinteraksi dengan
kursi orang lain
- Kontak mata kurang O:
- Pasien tampak tidak mau berkenalan
Diagnosa : isolasi sosial dengan perawat lainnya
- Pasien tampak mengalihkan
Tindakan : pandangan
- Kontak mata kurang
1). SP 1
- Pasien tampak berpindah tempat dan
- Bantu pasien mengidentifikasi tidur kembali
penyebab isolasi sosial
- Bantu pasien mengenal keuntungan A :
berinteraksi dengan orang lain - Sp 1 belum tercapai
- Diskudikan dengan pasien kerugian P :
berinteraksi dengan orang lain - Ulangi SP 1
- Bantu pasien berkenalan dengan
orang lain
- Anjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut


1). SP 1
- Identifikasi penyebab isolasi sosial
- Diskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
- Dikusikan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Latih pasien cara berkenalan
dengan 1 orang
- Anjurkan memasukkan kedalam

41
jadwal kegiatan harian
Hari/Tanggal : senin 8 Oktober 2018 S:
- Pasien mengatakan muleh
DS:
- Pasien hanya diam saja O:
- Pasien mengulang nama teman yang
DO: diajak kenalan
- Pasien tampak tidur di atas kursi - Berkenalan dengan perawat “ o”
- Pasien tampak mau berjabat tangan
dan mau berkenalan dengan orang
Diagnosa : isolasi sosial lain, perawat “o’
A:
Tindakan : - SP 1 tercapai
1). SP 1 P:
- Identifikasi penyebab isolasi sosial - Lanjutkan SP 2
- Diskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
- Dikusikan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Latih pasien cara berkenalan
dengan 1 orang
- Anjurkan memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian

Rencana tindak lanjut :


1). SP 2
- Evaluasi kegiatan SP 1
- Latih hubungan sosial secara
bertahap
- Anjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

Hari/Tanggal : Selasa 9 oktober 2018 S:


- Pasien mampu mengulang nama

42
DS : teman (A) nama perawat
- Pasien hanya diam
O:
DO : - Pasien tampak mampu memulai
- Pasien tampak tidur menyendiri perkenalan
- Paaisen tampak tenang
Diagnosa : Isolasi sosial - Kontsk mata cukup
A:
Tindakan : - SP 2 tercapai
1). SP 2 P:
- Mengevaluasi kegiatan SP 1 - Lanjut SP 3
- Melatih pasien berkenalan dengan dua
orang atau lebih
- Menanjurkan memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Rencana tindak lanjut :


SP 3
- Evaluasi kegiiatan SP 1 dan SP 2
- Latih pasien berhubungan sosial secara
bertahap
- Anjurkan memasukkan kegiatan SP 3
kedalam jadwal kegiatan harian pasien
Hari/Tanggal : Rabu 10 oktober 2018 S:
- Pasien mengatakan muleh
DS : - Pasien mampu mengulang namanya
- Pasien hanya diam “Kadek Juni”
- Pasien mampu mengulang nama
DO : perawat “W, S dan O”
- Pasien tampak duduk bersama teman O :
lainnya kemudian tampak tidur - Pasien tampak mampu dan mau
menyendiri lagi berjabat tangan dan berkenalan
- Pasien tampak mmengikuti senam dengan orang lain
- Kontak mata ada
Diagnosa : Isolasi sosial
A:
Tindakan : - SP 3 tercapai
1) SP 3
- Mengevaluasi kegiatan SP 1 dan SP 2 P:

43
- Melatih berhubungan sosial secara - Evaluasi SP 1, SP 2 dan SP 3
bertahap
- Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Rencana tindak lanjut :
Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3
- Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial
- Mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
- Mendiskusikan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Melatih cara berkenalan dengan satu
orang
- Melatih cara berkenalan dengan dua
orang
- Melatih cara berhubungan sosial secara
bertahap
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Oktober 2018 S:
- Pasien mampu mengulang nama
DS : perawat “Y” dan pasien “S”
- Pasien hanya diam - Pasien
- Pasien mengatakan “mulih ije”
DO :
- Pasien tampak tidur menyendiri diatas O :
kursi - Pasien tampak mampu dan mau
Diagnosa : Isolasi sosial berjabat tangan dengan orang lain
(perawat “Y” dan pasien “S” )
Tindakan : - Kontak mata ada
1) Mengevaluasi SP 1, SP 2, SP 3 - Pasien tampak mengalihkan
- Mengidentifikasi penyebab isolasi pandangannya
sosial
- Mendiskusikan keuntungan A :
berinteraksi dengan orang lain - Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3 tercapai
- Mendiskusikan kerugian berinteraksi
dengan orang lain P:
- Melatih cara berkenalan dengan satu - Evaluasi SP 1, SP 2 dan SP
orang 3kembali
- Melatih cara berkenalan dengan dua

44
orang
- Melatih cara berhubungan sosial secara
bertahap
Rencana tindak lanjut :
Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3
- Diskusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Latih berkenalan dengan satu orang
- Latih berkenalan dengan dua orang
atau lebih
- Latih cara berhubungan sosial secara
bertahap

Hari/Tanggal : Jumat, 12 Oktober 2018 S:


- Pasien mengatakan “jumah dija”
DS : - Pasien mengulang namanya
- Pasien hanya diam - Pasien mengulang nama pasien “S”
dan “N”
DO :
- Pasien tampak tidur menyendiri diatas O :
kursi - Pasien tampak mau berjabat tangan
Diagnosa : Isolasi sosial dan berkenalan dengan pasien “S”
dan “N”
Tindakan : - Kontak mata ada
2) Mengevaluasi SP 1, SP 2, SP 3 - Pasien tampak mengalihkan
- Mengidentifikasi penyebab isolasi pandangannya
sosial
- Mendiskusikan keuntungan A :
berinteraksi dengan orang lain - Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3 tercapai
- Melatih cara berkenalan dengan satu
orang P:
- Melatih cara berkenalan dengan dua - Evaluasi SP 1, SP 2 dan SP 3
orang atau lebih kembali
- Melatih cara berhubungan sosial secara
bertahap
Rencana tindak lanjut :
Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3
- Identifikasi penyebab isolasi sosial

45
- Diskusikan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
- Latih berkenalan dengan satu orang
- Latih berkenalan dengan dua orang
atau lebih
- Latih cara berhubungan sosial secara
bertahap

Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Oktober 2018 S:


- Pasien mengatakan “sandal dija”
DS : - Pasien mengulang nama perawat
- Pasien mengatakan “sandal dija-sendal “O” dan “A”
dija” - Pasien mengulang namanya

DO : O:
- Pasien tampak duduk sendiri diatas - Pasien tampak mau berjabat tangan
kursi kemudian kembali tidur lagi dan berkenalan dengan perawat “O”
dan “A”
Diagnosa : Isolasi sosial - Kontak mata ada
- Pasien tampak mengalihkan
Tindakan : pandangannya
3) Mengevaluasi SP 1, SP 2, SP 3
- Mengidentifikasi penyebab isolasi A :
sosial - Evaluasi SP 1, SP 2, SP 3 tercapai
- Mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain P:
- Melatih cara berkenalan dengan dua - Pertahankan kondisi pasien
orang atau lebih
- Melatih cara berhubungan sosial secara
bertahap

46
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membandingkan antara teori dan kasus yang
kelompok amati serta menganalisa sejauh mana faktor pendukung, faktor
penghambat, dan alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. SP dengan resiko perilaku kekerasan di ruang Drupadi RSJ
Bangli Provinsi Bali

A. Pengkajian Keperawatan

Menurut Craven Hirnle (dalam Keliat,2009) pengkajian merupakan


pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis untuk menentukan
tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas. Pengumpulan data
pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,
psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik pengumpulan data penulis
menggunakan metode wawancara dengan Ny.SP, observasi secara langsung terhadap
kemampuan dan perilaku Ny.SP serta dari status Ny.SP, selain itu keluarga juga
berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.SP.

Berdasarkan teori menurut Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008)


menyebutkan bahwa etiologi yang menyebabkan resiko perilaku kekerasan
disebabkan oleh faktor predisposisi dan faktor prespitasi, yang termasuk faktor
predisposisi adalah faktor biologik, faktor psikologi, dan faktor sosiokultural. Faktor
presipitasi pada resiko perilaku kekerasan adalah biologis, stress lingkungan dan
sumber koping. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dialami oleh Ny.SP dimana
factor psikologis mempengaruhi terjadinya resiko perilaku kekerasan. Dimana dulu
saat bekerja di badung pasien mengalami pengalaman yang buruk dan membuatnya
stress hingga saat ini.

47
Menurut penelitian Castro (2010) menyatakan bahwa pasien dengan isolasi
sosial pasien juga harus dilatih menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
program. Pada pasien gangguan jiwa yang di rawat di rumah sakit seringkali
mengalami putus obat. Sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit,
sehingga pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai dengan program dan
berkelanjutan. Hal tersebut juga dialami oleh Ny. SP, dimana dulu pasien pernah di
rawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Namun, setelah pulang pasien tidak rutin
untuk minum obat dan terkadang pasien tidak mau minum obat, saat dipaksa minum
obat pasien mengamuk.

Menurut Herman (2011), tanda dan gejala isolasi sosial yaitu: kurang spontan, apatis
(acuh terhadap lingkungan ), ekspresi wajah tidak berseri, mengisolasi diri, tidak ada
atau kurang komunikasi verbal, aktivitas menurun, kontak mata kurangatau tidak ada.
Gejala-gejala tersebut juga dialami oleh Ny KJ yaitu menarik diri (mengisolasi diri),
apatis, komunikasi verbal kurang, kontak mata kurang.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA SDKI (2016), pada diagnose isolasi sosial memiliki batasan
karakteristik : data subyektif: merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat
umum, merasa berbeda dengan orang lain. Data obyektif: menarik diri, menolak
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, kondisi difabel, tidak ada kontak
mata, tidak bergairah. Data yang memperkuat pengkaji mengangkat diagnose
isolasi sosial yaitu data subyektif yang diperoleh dari Ny KJ yaitu pasien hanya
diam saat ditanya dan data obyektifnya yaitu Pasien tampak sering tidur
menyendiri diatas kursi (menarik diri), aktivitas motorik kurang, kontak mata
kurang, pasien tidak berinteraksi dengan pasien lainnya (orang lain), pasien
menunduk.

C. Intervensi Keperawatan

48
Menurut Ali (Nurjanah, 2005) rencana tindakan keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan
keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan
pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan
pasien dapat teratasi. Sesuai dengan tujuan tersebut, perencanaan dilakukan pada
Ny.KJ. mengacu pada SP 1 sampai SP 3. Sp 1 pada pasien bertujuan untuk membina
hubungan saling percaya, mebantu pasien mengidentifikasi penyebab isolasi sosial,
menanyakan pasien keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain, melatih
pasien cara berkenalam. SP 2 bertujuan untuk melatih pasien berhubungan sosial
secara bertahap. SP 3 bertujuan untuk untuk melatih pasien berhubungan sosial secara
bertahap.
D. Implementasi Keperawatan
Menurut Effendy dalam Nurjanah, 2005 implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent),
saling ketergantungan. Implementasi yang dilaksanakan antara lain: kamis, 04
Oktober 2018 dan jumat, 05 Oktober 2018 pukul 11.30 penulis melakukan BHSP
yaitu membina hubungan saling percaya. Sabtu 06 Oktober 2018 pukul 16.10
melaksanakan SP1 yaitu mengindentifikasi penyebab isolasi sosial dan
mendiskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain. Senin, 08 Oktober 2018
Pukul 16.30 melaksanakan lanjutan SP1 yaitu mendiskusikan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain serta melatih cara berkenalan dengan orang lain. Ny
KJ dilatih untuk cara berkenalan dengan memberikan salam, menatap mata
menjulurkan tangan dan mengatakan saya ingin berkenalan dengan anda. Selasa, 09
Oktober 2018 pukul 16.30 melaksanakan SP 2 yaitu melatih berhubungan sosial
secara bertahap. Rabu, 10 Oktober 2018 melaksanakan SP 3 yaitu melatih
berhubungan sosial secara bertahap yaitu dengan melanjutkan pertanyaan saat
mengobrol seperti : ibu bersaudara berapa?, apakah ibu sudah menikah?, apakah ibu
sudah mempunyai anak? . tanggal 11, 12, 13 Oktober 2018 mengevaluasi SP1, SP2,
SP3. Pada proses pelaksanaan SP pasien dilakukan semuanya. Pasien mampu

49
mengikuti seluruh kegiatan tindaka keperawatan yang diberikan dengan kooperatif
mulai dari membina hubungan saling percaya, pengidentifikasi penyebab isoslasi
sosial, dan melatih cara berkenalan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang mana pada tahap ini
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari tindakan keperawatan yaitu dengan
menggunakan SOAP. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan mengacu pada kriteria hasil yaitu :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP)

2. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

BAB VI

50
PENUTUP

a. Simpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 6 hari pada Ny.SP dengan


resiko perilaku kekerasan di ruang Drupadi Rumah Sakit Jiwa Provinsi bali, maka
kesimpulan:

1. Kelompok mampu melakukan pengakijian pada Ny. SP dengan resiko


perilaku kekerasan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Nopember 2018
pukul 10.20 di ruang Drupadi pasien hanya terdiam saat ditanya pasien
tampak kesal dan mata pasien tampak melotot, dan muka merah.

2. Kelopok mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Ny. SP dengan


resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan pengkajian pada Ny. SP secara garis
besar ditemukan data subjektif dan objektif yang menunjukkan karakteridtik
Ny. SP dengan diagnose resiko perilaku kekerasan. Data subjektif pasien
mengatakan jengkel kepada Ny. AP yaitu merupakan salah satu pasien di
ruang Drupadi, pasien mengatakan kesal dan jengkel karena Ny. AP berkata
kata kasar pada pasien.Pasien mengatakan ingin marah dan memukul Ny.AP
tetapi pasien tahan karena takut di isolasi. Data objektif Pasien tampak marah,
tangan pasien mengepal, mata melotot , pandangan mata tajam, nada suara
tinggi, emosi labil, pasien cepat tersinggung jika perkataannya dibantah, dan
wajah pasien tampak merah.
3. Kelompok mampu merumuskan intervensi atau rencana keperawatan pada
Ny. SP dengan resiko perilaku kekerasan perencanaan yang dilakukan
kelompok pada Ny. SP dengan resiko perilaku kekerasan ditunjukkan untuk
membina hubungan saling percaya, melakukan SP1, SP2, SP3, SP4, dan SP5.
4. Kelompok mampu membuat implementaasi atau tindakan keperawatan pada
Ny. SP dengan resiko perilaku kekerasan tindakan keperawatan yang
dilakukan kelompok 6 hari kepada Ny. SP. Ny. SP mampu melakukan SP 1,
SP2, SP3, SP4, SP5.

51
E. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. SP adalah BHSP, SP 1
sampai SP 5. Setelah dilakukan keperawatan jiwa selama 6 hari yaitu dari
tanggal 22 Nopember 2018 – 27 Oktober 2018 didapatkan hasil yaitu pasien
dapat membina hubungan saling percaya, pasien dapat mengidentifikasi
penyebab resiko perilaku kekerasan, pasien mampu mengetahui tanda dan
gejala resiko perilaku kekerasan, pasien tahu akibat dari resiko perilaku
kekerasan, pasien mampu mengontrol marah atau emosi dengan cara teknik
relaksasi nafas dalam, pasien dapat memasukkan kegiatan, pasien dapat
mengontrol emosi dengan memukul kasur atau bantal, pasien mampu
mengontrol marah atau emosi dengan cara berbicara dengan baik, pasien
mampu mengontrol marah atau emosi dengan cara sembahyang, pasien
mampu mengontrol marah atau emosi dengan cara minum obat dengan rutin.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan cara lain untuk membantu pasien
berinteraksi dengan orang lain
2. Bagi instansi pendidikan
Mengembangkan pengaplikasian keilmuwan keperawatan jiwa dalam instansi
pendidikan
3. Bagi Profesi keperawatan
Diharapkan dapat meningkatkan praktik asuhan keperawatan terkait pemberian
intervensi untuk pasien dengan masalah resiko perilaku kekerasan.
4. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan dapat mempraktekan pengetahuan yang telah diberikan untuk dapat
meningkatkan status kesehatan bagi pasien.

52

Vous aimerez peut-être aussi