Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
G1A217005
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebab karena
rahmat-Nya makalah dengan judul “GAMBARAN PELAKSANAAN
PROGRAM UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM) DI PUSKESMAS
KEBUN KOITAHUN 2018”ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai
tugas dalam menjalankan Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Kebun kopi Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. H.
Azwar Djauhari, M.Sc,dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid, drg. Irawati Sukandar,
M.Kes,dr, Hj. Rini Kartika, M.Kes, dr.Yulinda Fetritura, M.Kes, dr. Nuriyah,
M.Biomed yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama kepaniteraan klinik di stase Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Imat Rahatilah selaku kepala Puskesmas Kebun kopi, serta staf dan petugas
puskesmas Kebun kopi yang telah bersedia menjadi narasumber dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih
baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ................................................................................... 1
1.2 TujuanPenelitian ............................................................................... 2
1.2.1 TujuanUmum ........................................................................... 2
1.2.2 TujuanKhusus .......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
2.1 Pengertian Merokok .......................................................................... 4
2.2Perilaku Merokok ............................................................................... 3
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ............. 3
2.2.2Tahapan Perilaku Merokok ....................................................... 4
2.3Kandungan Asap Rokok Berbahaya Bagi Kesehatan ........................ 5
2.4 Pengaruh rokok terhadap kesehatan .................................................. 5
2.5Program Berhenti Merokok ............................................................... 8
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA ......................................... 10
3.1 Data Yang Dikumpulkan .................................................................. 10
3.2 Cara Pengambilan Data ..................................................................... 10
3.3 Pengolahan Data ............................................................................... 10
BAB IV HASIL KEGIATAN PUSKESMAS ........................................... 11
4.1 ProfilPuskesmasKebunn kopi ........................................................... 11
4.2 Data Primer ....................................................................................... 12
4.2.1Wawancara ................................................................................ 12
4.2.2Kuesioner Masyarakat............................................................... 15
iii
BAB V MASALAH KESEHATAN .......................................................... 18
5.1 IdentifikasiMasalah ........................................................................... 19
5.1.1 CurahPendapat (Brain Storming) ............................................. 19
5.1.2 KonfirmasiDengan Data .......................................................... 19
5.1.3 PernyataanMasalah .................................................................. 20
5.2 MenentukanPrioritasMasalah ........................................................... 20
5.3 IdenfikasiFaktor-FaktorPenyebabMasalahdanPenyebabMasalahDominan
................................................................................................................. 22
5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart) ..................................................... 22
5.3.2 CurahPendapatUntukMenggaliPenyebab ................................ 23
5.3.3 Diagram TulangIkan (Fish Bone Diagram) ............................. 24
5.4 PembuktianPenyebabMasalah .......................................................... 24
5.5 MenentukanPenyebabMasalahDominan ........................................... 25
BAB VI PEMECAHAN MASALAH, PRIOTITAS, DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH ....................................................... 26
6.1 Alternatif Cara PemecahanMasalah .................................................. 26
6.2 MemilihAlternatifPemecahanMasalahTerbaikDengan MCUA ........ 26
6.3 RencanaPenerapan ............................................................................ 28
6.3.1 KemungkinanFaktorPendorong ............................................... 28
6.3.2 KemungkinanFaktorPenghambat ............................................. 28
6.3.3 UpayaMengantisipasiFaktorPenghambat ................................ 28
6.4 RencanaUsulanKegiatanPemecahanMasalah ................................... 29
6.5 Monitoring danEvaluasi .................................................................... 30
6.5.1 Monitoring ............................................................................... 30
6.5.2 Evaluasi .................................................................................... 31
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 32
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32
7.2 Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacitabangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasiladan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya.Dalam kaitan pencapaian tujuan bidang kesehatan, konsumsi
rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia.1
Jumlah pengguna rokok di Indonesia semakin meningkat. Menurut The
Tobacco Atlas 3rd edition, 2009, ASEAN merupakan sebuah kawasan
penyumbang rokok sebanyak 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian globalakibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara
ASEAN tersebar di Indonesia(46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%),
Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja (2,07%), Laos
(1,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%).2
Tingginya angka konsumsi rokok merupakan permasalahan nasional yang
perlu di antisipasi. Untuk melindungi kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan
zat adiktif dalam produk tembakau berupa rokok yang dapat menyebabkan
penyakit, kematian dan menurunkankualitas hidup, perlu diambil langkah-langkah
dalam pengembangan strategi dan kebijakan pengendalian dampak konsumsi
rokok.1
DataLembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) juga menyatakan
bahwa hanya 5% dari mereka yang ingin berhenti merokok yang benar-benar
1
berhasil berhenti merokok. Penyebab utama kegagalan berhenti merokok salah
satunya adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai cara untuk berhenti merokok.
Untuk itu dilakukan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak konsumsi
rokok yang terintegrasi, efektif, dan efisien. Kementerian Kesehatan berupaya
memperluas akses pelayanan bagi mereka yang telahterlanjur menjadi perokok
untuk berhenti merokok dengan menyediakan layanan konseling upaya berhenti
merokok di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan baik dilayanan primer di
Puskesmas, di klinik-klinik mandiri, sampai dengan rumah sakit sebagai fasilitas
rujukan.3
Namun ditemukan pada kelurahan thehok dan pasisr putih yang merupakan
wilayah kerja puskesmas Kebun kopi jumlah perokoknya masih tergolong tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengidentifikasi dan mencari penyelesaian masalah dalam pelaksanaan program
Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Kebun Kopi tahun 2018.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak – ank muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekan nilai – nilai sosial dan agama dengan baik tujuan
jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok dibandingkan dengan
keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu
sendiri – sendiri”. Jika orang tua yang berperan sebagai figur contoh perokok,
maka anak – anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang
merokok, maka semakin besar kemungkinan temn – temannya adalah perokok
dan demikian sebaliknya.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskna diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glammour, membuat remaja
sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan
tersebut.5
4
4. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengarturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan
untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.6
5
jantung sehingga pemasokan zat asam kurang dari normal yang diperlukan
agar jantung dapat berfungsi dengan baik. Merokok juga dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang
menyulitkan jantung untuk memompa darah.
Trombosis koroner terjadi bila bekuan darah menutup salah satu
pembuluh darah utama yang memasok jantung mengakibatkan jantung
kekurangan darah dan kadang-kadang menghentikannya sama sekali.
Merokok membuat darah menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku.
Nikotin dapat mengganggu irama jantung yang normal dan teratur
sehingga kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa
peringatan terlebih dahulu dan lebih sering terjadi pada orang yang
merokok daripada yang tidak merokok.
2. Kanker.
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh
akibat sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti,
kadang-kadang gumpalan sel hancur dan terbawa dalam aliran darah ke
bagian tubuh lain kemudian hal yang sama berulang kembali.
Pertumbuhan sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-sel di bagian tubuh
terangsang oleh substansi tertentu selama jangka waktu yang lama.
Substansi ini bersifat karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker.
Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang bersifat
karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia yang bersifat
ko-karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi
bereaksi dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan sel
kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru
sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum terjadi. Pada
beberapa penelitian telah di buktikan bahwa risiko kanker paru 7,8 kali
lebih besar pada perokok di bandingkan dengan bukan perokok. Tar
tembakau dapat menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk waktu
yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan tenggorokan.
6
3. Bronkitis atau radang cabang tenggorok.
Batuk yang di derita perokok dikenal dengan nama batuk perokok
yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis yang terjadi karena paru-
paru tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat di dalam bronkus
dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang terdapat di dalam
tabung halus yaitu tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Batuk
ini terjadi karena mucus menangkap serpihan bubuk hitam dan debu dari
udara yang di hirup dan mencegahnya agar tidak menyumbat paru-paru.
Mukus beserta semua kotoran bergerak melalui tabung bronchial dengan
bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak
bergelombang seperti tentakel yang membawa mucus keluar dari paru-
paru menuju tenggorokan. Asap rokok dapat memperlambat gerakan silia
dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali dan
menyebabkan perokok harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan
mucus. Karena sistem pernafasan tidak bekerja sempurna, maka perokok
lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis.
4. Penyakit impotensi dan organ reproduksi.
Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa
mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh
para perokok. Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun
tersebut bisa mengurangi produksi sperma pada pria. Bukan hanya itu saja,
pada pria juga bisa terjadi kanker di bagian testis. Terutama untuk usia
remaja karena efek bahaya merokok bagi kesehatan remaja yang bisa
menyebabkan resiko tidak memiliki keturunan. Sedangkan pada wanita
yang merokok, efek dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan
wanita.
5. Penyakit lambung
Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas
otot di bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar saluran
pernafasan bagian bawah akan lemah secara perlahan sehingga proses
pencernaan menjadi terhambat. Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa
7
dirasakan sampai ke lambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem
pencernaan akan menyebabkan meningkatnya asam lambung. (Depkes,
nurrahmah)
6. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkut oksigen darah perokok sebesar 15 %, mengakibatkan kerapuhan
tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 % lebih
lama untuk penyembuhan.8,9
1. Ask (tanyakan)
Merupakan langkah untuk memastikan apakah klien/pasien andamerokok dan
menggali motivasinya untuk berhenti merokok,termasuk identifikasi dan
dokumentasi klien setiap kontrol.
2. Advise (anjurkan)
Menasehati klien untuk berhenti merokok. Gunakan pendekatansecara
personal, kuat, dan jelas dalam menganjurkan klien untukberhenti merokok
(Sabri, 2011).
3. Assess (evaluasi)
Nilai kesiapan klien untuk berhenti merokok, gunakan daftar tanyayang
dimaksudkan untuk melihat kesiapan klien untuk berhentimerokok. Klien yang
sedang dan tengah merokok, evaluasi keinginanuntuk berhenti saat ini (Sabri,
2011).
4. Assist (bantu)
Membantu klien berhenti merokok. Klien yang berniat berhentimerokok,
tawarkan pengobatan dan konseling yang bisa membantuklien berhenti merokok.
Klien yang belum berniat untuk berhenti,berikan motivasi untuk meningkatkan
8
keinginan berhenti merokok,begitu juga klien yang baru berhenti merokok dan
menghadapikendala, untuk mencegah klien merokok kembali.
5. Arrange (susun)
Susunlah semua langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh pasienuntuk
menghentikan kebiasaan merokoknya.10
9
BAB III
10
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
11
4.2 Data Primer
4.2.1 Data Primer Petugas Puskesmas
Data Primer pada penelitian ini di peroleh dari hasil wawancara dengan
petugas di puskesmas.
A. Wawancara Terhadap Petugas Penanggung Jawab UBM
1. Bagaimanakah program untuk berhenti merokok di puskesmas Kebun
kopi?
Jawab :
Saat ini, program UBM yaitu program untuk mengurangi jumlah
perokok belum berjalan dengan baik. UBM sendiri biasanya
kegiatannya itu memberikan penyuluhan kepada perokok maupun
masyarakat luas tentang bahaya merokok agar dapat menghindarinya
dan bahkan berhenti merokok. Ya mungkin terlihat sepele karena
kegiatannya cuma bicara, tapi kenyataannya sulit.
Kesimpulan:
Program UBM tidak berjalan
2. Menurut kakak, apa saja kendala – kendala yang ada saat menjalani
program UBM ini?
Jawab :
Banyak. Apalagi masalahnya masyarakatnya itu sendiri yang tidak
mau menjauhi rokok. Kakak sendiri jadi bingung menjalankan UBM
ini, karena kan kakak di poli dan penangung jawab alat medis. Di poli
KIA itu pasiennya banyak dan tentu saja kita harus memberikan
pelayanan seefektif mungkin, salah satunya tidak berlama-lama. Jadi
untuk bentuk UBM yang sederhana seperti konseling pribadi pun
menjadi sulit. Misalnya pun kita dengan pasien sudah janjian untuk
konseling sesudah jam poli, eh ternyata pasiennya udah pulang. Selain
itu juga banyak sudah ditawarin tapi langsung menolak, memang
belum mau katanya dan untuk UBM sendiri konselingya itu harus 1
kali 2 minggu sebanyak 6 siklus atau sampai pasien berhenti merokok
jadi itu mungkin yang menyebabkan pasien tidak mau datang. Ada
juga masalah lainnya, ruangan untuk konselingnya tidak ada. Dan
12
bergabung dengan ruang konseling lainnya sehingga disusun jadwal
perhari jadi tidak efektif dalam melayani pasien ketika pasien datang
pada hari bukan jadwal UBM. Kalau dari petugasnya sih menurut
saya kurang jumlahnya, pemegang program UBM itu sendiri cuma
satu dan bertugas di poli jadi ya sulit untuk menjalankan programnya.
Kalau untuk melakukan penyluhan, UBM bekerja sama dengan
Promkes dan Kesling.
Kesimpulan: Kendala yang dihadapi yaitu
masyarakat tidak mau berhenti merokok
Pemegang program sangat sibuk
Tidak ada tempat khusus konseling UBM
Jumlah petugas UBM kurang
3. Sudah berapa banyak kegiatan yang sudah di jalankan oleh program
UBM?
Jawab :
Kalau kegiatan yang sudah dijalankan itu baru penyuluhan di
sekolah yaitu SMP DB dan MAN Model pasir putih dan sosialisasi ke
1 kantor camat. selain itu belum ada, dan memang dibutuhkan
kerjasama lintas program seperti promkes dan kesling. Selain itu
belum ada mengingat kakak baru memegang program inipada januari
tahun ini
Kesimpulan: Kegiatan yang sudah dilakukan yaitu
Penyuluhan di sekolah
Penyuluhan di kantor camat
13
pelatihan terhadap petugas UBM menurut kakak pelatihannya itu
seperti kurang efesien, ibarat hanya sekedar jalan saja, walaupun
sudah di beri pelatihan seperti itu, tetap saja kakak masih bingung
menjalankan program ini bagaimana, karena tidak ada pengarahan
dari atas misalnya dinas kesehatan.
Kesimpulan: Program UBM tidak mempunyai target pencapaian
5. Menurut kakak apa kira – kira solusi untuk mengatasi masalah terkait
tingginya jumlah perokok saat ini?
Jawab :
Menurut kakak sendiri, yang bisa di lakukan ya Cuma penyuluhan
saja. Karena walaupun bentuknya sederhana, ini pun ada kendalanya
juga. Misalnya penyuluhan di sekolah, siswa itu rata-rata tidak
mendengarkan, bahkan ada yang langsung merokok sesudahnya. Jadi
seperti itu lah, kemauan dan kesadaran pasien itu sendiri lah yang
tidak bisa di ubah sampai sekarang. Bahkan pejabat – pejabat publik
saja masih banyak yang merokok, bagaimana bisa berjalan undang –
undang peraturan tentang merokoknya, jika pejabatnya saja merokok.
14
Jawab :
Menurut kakak sih masih penyuluhan itu lah yang bisa kita
lakukan, walaupun kurang efektif, saat ini sudah ada tempat merokok
khusus dari program UBM nya. Mungkin perlu di tambah lagi
kawasan tanpa rokok di RT.
4.2.2 Data Primer Masyarakat
Data Primer pada penelitian ini di peroleh dari hasil pengisian angket berupa
kuesioeryang dibagikan pada 20 perokok secara acak. Data yang didapat
kemudian diolah dan didapatkan hasil:
ALAMAT
Jumlah Percent
Total 20 100.0
Dari 20 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden (75%)
beralamat di thehok
PEKERJAAN
Jumlah Percent
SWASTA 5 25.0
WIRASWASTA 1 5.0
WIRAUSAHA 10 50.0
BURUH 2 10.0
Total 20 100.0
15
Dari 20 responden didapatkan bahwa pekerjaan yang paling banyak
pengguna rokoknya adalah wirausaha yaitu sebanyak (50%) responden, diikuti
swasta (25%), PNS (10%), dan buruh (10%).
PENDIDIKAN
Frequency Percent
Valid S1 3 15.0
SMA 8 40.0
SMP 4 20.0
SD 4 20.0
Total 20 100.0
Dari 20 responden didapatkan bahwa perokok paling banyak pada
responden dengan tingkat pendidikan SMA (40%), diikuti SMP (20%), SD (20%),
dan S1 (15%)
Pengetahuan
Jumlah Percent
Total 20 100.0
Dari 20 orang responden yang mengisi kuesiner didapatkan bahwa
pengetahuan tentang bahaya merokok, resiko menderita kanker paru, efek yang
dialami oleh perokok, kecanduan yang dialami oleh perokok , dan bahan kimia
yang dikandung rokok adalah baik yaitu 90% responden mempunyai pengetahuan
yang tinggi mengenai rokok.
16
4.2.2.5 Karakteristik Sikap Mengenai Rokok
Tabel 4.6 Karakteristik sikap Terhadap Rokok
Sikap
Jumlah Percent
Total 20 100.0
Dari 20 orang responden yang mengisi kuesiner didapatkan bahwa sikap
perokok terhadap peraturan merokok di tempat umum, pelarangan iklan merokok,
pembatasan penjualan rokok pada anak di bawah umur, penyuluhan rokok harus
dilakukan di sekolah, sanksi yang harus diberikan pada orang yang merokok di
tempat umum, masih tergolong baik yaitu 80% responden mempunyai sikap
mendukung dalam pembatasan rokok.
Tindakan
Frequency Percent
Total 20 100.0
Dari 20 orang responden yang mengisi kuesiner didapatkan bahwa
tindakan responden itu sendiri apabila berdekatan dengan orang yang merokok,
mendapat rokok, menasihati orang yang merokok masih tergolong kurang baik
yaitu 15% responden masih sangat bergantung dan ingin merokok dalam berbagai
situasi.
17
BAB V
MASALAH KESEHATAN
18
digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan
terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk PoA
(Plan of Action) atau rencana kegiatan.
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan
baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah
dapat dipecahkan.
19
5.1.3 Pernyataan Masalah
1. Program Upaya Berhenti Merokok (UBM) tidak berjalan. (Output)
2. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok. (Output)
B : Bobot
N : Nilai
BN : Bobot x Nilai
Bobot ditentukan 2-5
Nilai ditentukan 1-10
Sedangkan menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode
PAHO (Pan American Health Organization) adalah :
Commnity/
Magnitud Vulnerabili
Masalah Severity Political Final Score
e ty
Concern
1 Program Upaya
5 4 4 4 320
Berhenti
20
Merokok
(UBM) tidak
berjalan
2 Rendahnya
kesadaran
masyarakat 5 4 3 4 240
untuk berhenti
merokok.
Keterangan :
M = Magnitude : Besarnya Masalah
S = Severity : Beratnya kerugian yang timbul
V = Vulnerability : Ketersediaannya teknologi
CP= Community & Political Concern : Perhatian masyarakat dan politisi
Nilai 1 = Tidak ada hubungan
Nilai 2 = Hubungan lemah
Nilai 3 = Hubungan cukup erat
Nilai 4 = Hubungan erat
Nilai 5 = Hubungan sangat erat
Penjumlahan nilai : M x S x V x CP
Tabel 5.3 TeknikSkoring USG
NO MASALAH U S G TOTAL
1 Program Upaya Berhenti 4 3 2 24
Merokok (UBM) tidak berjalan
2 Rendahnya kesadaran 3 3 2 18
masyarakat untuk berhenti
merokok.
Keterangan :
21
Rangking dari penjumlahan nilai terbesar adalah nomor 1, dan merupakan
prioritas utama dalam pemecahan masalah. Yang menjadi prioritas masalah sesuai
dengan skor penilaian MCUA, PAHO, USG adalah: Program Upaya Berhenti
Merokok (UBM) tidak berjalan.
Pulang Tidak
Status Merokok
Ya
Tidak
Tidak diberikan Bersedia Di tawarkan untuk
konseling diberi konseling
Bersedia
Diberikan
konseling
Selesai
22
5.3.2 Curah Pendapat Untuk Menggali Penyebab
a. Manusia
Jumlah Petugas UBM yang kurang
Masyarakat kurang peduli dan tidak mau bekerjasama
b. Material
Ruangan khusus konseling untuk perokok tidak ada
c. Metode
Penentu kebijakan publik masih banyak yang merokok
Gambaran pelaksanaan program UBM masih belum jelas
Tidak adanya target minimal penduduk yang harus dicapai dalam
pelaksanaan UBM
d. Lingkungan
Alur pelayanan yang sibuk dan cepat di Puskesmas
Kerjasama lintas sektor yang kurang baik
23
5.3.3 Identifikasi Dengan Diagram Tulang Ikan
Material/Sarana Manusia
Lingkungan Proses
24
peduli akan apa yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Petugas
mengatakan melihat siswa-siswa langsung merokok segera setelah
dilakukan penyuluhan. masih ada masyarakat yang merokok di dalam
kawasan puskesmas.
2. Ruangan konseling di puskesmas kebun kopi tidak ada.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan petugas puskesmas,
memang tidak terdapat ruangan konseling di puskesmas Kebun kopi.
3. Petugas UBM kurang di Puskesmas Kebun kopi
Berdasarkan wawancara dengan petugas yang memegang program
UBM, jumlah petugasnya memang hanya satu dan sulit untuk menjalankan
program UBM dikarenakan kesibukan dari petugas puskesmas.
4. Tidak ada target pencapaian program
Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas, memang tidak
terdapat target pencapaian program sehingga motivasi untuk menjalankan
program UBM tidak tinggi.
5. Gambaran pelaksanaan UBM belum jelas
Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas, tidak ada
gambaran pelaksanaan UBM secara jelas. Tidak ada rincian jenis kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai suatu target. Pelatihan untuk petugas
program UBM pun tidak membawa perbedaan dalam pelaksanaan program
UBM.
6. Kurangnya dukungan lintas sektoral
Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas, program
UBM sulit untuk dilakukan di luar puskesmas karena kurangnya dukungan
lintas sektoral dalam pelaksanaan program UBM seperti di kantor camat.
Dari akar penyebab, dicari penyebab dominan dengan cara diskusi sehingga
diperoleh penyebab yang paling dominan adalah“Petugas UBM kurang di
Puskesmas Kebun Kopi”.
25
BAB VI
26
Tabel 6.2 Tabel MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih
Keterangan :
Dari tabel MCUA diatas, maka diperoleh prioritas pemecahan masalahnya adalah
“Penjaringan perokok dan kegiatan konseling lebih aktif dilakukan dibantu dengan lintas
program”
27
6.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemecahan Masalah
a. Faktor Pendukung
1. Banyaknya jumlah petugas puskesmas
2. Mudah dilaksanakan apabila komunikasi dan koordinasi yang baik
3. Tidak memerlukan biaya
b. Faktor Penghambat
1. Tidak ada gambaran pelaksanaan dan pengarahan dari Dinas
Kesehatan mengenai UBM
2. Beban kerja yang berat di setiap program kerja puskesmas
3. Kurangnya pengetahuan pemegang program UBM
28
6.4 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah yang Terpilih
Tabel 6.3 Rencana cusulan kegiatan pemecahan masalah dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
29
6.5 Monitoring dan Evaluasi
6.5.1 Monitoring
6.5.2 Evaluasi
30
a. Membandingkan frekuensi/tingkat masalah atau sebab masalah
sebelumintervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan
bar chart atau,
b. Menggunakan format evaluasi yang telah disediakan
31
BAB VII
7.1 Kesimpulan
32