Vous êtes sur la page 1sur 46

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Neonatus


A. Pengertian
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari. Terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim. Neonatus bukanlah miniatur
orang dewasa, bukan pula miniatur anak. Masa perubahan yang sangat
besar selama jam 24 - 72 pertama (usia 2 - 6 hari). Transisi ini hampir
mliputi semua sistem organ, namun yanga penting bagi anastesi adalah
sistem pernafasan, sirkulasi, ginjal dan hepar (Sitiatava, 2012 : 184 -
185).

B. Ciri - Ciri Bayi Normal


Menurut Sitiatava (2012 : 191), ciri – ciri bayi normal adalah sebagai
berikut :
1. Berat badan 2500 - 4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48 - 52 cm.
3. Lingkar dada 30 - 38 cm.
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/ menit,
kemudian menurun sampai 120 - 140 kali/menit.
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira - kira 80 kali/
menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/ menit.
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
2

10. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada


perempuan) dan testis sudah turun, skrotum sudah ada (pada laki-
laki).
11. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
12. Menurut Yanti (2009 : 246-248) refleks pada bayi baru lahir dibagi
menjadi 2 macam, yaitu :
a. Reflek Permanen, dapat berkelanjutan sampai dewasa
diantaranya :
1)Reflek urat achialis, kontraksi urat daging kempal, bila urat
achialis dipukul.
2)Refleks urat patelair, kontraksi urat daging kaki atas bila
ada pukulan bawah kulit.
3)Reflek pupil, mengecilnya pupil bila ada sinar.
b. Reflek Sementara, dapat dilihat segera setelah lahir
diantaranya :
1) Reflek moro/ perut/ terkejut, mengembangkan tangan
kesamping lebar - lebar, melebarkan jari - jari lalu
mengembalikan dengan tarikan cepat seakan - akan
memeluk seseorang.
2) Reflek tonic neck/ otot leher, mengangkat leher dan
menoleh kanan/ kiri bila diletakkan dalam posisi tengkurap.
3) Reflek rooting, timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan
daerah mulut, akan bereaksi seakan - akan mencapai puting
susu.
4) Reflek sucking/ menghisap dan menelan/ oral, timbul
bersamaan rangsangan pipi untuk menghisap dan menelan
ASI.
5) Reflek grasping,bila jari diletakkan ditelapak tangan, anak
akan menutup telapak tangan.
3

6) Reflek babyskin, bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu


jari akan bergerak ke atas dan jari - jari lain akan membuka.

C. Tahap - Tahap Perubahan Bayi Baru Lahir Normal


Tahap – tahap perubahan pada bayi baru lahir menurut Persis Hamilton
(1995 : 209) adalah sebagai berikut :
1. Tahap I . Selama menit - menit pertama kehidupan neonatus,
terjadi perubahan fisiologis. Salah satu cara yang digunakan untuk
mengkaji penyesuaian bayi terhadap kehidupan ekstrauterine
adalah sistem skoring Apgar.
2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas .Pada tahan II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adannya
perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

D. Adaptasi dan Perubahan Fisiologis Neonatus


Menurut Arifin Muhdi (2012) adaptasi dan perubahan fisiologis
neonatus adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen
harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru - paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring
yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Sampai bronkus dan alveolus
akan sepenuhnya berkembang. Walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
4

ketidakmatangan sistem kapiler paru - paru dan tidak


tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas
Faktor - faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur
dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya oksigen akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan karbondioksida akan menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernafasan janin.
4) Perubahan suhu, keadaan dingin akan merangsang
pernafasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru.
2) Mengembalikan jaringan alveolus paru-paru
untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus
terdapat surfaktan (lemak lesitin/ sfingomielin) yang cukup
dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya meningkat
sampai paru - paru matang (sekitar 30-34 minggu
5

kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi


tekanan permukaan paru-paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap
saat akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
3) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru - parunya.
Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru - paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa
cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru - paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah.
4) Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya
dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Jika hal itu terjadi, berarti
tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
6

Peningkatan aliran darah paru - paru akan memperlancar


pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru - paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan Foramen Ovale pada atrium jantung
b. Perubahan Ductus Arteriosus antara paru - paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah:
a. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenisasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan.
Oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru - paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.
7

Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali


pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah
lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
3. Pengaturan Suhu Tubuh
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam
rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang BBL untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk
produksi panas, timbunan lemak cokelat terdapat di seluruh tubuh
dan mampu meningkatkan suhu tubuh hingga 100%. Untuk
membakar lemak cokelat, sering bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak cokelat tidak diproduksi ulang oleh BBL. Cadangan
lemak cokelat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin. Semakin lama usia kehamilan maka semakin banyak
persediaan lemak cokelat BBL.
4. Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1 - 2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah cukup,
akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di
hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
8

5. Perubahan sistem gastrointestinal


Kemampuan BBL cukup bulan untuk menelan dan menghisap
makanan selain asi masih terbatas. Hubungan esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna, kapasitas lambung masih terbatas
kurang dari 30 cc untuk BBL cukup bulan. Kapasitas lambung ini
akan bertambah secar lambat seiring pertambahan usia dan
pertumbuhan.
6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan
BBL rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas
yang matang akan memberikan kekebalan yang baik.
Kekebalan alami pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikro organisme asing, tetapi pada
BBL sel-sel darah ini belum matang dan belum bekerja sempurna.
Artinya BBL belum mampu memerangi dan melawan infeksi serta
alergi secara efisien.

E. Masalah - Masalah Potensial yang Sering Terjadi pada Bayi Baru Lahir
Normal
Menurut Varney (2007 : 939 - 943), masalah - masalah potensial yang
sering terjadi pada bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut :
1. Ruam popok
Ruam popok ringan akibat berbagai iritasi muncul di area datar
yang kemerahan tanpa terlalu banyak lipatan kulit yang terkena.
Kulit yang bermasalah harus dibersihkan dengan sabun ringan dan
air hangat kuku.
2. Cradle cap
Cradle pada kulit kepala beberapa bayi terdapat kumpulan esksudat
seborea yang akhirnya menempel. Masalah dapat dihilangkan
dengan melakukan masase lembut pada kulit kepala dengan minyak
zaitun, menggunakan shampoo dan menggunakan sisir dengan gigi
yang rapat.
3. Sariawan pada mulut
9

Sariawan pada bayi yang disebabkan oleh kandida albikan tampak


sebagai gumpalan seperti plak putih yang menempel pada lidah,
gusi dan palatum durum. Bayi itu diobati dengan preparat anti
jamur atau gentian violet.
4. Pernafasan tidak teratur dan berisik
Jalan napas atas bayi sempit dan setiap pembengkakan ringan dapat
menimbulkan suara. Apabila ada sumbatan hidung yang
membentuk kerak, beri saline tetes, 1 atau 2 tetes kedalam lubang
hidung.
5. Bayi rewel
Alasan bahwa beberapa bayi sangat rewel dan menangis berlebihan
tidak diketahui. Pemeriksaan fisik dasar dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi, intoleransi terhadap susu dan
hambatan saluran cerna. Hal hal yang dianjurkan antara lain :
a. Menggendong bayi
b. Membedong bayi
c. Memberi bayi dot
d. Mengajak bicara dengan menatap wajah byi
e. Mengurangi stimulasi sensori dalam kamar
f. Menggendong bayi mengelilingi ruangan
g. Membawa bayi keluar jalan-jalan.
6. Ikterus fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar billirubin indirect dalam serum tali
pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan
kecepatan kurang dari 5 mg/dl /24 jam. Dengan demikian ikterus
baru terlihat pada hari ke 3-4, biasanya mencapai puncaknya
dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai
kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari ke 5-7 kehidupan.
Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan
diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah bayi yang disertai
pembatasan sementara pada konjugasi dan ekskresi billirubin oleh
hati. Ikterus tidak terlihat lagi setelah 10 hari.
7. Neonatal opsthalmica
Bayi yang baru lahir dan bayi yang lebih muda umumnya memiliki
beberapa gangguan pada mata. Neonatal opsthalmica dengan
tampilan mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah satu
10

sisi biasanya terjadi rekasi inflamasi dan penyumbatan pada saluran


pada kelenjar air mata atau obstruksi duktur nasolakerimalis. Pada
umumnya tidak perlu antibiotika dan tidak perlu operasi (Wafi,
2010 : 37).
Bayi sensitive terhadap cahaya terang dan dapat mengenali pola
hitam putih yang tercetak tebal dalam bentuk muka manusia. Jarak
focus adalah 15 - 20 cm yang memungkinkan bayi dapat melihat
wajah ibunya pada saat menyusui (Wafi, 2010 : 59).

F. Tata Laksana Perawatan Bayi Usia 2 - 6 hari


Menurut Sitiatava (2012 : 224 - 254) tata laksana perawatan bayi usia 2 - 6
hari antara lain :
1. Menilai Pertumbuhan
Cara yang paling mudah dan yang paling sering digunakan untuk
memantau dan menilai pertumbuhan adalah pengukuran berat badan.
Secara fisiologis, semua bayi mengalami penurunan berat badan dalam
periode singkat sesudah lahir, yang bisa diperberat oleh keadaan sakit
dan pemakaian energi yang meningkat.
2. Manajemen Pemberian Minum
a. Pemberian ASI eksklusif
Hal yang perlu dilakukan antara lain :
1) Anjurkan pemberian ASI dini dan eksklusif
2) Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang manfaat pemberian ASI
dini dan pengembangan bayi. Manfaat tersebut meliputi beberapa
hal berikut :
a) Asi mengandung zat besi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi
b) ASI mudah dicerna dan digunakan secara efisien oleh tubuh
bayi
c) ASI mencegah bayi terhadap berbagai penyakit infeksi
11

d) Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara KB (Metode


Aminore Laktasi)
e) Menyusui mendekatkan hubungan ibu dan bayi
b. Cara memberikan ASI eksklusif
1) Anjurkan ibu menyusui tanpa jadwal (paling kurang 8 kali dalam
24 jam) setiap kali bayi menginginkan
2) Bila bayi melepaskan isapannya dari satu payudara, berikan
payudara yang lain
3) Nasehati ibu agar tidak memaksakan bayi untuk menyusu jika
bayi tidak menginginkannya, tidak melepaskan isapan bayi
sebelum bayi selesai menyusu dan tidak memberi minuman lain
selain ASI atau menggunakan dot/kempeng
4) Anjurkan ibu hanya memberikan ASI dalam waktu 4-6 bulan
pertama
5) Posisi dan peletakan menyusui yang benar
6) Susuilah bayi bila sudah siap menyusui. Tanda bayi telah siap
menyusu antara lain mulut membuka lebar, gerakan mencari
puting, melihat-lihat sekeliling dan bergerak
7) Tunjukan pada ibu cara memegang bayi yang benar ketika
menyusui. Caranya adalah sebagai berikut :
a) Topang seluruh tubuh bayi, jangan hanya kepala dan leher
b) Kepala dan tubuh bayi lurus, sehingga bayi menghadap
payudara ibu dan hidung bayi dekat puting susu ibu
8) Tujukkan pada ibu cara meletakkan bayi. Katakan kepada ibu
untuk melakukan hal-hal berikut :
a) Menyentuhkan puting susu pada bibir bayi
b) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
c) Mulut bayi digerakan ke arah puting susu sehingga bibir
bawah bayi terletak jauh di belakang puting pada aerola
12

9) Nilai perlekatan bayi pada ibu dan reflek hisap bayi. Bantu ibu
bila membutuhkan, terutama ibu muda atau primipara. Tanda
perlekatan yang benar yaitu :
a) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
b) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah bayi melipat
keluar
c) Daerah areola di atas mulut bayi tampak lebih banyak
daripada di bawah mulut bayi
d) Bayi menghisap dengan pelan, kadang-kadang berhenti
10) Jika bayi dapat minum dengan baik, anjurkan ibu melanjutkan
menyusui secara eksklusif
c. Dukungan bagi ibu menyusui
1) Libatkan suami atau anggota keluarga yang lain untuk berdiskusi
tentang ASI, jika memungkinkan
2) Jika ibu tidak dapat dirawat bersama bayi, usahakan agar ia dapat
menginap di tempat yang dekat agar proses menyusui tetap dapat
berlangsung
3) Pastikan agar ibu dapat makan dan minum yang cukup
4) Anjurkan ibu agar sering mengunjungi dan memegang bayinya
5) Jelaskan pada ibu bahwa sebagian besar obat-obatan yang perlu
diminum ibu tidak akan mengganggu bayi. Namun, jika ibu
mendapat obat Kotrimoksasol atau pansider, bayi perlu dipantau
terhadapat tanda ikterus

d. Perawatan payudara
Perawatan payudara merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kelancaran ASI ibu. Maka dari itu, perawatan ini sangat
penting agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif dangan lancar
tanpa kendala.
e. Memeras ASI
13

1) Ajarkan ibu cara memeras ASI. Diantaranya adalah sebagai


berikut :
a) Cuci tangan sampai bersih
b) Peras sedikit ASI dan oleskan pada puting dan sekitar areola
c) Duduk yang nyaman dan letakkan wadah steril bermulut
besar (misalnya gelas) di bawah payudara
d) Peras payudara dengan cara sebagai berikut :
- Topang payudara dengan 4 jari dan letakkan ibu jari di
atas areola
- Pencet payudara diantara ibu jari dan jari yang lainnya
sambil menekan payudara kearah dada
- Peras ASI untuk payudara paling tidak 4 menit
- Pindah payudara lain dan peras selama 4 menit
- Lanjutkan memeras secara bergantian selama paling idak
20-30 menit
2) Jika ASI tidak mengalir dengan lancar maka lakukan beberapa
hal berikut :
a) Bantu ibu dengan memberi teknik memeras yang benar
b) Kompres payudara dengan air hangat
c) Minta seseorang untuk memijat punggung dan leher agar
ibu rileks
3) Jika ASI peras tidak segera diberikan, beri label dan simpan
dalam lemari es, kemudian gunakan dalam waktu 24 jam. Atau
bekukan ASI peras (jiak bisa dijaga tetap membeku pada suhu
-200C paling lama 6 bulan. Cara pengggunaannya adalah sebagai
berikut :
a) Hangatkan ASI yang dibekukan atau didinginkan dengan
merendamnya dengan air hangat (sekitar 400C)
b) Gunakan ASI pada waktunya
c) Jangan merebus ASI peras
14

4) Anjurkan ibu memeras ASI paling tidak 8 kali dalam 24 jam.


Setiap kali memeras, usahakan peras ASI dengan banyak
dibutuhkan bayi atau lebih
5) Anjurkan dan beri dukungan ibu untuk segera memulai
menyusui dengan segera
3. Manajemen Cairan
Selain ASI dan susu formula, ada jenis cairan lain yang bernama cairan
IV yang dapat diberikan kepada bayi jika Asi dan susu formula tidak
dapat diberikan. Cairan IV diberikan agar bayi dipastikan menerima
cairan, kalori dan elektrolit yang dibutuhkan. Umumnya bayi
memerlukan cairan IV bila mereka sakit berat, kecil, dehidrasi,
pemberian minum secara oral kurang diterima (hanya 2/3 atau kurang
dari yang dibutuhkan) dan memerlukan obat IV.
4. Kebutuhan Nutrisi Bayi dengan BB > 2500 gram
Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang diperlukan oleh tubuh
untuk metabolisme. Kebutuhan nutrisi dan cairan merupakan kebutuhan
yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi. Nutrisi juga mencegah berbagai penyakit
akibat kurang nutrisi di dalam tubuh , seperti kekurangan energi dan
protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi
vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kaluim dan lain-lain (Sitiatava,
2012 : 75).
Nutrisi yang dimaksud disini yaitu ASI yang dibutuhkan bayi. ASI
adalah nutrisi yang paling cocok yang sangat dibutuhkan bayi dan
merupakan cairan terbaik dalam memenuhi nutrisi dan cairan bayi baru
lahir. Hal ini dikarenakan ASI adalah nutrisi yang mudah dicerna dan
digunakan secara efisien oleh tubuh bayi. Kebutuhan nutrisi terutama
ASI tidak terbatas untuk bayi.
ASI memiliki konsentrasi zat besi, kalsium dan zink yang sangat
rendah. Namun, semua unsur ini memiliki bioavailabilitas sangat tinggi
sehingga diabsorpsi secara efisien. Bayi - bayi yang mendapatkan ASI
15

tidak memerlukan suplemen zat besi sampai usia 4 - 6 bulan, ketika


simpanan prenatal telah habis digunakan untuk pertumbuhan yang
pesat.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya
tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang
peranan dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Air Susu Ibu
(ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi (Sitiatava, 2012 :
229).

II. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Keluhan Utama
Keluhan utama digunakan untuk menentukan alasan spesifik
yang utama bagi anak dan orang tua untuk mecari bantuan
professional kesehatan (Wong, 2009 : 155).
b. Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan
dengan keluhan utama (Wong, 2009 : 155).
c. Riwayat Antenatal
Riwayat ANC bagi ibu hamil dilakukan minimal 4x yaitu 1 kali
sebulan umur kehamilan 1 – 7 bulan, 2x sebulan umur
kehamilan 8 bulan dan 1x seminggu sampai kehamilan cukup
bulan. Dalam ANC ibu hamil mendapatkan penyuluhan tentang
kebutuhan nutrisi, gizi yang adekuat selama hamil akan
mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu. Bayi normal
memiliki BB antara 2500 – 4000 gram.bila jumlah makannya
dikurangi maka BB bayi akan dilahirkan menjadi kecil (Depkes
RI, 1993 : 97).
DMG ( Diabetes Melitus Gestasional ) pada ibu menyebabkan
makrosemia, lahir mati dan hiperbilirubin, polihidramnion
16

menyebabkan masalah ginjal neonates dan ketidakmampuan


menelan, oligohidramnion menyebabkan sindrom dehidrasi,
hipertensi dalam kehamilan menyebabkan retardasi
pertumbuhan dan prematuritas, PMS pada ibu hamil dapat
menyebabkan transmisi perinatal, penyakit jantung
menyebabkan hipoksia kronis, penyakit ginjal menyebabkan
IUGR (Varney, 2010 : 917).
Bayi yang lahir dari ibu dengan perdarahan antepartum, ibu
dengan diabetes melitus gestasional, ibu dengan preeklamsia
berat, ibu dengan hidramnion yang sering berhubungan dengan
cacat bawaan di saluran pencernaan seperti atresia esofagi,
atresia duodeni, atresia ani dan lain-lain (Wiknjosastro, 2006 :
251).
d. Riwayat Natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa (normal/ spontan)
yaitu bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2007: 180).
Persalinan memanjang menyebabkan trauma pada neonates,
penggunaan obat pada persalinan menyebabkan gawat
pernapasan neonates, presentasi atau posisi janin abnormal
menyebabkan trauma neonates (Varney, 2007 : 917).

Kemungkinan implikasi
Faktor natal
pada BBL
Persalinan kurang bulan atau lewat
RDS, asfiksia
bulan
Peningkatan suhu ibu Penularan infeksi perinatal
Pneumonia akibat aspirasi
Cairan amnion bercampur mekonium
mekonium
17

Pecah ketuban yang lama Penularan infeksi perinatal


Perdarahan berlebihan pada saat
Hipovolemia BBL, hipoksia
persalinan
Prolaps tali pusat, gawat janin, hipotensi
Asfiksia
maternal
Asidosis janin Asidosis BBL
Asfiksia, trauma kepala dan
Persalinan memanjang
bahu
Penggunaan obat pada persalinan gawat pernapasan neonatus
Presentasi atau posisi janin abnormal trauma neonates
Persalinan secara Sectio Caecarea Asfiksia

e. Riwayat Postnatal
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar
uterus, maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi,
mekanik, dan termik. Hasil rangsangan ini membuat bayi akan
mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan
lain-lain.
1) Perubahan metabolisme karbohidrat
Bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi
glikogen meningkat atau adanya gangguan pada
metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan
menderita hipoglikemia, misalnya terdapat pada bayi
BBLR, bayi dari ibu menderita diabetes melitus dan lain-
lain (Wiknjosastro, 2006 : 253 - 254).
2) Perubahan suhu
Suhu lingkungan yang tidak baik (bayi tidak dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36°C - 37°C ) akan
menyebabkan bayi menderita hipertermi, hipotermi dan
trauma dingin. Bayi baru lahir dapat mempertahankan suhu
tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energi serta
18

merawatnya di dalam neutral thermal environment (NTE)


(Wiknjosastro, 2006 : 254).
3) Perubahan sistem pernafasan dan sirkulasi
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu
30 detik sesudah kelahiran. Setelah bayi lahir, pertukaran
oksigen harus melalui paru-paru. (Wiknjosastro, 2006 :
254-255)
4) Perubahan gastroinstetinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah
terbentuk pada saat lahir. Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang berakibat
gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc
dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin
(Rukiyah, 2010 : 41).
5) Perubahan sistem kekebalan tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matangsehingga
rentan terhadap infeksi (Rukiyah, 2010 : 41).
f. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai
kenaikan berat badan yang optimal berbeda-beda. Oleh
karena itu, pemberian cairan kepada bayi yang daya isap
dan menelannya baik hendaknya on demand. Bayi normal
sudah dapat menyusu segera setelah lahir. Walaupun air
susu ibu yang berupa bayi dalam hari-hari pertama. Pada
hari ketiga bayi sudah harus menyusu selam 10 menit pada
mamae ibu dengan jarak waktu tiap 3 - 4 jam. Bayi yang
pada permulaan minum on demand, pada minggu-minggu
berikutnya sudah dapat dipenuhi kebutuhannya dengan
minum 3-4 jam. (Wiknjosastro, 2006 : 258 - 259)
Kebutuhan minum untuk bayi BBL antara lain:
19

Hari ke-1 : 60 cc/ kg BB


Hari ke-2 : 90 cc/ kg BB
Hari ke-3 : 120 cc/ kg BB
Hari ke-4 : 150 cc/ kg BB
2) Tidur/ istirahat
Pola tidur yang tidak teratur (hingga usia 6-8 mingggu)
yang berhubungan dengan rasa lapar atau ketidaknyamanan.
Dalam sehari bayi baru lahir kebutuhan tidurnya mencapai
20-22 jam. (Persis Hamilton, 1995: 217)
Bayi akan tertidur pulas jika kebutuhan minum tercukupi
dan akan terbangun jika merasa lapar, umur 0 – 6 bulan
waktu tidur 18 – 20 jam (Suryanah, 1996 : 60).
3) Eliminasi
BAB : Bayi mempunyai feses lengket berwarna hitam
kehijauan selama dua hari pertama, ini disebut
mekoneum. Neonatus normal akan
mengeluarkan mekoneum dalam 24 jam pertama
setelah lahir. Pengeluaran ini akan berlangsung
sampai hari ke 2 - 3. Pada hari ke 4 - 5 tinja
menjadi coklat kehijau - hijauan. Selanjutnya
warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang
diminumnya. Tinja bayi yang diberi ASI akan
berubah warna jadi hijau - emas, lunak dan
terlihat seperti bibit (seedy). Bayi yang diberi
susu formula memiliki feces berwarna coklat
gelap, seperti pasta atau padat dengan bau
sedikit menusuk. Defekasi mungkin 3 - 8 kali
sehari (Wiknjosastro, 2006 : 256).
BAK : Bayi BAK 4-5 kali/hari (Varney, 2001:897).
Air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam
dan yang harus diobservasi adalah frekuensi
20

BAK, jumlah dan kencingnya (Wiknjosastro,


1999 : 256).
4) Personal hygiene
a) Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-
tanda infeksi. Mata bayi yang ditutup oleh karena ia
mendapat terapi sinar harus dibuka setiap kali bayi
minum susu. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari infeksi mata.
b) Infeksi dengan kandida (oral trush) sering terjadi pada
mulut bayi karena bayi sering minum ASI (on demand).
Kandida merupakan suatu penyakit endemik di tempat
perawatan bayi (infeksi dapat berasal dari ibu, bidan/
perawat, botol/ dot). Infeksi kandida yang lebih berat
berupa diare, infeksi kulit di daerah genital, infeksi paru
atau sepsis/ meningitis.
c) Kulit, terutama di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang
telinga, ketiak), harus selalu bersih dan kering. Bagian-
bagian tersebut harus bersih dari verniks caseosa oleh
karena verniks kaseosa ini media yang paling baik
untuk kuman stafilokokus.
d) Tali pusat, pada umumnya tali pusat akan puput pada
waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali-pusat belum
puput (lepas) maka setiap sesudah mandi tali pusat
harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila tali pusat
basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda radang,
harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini
harus sefera diobati untuk menghindari infeksi yang
lebih berat seperti sepsis/meningitis.
e) Kain popok harus segera diganti setiap kali basah
karena air kencing atau tinja. Bila pantat selalu basah,
kemungkinan lecet dan terjadi infeksi besar.
21

f) Bayi dimandikan minimal 6 jam setelah lahir, karena


pada waktu itu keadaan bayi dianggap sudah mulai
stabil dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya
sudah optimal.
(Wiknjosastro, 2006 : 257 - 258)
g. Latar Belakang Sosial Budaya
Dalam melakukan perawatan bayi diperlukan pengetahuan
yang benar oleh ke dua orang tua, jangan sampai terjebak oleh
mitos-mitos yang beredar. Berikut adalah beberapa mitos yang
berkembang di masayarakat dan ternyata faktanya adalah salah:
1) Untuk Mencegah Bodong, maka tempelkanlah uang logam
di pusar bayi
Mitos ini cukup berbahaya jika dilakukan, karena dengan
menempelkan uang logam pada pusar di khawatirkan bayi
akan terkena infeksi. Pusar bayi haruslah senantiasa bersih
dan kering, jangan sampai benda yang kotor menempel
pada pusar bayi, termasuk tentunya uang yang secara kasat
mata kelihatan bersih, namun sebetulnya kotor.
2) Tarik-tariklah hidung bayi jika ingin mancung
Bukan karena di tarik-tarik hidung bayi bisa menjadi
mancung, melainkan karena faktor genetik.
3) Terlalu lama di gendong membuat bayi manja
Justru sebaliknya. Menggendong bayi dengan benar
meskipun lama tidak akan membuat bayi manja, malah akan
membuat ikatan batin antara ibu dan bayi semakin kuat.
Respon cepat ibu dengan menggendong bayi ketika bayi
menangis akan membuat bayi cepat tenang dan
menghindarkan bayi dari stress.
4) Memberi makanan padat kepada bayi sebelum usia 6 bulan
akan membuat bayi tidur lebih lama dan tahan lapar di
malam hari.
Mitos ini sangat salah. Karena dengan memberikan
makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan akan
22

mengganggu pencernaan bayi. ASI adalah makanan bayi


terbaiknya, tidak perlu di perdebatkan dan tidak perlu di
khawatirkan mengenai hal itu. Jadi, jangan dulu memberi
makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan.
5) Jidat lebar manandakan bayi pintar
Hal ini tidak ada hubungannya sama sekali. Kepintaran
bukan di lihat berdasarkan lebar kecilnya jidat, tapi karena
faktor genetis ke dua orang tuanya, kemudia stimulasi dan
nutrisi yang di berikan kepada bayi.
6) Bayi Menangis baik untuk perkembangan paru-paru, maka
biarkanlah dulu.
Responlah dengan cepat ketika bayi menangis. Komunikasi
yang bisa bayi lakukan hanyalah menangis. Dengan
menangisnya bayi memberikan berbagai tanda bagi orang
tua, apakah bayi lapar, bayi sakit, merasakan adanya
gangguan atau hal lainnya. Maka responlah dengan cepat
ketika bayi menangis. Selain itu respon cepat anda, akan
membuat bayi mudah tenang.

7) Berikan Pisang jika bayi terus menangis


Sekali lagi, makanan bayi sebelum 6 bulan hanyalah ASI
ekslusif. Memberikanan makanan padat sebelum waktunya
hanya akan membuat bayi terganggu pencernaannya. Jika
anda telah memberikan respon cepat, misal dengan
menggendong dan memberinya ASI namun bayi masih
menangis, berarti ada hal lain yang menganggunya. Jika
anda tidak menemukan penyebabnya, anda bisa periksakan
bayi anda ke dokter.
8) Perawatan Tali Pusat
23

Keluarga seharusnya memperhatikan perawatan tali pusat


bayi dengan tidak membungkusnya dan tidak
membubuhkan ramuan-ramuan tradisional pada tali pusat,
hanya ditutup kasa kering, popok dilipat di bawah tali pusat
dan jika tali pusat kotor harus dibersihkan dengan air dan
sabun lalu dikeringkan orang tua dan keluarga seharusnya
tidak memakaikan pakaian ketat, tidak meninggalkan bayi
sendirian, tidak memberikan apapun pada mulut. Dalam
perawatan bayi harus selalu dalam kondisi bersih agar bayi
terhindar dari infeksi (wafi, 2010: 45).
h. Data Psikososial
Bayi lahir normal akan merasa hangat dan nyaman berada
dalam dekapan ibunya (Suryanah, 1996 : 60).

2. Data Obyektif
a. Keadaan umum
Bayi tampak sehat, kemerah-merahan, aktif, tonus otot baik,
menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36º C-37º C.
(Winkjosastro, 2006 : 256).

b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2001 : 891) :


S Aksila : 36,5-37ºC
S Kulit : 36-36,5ºC
N : 120-160 x/menit, bervariasi ketika tidur atau
menangis dari 100-180x/menit.
RR : 30-60 x/menit, pernapasan diafragma disertai
pergerakan dinding abdomen.
c. Pengukuran antropometri
1) Lingkar kepala 33 - 38 cm.
2) Sirkumferensia suboccipito bregmatika 32 cm.
24

3) Sirkumferensia mento occipito 34 cm (Wiknjosastro, 2007 :


119).
4) Lingkar dada 30 - 38 cm.
5) Lingkar lengan ± 11 cm.
6) Panjang badan 48 - 52 cm (Pusdiknakes, 1992 : 72).
7) Berat badan 2500 - 4000 gram.
8) Pemeriksaan pertama penurunan fisiologis karena
mengeluarkan air kencing dan mekonium, hari ke-empat
badan naik lagi
(Wiknjosastro, 2007:156).
d. Penimbangan BB
Berat badan pada bayi baru lahir normal yaitu 2500 gram - <
4000 gram. Dan terkadang sering terjadi penurunan berat badan
pada bayi pada hari-hari pertama. Penurunan berat badan
dikatakan fisiologis apabila mengalami penurunan < 10 % dari
berat badan sebelumnya dan akan pulih kembali maksimal
selama 14 hari. (Wiknjosastro, 2006 : 258)
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Bentuk simetris, ukurannya 33-38 cm,
sutura menutup, caput succedaneum
tidak ada, hematochepal tidak ada, tidak
odem, tidak ada benjolan (Winkjosastro,
2007:251).
2) Mata : Kelopak mata menutup dan membuka
ketika dirangsang dengan cahaya atau
sentuhan (Hamilton, 1995:225).
3) Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip,
tidak ada sekret, tidak ada pernapasan
cuping hidung (Saifuddin, 2002:N-33).
4) Mulut : Bibir kemerahan dan lidah rata dan
simetris. Lidah tidak boleh memanjang
atau menjulur diantara bibir (Hamilton,
25

1995:222).
5) Telinga : Simetris, tidak bengkak, tidak ada sekret,
tidak ada serumen (Saiffudin, 2002:N-
33)
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe atau bendungan vena
jugularis (Nelson, 1992:574).
7) Dada : Bentuk normal, tidak ada retraksi
intrakosta, pernafasan teratur, tidak ada
wheezing atau ronchi, tidak ada kelainan
bunyi jantung, denyut jantung teratus
(Saifuddin, 2002:N-33).
8) Abdomen : Dinding abdomen simetris, kulit bersih,
tali pusat segar, tidak tegang, tidak
teraba benjolan, tidak teraba hepar, tidak
teraba limpa dan timpani (Saifuddin,
2002:N-33–N-34).
9) Genetalia
a) Laki-laki : Testis sudah turun ke kantong skrotum,
tidak ada hydrocele, tidak ada fimosis
(Hamilton, 1995:221).
b) Perempuan : Vagina berlubang, urethra berlubang,
terdapat labia minora dan mayora
(Saifuddin, 2001:N-24).
10) Anus : Tidak atresia ani, tidak ada iritasi, bersih
(Saifuddin, 2002:N-34).
11) Ekstremitas : Bentuk simetris, gerak aktif, normal,
tidak sindaktili atau pilidaktili, tidak ada
pes vagus atau pes valgus (Hamilton,
1995:221).
12) Kulit : Kulit halus, lembut, padat, dengan sedikit
pengelupasan terutama telapak tangan,
kaki, dan selangkangan, ada verniks
caseosa, turgor kulit elastis, tekstur kulit
26

sembab (Hamilton, 1995:221).


f. Pemeriksaan neurologis
Pengkajian reflek, saraf kranial dan indera khusus (Varney,
2001:923).
1) Reflek moro : rangsangan mendadak yang menyebabkan
lengan terangkat keatas dan kebawah, terkejut, dan relaksasi
dengan lambat.
2) Reflek grasping : bayi menggenggam setiap benda yang
diletakkan kedalam tangan cukup kuat sehingga dapat
menyebabkan tubuhnya terangkat.
3) Reflek sucking : bibir monyong, lidah melipat, menarik ke
dalam atau menghisap disebabkan karena lapar, rangsangan
bibir.
4) Reflek rooting : sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan
kepala menoleh kearah sentuhan.
5) Reflek swallowing : otot-otot tenggorokan menutup trakea
dan membuka esofagus ketika makanan berada dalam mulut.
6) Reflek berkedip : kelopak mata menutup dan membuka
ketika dirangsang dengan cahaya atau sentuhan.
B. Analisa Data
Analisa data berdasarkan urutan sebagai berikut:
a. Mencari hubungan antara data dan fakta yang lain untuk mencari
hubungan sebab akibat.
b. Menentukan masalah penyebabnya
c. Menentukan tingkat resiko masalahnya
d. Hasil analisa merupakan langkah awal dari penurunan masalah
untuk menentukan diagnosa kebidanan (Depkes RI, 1996 : 9).
C. Diagnosa/ Masalah Kebidanan
Neonatus normal, usia… jam/ 28 hari, aterm, persalinan normal
belakang kepala, jenis kelamin (laki - laki atau perempuan), keadaan
27

umum baik dengan kemungkinan masalah potensial hipotermi,


hipoglikemi, infeksi. Prognosa baik. (Depkes RI, 1993 : 76)
D. Perencanaan
1. Diagnosa kondisi
Neonatus normal, usia… jam/ 28 hari, aterm, persalinan normal
belakang kepala, jenis kelamin (laki - laki atau perempuan),
keadaan umum baik. Prognosa baik.
Tujuan : Bayi dapat beradaptasi dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin
Kriteria :
a. Pernafasan bayi adekuat (respirasi 40-80 x/menit, nadi 120-140
x/menit).
b. Suhu bayi normotermi (36,5°-37,5°C), seluruh tubuh hangat,
tidak cyanosis
c. Bayi dapat menyusu ASI, gerak aktif, tonus otot baik (fleksi),
dan tidak cyanosis.

Intervensi :
a. Lakukan pencegahan infeksi.
R/ sistem imunitas bayi baru lahir belum matang, sehingga
menyebabkan bayi baru lahir rentan dari berbagai infeksi dan
alergi.
b. Ajarkan Ibu tentang rawat tali pusat metode bersih kering
R/ teknik bersih meminimalisir jumlah kuman, sedangkan
kering dapat memberikan ruang agar luka mendapatkan
banyak oksigen, sehingga proses penyembuhan luka lebih
cepat pulih kembali.
c. Observasi suhu, nadi dan respirasi.
R/ Suhu tubuh paling kurang diukur satu kali sehari. Bila suhu
rektal di bawah 36°C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang
28

lebih panas misalnya di dalam inkubator yang mempunyai


suhu 30°C-32°C, dalam pangkuan ibu atau bayi dibungkus dan
diletakkan botol-botol hangat di sekitarnya. Dapat pula dipakai
lampu yang disorotkan ke arah bayi. Suhu rektal diukur setiap
½ jam sampai suhu tubuh diatas 36°C.
d. Anjurkan orangtua untuk tidak menggunakan pakaian bayi
yang berlapis-lapis dan juga tidak terlalu tipis.
R/ Bayi belum bisa mengeluarkan keringat secara efektif
akhirnya akan kepanasan (kulit menjadi merah, iritabilitas dan
tubuh hangat) dan bayi juga belum bisa mengatasi udara dingin
dengan baik.
e. Observasi nutrisi dan berat badan.
R/ Penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.
Dalam tiga hari pertama berat badan akan turun oleh karena
bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang cairan
yang masuk belum cukup. Pada hari keempat berat badan akan
naik lagi.
f. Jaga kehangatan bayi dengan cara mencegah terjadinya
konveksi, radiasi, evaporasi dan konduksi.
R/ kehilangan panas bayi baru lahir dapat terjadi melalui 4 cara
yaitu :
1) Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui
kontak dengan udara yang dingin disekitar AC
2) Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi
diletakkan dekat dengan benda-benda yang lebih rendah
suhunya dari suhu tubuh bayi
3) Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi
berada dalam keadaan basah.
4) Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui
kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah
29

g. Mandikan bayi setelah 6 jam post partum.


R/ pada waktu itu keadaan bayi dianggap sudah mulai stabil
dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sudah optimal dan
memandikan bayi segera setelah lahir dapat meningkatkan
resiko hipotermi.
2. Masalah 1: Hipotermi
Tujuan : hipotermi tidak terjadi pada bayi
Kriteria :
a. Suhu tubuh bayi normotermi (36,5-37,5oC)
b. Tidak sianosis
c. Akral hangat
Intervensi
a. Ganti segera pakaian/ popok yang basah akibat air kencing/
feces dan keringat
R/ pakaian/popok basah yang tidak segera diganti dapat
meningkatkan proses kehilangan panas secara evaporasi,
kemungkinan lecet dan infeksi besar.
b. Memandikan bayi dengan air hangat
R/ kemungkinan mendapat trauma dingin (cold injury) kecil
apabila bayi dimandikan dengan air hangat dan mandi tidak
terlalu lama.
c. Rawat gabung
R/ kehangatan tubuh bayi dapat diperoleh dengan cara didekap
oleh ibunya, hal ini dapat ditunjang dengan dilakukannya
rawat gabung
d. Observasi suhu tiap ½ jam sampai suhu tubuh diatas 36°C
R/ Suhu tubuh paling kurang diukur satu kali sehari. Bila suhu
rektal di bawah 36°C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang
lebih panas misalnya di dalam inkubator yang mempunyai
suhu 30°C-32°C, dalam pangkuan ibu atau bayi dibungkus dan
diletakkan botol-botol hangat di sekitarnya. Dapat pula dipakai
lampu yang disorotkan ke arah bayi. Suhu rektal diukur setiap
½ jam sampai suhu tubuh diatas 36°C.
3. Masalah 2 : potensial hipoglikemi karena gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi karena ASI belum lancar
30

Tujuan : tidak terjadi hipoglikemi dan kebutuhan nutrisi bayi


terpenuhi
Kriteria :
a. Bayi tampak tenang
b. Kulit bayi berwarna merah muda
c. Pernafasan yang digunakan adalah pernafasan
dada
d. Tangis kuat
e. Gerak aktif (fleksi) dan tonus otot baik
f. Bayi minum ASI secara adekuat

Intervensi :
a. Anjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand.
R/ pemberian ASI yang adekuat dapat menghasilkan energi yang
cukup untuk proses metabolisme tubuh bayi dan mengurangi
pembakaran lemak coklat.
b. Kaji intake dan output.
R/ bila terjadi ketidakseimbangan dapat dilakukan tindakan
sesuai prosedur.
c. Observasi cara menyusui.
R/ cara menyusui dapat mempengaruhi bayi dalam menyusu.
d. Beri susu formula jika ASI sedikit
R/ Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Masalah 3 : Infeksi tali pusat
Tujuan : Tidak terjadi infeksi tali pusat
Kriteria :
a. Tali pusat bersih
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, perdarahan, keluar
pus, berbau busuk)
c. TTV dalam batas normal :
31

S :36,5-37,5oC
N: 120-160 kali/ menit
R: 30-60 kali/ menit
Intervensi
a. Rawat tali pusat dengan tehnik aseptik, cuci dengan sabun, dan
bilas dengan air hangat
R/ obat antiseptik dapat membunuh kuman gram negatif/positif
b. Bungkus tali pusat dan rawat minimal 2 kali sehari setelah
mandi atau ganti sewaktu-waktu jika basah
R/ teknik bersih meminimalisir jumlah kuman, sedangkan
kondisi lembab dapat meningkatkan resiko infeksi

c. Bungkus tali pusat dengan kasa steril kering


R/ teknik sedangkan kering dapat memberikan ruang agar luka
mendapatkan banyak oksigen, sehingga proses penyembuhan
luka lebih cepat pulih kembali.

E. Implementasi
Langkah pelaksanaan dalam asuhan ini dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan baik secara mandiri, kolaborasi, atau
rujukan. Penatalaksanaan tindakan diupayakan dalam waktu yang
singkat dan efektif hemat dan berkualitas (Depkes RI, 1995:11).

F. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan yang dilakukan (Depkes RI, 1995 : 11).
Menurut Depkes RI (1995 : 10) didalam evaluasi dicantumkan pula :
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnosa
yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
A : Asessment
32

Menggambarkan hasil analisa data dan interprestasi data subyektif


dan obyektif dalam suatu identifikasi.
1. Diagnosa/masalah.
2. Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan,
evaluasi berdasarkan asessment.
Petugas
33

BAB II
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 05 Januari 2014 pukul 07.00 WIB
Tempat pengkajian : di Ruang Perinatologi RSUD dr. Sayidiman Magetan
A. Data subyektif
1. Biodata
a. Bayi
Nama : Bayi Ny. “B”
Tanggal lahir : 03 Januari 2014 / 20.05 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Anak ke : II (dua)

b. Orangtua Istri Suami


Nama : Ny. “B” Tn. “M”
Umur : 27 tahun 32 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Swasta
Penghasilan :- Rp.1.500.000;
Umur menikah : 17 tahun 21 tahun
Lama/brp x menikah : 10 tahun/1x 10 tahun/1x
Alamat : Gulon Winong Magetan
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan Bayi lahir spontan, usia kehamilan 39 - 40 minggu
BB lahir 3500 gram, usia 2 hari dan sekarang dirawat di ruang
perinatologi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bayinya sekarang dalam keadaan sehat tetapi dirawat
di ruang perinatologi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga ibu maupun suami tidak pernah menderita
dengan gejala jantung berdebar-debar, mudah lelah, berkeringat di
malam hari terutama telapak tangan (Jantung), batuk yang lama lebih
dari 2 minggu, berdahak dan keluar darah (TBC), nafsu makan
berkurang, kencing berwarna kuning kecoklatan, bagian putih mata
kuning (Hepatitis), bila terluka darah sulit membeku (Haemofili),
34

keputihan yang berbau, berwarna hijau kekuningan dan menimbulkan


gatal (PMS), sakit saat kencing (ISK), diare lebih dari 3 bulan, berat
badan turun drastis dalam waktu 1 bulan, mudah terserang penyakit
dan lama sembuhnya (HIV/AIDS), tidak pernah mempunyai riwayat
kejang-kejang dan mengeluarkan busa dari mulut (Epilepsi), jika ada
luka sukar sembuh dan jika ada luka sukar sembuh, mudah haus dan
sering lapar serta kencing lebih dari tujuh kali di malam hari (DM),
sesak nafas (Asma), tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan
pegal-pegal pada tengkuk (Hipertensi).
5. Riwayat antenatal
Saat hamil anak kedua ini, ibu rutin periksa ke bidan sebanyak 9x
yaitu 2 x pada TM 1, 3x pada TM II, dan 4x pada TM III. Selama TM
I ibu hanya mengalami gangguan mual muntah hilang dengan
sendirinya pada usia kehamilan 2 bulan. Cara mengatasinnya yaitu
dengan makan sedikit-sedikit tapi sering. Kemudian pada TM II dan
TM III ibu tidak mengalami gangguan apapun. Ibu mendapat
penyuluhan tentang gizi ibu hamil, perawatan payudara, senam hamil,
tanda-tanda dan persiapan persalinan. Ibu mendapatkan tablet tambah
darah dan multivitamin sebanyak 90 tablet. HPHT 30 Maret 2013
HPL 05 Januari 2014.

6. Riwayat natal
Ibu mengatakan sebelum datang ke rumah sakit ibu datang ke Bidan
terlebih dahulu pada tanggal 03 Januari 2014 pukul 07.00 WIB,
dilakukan pemeriksaan pembukaan 1 cm, lalu ibu dirujuk ke rumah
sakit pada pukul 17.00 WIB. Ibu melahirkan bayinya pada tanggal 03
Januari 2014 pukul 20.05 WIB. Ditolong oleh bidan. Lama persalinan
14 jam. Bayi lahir spontan, menangis kuat dan gerak aktif, jenis
kelamin laki – laki, BB = 3500 gram PB = 51 cm, tidak ada kelainan
bawaan, tidak ada benjolan di kepala. Apgar score pada 1 menit
pertama 8, pada menit ke-5 = 9.
5. Riwayat post natal
35

Ibu mengatakan segera setelah lahir bayi menangis kuat, gerak aktif
dan bayi dapat menemukan puting dengan sedirinya. 2 jam setelah
lahir bayi dalam kondisi baik, ASI ibu belum keluar, dan bayi mau
menyusu. 6 jam setelah lahir bayi sudah BAK, dan 12 jam setelah
lahir bayi BAB warna hitam kehijauan bayi dapat menyusu secara
adekuat.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi : Bayi diberi ASI setiap 3 jam atau
diteteki oleh ibu. Kemudian disambung/
ditambah PASI. Kebutuhan yang diperlukan
yaitu:
Hari pertama : 60 x 3,5 : 8 = 26,25 = 26 cc
Hari kedua : 90 x 3,5 : 8 = 39,37= 39 cc
b. Eliminasi : Bayi sudah BAK sebanyak
4 kali, warna urin kuning jernih. BAB sudah
2 kali, warna hitam kehijauan.
c. Istirahat/tidur : Bayi tidur sepanjang hari,
namun sering terbangun dan menangis tanpa
sebab, setelah digendong bayi diam, selain
itu bayi juga menangis jika lapar, BAK/BAB
dan waktu dimandikan.
d. Aktifitas : Bayi sering menangis dan
gerak aktif
e. Personal hygiene : Hingga saat ini bayi
sudah mandi sebanyak 1 kali dengan air
hangat dan sabun mandi. Ganti baju tiap kali
basah, ganti popok tiap kali BAK/BAB. Tali
pusat dibersihkan dengan air sabun dan
dibungkus dengan kasa steril. Vernik caseosa
tidak dibersihkan, tetapi untuk yang
dibelakang telinga dibersihkan karena terlalu
banyak.
7. Latar belakang sosial budaya
a. Bayi nanti akan tinggal dirumah bersama orang tuanya.
36

b. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan merawat tali pusat dengan


ramuan-ramuan tradisional
c. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan memberikan makanan
tambahan selain susu pada bayi sebelum berumur 6 bulan.
d. Dalam keluarga ada kebiasaan membedong bayi
e. Dalam keluarga ada kebiasaan seperti brokohan, selamatan,
sepasaran, dll.
8. Data psikososial dan spiritual
Bayi dirawat gabung bersama ibu dalam satu ruangan. Ayah dan
keluarga yang lain sangat senang atas kehadiran bayi, keluarga
sangat antusias untuk membantu ibu merawat bayi. Ayah sering
menggendong, membelai, mencium dan sering mengajak bayi
untuk berkomunikasi. Bayi tampak tenang ketika berada
dipangkuan ayah dan ibunya.

B. Data obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran composmentis
2. Tanda-tanda vital
S : 36,5oC
N : 128 x/menit
R : 40 x/menit
3. Pengukuran antropometri
BB : 3400 gram
PB : 49 cm
LILA : 11 cm
LIKA fronto occipito : 33 cm
LIDA : 36 cm
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : Ada sisa verniks caseosa dirambut, rambut warna
hitam, penyebaran merata, tidak ada caput dan cephal,
ubun-ubun besar rata, tidak ada molase.
Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva palpebra merah
muda, sclera putih, tidak ikterus, tidak ada pengeluaran
37

secret berlebih, reflek berkedip positif, dan tidak ada


kelainan bawaan.
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada secret pada hidung, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada labio schisis maupun labio
palato schisis, ada rooting dan sucking reflek, mulut
tampak seperti ingin minum.
Telinga : Simetris, tulang rawan dan elastisnya sudah terbentuk
dengan baik, tidak ada pengeluaran secret.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limpa
dan bendungan vena jugularis. Tidak ada kaku kuduk.
Dada : Bentuk simetris, pernafasan teratur, tidak ada wheezing
dan ronchi, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
kelainan irama jantung.
Abdomen : Tidak kembung, perut teraba lunak, tali pusat masih
basah dan tidak ada perdarahan pada tali pusat. Tali
pusat dibungkus dengan kassa steril kering.
Genetalia : Kedua testis sudah turun ke kantong skrotum, tidak ada
fimosis dan terdapat lubang uretra.
Anus : Terdapat lubang anus
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada polidaktili maupun sindaktili, tidak
ada kelainan dan gerak aktif
Bawah : Simetris, normal, tidak ada pers varus maupun pers
vagus tidak ada polidaktili maupun sindaktili, dan
gerak aktif.
Kulit : Warna kemerahan, tidak pucat, kulit halus dan lembut,
turgor kulit baik, dengan sedikit pengelupasan
terutama telapak tangan, kaki dan selakangan, ada
vernik caseosa.
5. Pemeriksaan neurologik
- Reflek morro baik
Saat bayi diangkat maka bayi seolah – olah mendekatkan tubuhnya
pada orang – orang yang mendekapnya.
- Reflek rooting baik
Saat pipi bayi disentuh maka bayi akan menoleh kearah pipi yang
disentuh.
38

- Reflek sucking baik


Bibir monyong, menghisap susu yang disebabkan karena lapar atau
rangsangan pada bibir bayi.
- Reflek swallowing baik
Ketika diberi susu, susu berada dimulut.
- Reflek grapsing baik
Ketika telapak jari menyentuh telapak tangan bayi, maka jari –
jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.
6. Data APGAR Score pada tanggal 03 Januari 2014 pukul 20.05 WIB
yang dinilai oleh petugas perinatologi di ruang Bersalin RSUD dr.
Sayidiman Magetan.

No Kriteria Menit ke - 1 Menit ke – 2


1 Apperance 2 2
2 Pulse 2 2
3 Grimace 1 1
4 Activity 1 2
5 Respiration 2 2
Jumlah 8 9

II. Analisa Data


NO Diagnosa/Masalah Data Dasar
1 Neonatus cukup bulan, DS : Ibu mengatakan telah
sesuai masa kehamilan, melahirkan bayinya pada tanggal 03
lahir spontan dengan Januari 2014 pukul 20.05 WIB. Bayi
indikasi kala II lama, umur lahir spontan, menangis kuat dan
2 hari, jenis kelamin laki – gerak aktif, BB : 3500 gram, PB : 51
laki, KU baik. cm, tidak ada kelainan bawaan dan
caput. Apgar score 8 - 9.
DO : - KU baik, kesadaran
composmentis.
- TTV :
S : 36,5 oC R : 52 x/menit
N : 124 x/menit
- Pengukuran antropometri
BB saat lahir : 3500 gram
PB : 51 cm
LIKA fronto occipito : 34 cm
LIDA : 34 cm
39

LILA : 12 cm
- Kondisi fisik normal, tidak ada
kelainan bawaan.
- Reflek rooting, sucking, swallowing,
morro dan grasping berfugsi dengan
baik.
- Asupan nutrisi cukup

III. Diagnosa Kebidanan


Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan dengan indikasi
kala II Lama, usia 2 hari, jenis kelamin laki – laki, KU baik, prognosa baik.

IV. Perencanaan
Diagnosa/ masalah : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir
spontan dengan indikasi kala II Lama, usia 2 hari, jenis kelamin laki – laki,
KU baik, prognosa baik.
Tujuan : Bayi merasa nyaman dan bisa melewati masa neonatus tanpa
komplikasi.
Kriteria :
A. KU bayi baik. Tanda - tanda vital :
S : 36,5 - 37oC
N : 120 - 160 x/ menit
R : 30 - 60 x/ menit
B. Tanda - tanda bayi sehat adalah sebagai berikut :
1. Bayi minum ASI secara adekuat
2. Bayi BAK 4 - 5 kali/ hari
3. Bayi BAB 2 - 3 kali/ hari
4. Tali pusat kering dan bersih serta lepas pada hari ke 5 - 7 post partum
5. Penururan berat badan maksimal 340 gram, yaitu berat badan menjadi
3060 - 3400 gram dan akan kembali pulih pada hari ke 4.
6. Sklera putih dan kulit bayi berwarna merah muda
C. Ibu bisa mengatasi masalah bayinya yang rewel
D. Ibu memberikan ASI secara on demand
E. Orang tua mengetahui teknik merawat bayi dengan baik dan menyusui
dengan benar
Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua.
R/ Dengan mengetahui hasil pemeriksaan ibu merasa tenang dan dapat
melakukan tindakan untuk merawat bayinya.
2. Bina hubungan saling percaya kepada ibu atau keluarga.
40

R/ Tercipta hubungan baik antara nakes dengan pasien dan ibu lebih
kooperatif.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan/ memegang bayi
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
4. Observasi suhu, nadi dan respirasi.
R/ Suhu tubuh paling kurang diukur satu kali sehari. Bila suhu rektal di
bawah 36°C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang lebih panas misalnya
di dalam inkubator yang mempunyai suhu 30°C-32°C, dalam pangkuan
ibu atau bayi dibungkus dan diletakkan botol-botol hangat di sekitarnya.
Dapat pula dipakai lampu yang disorotkan ke arah bayi. Suhu rektal diukur
setiap ½ jam sampai suhu tubuh diatas 36°C.
5. Beri minum sesuai dengan kebutuhan bayi
R/ Kubutuhan bayi terpenuhi.
6. Ganti popok segera setelah basah
R/ Mencegah terjadinya ruam popok dan infeksi pada bayi.
7. Timbang berat badan setiap hari
R/ Penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari. Dalam tiga
hari pertama berat badan akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air
kencing dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum cukup. Pada hari
keempat berat badan akan naik lagi.
8. Anjurkan ibu untuk meneteki bayinya sesering mungkin
R/ semakin sering ibu menyusui bayi, maka semakin tercipta ikatan kasih
sayang antara ibu dan bayi, dan agar bayi merasa aman dan nyaman serta
kebutuhan dapat terpenuhi.
9. Ajarkan teknik menyusui yang baik
R/ Ibu rileks dan bayi kenyang.
10. Rawat tali pusat dengan kasa steril dan kering.
R/ teknik bersih meminimalisir jumlah kuman, sedangkan kering dapat
memberikan ruang agar luka mendapatkan banyak oksigen, sehingga
proses penyembuhan luka lebih cepat pulih kembali.
11. Atur suhu ruangan agar tetap hangat
R/ Jaga kehangatan bayi dengan cara mencegah terjadinya konveksi,
radiasi, evaporasi dan konduksi. Kehilangan panas bayi baru lahir dapat
terjadi melalui 4 cara yaitu :
41

a. Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan


udara yang dingin disekitar AC
b. Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan
dekat dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuh
bayi
c. Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam
keadaan basah.
d. Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak
langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah

V. Penatalaksanaan
Tanggal : 05 Januari 2014 pukul 08.00 WIB
Diagnosa/ masalah : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir
spontan dengan indikasi kala II Lama, usia 2 hari, jenis kelamin laki – laki,
KU baik, prognosa baik.
Implementasi :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua bahwa keadaan bayinya
baik.
Suhu : 36,5 oC , pernafasan : 52 x/menit, Nadi : 124 x/menit
2. Membina hubungan saling percaya kepada ibu atau keluarga agar dapat
mengerti keadaan bayinya dan ibu lebih kooperatif.
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan/ memegang bayi dengan 7
langkah cuci tangan dan agar lebih nyaman dan bersih.
4. Mengobservasi suhu, nadi dan respirasi dan hasilnya normal semua. Suhu
tubuh paling kurang diukur satu kali sehari. Bila suhu rektal di bawah
36°C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang lebih panas misalnya di
dalam inkubator yang mempunyai suhu 30°C - 32°C, dalam pangkuan ibu
atau bayi dibungkus dan diletakkan botol - botol hangat di sekitarnya.
42

Dapat pula dipakai lampu yang disorotkan ke arah bayi. Suhu rektal
diukur setiap ½ jam sampai suhu tubuh diatas 36°C. Sedangkan nadi dan
respirasi dikur setiap 4 jam. Nadi normal pada neonatus adalah 120 - 140
kali/ menit sedangkan respirasi normal pada neonatus adalah 40 - 60 kali/
menit.
5. Memberi minum bayi sesuai dengan kebutuhan bayi yaitu pada hari ke 2
90 x 3,5 : 8 = 39 cc setiap minum.
6. Mengganti popok segera setelah basah secara teratur/ setiap selesai BAK/
BAB dan membersihkan area genetalia dan anus dengan menggunakan air
dan sabun memakai waslap. Tidak perlu menggunakan bedak atau krim
secara teratur.
7. Menimbang berat badan setiap hari dan hasilnya yaitu BB tidak
mengalami penurunan dan BB tetap 3500 gram.
8. Menganjurkan ibu untuk meneteki bayinya sesering mungkin. Ibu
meneteki bayinya setiap 2 jam sekali.
9. Mengajarkan teknik menyusui yang baik
a. Posisi menggendong
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher dan punggung
atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara, ibu
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara bila
diperlukan.
b. Posisi menggendong, menyilang
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher dan punggung
atas bayi diletakkan pada telapak kontra lateral dan sepanjang lengan
bawahnya, ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang
payudara jika diperlukan.
c. Posisi Football (mengempit)
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan
samping dada ibu, lengan bawah dan samping dada ibu, lengan bawah
dan ibu menyangga bayi dan ibu menggunakan tangan sebelahnya
untuk menyangga payudara jika diperlukan.
d. Posisi berbaring miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan, posisi ini merupakan
posisi yang nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari
kelahiran melalui pembedahan.
10. Merawat tali pusat dengan kasa steril dan kering.
43

11. Mengatur suhu ruangan agar tetap hangat


Mejaga kehangatan bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengeringkan bayi dengan seksama
b. Menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
c. Menyelimuti bagian kepala bayi
d. Menganjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya
e. Tidak segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
(memandikan setidak-tidaknya 6 jam post partum)
f. Ibu dan bayi disatukan di tempat tidur yang sama
g. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
h. Dengan mengatur suhu ruangan yaitu 31,6 °C – 33,6 °C

VI. Evaluasi
Tanggal 05 Januari 2014 Pukul 09.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah memahami dan mengerti penjelasan dari
mahasiswa serta akan melaksanakannya saat berada dirumah.
O : - Suhu 36,5°C
- Bayi minum kuat
- Bayi tampak tenang dan tidak rewel
- Bayi dapat menyusu secara adekuat
- BB sekarang tetap yaitu 3500 gram
- Ibu mampu mempraktekkan posisi menyusui yang benar walau sedikit
sulit
- Ibu bisa menyebutkan apa saja perawatan pada bayi
A : Neonatus Normal, usia 2 hari aterm, riwayat persalinan spontan, jenis
kelamin laki - laki, keadaan umum baik. Prognosa baik.
P :
 Memotivasi ibu untuk melaksanakan anjuran yang diberikan setelah
kembali kerumah
 Mengobservasi keadaan bayi.
 Menganjurkan ibu untuk sering meneteki bayinya setiap 3 jam.
 Mengganti popok/ pakaian bila basah
 Merawat tali pusat dengan kasa steril
 Cara memandikan bayi yang benar.
44

Petugas

NOFI ERNAWATI
NIM. P27824212012
45

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusi Dini.
Jakarta: JNPK-KR/POGI.

Depkes RI. 1995. Hypotermi dan Resusitasi Bayi. Jakarta: Pusdiknakes.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Muhdi, Arifin. 2012. Adaptasi dan Perubahan Fisiologi pada Bayi Baru Lahir.
Online http://arifin-muhdi.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html. diunduh tanggal 12 Januari 2014 pukul 21:47 WIB.

Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta:


Depkes RI.

Putra, Sitiatava. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jogyakarta: D-Medika.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

Sudarti dan Afroh F. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jogyakarta: Nuha
Medika.

Varney, Helen, dkk. 2007. Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.


46

Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jogyakarta: Pustaka


Rihama.

Rukiyah, Al Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :TIM

Vous aimerez peut-être aussi