Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan
merupakan kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas
penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimanana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
bahasa Yunani axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi
adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
dari nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-
nilai budaya, moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama bukan
sebaliknya menimbulkan bencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aksiologi?
2. Apa saja objek aksiologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aksiologi
2. Untuk mengetahui objek aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa kata Aksiologi berasal dari bahasa yunani axios yang memiliki
arti nilai, dan logos yang mempunyai arti ilmu atau teori. Jadi, Aksiologi adalah teori
tentang nilai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:19) Aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika. Berikut pengertian aksiologi menurut beberapa tokoh
a. Menurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
b. Menurut Wibosono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika,
dan moral sebagai dasar normative penelitian dan panggilan, serta penerapan ilmu.
c. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu
etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang
membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat nilai dan
penilaian mengandung karya manusia dari sudut indah dan jelek.
d. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang umunya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan
e. Menurut Bramel aksiologi terbagi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
3. Socio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafta
sosial politik.

Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika. (Prof. Dr, Amsal Bakhtiar, M.A)
B. Aspek Aksiologi

Aspek aksiologis dari filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral yang
berlaku di kehidupan manusia. Dari aksiologi, secara garis besar muncullah dua cabang
filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia, yaitu etika dan estetika.

Mengapa dalam filsafat ada pandangan yang mengatakan nilai sangatlah penting,
itu karena filsafat sebagai philosophy of life mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan yang berfungsi sebagai pengontrol sifat keilmuan manusia. Teori nilai ini
sama halnya dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan manusia.

a. Etika

1. Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology, etika adalah cabang filsafat
yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dengan hubungannya
dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah
sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata,
dan sebagainya. Adapun motif, watak, dan suara hati sulit untuk dinilai. Tingkah
laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan
dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruknya.

Menurut Conny R. Semiawan (2005: 158) menjelaskan tentang etika itu


sebagai: “the study of the nature of morality and judgement”, kajian tentang
hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai). Selanjutnya Semiawan
menerangkan bahwa etika sebagai prinsip atau standar prilaku manusia, yang
kadang-kadang disebut dengan “moral”.

Makna etika terdapat dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu
perkumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-
hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain.

Dari pengertian diatas dapat disederhanakan bahwa etika itu ialah sebuah
kajian yang membicarakan atau mengarah kepada nilai tingkah laku atau perbuatan
seorang manusia. Meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dengan
cara menghindari keburukan.

Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak
memberi penilaian, tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Adapun
etika normatif sudah memberikan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk,
mana yang harus dikejakan mana yang tidak. Etika normatif dapat dibagi menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum,
seperti apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, dan sebagainya. Etika khusus
adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam
perkerjaan, dan sebagainya.

Moral berasal dari kata Latin Mos jamaknya Mores yang berarti adat atau cara
hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan.

Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun,


meskipun sama terkait dengan baik buruknya tindakan manusia, etika dan moral
memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat, jika moral lebih condong kepada
pengertian “nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri”, maka
etika berarti “ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk”. Jadi, bisa dikatakan,
etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan baik dan buruk (ethics atau ‘ilm al-
akhlaq), dan moral (akhlaq) adalah praktiknya. Dalam disiplin filsafat, terkadang
etika disamakan dengan filsafat moral.

Ajaran moral adalah ajaran, khotbah, atau peraturan, apakah lisan atau tertulis
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang
baik. Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang
berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama.

Etika pada hakikatnya mengamati moral secara kritis. Etika tidak memberikan
ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan
moral secara kritis.

Tindakan manusia ini ditentukan olah bermacam-macam norma. Dalam hal


ini, kepribadian yang merupakan cerminan watak dan tingkah laku seseorang dapat
berpengaruh terhadap etika orang tersebut di masyarakat. Artinya, nilai-nilai yang
telah diterima oleh seseorang akan menentukan corak kepribadian orang tersebut.
Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral.

2. Peran dan Fungsi Etika

Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:

a. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat mengemukakan penilaian tentang


perilaku manusia
b. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok
dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya
c. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita
hadapi sekarang.
d. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
e. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan
etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

3. Etika dan Etiket

Dalam rangka menjernihkan istilah, harus disimak perbedaan antara etika dan
etiket. Kerapkali dua istilah ini dicampuradukkan begitu saja, padahal perbedaan
diantaranya sangat hakiki. Istilah etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara
berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah maupun di
kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam
pergaulan.

Persamaan antara etika dan etiket adalah pertama, etika dan etiket
menyangkut manusia. Kedua, baik etika maupun etiket mengatur prilaku manusia
secara normatif, artinya memberi norma bagi pErilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Menurut Bertens (1953:hlm.9-10) ada empat perbedaan sangat penting antara


etika dan etiket , yaitu sebagai berikut:

a. Etika menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misalnya,


jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkan
dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket , bila orang
menyarahkan sesuatu dengan tangan kiri.akan tetapi etika tidak terbatas. Etika
memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah suatu perbuatan boleh dilakukan, ya atau tidak. Mengambil barang
milik orang lain tanpa izin, tidak pernah diperbolehkan. Jangan mencuri,
merupakan suatu norma etika. Apakah orang mencuru dengan tangan kanan
atau dengan tangan kiri disini sama sekali tidak relevan. Norma etis tidak
terbatas pada cara perbuatan dilakukan, melainkan menyangkut perbuatan itu
sendiri.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Apabila tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur
cara kita makan. Dianggap melanggar etiket, bila kita makan sambil berbunyi
atau dengan meletakkan kaki di atas meja, dan sebagainya. Sebaliknya, etika
selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata.etika tidak tergantung pada
hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk mencuri selalu berlaku, entah ada
orang lain hadir atau tidak.
c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh yang jelas adalah makan
dengan tangan, di suatu daerah tertentu mungkin masih dianggap sopan,
namun di Jawa makan yang sopan harus pakai sendok. Lain halnya etika, etika
jauh lebih absolute. Jangan mencuri, jangan membunuh, jangan bohong,
merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar atau mudah di
beri dispensasi.
d. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi
lahiriahnya saja, sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.
Diatas dikatakan bahwa etiket merupakan kumpulan cara dan sifat
perbuatan yang bersifat lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan
antarmanusia setempat. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan
krama berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun.
Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah
maupun yang bersikap rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik
buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.

4. Kesadaran Moral

Sifat moral itu bukan sifat lahiriah saja, tetapi suatu unsur dalam kesadaran
kita yang menyertai kesadaran tentang norma-norma. Sifat moral suatu norma
merupakan sifat yang kita sadari, kalau masuk dalam suatu keadaan di mana
norma itu perlu dilakukan. Oleh karena itu, etika harus bertolak dari fenomena
kesadaran moral. Jadi, fenomena kesadaran moral adalah apa saja yang muncul
dalam kesadaran moral

Kesadaran moral muncul apabila kita harus memutuskan sesuatu yang


menyangkut hak dan kebahagiaan orang lain. Contoh, jika seseorang
mengembalikan uang pinjaman namun ada sisa uang yang baru diketahui setelah
orang itu pulang. Oleh karena itu, wajib untuk mengembalikan unag itu.
Kesadaran yang menyatakan wajib itulah disebut kesadaran moral.
b. Estetika

1. Pengertian Estetika

Estetika dari kata Yunani Aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengamalan akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-
bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani,
keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai
reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.

Menurut Semiawan, menjelaskan estetika sebagai “the study of nature of


beauty in the fine art”, mempelajari tentang hakikat keindahan didalam seni.
Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan
buruk.

Definisi estetika itu beragam. Tiap-tiap filsuf mempunyai pendapat yang


berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi pada prinsipnya, mereka sependapat
bahwa estetika adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan/hal
yang indah, yang terdapat dalam alam dan seni.

Definisi-definisi itu diantaranya:

a. Definisi umum :

Estetika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan/hal


yang indah, yang terdapat pada alam dan seni.

b. Luis O. Kattoff:

Cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan dan peranan


keindahan, khususnya di dalam seni.

c. Dictionary of Philosophy (dagobert D. Runes):


Cabang filsafat yang berhubungan dengan keindahan atau hal yang
indah, khusunya dalam seni serta cita rasa dan ukuran-ukuran nilai baku dalam
menilai seni.

d. The Encyclopedia of Philosophy

Estetika adalah cabang Filsafat yang bertalian dengan penguraian


pengertian-pengertian dan pemecahan persoalan-persoalan yang timbul
bilamana seseorang merenungkan tentang benda-benda estetis. Pada gilirannya
benda-benda estetis adalah semua benda yang terkena oleh pengalaman estetis.

e. William Halverson

Cabang filsafat (axciology) yang bertalian dengan sifat dasar dari nilai-
nilai non-moral khususnya keindahan dan nilai-nilai lainnya apapun yang
mempunyai sangkutan istimewa dengan seni.

f. Van meter Ames (Collier’s Encyclopedia)

Penelaahan tentang apa yang tersangkut dalam penciptaan, penghargaan


dan kritik seni, dalam hubungan seni dengan peranan yang berubah dari dalam
suatu dunia pancaroba.

g. Gerome Stolnitz (The Encyclopedia of Phylosophy)

Estetika dilukiskan sebagai penelaahan filsafati tentang keindahan dan


kejelekan. Keindahan mempunyai nilai estetis yang bersifat positif, sedangkan
kejelekan mempunyai nilai estetis yang bersifat negatif. Hal yang jelek bukan
berarti tidak adanya unsur keindahan.

Dalam estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif.


Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,
sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Misalnya, ditanyakan
apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau
justru subjektif (terletak dalam mata manusia itu sendiri) .

Perbedaan lain dari estetika adalah estetis filsafat dengan estetis ilmiah.
Melihat bahwa definisi estetika merupakan suatu persoalan filsafat yang sejak dulu
sampai sekarang cukup diperbincangkan para filsuf dan diberikan jawaban yang
berbeda-beda. Perbedaan itu terlihat dari berlainannya sasaran yang dikemukakan.
The Liang Gie merumuskan sasaran-sasaran itu adalah sebagai berikut:

 Keindahan
 Keindahan dalam alam dan seni
 Keindahan khusus pada seni
 Keindahan ditambah seni
 Seni (segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
 Cita rasa
 Ukuran nilai baku
 Keindahan dan kejelekan
 Nilai nonmoral (nilai estetis)
 Benda estetis
 Pengamalan estetis (The Liang Gie: 1983, hal.20-21)

Estetis filsafati adalah estetis yang menelaah sasarannya secara filsafati dan
sering disebut estetis tradisional. Estetis filsafati ada yang menyebut estetis
analitis, karena tugasnya hanyalah mengurai. Hal ini beda dengan estetis empiris
atau estetis yang dipelajari secara ilmiah. Jadi estetis ilmiah adalah estetis yang
menelaah dengan metode-metode ilmiah.

2. Keindahan
Keindahan menurut etimologi berasal dari kata Latin Bellum akar
kata Bonum yang berarti kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan
sebagai suatu kulitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang
indah (the beautiful). Kedua hal itu dalam filsafat kadang-kadang dicampur adukan
saja. Keindahan menurut luasnya dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:
 Keindahan dalam arti yang terluas
Keindahan merupakan pengertian yang berawal dari bangsa Yunani
dahulu yang di dalamnya tercakup ide kebaikan. Plato menyebut tentang watak
yang indah dan hukum yang indah. Aristoteles menyebut ilmu yang indah dan
kebajikan yang indah. Bangsa Yunani juga mengenal pengertian berdasarkan
penglihatan, harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi,
pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, alam,
moral, dan intelektual.
 Keindahan dalam arti estetis murni
Menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang dicapainya.
 Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Jadi, disini lebih di sempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda
yang diserap dengan penglihatan berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Semuanya belum jelas apa sesungguhnya keindahan itu? Hal itu memang
menjadi suatu persoalan filsafat yang jawabannya beraneka ragam. Salah satu
jawabanya adalah mencari cirri-ciri hakiki itu dengan pengertian keindahan.
Jadi, keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang
terdapat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan
(unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan
(balance), perlawanan (contrast).

3. Teori Keindahan
a. Teori subjektif dan objektif
Dalam sejarah estetis menimbulkan dua kelompok teori yang terkenal,
yaitu teori objektif dan teori subjektif tentang keindahan.
Teori objektif berpendapat, keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan
nilai estetis ialah sifat (kualitas) yang telah melekat pada benda indah yang
bersangkutan,terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan seseorang
hanyalah menemukan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan
sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya.
Teori subjektif mengatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan
pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, yang hanya ada ialah tanggapan
perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya
keindahan semata-mata tergantung pada pengamatan dari si penagamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetis, hal ini
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh pengalaman estetis sebagai
tanggapan terhadap benda itu.
b. Teori kesetimbangan
Teori perimbangan tentang keindahan oleh Wladyway Tatarkiewiez
disebut teori agung tentang keindahan. Teori agung tentang keindahan
menjelaskan bahwa, keindahan terdiri atas perimbangan dari bagian-bagian,
atau lebih tepat lagi terdiri atas ukuran, persamaan dan jumlah dari bagian-
bagian serta hubungannya satu sama lain. Contoh, arsitektur orang-orang
Yunani. Keindahan dari sebuah atap tercipta dari ukuran, jumlah dan susunan
dari pilar-pilar yang menyangga atap itu. Pilar-pilar itu mempunyai
perimbangan tertentu yang tepat dalam dimensinya.
c. Teori Bentuk Estetis
De Witt H. Parker membagi ciri-ciri umum dan bentuk estetis menjadi
enam asas, yaitu sebagai berikut :
 Asas Kesatuan Utuh
Asas ini berarti setiap unsur dalam karya seni adalah perlu baginilai
karya itu dan karya tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu,
sebaliknya mengandung semuayang diperlukan.
 Asas Tema
Dalam setiap karya seni terdapat satu ide tau peranan yang unggul
berupa apa saja (bentuk, warna, pola) yang menjadi titik pemusatan dari
nilai keseluruhan karya itu.
 Asas Variasi Menurut Tema
Tema dari karya seni harus disempurnakan dan diperbagus dengan
terus-menerus mengumandangkannya. Agar tidak menimbulkan
kebosanan.
 Asas Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kesamaan dari unsur-unsur yang
berlawanan atau bertentangan.
 Asas Perkembangan
Asas ini dimaksudkan oleh parker bahwa kesatuan dari proses yang
bagian awalnya menentukan bagian selanjutnya dan bersama-sama
menciptakan suatu makna yang menyeluruh.
 Asas Tatajenjang
Asas ini dimaksudkan oleh parker bahwa kesatuan dari proses yang
bagian awalnya menentukan bagian selanjutnya dan bersama-sama
menciptakan suatu makna yang menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,
logos artinya akal, teori. Aksiologi merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas
tentang nilai (value).
 Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama
terkait dengan baik buruknya tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Secara singkat, jika moral lebih condong kepada pengertian “nilai baik dan buruk
dari setiap perbuatan manusia itu sendiri”, maka etika berarti “ilmu yang mempelajari
tentang baik dan buruk”. Jadi, bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan
baik dan buruk (ethics atau ‘ilm al-akhlaq), dan moral (akhlaq) adalah praktiknya. Dalam
disiplin filsafat, terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
 Estetika dari kata Yunani Aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengamalan akan keindahan. Dalam estetika
yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti
keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki
emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Surajino. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar . Jakarta: Pt. Bumi Aksara .

Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, Dan
Aksiologis. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Vous aimerez peut-être aussi