Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2, ISSN 2338-6480
UPAYA MENURUNKAN KADAR ION LOGAM BESI PADA AIR SUMUR
DENGAN MEMANFAATKAN ARANG AMPAS TEBU
Abstract: : The levels of iron metal ions in the well water can cause health problems, causing the
yellow color on the walls of the bathroom tub and the yellow spots on the clothes. One way of
water treatment is by adsorption technique using charcoal from bagasse. The first step is to first
determine the level of iron metal ions in the well water in the village of Palempat, Batulayar
District, West Lombok. Furthermore, the well water is contacted with sugar cane bagasse. The
manufacture of amphibians includes the sample preparation process, wash with water, drying in
the sun, and the refining at 250ºC for 2.5 hours then sieved. The sugarcane bagasse that has been
put into 100mLsampelair well with a mass of 2 grams of adsorbent. Samples were then stirred at
contact time variations of 30, 60, 90, 120 and 150 minutes at 180 rpm using a batch system. The
best contact time used to calculate the efficiency of decreasing iron metal ion content is by
calculating the difference of iron metal ions before adsorption and after adsorption using charcoal
of bagasse. From the research, it was found that iron metal ion content in the sample was 0.1683
ppm. The optimum contact time on iron metal ion adsorption is at 120 minutes contact resulting in
optimum adsorption efficiency in iron metal that is 65.83%.
68
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
air (Selvi et al., 2001). Adsorben yang biasa sedikit pasir.Besi dalam air berbentuk ion
digunakan dalam pengolahan air bersih (juga bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+).
air limbah) adalah arang aktif atau karbon aktif. Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3,
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari
penelitian telah berfokus pada proses adsorpsi unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula
dengan karbon aktif karena dinilai lebih efektif, bahwa besi dalam air adalah bersumber dari
preparasi mudah dan pembiayaan yang relatif dalam tanah sendiri di sampng dapat pula
murah dibanding metode lainnya. Salah satu berasal dari sumber lain, diantaranya dari
material yang dapat dipertimbangkan sebagai larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau
adsorben adalah ampas tebu. endapan – endapan buangan industri.
Ampas tebu adalah hasil limbah dari Adapun besi terlarut yang berasal dari
industri gula atau pembuatan minuman dari air pipa atau tangki – tangki besi adalah akibat dari
tebu yang belum termanfaatkan secara optimal beberapa kondisi, di antaranya : 1) Akibat
sehingga membawa masalah tersendiri bagi pengaruh pH yang rendah (bersifat asam),
lingkungan karena dianggap sebagai limbah. dapat melarutkan logam besi. 2) Pengaruh
Secara kimiawi, komponen utama penyusun akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan
ampas tebu adalah serat yang didalamnya larutnya logam besi. 3) Pengaruh banyaknya O2
terkandung gugus selulosa, poliosa seperti yang terlarut dalam air yang dapat pula.
hemiselulosa, lignoselulosa, dan lignin 4)Pengaruh tingginya suhu air akan melarutkan
(Santosa dkk.,2003). Dari komponen penyusun besi-besi dalam air. 5) Kuatnya daya hantar
amaps tebu tersebut, peneliti ingin mengetahui listrik akan melarutkan besi. 6) Adanya bakteri
kemampuan ampas tebu dalam menyerap ion besi dalam air akan memakan besi. Besi
logam karena ampas tebu memiliki serat dan terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro
pori-pori yang cukup besar dalam menampung (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini
gula yang sebelumnya terkandung dalam tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut
ampas tebu tersebut. dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk
Pemanfaatan ampas tebu menjadi senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal
arang mempunyai prospek yang bagus dan seperti Fe(OH)3, FeO, Fe2O3 dan lain-Iain.
ekonomis untuk dikembangkan. Arang ampas Apabila kosentrasi besi terlarut dalam
tebu yang dibuat melalui tahap pirolisis (proses air melebihi batas tersebut akan menyebabkan
karbonasi) pada suhu tertentu dapat dijadikan berbagai masalah, diantaranya :
alternatif adsorben untuk menyerap ion logam 1. Gangguan Teknis
(Apriliani,2010). Oleh karena itu, ampas tebu Endapan Fe (OH) bersifat korosif
perlu dimanfaatkan sebagai adsorben yang terhadap pipa dan akan mengendap pada
diharapkan dapat menjadi nilai tambah serta saluran pipa, sehingga mengakibatkan
meningkatkan daya dukungnya terhadap pembuntuan dan efek-efek yang dapat
lingkungan. Dengan menggunakan metode merugikan seperti mengotori bak yang
batch serta analisis penyerapan logam terbuat dari seng. Mengotori wastafel dan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom kloset.
(SSA), diharapkan penelitian ini dapat 2. Gangguan Fisik
dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh
upaya pengelolaan limbah sehingga dapat adanya besi terlarut dalam air adalah
mengurangi pencemaran lingkungan yang timbulnya warna, bau, rasa. Air akan
diakibatkan oleh adanya ion logam. terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terlarutnya > 1,0 mg/l.
Ion Logam Besi pada Air Sumur 3. Gangguan Kesehatan
Besi adalah salah satu elemen yang Senyawa besi dalam jumlah kecil di
dapat ditemui hampir pada setiap tempat di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
bumi, pada semua lapisan geologis dan semua pembentuk sel-sel darah merah, dimana
badan air. Pada umumnya besi yang ada di tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe
atau Fe3+. Kandungan ion besi pada air sumur yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
bor berkisar antara 5 – 7 mg/L. Tingginya tubuh dapat menimbulkan masalah
kandungan besi ini berhubungan dengan kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh
keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian manusia tidak dapat mengsekresi Fe,
atas merupakan tanah gambut, selanjutnya sehingga bagi mereka yang sering
berupa lempung gambut dan bagian dalam mendapat tranfusi darah warna kulitnya
merupakan campuran lempung gambut dengan menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air
69
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
minum yang mengandung besi cenderung sistem. Pada pH rendah, permukaan ligan
menimbulkan rasa mual apabila cenderung terprotonasi sehingga kation juga
dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar berkompetisi dengan H+ untuk terikat pada
dapat merusak dinding usus. Kematian ligan permukaan. Pada pH tinggi, dimana
sering kali disebabkan oleh rusaknya jumlah ion OH- besar menyebabkan ligan
dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari permukaan cenderung terprotonasi sehingga
1 mg/l akan menyebabkan terjadinya pada saat yang sama terjadi kompetisi antar
iritasi pada mata dan kulit. Apabila ligan permukaan dengan ion OH- untuk
kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l berikatan dengan kation logam (Stum dan
akan menyebabkan air berbau seperti telur Morgan, 1996).
busuk.
Ampas Tebu
Adsorpsi Ampas tebu atau lazimnya disebut
Adsorpsi adalah proses akumulasi bagas merupakan limbah yang dihasilkan dari
adsorbat pada permukaan adsorben yang proses pemerahan atau ekstraksi batang tebu.
disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau Dalam satu kali proses ekstraksi dihasilkan
interaksi kimia atau suatu akibat dari medan ampas tebu sekitar 35-40 % dari berat tebu
gaya pada permukaan padatan (adsorben) yang yang digiling secara keseluruhan. Dari sekian
menarik molekul-molekul gas/uap atau cairan. banyak ampas tebu yang dihasilkan, baru
Gaya tarik menarik dari suatu padatan sekitar 50% yang dimanfaatkan misalnya
dibedakan menjadi dua jenis yaitu gaya fisika sebagai bahan bakar dalam proses produksi dan
dan gaya kimia, yang masing-masing transportasi tebu dari lahan pertanian ke tempat
menghasilkan adsorpsi fisika (physisorption) pemerahan. Namun selebihnya masih menjadi
dan adsorpsi kimia (chemisorption) (Oscik, limbah yang perlu penanganan lebih serius
1982). Menurut Giles dalam Osipow (1926) untuk diolah kembali. Disamping itu, ampas
yang bertanggungjawab terhadap adsorpsi tebu dijual untuk dimanfaatkan sebagai
adalah gaya van der Waals, pembentukan tambahan bahan baku pembuatan kertas
ikatan hidrogen, pertukaran ion, dan (Birowo, 1992).
pembentukan ikatan kovalen. Ampas tebu umumnya digunakan
Adsorpsi fisika merupakan proses sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang energi yang diperlukan pada pembuatan gula.
melibatkan gaya van der Waals, sementara Selain itu, ampas tebu dapat juga digunakan
adsrpsi kimia melibatkan pembentukan ikatan sebagai pakan ternak, bahan baku serat, papan
kimia. Adsorpsi kimia dihubungkan dengan plastik, dan kertas. Kaur et al., (2008)
pembentukan senyawa kimia yang melibatkan mengemukakan bahwa ampas tebu tanpa
adsorben dengan lapisan pertama dari senyawa diarangkan dapat dimanfaatkan sebagai
yang diadsorpsi (Oscik, 1982). Kemisorpsi adsorben ion logam berat seperti seng,
terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu kadmium, tembaga, dan timbal dengan
partikel-partikel adsorbat mendekat ke efisiensi berturut-turut sebesar 90, 70, 55, dan
permukaan adsorben melalui gaya van der 80%. Ampas tebu memiliki sifat fisik yaitu
Waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian berwarna kekuning-kuningan, berserat
diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah (berserabut), lunak, dan relatif membutuhkan
adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia, partikel tempat yang luas untuk penyimpanan dalam
melekat pada permukaan dengan membentuk jumlah berat tertentu dibandingkan dengan
ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) (Atkins, penyimpanan dalam bentuk arang dengan
1986). Pada adsorpsi fisika, molekul yang jumlah yang sama. Ampas tebu yang
teradsorpsi relatif mudah lepas dari permukaan dihasilkan dari tanaman tebu tersusun atas
adsorben sedangkan adsorpsi kimia pelepasan penyusun-penyusunnya antara lain air (kadar
molekul yang teradsorpsi relatif sulit. Adsorpsi air 44,5%), serat yang berupa zat padat (kadar
kimia sempurna ketika permukaan telah serat 52,0%) dan brix yaitu zat padat yang
tertutupi dengan lapisan monolayer adsorbat, dapat larut, termasuk gula yang larut (3,5%).
sementara adsorpsi fisika sampai beberapa Secara kimiawi, komponen utama
lapisan molekul (multilayer) (Moore, 1995). penyusun ampas tebu adalah serat yang di
Adsorpsi kimia mempunyai energi adsorpsi dalamnya terkandung selulosa, poliosa seperti
minimal sebesar 20,92 kJ/mol (Adamson, hemiselulosa dan lignin. Susunan ketiga
1990). komponen tersebut dalam ampas tebu hampir
Interaksi antara adsorbat dan adsorben sama dengan susunan yang ada dalam tanaman
pada proses adsorpsi dipengaruhi oleh pH monokotil berkayu lunak.
70
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
Tabel 1. Komponen Penyusun Serat Ampas d. Dinginkan kemudian ditambah 10 mL
Tebu akuades, lalu dimasukkan ke dalam
Komponen Kandungan (%) labu takar 50 mL sambil disaring.
Selulosa 45 e. Diencerkan hingga 50 mL dengan
Pentosan 32 larutan pengencer.
Lignin 18 f. Diukur serapannya pada AAS.
Komponen lainnya 5 Dihitung konsentrasi ion logam besi
Sumber : Material Handbook Thirteenth (mg/L)
2. Pembuatan Arang Ampas Tebu
METODE PENELITIAN Ampas tebu dicuci bersih dengan air
A. Rancangan Penelitian mengalir, setelah itu dikeringkan selama 1
Penelitian ini berupa minggu kemudian dipotong-potong dengan
eksperiment (percobaan) yang dilakukan ukuran kurang lebih 1 cm, dihaluskan
di Laboratorium Kimia Fakultas dengan blender, kemudian diarangkan pada
Pendidikan Matematika dan Ilmu suhu 250 ºC hingga menjadi serbuk arang
Pengetahuan Alam IKIP Mataram. selama 2,5 jam. Setelah itu dilakukan
B. Alat dan Bahan Penelitian pengayakan.
1. Alat 3. Penentuan Waktu Kontak Optimum
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Adsorpsi
adalah spektrofotometer, inkubator, Arang ampas tebu ditimbang masing-
ayakan, timbangan analitik, pH meter, masing dengan massa 2 gram, dimasukkan
furnace, kertas saring Whatman, blender, masing-masingnya ke dalam erlenmeyer.
gelas beker, erlenmeyer, labu ukur, pipet Kemudian dimasukkan 100 mL sampe air
ukur, pipet volume, dan corong gelas. sumur ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer
2. Bahan diletakkan pada shaker dengan kecepatan
Bahan yang digunakan yaitu limbah pengadukan 180 rpm pada temperatur ruang
ampas tebu (diambil dari penjual minuman selama variasi waktu kontak adsorpsi 30,
sari tebu), air sumur (diambil dari air 60, 90, 120 dan 150 menit. Setelah itu
sumur di Desa Palempat, Batulayar, campuran dipisahkan dengan cara disaring
Lombok Barat), HNO3 0,1 M, HNO3 1%, dengan kertas saring. Filtrat hasil saringan
NaOH 10%, akuades. ditempatkan pada vial dan ditepatkan
C. Variabel Penelitian volume 10 mL dengan akuades dan
Sebagai variabel bebas dalam ditambah 1 tetes asam nitrat sebagai
penelitian ini adalah waktu kontak adsorpsi pengawet agar tidak terjadi perubahan-
Variasi waktu kontak yang digunakan adalah perubahan pada komposisi larutan dan
30, 60, 90, 120, dan 150 menit. selanjutnya konsentrasi ion logam diukur
D. Prosedur Kerja dengan SSA.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 4. Aplikasi Penggunaan Arang Ampas Tebu
empat tahap. Pertama adalah analisis kadar ion Pada Sampel Air Sumur
logam besi pada air sumur. Kedua adalah Dengan menggunakan kondisi optimum
pembuatan adsorben dari arang ampas tebu. yang diperoleh, arang ampas tebu
Ketiga adalah penentuan waktu kontak dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
optimum penyerapan ion logam besi oleh arang ditambahkan 100 mL sampel air sumur.
ampas tebu. Keempat, setelah diketahui kondisi Erlenmeyer diletakkan pada shaker dengan
optimum, kemudian penggunaan arang ampas kecepatan pengadukan 180 rpm pada
tebu tersebut diaplikasikan ke air sumur. temperatur ruang selama 30 menit.
1. Analisis Kadar Ion Logam Besi pada Air Campuran dipisahkan disaring dengan
Sumur menggunakan kertas saring. Filtrat
a. Dimasukkan 50 mL sampel uji yang ditempatkan pada vial dan ditepatkan
sudah dikocok sampai homogen ke volumenya 10 mL dengan akuades,
dalam gelas beker 100 mL. ditambah 1 tetes asam asam nitrat sebagai
b. Sampel tersebut diberi 5 mL asam bahan pengawet agar tidak terjadi
nitrat pekat dalam lemari asam. perubahan-perubahan pada komposisi
c. Larutan tersebut dipanaskan di larutan dan selanjutnya konsentrasi ion
pemanas listrik sampai larutan contoh logam diukur dengan SSA.
kering (2 mL). E. Teknik Analisis Data
Konsentrasi semua ion logam besi dianalisis
menggunakan Spektroskopi Serapan Atom
71
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
(SSA). Selanjutnya dihitung masing-masing standar larutan Fe yang mempunyai
kadar ion logam besi menggunakan kurva persamaan Y = 0,099334X + 0,021881
kalibrasi standar logam besi. dengan koefisien regresi r2= 0,9994.
Penentuan efisiensi penurunan parameter Konsentrasi besi pada air sumur tersebut
diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus selanjutnya digunakan sebagai
sebagai berikut : konsentrasi awal Fe sebelum perlakuan.
a−b B. Pengaruh Waktu Kontak Adsorpsi
Efisiensi adsorpsi ion logam besi = x 100%
a Sebanyak 100 mL sampel air sumur
dimana
tersebut selanjutnya dikontakkan dengan
a = kadar ion logam besi sebelum dikontakkan
2 gram arang ampas tebu pada variasi
dengan arang ampas tebu
waktu kontak 30, 60, 90, 120 dan 150
b = kadar ion logam besi setelah dikontakkan
menit. Pengontakkan arang ampas tebu
dengan arang ampas tebu
terhadap sampel air sumur yang
mengandung besi dilakukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sistem batch yang mencampurkan
A. Kadar Logam Besi pada Air Sumur
adsorben pada larutan yang tetap
Dari hasil pengujian sampel air sumur
jumlahnya dan diamati perubahan
dengan menggunakan Spektrofotometri
kualitasnya pada selang waktu tertentu.
Serapan Atom (AAS) pada air sumur di
Penelitian ini dilakukan pada sampel
desa Palempat, Batulayar, Lombok Barat
dengan konsentrasi besi 0,1683 ppm.
diperoleh konsentrasi besi yaitu 0,1582
Hasil pengujian pada variasi waktu
ppm dan 0,1683 ppm. Hasil tersebut
kontak disajikan pada Tabel 2.
didapat dari perhitungan pada kurva
Dari Tabel 2 tersebut dapat diketahui tarik atom atau molekul yang menutupi
bahwa terjadi penurunan konsentrasi besi permukaan tersebut. Kapasitas adsorpsi
setelah dikontakkan dengan arang ampas dari arang ampas tebu tergantung pada
tebu. Penurunan konsentrasi besi pada jenis pori dan jumlah permukaan yang
sampel air sumur tersebut berkisar antara mungkin dapat digunakan untuk adsorpsi.
14,97 % sampai 65,83 %. Menurut Sulistyawati (2008) menyatakan
Manocha (2013). Adsorpsi merupakan bahwa kapasitas adsorpsi berbanding
suatu fenomena yang berkaitan erat lurus dengan waktu sampai pada titik
dengan permukaan dimana terlibat tertentu, kemudian mengalami penurunan
interaksi antara molekul-molekul cairan setelah melewati titik tersebut.
atau gas dengan molekul padatan. Konsentrasi besi pada variasi waktu
Interaksi ini terjadi karena adanya gaya kontak ditampilkan pada Gambar 1.
72
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
80
70
73
JurnalIlmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 5 No. 2, ISSN 2338-6480
Manocha, S. M. 2013. Porous Carbons. Jurnal Sulistyawati, S. 2008. Modifikasi Tongkol
Sadhana. Vol. 28, part 1 dan 2. Jagung Sebagai Adsorben Logam
Berat Pb (II). Skripsi. Bogor : FMIPA
Material Handbook Thirteenth Edition, 1991. IPB.
Moore, W.J. 1995. Physical Chemistry, 2nd ed. Gultom, Togu. 2006. Pengantar Enzimologi.
Prentice-Hall Inc: Great Britain. Yogyakarta: FMIPA Universitas
Oscik. 1982. Adsorption, 1st ed. Ellis Howard Negeri Yogyakarta.
Limited Chicester. England. Kennedy dan Cabral. 1982. Biotechnology.
Osipow, L.I. 1962. Surface Chemistry : Theory Jerman: VCH.
and Industrial Application. Reinhold Lehninger,A.L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Publishing Coorporation: New York. Jakarta: Erlangga.
Rahman,A.H.B. 2004. “Penyaringan Air Tanah Sirisansaneeyakul, S.,S. Jitbanjongkit., N.
dengan Zeolit Alami untuk Prasomsart., P. Luangpituksa. 2000.
Menurunkan Kadar Besi dan Production of-Fructofuranosidase
Mangan”. Jurnal MAKARA. Vol.8, from Aspergillus niger ATCC 20611.
hlm. 1-6. KasetsartJournal (Natural Sciences),
Roto, R., Dahlia R. I., dan Agus, K. 2015. 34: 378-386.
Hydrotalsit Zn-Al-EDTA Sebagai Slominski,B.A.2006.Hydrolysisofgalaktooligo
Adsorben Untuk Polutan Ion Pb (II) di saccharides bycommercial
Lingkungan. Jurnal Manusia dan preparations of alpha-galactosidase
Lingkungan. Vol. 22 (2) : 226-232. and beta-fructofuranosidase: potential
Santosa,S.J., Jumina dan Sri S. 2003. Sintesis for use as dietary-additives.J.Sci.
Membran Bio Urai Selulosa Asetat FoodAgric., 65(3), 323-330.
dan Adsorben Super Triantarti, HerayatiE.M, ArisToharisman,
Karboksimetilselulosa dari Selulosa danAgustin KrisnaW. 2011.
Ampas Tebu Limbah Pabrik Gula. Imobilisasi InvertaseDalamSel
Jogjakarta : FMIPA UGM. BasahAspergillusNigerInv-2
Selvi, K., Pattabhi S and Kardivelu K. 2001. ISRIdengan IkatanSilang
Removal of Cr(VI) from Aqueous MenggunakanGlutaraldehid.MPG,47
Solution by Adsorption Onto (2): 109-118.
Activated Carbon. Bioresour Technol. Wijayanti, Murniagus. 2007. Penggunaan
Vol 80 : 87-89. Karbon Aktif Sebagai Bahan
Stum, W. Dan Morgan, J.J. 1996. Aquatic Pengamobil Enzim α-Amilase dan
Chemistry : Chemical Equilibria and Karakterisasinya. Skripsi. Universitas
Rates in Natural Water. 3rd ed. John Negeri Yogyakarta.
Willey & Sson, Inc: New York
74