Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Pneumonia
menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap tahunnya. Pneumonia disebabkan
oleh peradangan paru yang membuat napas menjadi sakit dan asupan oksigen sedikit
(WHO,2014). Tingginya angka kematian balita akibat pneumonia mengakibatkan target
MDG’s (Millennium Development Goals) ke-4 yang bertujuan menurunkan angka
kematian anak sebesar 2/3 dari tahun 1990 sampai 2014 tidak tercapai (WHO, 2015).
Menurut WHO (World Health Organization) angka kematian balita pada tahun
2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita tertinggi terjadi di negara
berkembang sebanyak 92% atau 29.000 balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita
sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia (15 %), diare
(9%),dan malaria (7%) (WHO, 2013). WHO memperkirakan pada tahun 2013, ada
935.000 balita meninggal karena pneumonia (WHO, 2014). Kematian balita karena
pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar antara 7%-13%.
Berdasarkan penelitian Wulandari, dkk (2014), menyatakan bahwa orang yang terkena
pneumonia berat berisiko 20,274% 2 mengalami kematian. Selain itu pneumonia lebih
banyak terjadi di negara berkembang (82%) dibandingkan negara maju (0,05%). Menurut
WHO (2014), kematian pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berada pada urutan ke-8
setelah India (174.000), Nigeria (121.000), Pakistan (71.000),DRC (48.000), Ethiopia
(35.000), China (33.000), Angola (26.000), dan Indonesia (22.000).Pneumonia
merupakan penyebab kematian balita ke-2 di Indonesia setelah diare. Jumlah penderita
pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat
pneumonia sebesar 1,19%.(Kemenkes RI, 2014). Menurut Kemenkes RI (2014), Jawa
Tengah pada tahun 2013, terdapat kasus pneumonia sebanyak 55.932 penderita,kematian
sebanyak 67 jiwa dengan CFR=0,27%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari penyakit Pnemounia pada anak?
2. Bagaimana klasifikasi pneyakit Pneumonia pada anak?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit pneumonia pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit pneumonia pada anak?
5. Bagaimana WOC dari penyakit pneumonia pada anak?
6. Apa saja maninfestasi klinis dari penyakit pneumonia pada anak?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit pneumonia pada anak?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit pneumonia pada anak ?
9. Bagimana asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia pada anak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Pnemounia pada anak
2. Untuk mengetahui klasifikasi pneyakit Pneumonia pada anak
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit pneumonia pada anak
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pneumonia pada anak
5. Untuk mengetahui WOC dari penyakit pneumonia pada anak
6. Untuk mengetahui maninfestasi klinis dari penyakit pneumonia pada anak
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit pneumonia pada anak
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit pneumonia pada anak
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia pada anak

1.4 Manfaat
1. Bagi pemerintah dan instansi kesehatan
Mahasiswa dan pemerintah maupun instansi kesehatan, dapat bekerja sama dalam
memberikan pengetahuan mengenai penyakit pneumonia terhadap masyarakat.
2. Bagi profesi keperawatan
Mahasiswa dan profesi keperawatan dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien pneumonia
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit Pneumonia dan
mampu mengaplikasikannya di saat praktek klinik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila seseorang


menderita pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru yang mengganggu
penyerapan oksigen, dan membuat sulit bernapas. Pneumonia adalah setiap penyakit
radang paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.

Di dalam buku ‘’Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan


Pneunonia pada Balita’’, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli)
(Depkes RI, 2004: 4). Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler-kapiler
pembuluh darah di dalam alveoli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan
mengisi alveoli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini
mengakibatkan kesukaran bernafas ( Depkes RI,2007:4).

Definisi lain menyebutkan bahwa pada pneumonia terjadi peradangan pada salah
satu atau kedua organ paru yang disebabkan oleh infeksi (Ostapchuk dalam Machmud,
2006: 7). Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak
jarang yang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996: 37). Penyakit ini umumnya
terjadi pada anak-anak dengan ciri-ciri adanya demam,batuk disertai napas cepat(takipnea)
atau napas sesak. Definisi kass tersebut hingga saat ini digunakan dalam progam
pemberantasan dan penaggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah
sebelumnya iperkenalkan oleh WHO pada tahun 1989. Selain itu, gambaran klinis lain dari
pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi
dinding dada atau sering disebut tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest
indrawing)(Wahab.2000: 884). Pneumonia pada anak juga sering kali bersamaan dengan
terjadinya infeksi akut pada bronkus atau disebut dengan bronkopneumonia (Depkes,
2004: 4)

2.2 Klasifikasi
Adapun penentuan klasifikasi klinis penyakit pneumonia dibagi menjadi dua
kelompok, yakni kelompok umur 2 bulan-<5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan. Untuk
anak berumur 2 bulan-<5 tahun, klasifikasi dibagi atas bukan pneumonia, pneumonia, dan
pneumonia berat sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan, maka
diklasifikasikan atas bukan pneumonia dan pneumonia berat (Depkes RI, 2007: 31,44).
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan-<5 tahun dilihat dari adanya kesulitan bernapas
dan/atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, sedangkan pada anak umur <2
bulan diikuti dengan adanya napas cepat dan/atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam.
Klasifikasi Klinis Pneumonia pada Balita Menurut Kelompok Umur
Kelompok umur Kriteria Pneumonia Gejala Klinis
Batuk bukan pneumonia Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah
Pneumonia Adanya napas cepat dan tidak tarikan
2 bulan- <5 tahun
dinding dada bagian bawah ke dalam
Pneumonia berat Adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam
Bukan pneumonia Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah ke
< 2 bulan dalam yang kuat
Pneumonia berat Adanya napas cepat dan tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam yang kuat

Kriteria napas cepat berdasarkan frekuensi pernapasan dibedakan menurut umur anak.
Untuk umur kurang dari 2 bulan, dikatakan napas cepat jika frekuensi napas 60 kali per
menit atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan sampai <12 bulan jika ≥50 kali per menit,
dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika ≥40 kali per menit (Depkes RI, 2007: 12).
Peningkatan frekuensi napas terjadi pada penderita pneumonia sebagai akibat dari reaksi
fisiologis terhadap keadaan hipoksia (kekurangan oksigen) atau dapat pula terjadi pada
anak yang gelisah/takut (Depkes RI, 1993: 24).
2.3 Etiologi

Etiologi Pnemonia dibdakan berdasarkan agen penyebab infrksi, baik itu


bakteri,virus, maupun parasit. Pada umumnya terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pneumokokus (streptococcus Pnemoniae). Beberaoa penelitian menemukan bahwa kuman
ini menyebabkan Pnemonia hampir pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi
di negara-negara berkembang (Machmud,2006:13). Bakteri-bakteri lain seperti
staphytoococcus,pneumococcus,dan Haemophylus influenzae,serta virus dan jamur juga
sering menyebabkan pnemunoa (Prabu,1996:370. Salah satu penelitian yang dilakukan
Prof.Dr.dr Cissy B Kartasasmita SpA(K), MSc pada sejumlah 2000 anak di Bandung tahun
2000 ditemukan adanya 30% positif pneumonia berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan
apus tenggorokan dengan 65% di antaranya adalah kuman pnemokokus
(Medicastore,2007).

Akan tetapi,dari pandangan yang berbeda didapatkan bahwa gambaran etiologi


pnemounia dapat diketahui dapart diketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat
dengan adanya perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita.
Ostapchuk menyebutkan kejadian pnemonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan
oleh bakteri streptococcus pneumoniae sering menyerang neonatus berumur 3 minggu
hingga 3 bulan (Machmud, 2006:13).

2.4 Patofisiologi

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembangbiak dan merusak organ paru.
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan
bawah. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia adalah bagian dari penyakit infeksi
pneumokokus invasif yang merupakan sekelompok penyakit karena bakteri
streptococcus pneumoniae. Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak,
atau masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi
pneumokokus invasif bisa berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian,
gangguan mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga
kematian.
2.5 WOC

Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus
Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Infeksi Proses peradangan
Konsentrasi Set poin
Kerja sel goblet Eksudat & serous protein cairan bertambah
masuk dalam alveoli alveoli Respon
Produksi sputum
SDM & leukosit menggigil
meningkat
PMN mengisi alveoli
Rangsang Akumulasi sputum Reaksi
batuk di jalan nafas Konsolidasi di peningkatan
Tekanan hidrostatik suhu tubuh
alveoli
tekanan osmotik
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi Compliance Hipertermi
paru menurun
Gangguan
Ketidakefektifan Difusi
rasa nyaman Evaporasi
nyeri bersihan jalan
nafas Cairan tubuh
Akumulasi
berkurang
cairan di
Ketidakefektifan alveoli
pola nafas Devisit
Volume
Gangguan Cairan
pertukaran gas

Susah tidur
O2 jaringan

Gangguan pola
tidur Kelemahan

Intoleransi
Aktivitas
2.6 Manifestasi Klinis
1. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi
akan menimbulkan pekak perkusi
2. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5˚C sampai 40,5˚C),
sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, dan keluhan gastrointestinal
3. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa batuk, ekspektorasi sputum, nafas
cuping hidung, sesak nafas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan
pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada
4. Tanda pneumonia berupa retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas
melemah, dan ronki
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal (Arif, 2001).

2.7 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah : Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum : Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

2. Pemeriksaan Radiologi :
a. Rontgenogram Thoraks : Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai
pada infeksi pneumokokal.
b. Laringoskopi/bronkoskopi : Menentukan tersumbat tidaknya jalan nafas oleh
benda padat.
2.8 Penatalaksaan
Upaya pengobatan merupakan salah satu bagian dari tatalaksana standar penderita.
Bagi penderita pneumonia, diberikan antibiotik per oral selama 5 hari (Depkes RI,1993:
19). Dalam program P2 ISPA, antibiotik yang digunakan adalah tablet Kotrimoksasol (480
mg dan 120 mg) dan Parasetamol (500 mg dan 100 mg). Obat tersebut harus tersedia di
seluruh fasilitas kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas) yang sudah melaksanakan
program P2 ISPA dengan jumlah yang cukup (Depkes RI, 2004: 21). Akan tetapi, khusus
untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan, tidak dianjurkan untuk diberikan pengobatan
antibiotik per oral maupun parasetamol.
Sementara itu, tindakan yang diberikan pada penderita pneumonia berat adalah
dirawat di rumah sakit. Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukkan anak menderita
penyakit yang sangat berat dimana jika anak mempunyai salah satu tanda bahaya tersebut
maka perlu segera dirujuk ke rumah sakit. Pada anak umur 2 bulan-<5 tahun, tanda-tanda
bahaya tersebut antara lain kurang bisa minum,kejang, kesadaran menurun, stridor, atau
mengalami gizi buruk. Sementara itu,pada anak umur <2 bulan, ditandai dengan keadaan
kurang bisa minum, kejang,kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam, atau dingin
(Depkes RI, 2007:24,41). Adapun indikasi lain anak penderita pneumonia perlu dirawat di
rumah sakit adalah penderita sangat muda atau tua, mengalami keadaan klinis berat(sesak
napas, kesadaran menurun, serta gambaran kelainan toraks cukup luas), ada riwayat
penyakit lain (bronkiektasis dan bronkitis kronik), ada komplikasi, dan tidak adanya respon
terhadap pengobatan yang telah diberikan (Priyanti, 1996:72). Tatalaksana penderita
pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit umumnya adalah dengan pemberian oksigen
(terutama pada anak yang sianosis),pemasangan infus (untuk rehidrasi dan koreksi
elektrolit), pemberian obat penurun panas pada penderita dengan suhu tinggi, serta
dilakukan pembersihan jalan napas. Antibiotika tertentu perlu diberikan jika
mikroorganismepenyebabnya sudah diketahui melalui uji laboratorium (Priyanti, 1996: 72-
73). Apabila penderita juga mengalami stridor, maka diindikasikan ia mengalami kelainan
kongenital sehingga perlu mendapat pengobatan khusus (Depkes RI, 2003: 11).

2.9 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian
pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri,
Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
a. Vaksin Campak
Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini
dapat dikatakan ringan karena dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat
dikatakan berat dengan berbagai komplikasi seperti pneumonia yang bahkan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak kurang gizi dan anak dengan
gangguan sistem imun. Komplikasi pneumonia yang timbul pada anak yang sakit
campak biasanya berat. Menurunkan kejadian penyakit campak pada balita dengan
memberikan vaksinasi dapat menurunkan kematian akibat pneumonia. Sejak 40
tahun lalu telah ada vaksin campak yang aman dan efektif, cakupan imunisasi
mencapai 76%, namun laporan tahun l2004 menunjukkan penyakit campak masih
menyerang 30 – 40 juta anak.
b. Vaksin Pertusis
Penyakit pertussis dikenal sebagai batuk rejan atau batuk seratus hari. Penyakit ini
masih sering ditemui. Penyakit ini disebabkan infeksi bacteria Bordetella pertussis.
Vaksinasi terhadap penyakit ini sudah lama masuk ke dalam program imunisasi
nasional di Indonesia, diberikan dalam sediaan DTP, bersama difteri dan tetanus.
Pada negara yang cakupan imunisasinya rendah, angka kematian masih tinggi dan
mencapai 295.000 – 390.000 anak pertahun.
c. Vaksin Hib
Pada negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan
penyebab pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Diduga Hib
mengakibatkan penyakit berat pada 2 sampai 3 juta anak setiap tahun. Vaksin Hib
sudah tersedia sejak lebih dari 10 tahun, namun penggunaannya masih terbatas dan
belum merata. Pada beberapa negara, vaksinasi Hib telah masuk program nasional
imunisasi, tapi di Indonesia belum. Di negara maju, 92% populasi anak sudah
mendapatkan vaksinasi Hib. Di negara berkembang, cakupan mencapai 42%
sedangkan di negara yang belum berkembang hanya 8% (2003). Hal ini
dimungkinkan karena harganya yang relatif mahal dan informasi yang kurang.
WHO menganjurkan agar Hib diberikan kepada semua anak di negara berkembang.
d. Vaksin Pneumococcus
Pneumokokus merupakan bakteri penyebab utama pneumonia pada anak di negara
berkembang. Vaksin pneumokokus sudah lama tersedia untuk anak usia diatas 2
tahun dan dewasa. Saat ini vaksin pneumokokus untuk bayi dan anak dibawah 3
tahun sudah tersedia, yang dikenal sebagai pneumococcal conjugate vaccine
(PCV). Vaksin PCV ini sudah dimanfaatkan di banyak negara maju. Hasil
penelitian di Amerika Serikat setelah penggunaan vaksin secara rutin pada bayi,
menunjukkan penurunan bermakna kejadian pneumonia pada anak dan keluarganya
terutama para lansia. Saat ini yang beredar adalah vaksin PCV 7, artinya vaksin
mengandung 7 serotipe bakteri pneumokokus dan dalam waktu dekat akan tersedia
vaksin PCV 10. Hasil penelitian di Gambia (Afrika), dengan pemberian imunisasi
PCV 9 terjadi penurunan kasus pneumonia sebesar 37%, pengurangan penderita
yang harus dirawat di rumah sakit sebesar 15%, dan pengurangan kematian pada
anak sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa vaksin tersebut sangat efektif untuk
menurunkan kematian pada anak karena pneumonia.
2. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang
telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi,
dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya
komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan
penambahan oksigen.
b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin.
c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila
demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami
pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak
mengalami nyeri tenggorokan, beri penisilin dan dipantau selama 10 hari ke depan.
3. Pencegahan Tertier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit
lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian
serta usaha. rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk
mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang
dilakukan dapat berupa:
a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama 5
hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.
b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar
penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian
2.10 Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak, yaitu :
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Pneumotoraks
4. Piopneumotoraks
5. Abses paru
6. Gagal nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Ilustrasi Kasus


Pada tanggal 14 April 2018 di RS Amanda datang sepasang suami istri yang membawa
anaknya. Pasien bernama An. B berumur 7 bulan, Ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami batuk berlendir, sesak napas, suara napas ngrok-ngrok selama 3 hari yang lalu
serta disertai demam yang cukup tinggi. Anaknya menjadi susah tidur dan rewel karena
sakitnya.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil pasien tampak lemas, batuk,
sesak nafas, suara napas ronkhi, terdapat retraksi dada,pernapasan cuping hidung, TTV :
Nadi: 120 x/mnt, RR : 60 x/menit, Suhu: 38 ºC, TD : 90/70
3.2 Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama : An. B
2. Tempat tgl lahir/usia : 7 bulan
3. Jenis kelamin : Laki – laki
4. A g a m a : Islam
5. Alamat : Desa Rejotangan, Tulungagung
6. Tgl MRS : 14 April 2018 (jam 09:00 WIB)
7. Tgl pengkajian : 14 April 2018
8. Diagnosa medik : Pneumonia
9. No. Registrasi : 71889
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. S
b. U s i a : 30 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Pedagang
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Desa Rejotangan
2. Ibu
a. N a m a : Ny. A
b. U s i a : 25 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Rejotangan
C. Identitas Saudara Kandung
Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)
II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Keluhan Utama : Sesak Nafas
Keluhan Pada Saat Pengkajian : Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak
nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam
yang tinggi.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)


1. Prenatal care

a. Pemeriksaan Kehamilan : 5 kali


b. Keluhan saat kehamilan : Tidak Ada
c. Riwayat terkena radiasi : Tidak Ada
d. Riwayat berat badan selama hamil : BB Naik >12 kg
e. Riwayat Imunisasi TT : 2 kali
f. Golongan darah ibu/ayah : O/B
2. Natal

a, Tempat melahirkan : Bidan

b. Jenis persalinan : Spontan

c. Penolong persalinan: Bidan

e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan
: Tidak Ada
3. Post natal

a. Kondisi bayi - BBL : 2,8 kg

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : Clanosis

(Untuk semua Usia)


¤ Klien pernah mengalami penyakit :Demam pada umur : 5 bulan diberikan obat
oleh : Bidan

¤ Riwayat kecelakaan : Tidak Ada

¤ Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan


menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : Tidak Ada

¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : Sama

C.Riwayat Kesehatan Keluarga

Ket :

GI : adalah kakek dan nenek dari ibu klien. Nenek dan kakek dari ibu klien masih hidup, tapi
nenek dari ayah klien sudah meninggal dunia akibat rematik di usia 54. Menurut ibu klien kakek
dan nenek klien baik dari ayah tidak ada yang menderita penyakit genetic (keturunan).
GII : adalah orangtua klien. Ibu klien bersaudara 3 orang status kesehatannya semua sehat. Ayah
klien adalah anak tunggal.
GIII : adalah generasi ketiga adalah klien. Klien tinggal bersama kedua kakek, ibu dan ayah.

IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian

1. BCG 1 bulan 1x Demam

DPT (I,II,III) 2 bulan,3 bulan, 4 2x Tidak Ada


2.
bulan
Polio (I,II,III,IV) 2 bulan,3 bulan, 4 3x Tidak Ada
3.
bulan, 6 bulan

Campak 9 bulan (belum - Tidak Ada


4.
dilakukan)

Hepatitis 2 bulan,3 bulan, 4 1x Tidak Ada


5.
bulan

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 2,8 kg
2. Tinggi badan : 50 cm.
3. Waktu tumbuh gigi : -
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat

1. Berguling : 4 bulan
2. Duduk : Belum bisa
3. Merangkak : Belum bisa
4. Berdiri : Belum bisa
5. Berjalan : Belum bisa
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Belum bisa
7. Bicara pertama kali : Belum bisa
8. Berpakaian tanpa bantuan : Belum bisa

VI. Riwayat Nutrisi


A. Pemberian ASI : 1 minggu setelah bayi lahir
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ……………………………………………………………

2. Jumlah pemberian : ……………………………………………………………

3. Cara pemberian : ……………………………………………………………

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0 – 6 bulan ASI 6 bulan

7 bulan ASI + Bubur beras merah <1 bulan

VII. Riwayat Psikososial

¤ Anak tinggal bersama : Orang tua dan neneknya

¤ Lingkungan berada di : Desa

¤ Rumah dekat dengan : Mushola, tempat bermain : tidak ada

kamar klien : tidak punya kamar sendiri

¤ Rumah ada tangga : tidak ada

¤ Hubungan antar anggota keluarga : harmonis

¤ Pengasuh anak : ibunya sendiri dibantu neneknya

VIII. Riwayat Spiritual

¤ Support sistem dalam keluarga : Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan An. B

¤ Kegiatan keagamaan : Sholat

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

- Ibu membawa anaknya ke RS karena : Sesak nafas selama 3 hari

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya

- Perasaan orang tua saat ini : Cemas, takut dan khawatir

- Orang tua selalu berkunjung ke RS : Ya

- Yang akan tinggal dengan anak : Ibu

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


Klien hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Nafsu makan baik Nafsu makan menurun


2. Jenis makanan
ASI+Beras Merah Sesuai diet

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman ASI ASI


2. Frekuensi minum
5-6x sehari 3-5x sehari
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan 1000-1500 ml/hari 800-1000 ml/hari

C. Eliminasi BAK
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Frekuensi (waktu) 4-5x sehari 3-4x sehari


2. Jumlah output
±1200cc/hari ±800 cc/hari
3. Bau
4. Warna Khas Khas

Jernih Jernih

D. Eliminasi BAB
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Frekuensi (waktu) 2-3x sehari 1x sehari
2. Konsistensi
Lunak Keras
3. Kesulitan
4. Bau Tidak Tidak
5. Warna
Khas Khas

Kuning Kuning

E. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur 10 jam/hari ±6 jam/hari


2. Kesulitan tidur
Tidak ada Tidak bisa tidur karena
sesak nafas

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi
- Cara
Dimandikan ibu di bak Dimandikan dg waslap
- Frekuensi
3x sehari 2x sehari
- Alat mandi
Bak, sabun, handuk Waslap
2. Cuci rambut
- Frekuensi

- Cara
3x seminggu 1x seminggu
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari Bisa diajak bermain Hanya bisa menangis


2. Kesulitan pergerakan
Tidak ada Tidak ada
tubuh

XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Lemah


2. Kesadaran :
Pemeriksaan GCS
a. Eye (respon membuka mata) : spontan
b. Verbal (respon verbal) : pasien mengerang tanpa suara sambil menangis
c. Motorik (respon motorik) : pasien menghindar/menarik diri menjauhi stimulus
saat diberi rangsang nyeri
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 90/70 mmHg
b. Denyut nadi : 120x / menit
c. Suhu : 38o C
d. Pernapasan : 60 x/ menit
4. Berat Badan : 7,1 kg
5. Tinggi Badan : 69,1 cm
6. Kepala
Inspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala : Baik

a. Warna rambut : Hitam


b. Penyebaran : Merata
c. Mudah rontok : Tidak
d. Kebersihan rambut : Baik
Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada : Tidak ada


Nyeri tekan : ada / tidak ada : Tidak ada

Tekstur rambut : kasar/halus : Tidak ada

7. Muka
Inspeksi

a. Simetris / tidak : Simetris


b. Bentuk wajah : Normal
c. Gerakan abnormal : Tidak ada
d. Ekspresi wajah : Baik
Palpasi

Nyeri tekan / tidak : Tidak ada

Data lain :-

Mata

Inspeksi

a. Pelpebra : Edema / tidak


Radang / tidak

b. Sclera : Icterus / tidak


c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak

d. Pupil : - Isokor / anisokor


- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : Baik

e. Posisi mata :
Simetris / tidak : Simetris

f. Gerakan bola mata : Normal


g. Penutupan kelopak mata : Normal
h. Keadaan bulu mata : Baik
i. Keadaan visus : Normal
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain :-

8. Hidung & Sinus


Inspeksi

a. Posisi hidung : Simetris


b. Bentuk hidung : Normal
c. Keadaan septum : Normal
d. Secret / cairan : Ada
Data lain :-

9. Telinga
Inspeksi

a. Posisi telinga : Simetris


b. Ukuran / bentuk telinga : Normal
c. Aurikel : Normal
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Palpasi

Nyeri tekan / tidak

Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinne : Normal
b. Weber : Normal
c. Swabach : Normal
Pemeriksaan vestibuler : Normal

Data lain :-

10. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi :-
- Karang gigi / karies :-
- Pemakaian gigi palsu :-

b. Gusi
Merah / radang / tidak : Tidak

c. Lidah
Kotor / tidak : Tidak

d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : Cianosis
- Basah / kering / pecah : Kering
- Mulut berbau / tidak : Tidak
- Kemampuan bicara : Px belum dapat bicara
Data lain :-

11. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Sianosis
b. Nyeri tekan : Ada
c. Nyeri menelan : Ada
12. Leher
Inspeksi

Kelenjar thyroid : Membesar / tidak

Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak


b. Kaku kuduk / tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain :-

13. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan,
perbandingan ukuran antara posterior dan anterior 1: 2
b. Irama pernafasan : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada
lapang paru
c. Pengembangan di waktu bernapas : Tidak teratur
d. Tipe pernapasan : Takipneu (dangkal dan cepat)
Data lain : tidak ada polip,tidak ada epistaksis

Palpasi

a. Vokal fremitus : Melemah


b. Massa / nyeri :-
Auskultasi

a. Suara nafas : Vesikuler / Bronchial /


Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi

Redup / pekak / hypersonor / tympani

Data lain : ...........................................................................

14. Jantung
Palpasi

Ictus cordis : Dapat teraba

Perkusi

Pembesaran jantung : Tidak ada

Auskultasi

a. BJ I : Normal
b. BJ II : Normal
c. BJ III : -
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak Ada
Data lain : ...........................................................................

15. Abdomen
Inspeksi

a. Membuncit : Tidak
b. Ada luka / tidak : Tidak
Palpasi
a. Hepar : Teraba
b. Lien : Teraba
c. Nyeri tekan : Tidak ada
Auskultasi

Peristaltik : Ada

Perkusi

a. Tympani : Normal
b. Redup : Normal
Data lain : ...........................................................................

16. Genitalia dan Anus : Normal


17. Ekstremitas
Ekstremitas atas

a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : Normal
- Pergerakan abnormal : Tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : Lemah
- Tonus otot kanan / kiri : Menurun
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : Normal
- Triceps kanan / kiri : Normal
c. Sensori
- Nyeri : Normal
- Rangsang suhu : Normal
- Rasa raba : Normal

Ekstremitas bawah

a. Motorik
- Gaya berjalan : Belum dapat berjalan
- Kekuatan kanan / kiri : Normal
- Tonus otot kanan / kiri : Normal
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : Normal
- APR kanan / kiri : Normal
- Babinsky kanan / kiri : Normal
c. Sensori
- Nyeri : Normal
- Rangsang suhu : Normal
- Rasa raba : Normal
Data lain : ...........................................................................

18. Status Neurologi.


Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : Tidak diidentifikasi


b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : Normal
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : Normal
- Gerakan kelopak mata : Normal
- Pergerakan bola mata : Normal
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : Normal
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : Normal
- Refleks dagu : Normal
- Refleks cornea : Normal
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : Normal
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : Normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Norml

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)


- Refleks menelan : Menurun
- Refleks muntah : Ada
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dapat diidentifikasi
- Suara : Ada
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : Normal
- Mengangkat bahu : Normal
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Normal
Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : Normal


b. Kernig Sign : Normal
c. Refleks Brudzinski : Normal
d. Refleks Lasegu : Normal
Data lain : ...........................................................................

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik

1. Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL

2. LED = 7 mm/jm
3. Kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

- Pemberian antibiotik Amoksislyn


- Pemberian Oksigen
- IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24
jam.
3.3 Analisa Data
No. Data Etiologi MK
1. DS : Virus, Bakteri, Jamur, Pola nafas tidak
Aspirasi
- Ibu klien efektif
mengatakan anaknya
mengalami sesak Dihirup
nafas dan batuk
berlendir sejak 3 hari
yang lalu Bronkhiolus
- Ibu klien
mengatakan nafas
anaknya disertai Eksudat & serous masuk
suara dalam alveoli

DO :
- Klien tampak sesak
SDM & leukosit PMN
- Pernafasan Cuping mengisi alveoli
hidung, trakipneu
- Klien nampak pucat
- Bibir sianosis Konsolidasi di alveoli

- TTV :
KU : Lemah
Compliance paru
N : 120X/menit menurun
S : 38̊ C
RR : 60x/menit
TD : 90/70mmHg
2. DS : Infeksi Ketidakefektifan
- Ibu klien bersihan jalan
mengatakan anaknya nafas
batuk berlendir Kerja sel goblet
sudah 3 hari
- Ibu klien
mengatakan nafas Produksi sputum
anaknya disertai
bunyi
DO : Akumulasi sputum di
- Klien nampak batuk jalan nafas
berlendir dan
beringus Gangguan Ventilasi
- Terdengar bunyi
ronchi
- Pergerakan dada
tidak simetris
3. DS : Eksudat & serous Hipertermi
- Ibu klien masuk dalam alveoli
mengatakan anaknya
juga mengalami
panas cukup tinggi Stimulasi
DO : chemoreseptor
- Klien nampak pucat hipotalamus
- Bibir sianosis
- TTV :
KU : Lemah
N : 120X/menit Reaksi peningkatan
S : 38̊ C suhu tubuh
RR : 60x/menit
TD : 90/70
4. DS : Frekuensi nafas Gangguan pola
- Ibu klien tidur
mengatakan anaknya
menjadi susah tidur
selama sakit Ketidakefektifan pola
DO : nafas
- Pasien terus
menangis
- Klien nampak pucat
- TTV : Susah tidur
KU : Lemah
N : 120X/menit
S : 38̊ C
RR : 60x/menit
- TD : 90/70

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan complienci paru menurun
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan ventilasi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakefektifan pola nafas
3.5 Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Setelah diberikan Airway management


asuhan keperawatan
1. Buka jalan nafas,gunakan teknik chin
1×12 jam, diharapkan
lift atau jaw trust bila perlu
pola nafas dapat
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
kembali efektif,
ventilasi
dengan kriteria hasil:
3. Identifikasi pasien perlumya
1. Mendemonstrasika pemasangan alat jalan nafas buatan
n batuk efektif dn 4. Pasang mayo bila perlu
suara nafas yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersih,tidak ada 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
sinopsis dan suction
dypneu(mampu 7. Auskultasi suara nafas,catat adanya
mengeluarkan suara tambahan
sputum,mampu 8. Lakukan suction pada mayo
bernafas dengan 9. Berikan bronkodilator bila perlu
mudah,tidak ada 10. Berikan pelembab udara kassa basah
pursed lups) Nacl lembab
2. Menunjukkan jalan 11. Atur intake untuk cairan
nafas yang paten mengoptimalkan keseimbangan
(klien tidak merasa 12. Monitor respirasi dan status O2
tercekik,irama
nafas,frekuensi13.
pernafasan dalam
rentang
normal,tidak ada
suara nafas
abnormal)
3. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah,nadi,pernafas
an .

2 Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk


tindakan Keperawatan memaksimalkan ventilasi
selama 3x24 jam 2. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
diharapkan nyeri suctioning
teratasi 3. Asukultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria hasil : sesudah suctioning
1. Mampu 4. Monitor status oksigen pasien
mengeluarkan 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau
sputum suction
2. Mampu bernafas 6. Auskultasi suara nafas,catat adanya
dengan mudah suara tambahan
3. Irama nafas
normal
4. Tidak ada suara
nafas abnormal

3 Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin


tindakan keperawatan 2. Observasi TTV
selama 3x24 jam di 3. Lakukan kompres air hangat
harapkan suhu tubuh 4. Anjurkan untuk memakai pakaian
dalam rentan normal yang tipis
dengan kriteria hasil: 5. Laksanakan advis pemberian terapi
1. Suhu tubuh 36- cairan
37◦c
2. Akral teraba
hangat

4 Setelah dilakukan 1. Jelaskan pentingnya tidur yang


tindakan keperawatan adekuat
selama 3x24 jam 2. Fasilitas untuk mempertahankan
diharapkan pola tidur aktivitas sebelum tidur (membaca)
pasien dalam rentan 3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
normal dengan 4. Kolaborasikan pemberian obat tidur
kriteria hasil: 5. Diskusikan dengan pasien dan
1. Jumlah jam tidur keluarga tentang teknik tidur pasien
dalam batas ·
normal 6-8
jam/hari
2. Perasaan segar
sesudah tidur atau
istirahat.
3. Mampu
mengidentifikasik
an hal-hal yang
meningkatkan
tidur
3.6 Implementasi
No Implementasi TTD
Dx
1 1. Membuka jalan nafas,gunakan teknik chin
lift atau jaw trust bila perlu
2. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Mengidentifikasi pasien perlumya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Memasang mayo bila perlu
5. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Mengauskultasi suara nafas,catat adanya
suara tambahan

2 1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan


ventilasi
2. Memastikan kebutuhan oral/tracheal
suctioning
3. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning
4. Memonitor status oksigen pasien
5. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
6. Mengauskultasi suara nafas,catat adanya
suara tambahan
3 1. Memonitor suhu sesering mungkin
2. Mengobservasi TTV
3. Melakukan kompres air hangat
4. Menganjurkan untuk memakai pakaian yang
tipis
5. Melaksanakan advis pemberian terapi cairan
4 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. Memfasilitasi untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (membaca)
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berkolaborasikan pemberian obat tidur

3.7 Evaluasi
Jam/ No Dx EVALUASI TTD
tanggal
17 1 S:
april - Ibu klien mengatakan anaknya
2018 masih sesak nafas dan batuk
berlendir sejak 3 hari yang lalu
DO :
- Klien sudah tidak sesak
- Bibir lembab
- TTV :
A: Masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan no 1, 2, dan 3
17 2 S:
april - Ibu klien mengatakan anaknya
2018 batuk berlendir sudah berkurang
- Ibu klien mengatakan nafas
anaknya sudah tidak berbunyi
O:
- Pasien sudah dapat mengeluarkan
sputum
- Tidak suara napas tambahan
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan no 1, 2, dan 5
17 3 S:
april - Ibu klien mengatakan anaknya
2018 sudah tidak panas
DO :
- Klien sudah tidak tampakpucat
- Bibir lembab
- Crt< 3detik
A: masalah teratasi
P: Intervernsi dilanjutkan
Memberikan edukasi terkait penyakitnya
pada keluarga pasien

17 4 S:
april - Ibu klien mengatakan anaknya
2018 sudah bisa tidur
O:
- Pasien sudah jarang menangis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan edukasi terkait penyakitnya
pada keluarga pasien
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila seseorang
menderita pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru yang
mengganggu penyerapan oksigen, dan membuat sulit bernapas. Pneumonia adalah
setiap penyakit radang paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.
Pneumonia dapat menjadi duatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa, ini adalah
benar etrutama pada anak-anak dan mereka yang mempunyai persoalan-persoalan medis
lain yang serius. Dengan penemuan dai banyak antibiotik, kasus dari pneumonia dapat
dirawat dengan suskses. Pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi campak pada usia 9
bulan dan imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2,
3, dan 4 bulan.
4.2. SARAN
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Pneumonia ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Pneumonia.

Vous aimerez peut-être aussi

  • ABDOMINAL PAIN
    ABDOMINAL PAIN
    Document28 pages
    ABDOMINAL PAIN
    cornelius dedi
    100% (1)
  • Tugas
    Tugas
    Document28 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Okedeh
    Askep Okedeh
    Document28 pages
    Askep Okedeh
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document1 page
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document26 pages
    Tugas
    laurensia novi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document30 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Document36 pages
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Vivi Putri
    Pas encore d'évaluation
  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Document13 pages
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Document13 pages
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Sudah
    Sudah
    Document3 pages
    Sudah
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document1 page
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document1 page
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document20 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan
    Laporan
    Document2 pages
    Laporan
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document24 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Hiv Print
    Hiv Print
    Document34 pages
    Hiv Print
    Nanda Putri
    Pas encore d'évaluation
  • Askep
    Askep
    Document45 pages
    Askep
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Entrepeneur I II III IV Done
    Entrepeneur I II III IV Done
    Document13 pages
    Entrepeneur I II III IV Done
    Vivi Putri
    Pas encore d'évaluation
  • Askep
    Askep
    Document21 pages
    Askep
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document30 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Perkemihan 2
    Perkemihan 2
    Document6 pages
    Perkemihan 2
    Nanda Putri
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document26 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Askep CA Otak
    Askep CA Otak
    Document34 pages
    Askep CA Otak
    gunawan
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document23 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah
    Makalah
    Document33 pages
    Makalah
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Revisi Paliatif Fiks
    Revisi Paliatif Fiks
    Document24 pages
    Revisi Paliatif Fiks
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document25 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document25 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas
    Tugas
    Document21 pages
    Tugas
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation
  • Askep
    Askep
    Document27 pages
    Askep
    cornelius dedi
    Pas encore d'évaluation